Anatomi
Hidung adalah bagian pertama dari sistem pernafasan atas yang bertanggung
untuk mendeteksi molekul odoran yang ada di udara. Hidung dapat dibagi
menjadi hidung luar dan ruang dalam. Hidung luar berbentuk piramida yang
terletak di garis tengah wajah. Struktur ini dibentuk oleh kartilago yang ditutupi
Sepertiga bagian atas hidung luar disokong oleh tulang, sementara dua
pertiga bawahnya disokong oleh kartilago. Bagian tulang terdiri dari dua os
nasalis yang bertemu di garis tengah. Bagian kartilago hidung terdiri dari kartilago
lateral superior, kartilago lateral inferior, alar minor dan kartilago septalis. Bagian
kartilago hidung ditutupi oleh otot-otot yang menggerakkan puncak hidung. Otot-
otot tersebut antara lain muskulus proserus, muskulus nasalis, muskulus levator
labii superior ala nasi, muskulus dilator nares anterior dan posterior, serta
muskulus depressor septi. Kulit yang melapisi tulang hidung lebih tipis dan dapat
bergerak bebas, sementara kulit yang menutupi bagian kartilago lebih tebal dan
Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7 ed. India: Elsevier; 2018.)
Hidung dalam dibagi oleh septum menjadi kavitas nasi kanan dan kiri. Tiap
kavum tersambung dengan bagian luar lewat nares dan tersambung dengan
nasofaring lewat koana. Tiap kavum memiliki bagian yang ditutupi kulit, yaitu
vestibula, dan bagian yang ditutupi mukosa. Vestibula merupakan bagian anterior
inferior hidung. Batas atasnya pada dinding lateral kavum nasi ditandai dengan
limen nasi. Bagian kavum nasi yang ditutupi mukosa terdiri dari dinding lateral,
medial, superior dan inferior. Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung
terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada
tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak di
antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung.
Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. (PL Dhingra,
Shruti Dhingra. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7 ed.
Jaringan yang melapisi kavum nasi terbagi menjadi tiga, yaitu vestibula,
pars olfaktorius dan pars respiratorius. Daerah vestibula dilapisi kulit yang
mengandung rambut, folikel rambut dan glandula sebasea. Pars olfaktorius berada
di sepertiga atas dinding lateral, septum nasi, dan dinding superior dari kavum
nasi. Membran mukosa di daerah ini warnanya lebih pucat. Pars respiratorius
berada di dua pertiga bawah kavum nasi. Membran mukosa di daerah ini
ketebalannya beragam dengan bagian paling tebal berada di konka nasalis dan
bagian paling tipis ada di meatus dan dinding inferior kavum nasi. Pars
respiratorium memiliki vaskularisasi yang banyak dan memiliki jaringan erektil.
Epitalnya memiliki sel-sel goblet yang dapat memproduksi mukus. (PL Dhingra,
Shruti Dhingra. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7 ed.
Hidung dipersarafi oleh tiga kategori saraf, yaitu saraf penghidu, saraf
sensasi umum dan saraf otonom. Nervus olfaktorius merupakan saraf penghidu.
Saraf ini memiliki filamen sentral yang melewati lempeng kribiformis dan
berakhir di bulbus olfaktorius. Jejas pada daerah ini dapat membuka ruang cairan
serebospinal. Saraf sensasi umum terdiri dari nervus ethmoidalis anterior, cabang
superior kavum nasi. Saraf otonom hidung menyuplai glandula nasalis dan
mengontrol sekresi mukus. Saraf ini dberasal dari nervus petrosal superfisialis
sphenopalatin. Saraf ini juga menyuplai pembuluh darah dari hidung dan
menyebabkan vasodilatasi. Saraf simpatis hidung berasal dari dua segmen thoraks
kanalis pterygoid. Saraf ini sampai di kavum nasi tanpa bersinaps di ganglion
Dhingra, Shruti Dhingra. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck
nodus limfe submandibula. Sedangkan dari bagian lain kavum nasi berdrainase ke
nodus limfe jugular superior secara langsung atau melewati nodus limfe
retropharingeal. Aliran imfe dari bagian atas kavum nasi tersambung dengan
Dhingra. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7 ed. India:
Elsevier; 2018.)
terdiri dari sel olfaktori, sel sustentakular, kelenjar Bowman dan bulbus olfaktori.
Sel olfaktori merupakan sel bipolar bersilia. Silia ini menjalar ke dalam mukus
yang melapisi permukaan bagian dalam dari rongga hidung. Silia dari sel olfaktori
inilah yang bereaksi terhadap pembau di udara dan merangsang sel-sel olfaktori.
(John E. Hall, Michael E. Hall, editor. Guyton and Hall Textbook of Medical
Zat pembau yang berkontak dengan silia akan berdifusi ke dalam mukus
yang melapisi silia-silia tersebut dan berikatan dengan protein reseptor yang
berikatan dengan protein G (G protein) yang terdiri dari tiga subunit. Saat terjadi
eksitasi protein reseptor, subunit alfa lepas dari protein G dan mengaktivasi adenil
siklase yang menempel di dalam membran silier dekat dengan badan sel reseptor.
kanal ion natrium untuk membuka dan menyebabkan ion natrium dalam jumlah
neuron olfaktorius tereksitasi. (John E. Hall, Michael E. Hall, editor. Guyton and
olfaktorius, yaitu jaringan otak yang melebar di dasar otak. Bulbus olfaktorius
berada di dasar fossa anterior dari lobus frontal. Lempeng kribiformis memliliki
lubang-lubang kecil sebagai tempat sarar dari membran olfaktorius untuk lewat
menuju bulbus olfaktorius. Akson dari sel reseptor yang masuk ke dalam bulbus
olfaktorius akan bersinap dengan dendrit dari neuron kedua dalam gromerulus.
(John E. Hall, Michael E. Hall, editor. Guyton and Hall Textbook of Medical
merupakan pusat memori dari odoran. (John E. Hall, Michael E. Hall, editor.
2021.)
Saraf yang berperan dalam sistem penghidu adalah nervus olfaktorius (N I).
Filamen saraf mengandung jutaan akson dari jutaan sel-sel reseptor.2,8 Satu jenis
odoran mempunyai satu reseptor tertentu, dengan adanya nervus olfaktorius kita
bisa mencium bau seperti bau strawberi, apel, dan lain-lain. (John E. Hall,
Michael E. Hall, editor. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 14 ed.
V). Letak saraf ini tersebar diseluruh mukosa hidung dan kerjanya dipengaruhi
rangsangan kimia maupun nonkimia. Kerja saraf trigeminus tidak sebagai indera
terbakar, rasa dingin, rasa geli dan dapat mendeteksi bau yang tajam dari amoniak
atau beberapa jenis asam. Ada anggapan bahwa nervus olfaktorius dan nervus
2021.)
Saraf lain yang terdapat dihidung yaitu sistem saraf terminal (N O) dan
kribriformis. Fungsi saraf terminal pada manusia belum diketahui pasti. Organ
rudimeter vomeronasal disebut juga organ Jacobson’s. Pada manusia saraf ini
tidak berfungsi dan tidak ada hubungan antara organ ini dengan otak. (John E.
Hall, Michael E. Hall, editor. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.
Selain mekanisme kimia yang terjadi, ada beberapa faktor fisik yang dapat
memengaruhi stimulasi sel olfaktorius. Pertama, hanya zat yang mudah menguap
yang dapat dihidu. Kedua, zat yang menstimulasi harus sedikit larut dalam air
agar dapat menembus mukus untuk mencapai silia sel olfaktori. Ketiga, zat yang
bersifat sedikit larut lemak dapat merangsang sel olfaktori lebih baik, karena
konstituen lipid pada silia olfaktori bersifat sawar lemah terhadap zat yang tidak
larut dalam lemak. (John E. Hall, Michael E. Hall, editor. Guyton and Hall