Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................3
BAB II NILAI GIZI..............................................................................................................................4
BAB III IKLIM DAN WAKTU BERTANAM.....................................................................................4
1. Tanah.........................................................................................................................................5
2. Produksi.....................................................................................................................................5
BAB IV KEDELAI DAN PERTUMBUHANNYA...............................................................................5
1. Biji.............................................................................................................................................6
2. Perkecambahan..........................................................................................................................6
3. Akar...........................................................................................................................................6
4. Batang........................................................................................................................................6
5. Bunga........................................................................................................................................6
6. Buah..........................................................................................................................................7
7. Seleksi varietas..........................................................................................................................7
BAB V PENGELOLAAN TANAH......................................................................................................7
1. Pemupukan................................................................................................................................8
2. Pengendalian Gulma..................................................................................................................9
3. Pengairan.................................................................................................................................10
4. Populasi tanaman.....................................................................................................................10
BAB VI HAMA DAN PENYAKIT....................................................................................................11
1. Penyakit...................................................................................................................................11
2. Hama.......................................................................................................................................12
BAB VII PANEN DAN PERAWATAN BENIH................................................................................13
1. Mutu Benih Dan Daya Kecambah Benih Sebelum Disimpan..................................................13
2. Kadar air benih........................................................................................................................13
3. Kelembaban gudang penyimpanan..........................................................................................14
4. Suhu gudang penyimpanan......................................................................................................14
5. Lama penyimpanan..................................................................................................................14
BAB VIII PENGGUNAAN KEDELAI DI INDONESIA...................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
KATA PENGANTAR

KEDELAI merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di Indonesia.
Sedang rata-rata hasil per hektarnya di Indonesia masih rendah dibanding beberapa negara
penghasil kedelai lainnya.

Rendahnya hasil ini disebabkan beberapa faktor, antara lain masih belum
dimanfaatkannya teknologi budidaya tanaman kedelai. Untuk menaikkan hasil kedelai per
satuan luas dan produksi kedelai di Indonesia, diperlukan usaha-usaha peningkatan budidaya
tanaman kedelai.

Dalam buku ini diberikan keterangan tentang nilai gizi, pertumbuhan tanaman,
deskripsi varietas, cara pengolahan tanah, cara bertanam sampai pengelolaan pascapanen
kedelai. Juga dikemukakan fase-fase pertumbuhan kedelai.

Kami yakin bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu
saran-saran dari pembaca sangat kami nantikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kami sampaikan kepada Dr. Sumarno, peneliti Balittan Bogor, yang telah bersedia
memberikan saran dan bahan-bahan untuk melengkapi tulisan ini.

Semoga tulisan "Bertanam Kedelai" ini dapat bermanfaat dalam usaha menaikkan
produksi kedelai dan bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis
Judul : Bertanam Kedelai

Penulis : Ir. Suprapto Hs

Penerbit : Penebar Swadaya

Tahun Terbit : 2004

ISBN : 979-8031-33-4

BAB I
PENDAHULUAN
Kedelai, (Glycine max (L) Merril), sampai saat ini diduga berasal dari kedelai liar
China, Manchuria dan Korea. Rhumphius melaporkan bahwa pada tahun 1750 kedelai sudah
mulai dikenal sebagai bahan makanan dan pupuk hijau di Indonesia. Kesadaran masyarakat
terhadap menu makanan yang bergizi dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pendapatan perkapita menyebabkan kebutuhan kedelai makin meningkat. Menurut perkiraan
kebutuhan kacang-kacangan termasuk kedelai, meningkat sebesar 7,6% per tahun. Untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di atas terpaksa diimpor.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara


lain kekeringan, banjir, hujan terlalu besar pada saat panen, serangan hama, dan persaingan
dengan rerumputan (gulma). Pandangan petani yang masih menganggap kedelai sebagai
tanaman sampingan juga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budaya untuk tanaman
kedelai. Kedelai merupakan tanaman tanah kering, sehingga banyak mendapat gangguan
gulma. Bila pemeliharaannya kurang intensif, tanaman kedelai akan disaingi oleh gulma,
akibatnya hasil panen akan menurun.

Berbeda dengan tanaman padi atau jagung, tanaman kedelai pada umumnya tidak
memberi kenaikan hasil secara menyolok bila diberi pupuk urea. Faktor ini juga merupakan
salahsatu sebab lambatnya peningkatan produksi kedelai per-ha. Usaha perluasan penanaman
kedelai ke luar pulau Jawa memerlukan inokulasi bakteri Rhizobium, yang pada umumnya
belum terdapat di lahan yang baru dibuka. Pada tanah-tanah yang pH-nya rendah, untuk dapat
ditanami kedelai perlu pengapuran yang cukup banyak. Hal inilah jadi penghambat
peningkatan produksi kedelai di Indonesia.
BAB II
NILAI GIZI
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien dalam arti, bahwa untuk
memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah kecil. Untuk
mendapatkan 2100 kalori, menurut perumusan LIPI tahun 1968 diperlukan kacang-kacangan
44 gram per kapita per hari. Nilai protein berasal dari kedelai tidak setinggi nilai protein dari
susu sapi atau telur ayam, terutama dalam hal kadar asam amino methionine dan cystine,
namun secara keseluruhan nilai protein berasal dari kedelai cukup baik. Kedelai dalam
bentuk bahan olahan tradisional, seperti tempe atau tahu, kandungan protein per 100 gram
bahan menjadi lebih rendah, namun lebih mudah tercerna. Tempe merupakan olahan dari
kedelai yang paling tinggi kandungan proteinnya dibandingkan tahu atau olahan lain.

BAB III
IKLIM DAN WAKTU BERTANAM
Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai, karena
kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Pada umumnya pertumbuhan kedelai sangat
ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih
dari 500 m di atas permukaan air laut. Namun demikian, di atas batas itu kedelai masih bisa
ditanam dengan hasil yang masih memadai.

Antara suhu dan kelembaban harus selaras atau seimbang. Suhu yang cukup tinggi
dan curah hujan yang kurang, atau sebaliknya pada suhu yang rendah dan curah hujan
berlebihan menyebabkan turunnya kualitas biji kedelai yang dihasilkan. Apabila tanah cukup
lembab dan suhunya ada di atas 21°C biji berkecambah lebih cepat. Biasanya pada suhu ini
tanaman akan muncul di atas permukaan tanah sekitar 5 hari setelah waktu tanam. Suhu yang
rendah dan kelembaban tanah yang sangat tinggi menghambat perkecambahan dan
menyebabkan busuknya biji.

Pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh dengan menanam kedelai pada bulan-
bulan kering, asal kelembaban tanah masih cukup terjamin. Selama periode pertumbuhan
hingga pengisian polong, air sangat diperlukan. Misalnya untuk kebutuhan berkecambah
kedelai paling tidak membutuhkan kadar air. 50 persen dari berat biji. Pada waktu pengisian
polong jika persediaan air sangat terbatas, dapat berpengaruh pada besarnya biji dan jumlah
biji tiap polong. Dan pada keadaan yang parah polong muda dapat berguguran.
Pedoman waktu tanam yang baik untuk kedelai disesuaikan dengan kemungkinan
adanya resiko yang paling kecil dan biaya pemeliharaan yang dapat ditekan. Penanaman yang
dilaksanakan pada musim hujan berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan
pertumbuhan terutama disebabkan karena serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan
lepas panen.

1. Tanah
Dengan drainasi dan aerasi yang cukup, kedelai akan tumbuh baik pada tanah-
tanah Alluvial, Regosol, Grumusol, Latosol dan Andosol. Jagung merupakan tanaman
indikator yang baik, tanah yang baik ditanami jagung baik pula ditanami kedelai.
Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air dan hara tanaman untuk
pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan
perbaikan drainasi dan aerasi sehingga tanaman ini tidak kekurangan oksigen dan
tidak tergenang air waktu hujan besar.
Kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi pada pH yang
terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah yang cocok
berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH di bawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil dan proses
nitrifikasi akan berjalan kurang baik.

2. Produksi
Berdasarkan luas panen di Indonesia, kedelai menempati urutan ke-3 sebagai
tanaman palawija setelah jagung dan ubikayu. Rata-rata selama 4 tahun (1970 - 1973)
dicapai luas panen 703.878 ha dengan total produksi 518.204 ton memberi hasil rata-
rata 7.34 ku/ha. Kedelai termasuk tanaman utama di U.S.A., luas panen naik dari
76.000 ha (tahun 1920) menjadi lebih 10.000.000 ha (tahun 1961).

BAB IV
KEDELAI DAN PERTUMBUHANNYA
Kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan. Pertumbuhannya dapat
lebih baik pada struktur tanah yang gembur, bebas rumput dan cara bercocok tanam yang
baik. Respons kedelai terhadap perubahan faktor lingkungan akan menjadi lebih
menguntungkan dengan memilih varietas yang sesuai, waktu tanam, pemupukan dan populasi
tanaman yang tepat. Pemilihan ini dapat tercapai apabila kita mengetahui bagaimana kedelai
itu tumbuh.
1. Biji
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak di
antara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam, hijau
atau coklat. Pusar biji atau Hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai yang menempel
pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar
atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung varietas.

2. Perkecambahan
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup.
Bila biji kedelai ditanam dalam tanah, air dalam kapasitas lapang selama 5 hari setelah
tanam merupakan keadaan yang baik untuk perkecambahan biji. Suhu optimumnya
sekitar 27-30° C. Biji kedelai mudah menurun daya kecambahnya, terutama bila kadar
air dalam biji di atas 13% dan disimpan pada ruangan yang suhunya di atas 25° C,
serta kelembaban nisbi ruang di atas 80%.

3. Akar
Kedelai berakar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai
kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil-bintil akar, berupa koloni dari bakteri
Rhizobium japonikum. Pada tanah yang telah mengandung bakteri Rhizobium, bintil
akar mulai terbentuk sekitar 15 20 hari setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah
ditanami kedelai bakteri Rhizobium tidak terdapat dalam tanah, sehingga bintil akar
tidak terbentuk.

4. Batang
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 - 100 cm. Setiap
batang dapat membentuk 3-6 cabang. Bila jarak antara tanaman dalam barisan rapat,
cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali.

5. Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga
terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga
masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alam amat
kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Usia kedelai
sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas umumnya dapat dipanen
pada umur 80 - 90 hari. Pembungaan sangat dipengaruhi oleh lama penyinaran dan
suhu.
6. Buah
Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1 - 4 biji. Rata-rata berisi 2
biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu.
Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah menjadi kehitaman,
keputihan, atau kecoklatan. Bila polong telah kuning mudah pecah dan biji-bijinya
melenting ke luar. Jumlah polong per pohon bervariasi, tergantung varietas, kesuburan
tanah dan jarak tanam. Umur sampai dengan polong masak, bervariasi. Tergantung
varietasnya. Kedelai di Indonesia masak polongnya berkisar dari 75 sampai 110 hari
setelah tanam.

7. Seleksi varietas
Untuk berhasilnya pertanaman, perlu dipilih varietas-varietas yang mampu
beradaptasi terhadap kondisi lapangan. Karena tingginya hasil ditentukan oleh
interaksi suatu varietas terhadap kondisi lingkungan. Suatu contoh, jika penyakit
merupakan persoalan; sebaiknya ditanam varietas yang resisten akan penyakit yang
bersangkutan.

BAB V
PENGELOLAAN TANAH
Persiapan tanah untuk menciptakan keadaan tempat tumbuh yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman sangat perlu diperhatikan, oleh karena pertumbuhan yang optimal
suatu jenis tanaman tergantung dari lingkungan fisiknya. Dalam hal ini usaha yang bisa
merubah sifat fisik tanah merupakan tempat tumbuh tanaman, tempat cadangan unsur-unsur
hara dan air adalah pengolahan tanah.
Untuk dapat berkecambah dengan sempurna benih memerlukan ke- lembaban dan
oksigen yang cukup. Banyaknya benih yang berkecambah tiap satuan luas sangat penting
karena populasi tanaman merupakan salah satu komponen penting terhadap hasil.
Tujuan pengolahan tanah yang terpenting adalah :
1. Pemecahan dan penggemburan tanah yang padat.
2. Pembenaman sisa-sisa tanaman ke dalam tanah.
3. Pemecahan bongkahan - bongkahan tanah yang besar menjadi bagian yang kecil.
4. Perataan tanah.
5. Pemberantasan rumput.
INOKULASI

Kedelai dapat mempergunakan N bebas dari udara dengan melalui Fiksasi oleh
Rhizobium yang hidup pada bintil-bintil akar. Fiksasi N dapat dibedakan menjadi :

1. Fiksasi N2 yang dilakukan oleh jasad-jasad renik yang hidup secara bebas di dalam
tanah, misalnya berbagai jenis bakteri dan ganggang biru.
2. Fiksasi N2 yang dilakukan oleh jasad-jasad renik yang hidup secara simbiose.
Misalnya golongan bakteri Rhizobium dengan tanaman kacang-kacangan.
Tanah bekas pertanaman kacang-kacangan biasanya diambil sebagai bahan inokulan
dicampur dengan benih yang akan ditanam dengan perbandingan 10 kg benih pada 1 kig
inokulan. Tetapi kadang-kadang usaha ini kurang dapat memberikan hasil yang memuaskan,
sehingga ada usaha lain untuk perbaikan yaitu dengan menggunakan inokulan buatan.

1. Pemupukan
Pupuk sudah lama dikenal oleh para petani baik macamnya maupun
penggunaannya terutama untuk padi sawah. Akan tetapi masih jarang para petani kita
menggunakan pupuk dalam usaha bertanam kacang-kacangan. Pada umumnya
mereka bertanam kedelai hanya dengan menyebar atau menugalkan benih setelah
panen padi, tanpa dibarengi dengan pengairan, penyiangan, pemupukan dan
pemakaian insektisida.
Banyak pustaka yang mengatakan bahwa kedelai menghendaki persyaratan
tingkat keasaman yang netral untuk pertumbuhannya. Kebutuhannya sama dengan
jagung. Tetapi ada tiga perbedaan utama dalam hal pemupukan antara kedua tanaman
ini. Jagung lebih banyakmemerlukan pupuk Nitrogen sedang dalam jumlah yang
banyak. Karena dia mampu mengikat N dari udara melalui simbiosanya dengan
rhizobium. Dan jumlah kebutuhan akan unsur hara mikro juga berbeda.
Unsur hara essensiel
Kebanyakan tanaman memerlukan unsur hara yang sama tetapi berbeda dalam
jumlah. Unsur hara ini dibedakan dalam hara primer, hara sekunder dan hara mikro.
Hara primer dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak daripada hara sekunder dan hara
mikro.
Nitrogen (N)
Kedelai memerlukan nitrogen dalam jumlah banyak. Dalam waktu 4 sampai 5
bulan dengan hasil 1,5 ton per hektar, kedelai menggunakan nitrogen lebih kurang
132 kg N untuk pertumbuhan vegetatif dan pembentukan biji, sedang untuk
menghasilkan 3362 kg tanaman kedelai per ha, diperlukan 314 kg N. Kedelai dapat
menyediakan nitrogen sendiri melalui fiksasi oleh bakteri yang hidup dalam akar.
Pospat (P)
Kedelai memerlukan P dalam jumlah relatif banyak. Biji dan bagian vegetatif
sebanyak 3 ton mengandung 12,5 kg P phosphorus, disbanding 5,5 kg P untuk
memproduksi 2 ton gandum dan 20 kg P menghasilkan 9 ton jagung. Karena tidak ada
gejala spesifik akibat kekurangan P pada kedelai, maka analisa tanah merupakan satu-
satunya yang dapat memberikan petunjuk.
Fungsi unsur Pospat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga
tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan
menambah nilai gizi dari biji.
Kalium (K)
Selama pertumbuhan vegetatif K diserap dalam jumlah yang relative besar,
kemudian agak menurun setelah biji mulai terbentuk dan akhirnya penyerapan hampir
tidak terjadi kira-kira 2-3 minggu sebelum biji masak penuh. Secara umum K dalam
tanah dapat dinaikkan melalui berbagai cara meşkipun K kadang-kadang dapat hilang
terbasuh, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil kecuali pada tanah dengan tekstur
pasir.
Fungsi unsur Kalium antara lain, membantu perkembangan akar, membantu
proses pembentukan protein, menambah daya tahan tanaman terhadap penyakit dan
merangsang pengisian biji.

2. Pengendalian Gulma
Untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas produksi yang maksimal,
penyiangan atau pengendalian gulma perlu diperhatikan sebaik-baiknya. Frekwensi
penyiangan tergantung kepada pertumbuhan gulma. Penyiangan secara tradisional
sudah banyak membantu menekan pertumbuhan gulma. Agar biaya yang dikeluarkan
dapat ditekan, penyiangan hendaknya dilakukan pada waktu pertumbuhan gulma
relative kecil dan belum begitu padat, sehingga pengambilan hara tanaman, air
dan tempat masih sangat minim.
3. Pengairan
Untuk menghasilkan 1 gram bahan kering, kedelai memerlukan air sebanyak
650 gram atau selama pertumbuhannya lebih kurang dibutuhkan air 30 mm, setara
dengan 10 mm per bulan dengan asumsi umur kedelai rata-rata 3 bulan. urah hujan
yang cukup dan merata dalam tiap-tiap bulan sangat membantu pertumbuhan kedelai.
Namun demikian curah hujan yang terlalu banyak atau kurang dari kebutuhan
minimal akan menurunkan hasil kedelai. Keadaan alamiah yang memenuhi
persyaratan untuk pertumbuhan optimal jarang kita jumpai dilapangan, maka di dalam
bertanam kedelai adakalanya pengaturan air sangat perlu mendapat perhatian.

4. Populasi tanaman
Produksi kedelai merupakan hasil kombinasi dari beberapa komponen hasil
yang terdiri dari jumlah polong per pohon, jumlah biji tiap polong, berat biji dan
jumlah tanaman yang dapat dipanen. Pada populasi tanaman yang dinaikkan, secara
teoritis produksi tertinggi dapat diperoleh jika semua komponen hasil itu maksimal.
Akan tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Sebab, setiap ada kenaikan jumlah
populasi tanaman tidak selamanya akan diikuti oleh kenaikan komponen hasil yang
lain. Untuk memperoleh keadaan tanaman yang demikian, penanaman dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
a. Menanam dengan cara tugal
Tugal terbuat dari kayu sepanjang 1,5-2,0 m dengan garis tengah cm. Dengan
4-5 cm. Pada bagian ujungnya diruncingkan sepanjang cm, dengan menggunakan
tugal dibuat lubang pada tanah sedalam jarak yang teratur. Benih dimasukkan ke
dalam lubang sebanyak 2-3 biji per lubang, kemudian ditutup dengan tanah geml
campur pupuk kandang. Keuntungan tanam dengan tugal ialah jarak tanaman
teratur serta alat yang diperlukan sangat sederhana. Kerugiannya ialah
memerlukan banyak sekali tenaga kerja. Untuk menanam 1 ha kedelai dengan
menggunakan tugal diperlukan sekitar 30 orang dalam waktu satu hari.
b. Menanam dengan bajak
Kedelai ditanam pada alur bajak yang ditarik oleh satu sapi atau kerbau. Cara
tanam dengan bajak ini dilakukan tiga orang: satu orang membuat alur dengan
bajak, satu orang menaburkan benih pada alur di belakang bajak, dan satu orang
lagi menutup benih dengan tanah.
c. Tanam dengan disebar
Cara tanam dengan disebar memerlukan tenaga dan waktu lebih sedikit
daripada tanam dengan tugal atau bajak. Cara tanam dengan disebar dapat
diterapkan pada daerah-daerah yang tenaga kerjanya susah diperoleh. Cara tanam
ini hanya dapat dilakukan apabila tanah cukup lembab, sehingga kedelai yang
jatuh ditanah dapat melekat pada tanah yang lembab. Agar benih dapat sedikit
masuk ke dalam tanah, petani sering menggaru tanah yang telah disebari benih
kedelai.

BAB VI
HAMA DAN PENYAKIT
Dengan penyebaran pertanaman kedelai secara luas di dunia, persoalan hama dan
penyakit selalu bertambah banyak baik dalam jumlah maupun jenisnya. Hama dan penyakit
mempunyai daya rusak terhadap tanaman, sejak dari biji tanaman sampai kepada pemungutan
hasilnya. Hama dan penyakit menurunkan nilai ekonomis dari belasan persen sampai
gagalnya pertanaman tersebut.

1. Penyakit
a. Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Phakopspora pachyrhizi.
Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga. Bintik-
bintik coklat lebih banyak nampak di permukaan daun bagian bawah. Apabila
daun disentuh sporanya yang menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan.
Pengendaliannya dapat dengan menggunakan fungisida Dethane atau Benlate
dengan dosis 2 gram/liter bisa lebih efektif jika obat ini diberikan pada saat
serangan belum begitu berat.
b. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas phaseoli.
Sepintas lalu gejala serangannya adalah seperti serangan penyakit karat.
Bercak daun agak kuning, dan warna merah coklat di tengah bercakan. Bila
serangan hebat, bercak-bercak ini dapat bergabung menjadi lebih besar dan berupa
jaringan daun yang mati. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan menanam
varietas kedelai yang tahan penyakit serupa.
c. Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh cendawan Phythium Sp.
Penyakit ini dapat terjadi kapan saja tetapi lebih sering menginfeksi pada
pertanaman kedelai yang masih muda. Serangan penyakit akan lebih dirangsang
apabila kelembaban tanah terlalu tinggi sehingga biji gagal berkecambah.
d. Penyakit mozaik yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini ditularkan oleh vektor Aphis glicines atau melalui cairan tanaman dan
melalui biji. Untuk mengurangi adanya serangan, perlu dihindari penggunaan
benih dari tanaman yang sudah terinfeksi penyakit. Vektornya dapat diberantas
dengan menggunakan insektisida.

2. Hama
a. Kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa)
Hama ini memakan hampir semua bagian tanaman; di antaranya daun kedelai
terutama yang masih muda, pucuk, tunas, polong muda dan bunga. Serangan
banyak dijumpai pada sore dan pagi.
b. Lalat bibit (Agromiza phaseoli)
Akhir-akhir ini lalat bibit sering menimbulkan problema dan mengagalkan
pertanaman kedelai. Gejala serangan hama ini mula-mula terlihat bercak-bercak
pada keping biji atau daun pertama pada pertanaman yang masih muda. Pada
waktu keping biji terlepas dari pangkal batang, larva sudah berada di dalam
pangkal batang Jika larva sudah sampai pangkal akar, daun mulai layu dan
menguning kemudian tanaman mati. Bila tanaman dicabut dan batang dibelah di
antara batang atau akar dan kulit terdapat larva, pupa atau kadang-kadang tinggal
kulit pupanya.
c. Kepik polong (Riptortus linearis)
Imago dan nymphanya menyerang baik polong tua maupun polong muda
dengan cara merusak dan mengisap. Polong muda yang terserang akan kempis dan
polong tua yang terserang menyebabkan biji berwarna hitam. Untuk mengurangi
serangan kepik polong ini dapat disemprotkan Bayrusil dengan dosis 1-2 cc/liter.
d. Kepik hijau (Nezara viridula)
Imago dan nympha kepik ini juga menyerang polong muda dan polong tua
dengan cara menusuk mengisap. Polong yang terserang akan kempis atau bijinya
berkeriput. Bedanya dengan kepik polong imago dari kepik ini berwarna hijau
sesuai dengan namanya. Insektisida yang dapat dipakai untuk menekan serangan
polong ini adalah Azodrin dengan dosis 1-2 cc/liter.
e. Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenela)
Penggerek polong kedelai menyerang kedelai waktu masih berupa larva,
Polong kedelai dilubangi kemudian masuk dan tinggal di dalam polong. Siklus
hidup hama ini kurang lebih 35 hari dan dapat ditekan serangannya dengan
semprotan Surecide dan Karphos.
f. Ulat prodenia (Prodenia litura)
Larva yang masih kecil memakan jaringan epidermis tanaman baru setelah
cukup besar mulai memakan helai daun. Ulat ini aktif di pagi dan sore hari. Oleh
karena biasanya ulat ini bersembunyi dipermukaan daun bagian bawah maka
semprotan akan lebih efektif. jika, arah semprotan dari bawah ke atas.

BAB VII
PANEN DAN PERAWATAN BENIH
Panen dilakukan bila tanaman telah masak, daun-daunnya telah rontok. Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada waktu tidak hujan, dan ada sinar matahari. Batang batang kedelai
dipotong dengan sabit, dan kemudian dijemur. etelah dijemur 2-3 kali, biasanya polong
kedelai mudah pecah dan siap dibijikan. Cara pembijian dapat menggunakan mesin perontok
padi atau dapat pula dengan dipukul-pukul dengan kayu.
Biji kedelai yang akan dijadikan benih hendaknya dipilih dari tanaman yang sehat,
telah masak benar dan murni. Untuk memperoleh itu, pada saat panen dipilih tanaman-
tanaman yang sehat dan tidak tercampur sebanyak benih yang diperlukan pada musim tanam
berikutnya.

Perawatan Benih
Tanpa perawatan yang sebaik-baiknya benih kedelai mudah turun daya kecambahnya.
Hal-hal yang mempengaruhi penurunan daya kecambah benih kedelai dalam penyimpanan
ialah :

1. Mutu Benih Dan Daya Kecambah Benih Sebelum Disimpan


Mutu benih dan daya kecambah benih sebelum disimpan merupakan faktor
penting yang akan menentukan daya simpan benih. Benih kedelai yang baru saja
disimpan daya kecambahnya dapat rendah, apabila ditumbuhi cendawan pada saat
dipanen, banyak biji terserang hama pengisap polong, terjadi pembusukan atau peragian
pada saat brangkasan tanaman ditumpuk setelah panen, kelewat panas dalam pe-
ngeringan, dan sebab-sebab lain.

2. Kadar air benih.


Kadar air benih disimpan dan selama dalam penyimpanan sangat mempengaruhi
daya kecambah benih. Kadar air biji kedelai sebelum disimpan sebaiknya sekitar 10%.
Apabila kadar air benih selama penyim panan dapat dipertahankan sekitar 10%, benih
dapat disimpan selama setahun dengan tanpa mengalami penurunan yang tumbuh.
Penyimpanan benih kedelai dengan pembungkus dari plastik yang kedap udara
mempertahankan kadar air tetap rendah, dan mempertahankan daya kecambah tetap baik
selama setahun.

3. Kelembaban gudang penyimpanan.


Benih kedelai seharusnya disimpan pada gudang dengan kelembaban di bawah
10%. Namun gudang penyimpanan di negara kita mempunyai kelembaban di atas 80%.
Gudang yang berkelembaban tinggi berpengaruh langsung terhadap kadar air kedelai
yang disimpan dan daya kecambah benih.

4. Suhu gudang penyimpanan.


Suhu gudang untuk menyimpan benih kedelai, yang baik adalah di bawah 15°C
Gudang yang bersuhu tinggi, apalagi dibarengi dengan kelembaban yang tinggi, akan
cepat menurunkan daya kecambah benih kedelai yang disimpan. Benih kedelai dari
varietas yang bijinya besar (di atas 13 gram/100 butir) terutama sangat cepat menurun
daya kecambahnya bila disimpan dalam ruang yang panas dan lembab.

5. Lama penyimpanan.
Bila gudang penyimpanan tidak dilengkapi alat pendingin dan pengatur
kelembaban, penyimpanan benih kedelai paling lama 4 bulan. Penyimpanan benih
dalam gudang bisa dengan wadah kantong plastic kedap udara dapat mempertahankan
daya tumbuh benih kedelai lebih lama, tetapi sebaiknya dengan melewati 6-7 bulan.

BAB VIII
PENGGUNAAN KEDELAI DI INDONESIA
Kedelai ini merupakan sumber protein yang penting bagi manusia, dan bila ditinjau
dari segi harga merupakan sumber protein yang termurah, sehingga sebagian besar kebutuhan
protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai. Biji kedelai ini tak dapat dimakan
langsung karena mengandung tripsine inhibitor, bila biji kedelai ini sudah direbus pengaruh
tripsin inhibitor dapat dinetralkan.
Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, untuk makanan manusia,
makanan ternak, dan untuk bahan industri. Di Indonesia penggunaan kedelai masih terbatas
sebagai bahan makanan manusia dan makanan ternak. Makanan yang terbuat dari kedelai
antara lain adalah Kedelai rebus, kedelai goreng, kecambah, tempe, tahu, tauco dan kecap.
Kedelai rebus
Kedelai yang polongnya sudah mengisi penuh namun masih hijau, direbus diberi
garam. Varietas yang bijinya besar biasanya memberikan rasa lebih manis dibanding varietas
yang berbiji kecil.
Kedelai goreng.
Biji kedelai kering direndam dalam air panas sekitar 1 jam, kemudian digoreng.
Menggorengnya dapat dicampur dengan tepung beras dan didadar, sehingga menjadi peyek.
Kecambah kedelai
Biji kedelai yang dikecambahkan pada pasir basah. Agar kecambahnya berwarna
putih perlu ditutup sehingga tidak mendapat sinar matahari. Dalam waktu 4-5 hari sejak biji
dikecambahkan, hasil telah dapat dipungut.
Tempe
Biji kedelai yang baik, dipilih kemudian direndam semalam sehingga mudah dikuliti
dengan meremas-remas dengan tangan. Dengan diiri kulit biji mudah dipisahkan dari biji,
kemudian biji direbus 30-90 menit hingga masak betul, Jika sudah masak, biji dikeringkan
sambil didinginkan dengan baik. Biji dihamparkan di atas kertas setebal yang diinginkan
kemudian ditaburkan bibit cendawan Rhizopus oligosporus. Hamparan kedelai dibungkus
dengan plastik dan ditutup dengan daun pisang kering.
Tahu
Tahu umumnya dibuat dari kedelai putih. Kedelai direndam, dicuci bersih, kemudian
digiling halus. Sambil digiling, kedelai disiram air sedikit-sedikit. Hasil gilingan berupa
bubur putih kekuningan. Bubur direbus sampai masak dan ditapis dengan kain bersih. Hasil
saringan yang keluar ditampung dalam wadah kemudian dibubuhi cuka atau air kelapa,
supaya mengendap dan menjadi tahu. Agar tahu agak tahan, dimasukkan ke dalam air kunyit
sebentar dan jadilah tahu kuning.
Kecap
Biji kedelai hitam yang sudah dicuci, direbus sampai masak dan empuk. Kedelai yang
lunak sekali dihamparkan di atas tampian dan disimpan dalam rumah sampai seminggu.
Terlihat bahwa kedelai dipenuhi oleh cendawan. Bila warna cendawan sudah kemerah-
merahan, kedelai dijemur hingga kering dan dimasukkan ke dalam tong berisi air garam
secukupnya. Untuk kecap asin kedelai satu bagian dibutuhkan air garam satu bagian, artinya
5 kg kedelai ditambahkan 5 kg garam dan 10 kg air matang. Kedelai dibiarkan 5-10 hari
dalam air garam kemudian ditambah air matang 40 liter. Campuran ini dimasukkan kembali
sampai tinggal 60% sambil dimasukkan bumbu ke dalamnya. Bumbu tersebut adalah gula,
pala, kemiri, bawang putih dan lain-lain. Air tapisan dari campuran yang telah dimasak
disebut kecap.
Susu kedelai
Kedelai dicuci bersih dan direndam semalam kemudian ditumbuk sampai halus. Hasil
tumbukan dicampur air 5-7 dari banyaknya kedelai. Ke dalam air dibubuhi garam 1 % dan
kapur 2 %. Bubur kedelai didapat, disaring dengan kain putih dan santan hasil saringan
disebut susu kedelai.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1953. Hama-hama Tanam-tanaman kita Padi, Kacang Tanah, Jagung, Kedelai.
Jawatan Penyelidikan Pertanian Bogor.
--------, 1978 Latihan Kacang-kacangan Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor.
--------, 1976. Asean Grain Legumes Central Research Institute of Agriculture (LP3) BPPP -
Deptan, Bogor.
--------, 1976. The Present States of Soybean in Indonesia. A Survey Team Fatemeta, Bogor,
Agricultural University, Bogor.
--------, 1978. Laporan Kemajuan Penelitian Kacang-kacangan. LP3 Bogor.Caldwell, BE, and
Howel R.W., Johnson H.W. 1973. Sotbean : Inproverment, Production, and Uses,
American Society of Agronomy, Inc. Publisher Madison, Wisconsin, USA. 1973.
Delouche. J.C, 1974. Maintaining Soybean Seed Quality. p 46-62. dalam: Soybean Bull. y-
69. Nat. Dev Center. T.V.A. Alabama. USA.
Hansen, W.R. and Shibles R.M, 1978. Seasonal log of The Flowering and podding activity of
yield Soybeans Agron. J. 70 : 47-50.
LIPI-NAS. Worshop on Food A Report, Jakarta.
Lie Goan Hong, Oey Kom Nio, D.D. Prawiranagara, J. Herlinda, G. Sihombing, 1974. I just
at Nutritive Value of Various Legumes Used in The Indonesian Diet, p 183-193.
Dalam Mien A. Rijai. Asean Grain Legumes CRIA (LP3) BPPP-Deptan. Bogor.
Norman A.G, 1962. Soybean. Academic Press, INC, London.
Nakayama, K, Sarlan A, Suprapto S, Adi S. and M. Okada, 1981. The Cultivation Method of
Soybean Planted. Aftar Paddy Rice., Seminar at CRIFC, Bogor 1981.
Pendleton, J.W. and Hartwig E.E., 1973. Management 211-231. Dalam: B.E. Calwell (ed)
Champaign, Illinois, USA.
Scott. W.O and Aldrich. S.R, 1970. Modern Soybean Production. Publi. Champaign, Illinois.
The International.
Shanmugapudaran. S. Rust Soybean, 1977. Working Group on Soybeag Rust and its
Proposed Soybean Rust Rating System. International A Agricultural Publications
Intsoy Series Number 12.
Sumarno, Dimiyati A, Sutarman T, 1982. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sumarno, Harnoto, 1982. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya, Buletin Teknik No. 6 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Walter R. Fehr and Charles E.C, 1977. Stages of Soybean Development Special Report No.
18 Cooperative Extention Service Agric and Home Econ. Exp. St. lowa. State
University of Science and Tehnologi, Ames Lowa, USA.

Anda mungkin juga menyukai