TUGAS MAKALAH PAK IRFAN - TEKNOLOGI PRODUKSI HOLTIKULTURA (AgriA) - LELA GUSTRI SAKINA SITOMPUL - 2010221006-1
TUGAS MAKALAH PAK IRFAN - TEKNOLOGI PRODUKSI HOLTIKULTURA (AgriA) - LELA GUSTRI SAKINA SITOMPUL - 2010221006-1
KANGKUNG DARAT
OLEH
Nama : Lela Gustri sakina Sitompul
No.Bp : (2010221006)
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Tanaman ini termasuk
kelompok tanaman semusim dan berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas untuk
membudidayakannya sehingga memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada umumnya
lahannya terbatas. Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran kangkung cukup
tinggi, seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi
pertumbuhan badan dan kesehatan.
Tanaman kangkung termasuk kelompok tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan
tidak memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk
dibudidayakan pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan pekarangan terbatas
(Haryoto, 2009). Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman kangkung kedepan masih dan
terusmenerus bertumpu pada perbaikan kesuburan tanah dan penggunaan media yang efektif dan
efisien. Kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan kangkung. Keadaan tanah yang baik akan
memberikan hasil pertumbuhan tanaman kangkung yang baik pula. Penyerapan nutrien atau unsur
hara dalam tanah oleh tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Murwono, 2012).
Tanaman kangkung (ipomoeae reptans) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
banyak di tanam oleh petani dengan skala kecil maupun besar untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.Pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat ditentukan oleh upaya peningkatan
produktifitas komuditas pertanian. Komuditas sayuran sangat penting dibudidayakan di Indonesia
karena merupakan komuditas yang memiliki potensi unggul sebagai bahan makanan dalam
memenuhi gizi masyarakat serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Rumusan Masalah
Salah satu komuditas sayuran yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat adalah kangkung.
Kangkung banyak dimanfaatkan ibu-ibu untuk membuat sayur tumis. Jenis kangkung yang biasa
dimanfaatkan adalah kangkung air dan kangkung darat. Kangkung air tumbuh baik pada tempat
yang basah atau berair. Kangkung ini tangkai daunnya panjang, daunnya lebar, bunganya berwarna
ungu dan daunnya memiliki warna hijau tua. Berbeda dengan kangkung air, kangkung darat justru
banyak tumbuh dilahan kering atau tegalan. Daun lebih langsing dengan ujung daun meruncing,
warnanya hijau pucat keputih-putihan, warna bunga putih dipelihara untuk menghasilkan biji
sebagai benih yang baru (Nazaruddin, 2000).
Menurut Anggara (2009), sistematiks tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan )
Genus : Ipomea
Spesies :Ipomea reptans Poir.
Kangkung dapat menenangkan saraf sehingga berfungsi sebagai obat tidur. Akarnya
digunakan untuk mengobati penyakit wasir dan zat besi yang terkandung didalamnya berguna untuk
pertumbuhan tubuh. Biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif.
Tanaman kangkung dapat tumbuh lebih dari satu bulan. Batang tanaman berbentuk bulat panjang,
berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang. Batang tanaman
kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan yang banyak. Kangkung
mempunyai sistem perakaran tunggang dan cabang–cabang akarnya menjalar dan menembus tanah
sampai kedalaman 60–100 cm serta melebar secara mendatar pada radius 100–150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan pada ketiak
daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya
seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna
hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda (Rukmana, 1994).
Kangkung mempunyai perakaran tunggang dengan banyak akar samping. Akar tunggang
tumbuh dari batangnya yang berongga dan berbuku–buku. Daun kangkung berbentuk daun tunggal
dengan ujung runcing maupun tumpul mirip dengan bentuk jantung hati, warnanya hijau kelam atau
berwarna hijau keputih– putihan dengan semburat ungu dibagian tengah. Bunganya berbentuk
seperti terompet berwarna putih dan ada juga yang putih keungu–unguan. Buah kangkung
berbentuk seperti telur dalam bentuk mini warnanya cokelat kehitaman, tiap-tiap buah terdapat atau
memiliki tiga butir biji. Umumnya banyak dimanfaatkan sebagai bibit tanaman. Jenis dari kangkung
ini terdiri dari dua jenis yaitu kangkung air dan kangkung darat. Namun jenis tanaman yang paling
umum dibudidayakan oleh masyarakat kita yaitu tanaman kangkung darat atau yang biasanya
dikenal baik dengan sebutan kangkung cabut (Alpian, Arham. 2013).
Menurut Yusrinawati (2006) daun kangkung memiliki panjang 7 – 14 cm, berbentuk
jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang berongga dan mengapung
pada permukaan. Jika menyentuh tanah atau lengas , akar adventif segera tebentuk pada buku
batang. Pada kondisi hari pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya
terbentuk satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota
putih, merah jambu muda atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah terbentuk dan
berkembang dalam bulir polong.
Palada dan Chang (2003), menyatakan kangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut
tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali dengan memotong sepanjang 15 – 25 cm pada
bagian batang. Pemanenan yang sering dilakukan akan menghambat pembungaan dan menstimulasi
pertumbuhan tunas samping. Tanaman yang tidak dipanen menyebabkan tunas samping
berkembang menjadi daun yang panjang.
Morfologi tanaman kangkung
Akar, batang, daun, biji kangkung bermanfaat untuk
Akar
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang- cabangnya banyak
menyebar ke berbagai areah. Kangkung sendiri merupakan salah satu tanaman yang waktu
tumbuhnya tergolong lama.
Batang
Pada tanaman kangkung, batangnya memiliki bentuk yang bulat danberlubang serta banyak
sekali mengandung air, sekalipun pada jeniskangkung darat.
Daun
Tangkai daun pada tanaman kangkung terletak pada bagian muka-mukabatangnya. Pada kateak
daun kangkung ini terdapat mata tunas, ini bisatumbuh menjadi percabangan baru.
Bunga
Secara umum bunga yang dimiliki tanaman kangkung bentuknyamenyerupai bentuk terompet.
Pada mahkota bunganya memiliki warnaputih dan merah.
Biji
Untuk biji atau benih kangkung, memiliki bentuk yang bulat dan bersegi- segi. Warna dari
bijinya coklat kehitan-hitam ketika sudah tua, danmemiliki warna hijau pada saat usia mudah.
BAB III PEMBAHASAN
Saran
Saran saya semoga semua bisa memahami cara budidayakan kangkung darat ini agar bisa
bermanfaat untuk kedepannya.
MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA BUDIDAYA TANAMAN
KANGKUNG DARAT
Disusun oleh:
Nama : Lela Gustri sakina Sitompul
No.Bp : 2010221006
Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin,
oleoresin, desmetoksikurkumin, bidesmetok- sikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium,
fosfor, dan besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan
manusia dan lemak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, dan B-tumeron,
tumerol, D-atlanton, B kariofilen, linalool, 1,8 sineol. Teknologi budidaya yang mengikuti anjuran,
dengan mengacu kepada penerapan SPO yang tepat, produksi rimpang kunyit segar mencapai 11
ton/ha, dengan kadar kurkumin 8- 11%.
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah
daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8 -
12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut
dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5
cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan
kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku
industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman
kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti
tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
hasil produksi kunyit di Indonesia mengalami pasang surut. Produksi terendah terlihat di tahun
2002 yaitu sebesar 23.993.017 kg. Jumlah tersebut terus mengalami kenaikan namun pada tahun
2008 sempat mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2009 terlihat bahwa produksi kunyit berada
pada posisi tertinggi. Namun, pada tahun berikutnya kembali mengalami penurunan. Tinggi
rendahnya produksi kunyit tidak selalu sebanding dengan tinggi rendahnya produktivitas.
Tinggi rendahnya produktivitas selain dipengaruhi oleh jumlah produksi juga dipengaruhi luas
lahan yang ada. Berdasarkan Table 1. produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2007 dengan total
produktivitas 2,7 kg/m2 . Kenaikan produksi sejalan dengan bertambahnya luas lahan yang
digunakan untuk budidaya kunyit. Luas lahan terus bertahan dari tahun ke tahun namun pada tahun
2009 mengalami penurunan, namun penurunan lahan tidak diikuti dengan penurunan produktivitas.
Luasan lahan kembali bertambah di tahun 2012 namun produktivitas mengalami penurunan. Pada
tahun 2013 luas lahan dan jumlah produksi mengalami kenaikan yang signifikan namun pada tahun
2014 kembali mengalami penurunan.
Menurut Makruf et al. (2012), faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu luas lahan, jumlah
pupuk, jumlah tenaga kerja, jumlah pestisida, dan jumlah benih. Sedangkan menurut Sesbany
(2011), faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas yaitu varietas tanaman yang
digunakan, jarak tanam dan populasi tanaman. Sedangkan menurut Thamrin (2014), faktor yang
paling berpengaruh yaitu besarnya penggunaan pupuk dan faktor tenaga kerja.
Kunyit (Curcuma domestica) adalah tanaman rimpang yang sudah banyak dikenal oleh
dunia, baik dalam skala rumah tangga maupun skala industri. Saat ini kunyit telah
dimanfaatkan secara luas untuk bahan makanan, minuman, obat-obatan, komestik dan tekstil.
Tanaman kunyit tumbuh dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak,
bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun
(agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-
12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3
cm dacnom
lem
baitr t1o,5uscem
r , berwarna putih atau kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuning-kuningan.
- Ketinggian tempat : dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (>2000
mdpl).
- Curah hujan : 1000-4000 mm/tahun
- Sinar matahari : 60 – 70 %
- Struktur tanah : struktur liat pH 5,7-6,0
- Kandungan humus : Tinggi
PEMBAHASAN
SYARAT TUMBUH
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau
sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila
ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup
dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik
adalah pada penanaman awal musim hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-
30 oC.
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan
menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan
organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.Kunyit tumbuh
baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal
+ 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m.
1. Kondisi Geografis
Kunyit dapat tumbuh mulai dari dataran rendah, yaitu mulai 0 – 240 meter di
atas permukaan laut. Namun, masih mungkin tumbuh pada ketinggian sampai 2000
meter di atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan optimal, ketinggian yang sesuai
adalah sekitar 45 m dpl (Paramitasari, 2011).
2. Iklim
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki cahaya penuh
atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat terbuka atau sedikit
TEKNIK BUDIDAYA
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat
bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau,
kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7 -
12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami
masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta
untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu
dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan
agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1 -3
mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.
Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan
rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1 -1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi
dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 oC). Selain itu
menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 oC. dan merendam bibit pada
larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik
(1 cc/1,5 liter air) dan larutan G -3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus
dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 oC. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat
ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul
tunas telah tanaman berumur 1 -1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2 -3 cm maka rimpang sudah dapat
ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna
menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait
maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk
memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan
jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama
pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
PENGOLAHAN LAHAN
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau
menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus
mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian
diistirahatkan selama 1 -2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit
penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari. Lahan kemudian dibuat bedengan
dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase,
dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam
lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk
kandang 2,5-3 kg.
1. TEKNIK PENANAMAN
Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh
produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. Penentuan Pola Tanaman Bibit kunyit yang telah disiapkan
kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5 -10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke
atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan
pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan
pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut
dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya
terletak pada masa panennya.
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan
kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Teknik penanaman dengan perlakuan
stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur
tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata
terhadap pembentukan rimpang kunyit.
Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk
pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi
pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di
atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan
melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti
benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih
serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang
mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini
dilakukan 3 -5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan
pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
3. Pembubunan
Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan
untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan
bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan
tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan
dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.
Saran
Adapun saran yang diberikan yaitu:
1. Dilakukan riset teknologi perbanyakan tanaman kunyit secara lebih serius, sehingga dapat
dikembangkan banyak petani di seluruh Indonesia dan lebih menguntungkan.
2. Sebaiknya tanaman kunyit dilakukan riset yang menyeluruh untuk mengetahui
beberapa kandungan kimia yang ada.
3. Pemberian pupuk dan pengendalian hama penyakit perlu diperhatikan bukan hanya
dengan praduga saja tetapi perlu diteliti dengan menyesuaikan dengan referensi terkait
budidaya tanaman kunyit, sehingga bisa memberikan hasil yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Edi S, Bobihoe J. 2014. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi(ID): Balai PengkajianTeknologi
Pertanian (BPTP)
Jambi.
Haryoto. 2009. Kreatif di Seputaran Rumah Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Kanisus.
Yogyakarta.
Maulana D. 2018. Raih Untung dari Budidaya Kangkung. Yogyakarta (ID): Trans Idea Publishing.
Emilia dan Ainun. 1999. Kangkung (Ipomoea reptans). www. Google.com. h. 1-9.
Fitter, A. H dan Hay, R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh Sri
Adani dan E. D.
Purbayanti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Darwis SN. 1991. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor, Puslitbang Tanaman Industri: 39-
61.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat: kunyit (kunir). Jakarta, PT. Rineka
Cipta: 60.
Moko, Hidayat; Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur tumbuh dan
mulsa
terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Buletin Pertanian Tanaman Rempah dan Obat, 8 (1)
1993:
30-38.