Anda di halaman 1dari 8

³3(1,1*.$7$1 .

203(7(16, 0(/$/8, 3(/$7,+$1


3(1*.$-,$1 .2035(+(16,) 3$'$ 3(5$:$7´
B. Antonelda Marled Wawo¹, Achir Yani S. Hamid², Novy Helena C. Daulima³

1. Ns. B. Antonelda Marled Wawo, S.Kep: Magister Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
Dosen Program Studi Ners STIKes Citra Husada Mandiri Kupang, 85111
E-mail: neldawawo@yahoo.co.id
2. Prof. Achir Yani S. Hamid, MN. D. N. Sc: Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
E-mail: ayanihamid@yahoo.co.id
3. Dr. Novy Helena C. Daulima, S.Kp. M.Sc: Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
E-mail: novy.pangemanan@lycos.com
Abstrak
Pasien dengan masalah fisik disertai dengan gejala psikososial dapat teridentifikasi melalui
pengkajian keperawatan. Perawat hanya berorientasi pada kebutuhan biologis, sehingga
rencana asuhan keperawatan tidak komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh pelatihan pengkajian berfokus pada aspek psikososial terhadap
kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) perawat dalam melakukan pengkajian
komprehensif. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen pre-post test dengan
kelompok kontrol. Sampel perawat Unit Rawat Inap dua RSUD untuk kelompok intervensi
dan kontrol adalah 70 orang. Kuesioner pengetahuan, lembar observasi sikap dan
keterampilan digunakan untuk pengumpulan data. Kolmogorov-smirnov, t Independen dan chi
square dipakai untuk menganalisis data. Temuan penelitian adalah karakteristik dan
kompetensi homogen, ada perubahan berupa peningkatan kompetensi, ada perbedaan
kompetensi, ada hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan perawat setelah mendapatkan
pelatihan. Rekomendasi. Pelatihan diaplikasikan dalam praktik dan dimasukkan sebagai
pengembangan staf.
Kata Kunci Holistik, Undang-Undang Tentang Keperawatan, Henderson.
Abstract
Patient with physical problems accompanied by psychosocial impact could be identified
through nursing assessment. Nurses have been only oriented to biological needs of patients,
consequently a comprehensive nursing care plan has not been implemented. The purpose of
this research was to identify the effect of training on psychosocial focused assessment
WRZDUGV WKH QXUVHV¶ FRPSHWHQFHV NQRZOHGJH DWWLWXGH DQG VNLOO LQ FRQGXFWLQJ comprehensive
assessment. Quasi experiment pre-post test with control group design was used. The samples
of 70 nurses working in two local government hospitals were used. Kolmogorov-smirnov, t
Independent and chi square were utilized to analyze collected data. The findings were no
differences of characteristics among nurses working in two hospitals, there were
improvement of competences after the training for both group of nurses, as well as between
group of nurses that trained nurses were more competence as compared to untrained nurses
on the comprehensive assessment. It is recommended that this training with the prepared
module, assessment form and guideline can be applied for practice and integrated in staff
development plan of the hospital.
Keyword Holistic, Act On Nursing, Henderson
Pendahuluan bahwa format pengkajian sudah ada,
selalu dilengkapi dan diperbaharui
Penilaian aspek psikososial meliputi sesuai dengan kebutuhan pasien
gangguan emosional, respon terhadap namun sosialisasi ataupun latihan yang
tekanan, konsep diri, sistem penilaian, bertujuan menyamakan persepsi antar
sifat hubungan personal, kepribadian, perawat di dalam mengisi format
dan disstres atau gangguan psikososial tersebut tidak pernah dilakukan. Hal
(Mynarikova, 2014). Psikososial ini secara langsung dapat berdampak
merupakan bagian dari praktik pada kelengkapan dokumentasi
keperawatan yang dilakukan dengan keperawatan. Kelengkapan
menggunakan proses keperawatan dokumentasi dapat berhubungan
meliputi tahap pengkajian, diagnosa, dengan kompetensi yang dimiliki
perencanaan, implementasi, dan perawat di ruangan.
evaluasi. Pengkajian secara
komprehensif memandang manusia Ketidakmampuan perawat didalam
yang holistik (PPNI, 2005). melakukan pengkajian keperawatan
yang komprehensif memberikan
Fenomena terabainya pengkajian dampak pada proses, dokumentasi
terhadap kebutuhan psikososial pasien keperawatan, dan respon psikologis
dengan masalah fisik di Unit Rawat pasien. Prevalensi pasien dengan
Inap tidak hanya terjadi pada beberapa masalah fisik di Unit Rawat Inap
Unit Rawat Inap RSUD daerah Jawa RSUD yang dirujuk ke Unit Poliklinik
Barat, namun fenomena ini dapat juga Jiwa adalah sebesar 0,106% (n=5.648)
dijumpai pada hampir seluruh RSUD di tahun 2014 dan meningkat menjadi
di Indonesia. Penyebab meliputi 0,111% (n=6.256) di tahun 2015
ketidakmampuan perawat melakukan (Bidang Keperawatan, 2015).
komunikasi yang efektif, kesulitan Prevalensi tersebut mengindikasikan
perawat membangun hubungan yang bahwa pasien dengan masalah fisik
terapeutik dengan pasien, beban kerja pada Unit Rawat Inap yang tidak
berlebih, dan konsep interdisiplin tertangani secara komprehensif dapat
(Suryani, 2012). Penyebab lainnya memberikan dampak pada respon
meliputi latar belakang pendidikan psikologis pasien sehingga
perawat, pengalaman diganostik, membutuhkan pelayanan dari Unit
keterampilan intelektual, teknis dan Pelayanan Kesehatan Jiwa.
hubungan interpersonal perawat
(Mynarikova, 2014). Banyaknya Perawat sebagai pemberi asuhan di
kegiatan yang dilakukan perawat dalam praktik keperawatan tentunya
dalam bentuk tindakan medis dan dipengaruhi oleh peran dan fungsi
penyelasaian tugas yang harus yang tidak dapat dipisahkan, salah satu
diselesaikan dapat juga menjadi di antaranya adalah sebagai pemberi
kendala bagi perawat didalam asuhan keperawatan, yaitu
melakukan pengkajian keperawatan memberikan asuhan bagi pasien yang
yang holistik (Elvi. 2011). Hasil mengalami penyakit fisik dengan
wawancara bersama Kepala Ruangan Penelitian dengan masalah yang sama
Unit Rawat Inap RSUD didapatkan belum pernah dilakukan di RSUD dan
referensi terhadap bentuk pelatihan Hasil
yang dapat meningkatkan kompetensi Tabel 1
perawat di Indonesia belum juga Distribusi Karakteristik Perawat : Jenis Kelamin, Status Perkawinan,
dan Tingkat Pendidikan di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun

ditemukan. Namun dari Clinical 2016


(n=70)
Variabel Kategor Kelompo Kelompo Jumlah p
Simulation in Nursing Article i k
Intervensi
k Kontrol
(n=35)
Total
(n=70)
valu
e
didapatkan penelitian yang dilakukan (n= 35)

oleh Spade (2010) terkait pelatihan n % n % n %


kurikulum tentang tanda-tanda vital Jenis
Kelamin
Laki-
Laki
6 17,
1
1
6
45,
7
2
2
31,
4
0,02
0
psikososial pada mahasiswa Perempu
an
2
9
82,
9
1
9
54,
3
4
8
68,
6

keperawatan yang bertujuan untuk Status


Perkawin
Belum
Kawin
2 5,7 8 22,
9
1
0
14,
3
0,88

an
menerapkan kemampuan komunikasi Sudah
Kawin
3
3
94,
3
2
7
77,
1
6
0
85,
7
terapeutik di dalam pengkajian Timgkat
Pendidik
D3 3
1
88,
6
3
2
91,
4
6
3
90 1,00

kebutuhan pasien yang holistik. an


S1 4 11, 3 8,6 7 10
4
Metode EHUPDNQD SDGD .

Desain yang digunakan adalah kuasi Frekuensi responden perempuan


eksperimen pre-post test dengan 68,6%, 85,7% berstatus kawin, 90%
kelompok kontrol. Sampel adalah dua pendidikan D3. Hasil analisis lebih
kelompok perawat dari Unit Rawat Inap lanjut terdapat kesetaraan berdasarkan
RSUD yang berbeda. Instrumen yang status perkawinan (p value > 0,05) dan
digunakan kuesioner pengetahuan, tingkat pendidikan sedangkan tidak
lembar observasi sikap dan pada jenis kelamin (p value < 0,05)
keterampilan yang valid (r hitung > r Tabel 2
Distribusi Karakteristik Perawat : Umur dan Lama Kerja
tabel) GDQ UHOLDEHO QLODL . !0,7). di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016
(n=70)

Prosedur pengambilan data dimulai dari Varia Kelomp Mea SD Minima 95% p
bel ok n l- CI val
kegiatan pre test pada kedua kelompok Maksi
mal
ue

perawat, dilanjutkan dengan pemberian Umur Interven


si
33,0
9
3,3
8
24-39 31,92
-
1,00

(n=35) 34,25
intervensi berupa pelatihan dan diakhiri Kontrol 30,2 5,4 23-42 28,40
6 0 -
dengan kegiatan post test. Melewati Lama Interven 3,26 2,4 1-8
32,11
2,42- 0,23
proses pengolahan data dan analisis Kerja si
Kontrol 5,86
4
4,8 0-18
4,10
4,18-
0

9 7,54
data terdiri dari analisis univariat
dengan uji keetaraan dan analisis Rerata usia perawat dari kelompok
bivariat melalui uji t Independen dan yang tidak mendapatkan pelatihan
Chi Square. Pertimbangan etik dalam adalah 30,26 tahun dan diyakini rata-
penelitian ini memperhatikan prinsip rata usia perawat adalah diantara 28,40
otonomi, prinsip kemanfaatan, prinsip sampai dengan 32,11 tahun. (95%
CI;28,40-32,11). Rerata lama kerja
kerahasiaan, dan anonim, dan prinsip
keadilan. perawat dari kelompok yang tidak
mendapatkan pelatihan adalah 5,86
tahun dan diyakini rata-rata lama kerja
perawat adalah diantara 4,18 sampai
dengan 7,54 tahun (95% CI;4,18-7,54).
Rerata usia perawat dari kelompok
yang mendapatkan pelatihan adalah
33,09 tahun dan diyakini bahwa rata-
rata usia perawat adalah diantara 31,92
sampai dengan 34,25 tahun (95% mengalami peningkatan sedangkan
CI;31,92-34,25). Rerata lama kerja pada perawat dari kelompok yang
perawat dari kelompok yang mendapatkan pelatihan 48,6%
mendapatkan pelatihan adalah 3,26 mengalami peningkatan dan ada
tahun dan diyakini bahwa rat-rata lama perbedaan yang bermakna pada sikap
kerja perawat adalah diantara 2,42 perawat dari kelompok yang tidak
sampai dengan 4,10 tahun (95% CI; mendapatkan pelatihan dan perawat
2,42- 4,10). Hasil analisis lebih lanjut dari kelompok yang mendapatkan
disimpulkan bahwa data usia dan lama pelatihan sesudah diberikan pelatihan
kerja perawat dari kedua kelompok (p value < 0,05).
berdistribusi secara normal dan Tabel 5

memiliki kesetaraan atau homogenitas Perbedaan Keterampilan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
(p value > 0,05). di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016
(n=70)
Keterampilan Kelompok Perawat p value
Tabel 3
Intervensi Kontrol
Perbedaan Pengetahuan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016 n % n %
(n=70)
Meningkat 29 82,8 0 0
Pengetahuan Kelompok Perawat p value
Tidak 6 17,2 35 100 0.001
Meningkat
Intervensi Kontrol Jumlah 35 100 35 100
EHUPDNQD SDGD .
n % n %
Meningkat 17 48,6 0 0
Tidak 18 51,4 35 100 0.001 Keterampilan perawat dari kelompok
Meningkat
Jumlah
EHUPDNQD SDGD .
35 100 35 100 yang tidak mendapatkan pelatihan
tidak mengalami peningkatan
Pengetahuan perawat dari kelompok sedangkan pada perawat dari
yang tidak mendapatkan pelatihan kelompok yang mendapatkan pelatihan
tidak mengalami peningkatan 82,8% mengalami peningkatan dan
sedangkan pada perawat dari ada perbedaan yang bermakna pada
kelompok yang mendapatkan pelatihan keterampilan perawat dari kelompok
48,6% mengalami peningkatan dan . yang tidak mendapatkan pelatihan dan
ada perbedaan yang bermakna pada perawat dari kelompok yang
pengetahuan perawat dari kelompok mendapatkan pelatihan sesudah
yang tidak mendapatkan pelatihan dan diberikan pelatihan (p value < 0,05).
perawat dari kelompok yang Tabel 6

mendapatkan pelatihan sesudah Hubungan antara Karakteristik Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Tingkat
diberikan pelatihan (p value < 0,05). Pendidikan dengan Pengetahuan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X Tahun 2016
(n=35)
Tabel 4 Varibel Post test Jumlah p value

Kurang Baik
Perbedaan Sikap Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016
(n=70)
Sikap Kelompok Perawat p value n %

Intervensi Kontrol n % n %
Jenis Kelamin 0,014
Laki-laki 6 17,14 0 0 6 17,14
n % n %
Perempuan
Meningkat 17 48,6 0 0
Tidak 18 51,4 35 100 0.001 13 37,14 16 45,72 29 82,86
Meningkat
Jumlah 35 100 35 100 Status 0,181
EHUPDNQD SDGD . Perkawinan
Belum Kawin 2 5,72 0 0 0 5,72
Kawin
Sikap perawat dari kelompok yang
tidak mendapatkan pelatihan tidak 17 48,56 16 45,72 33 94,28
Tingkat 0,377
Pendidikan
D3 16 45,72 15 42,85 31 88,57
dinyatakan lulus dari Perguruan
Tinggi (Asmadi, 2008). Perawat
S1 3 8,57 1 2,86 4 11,43 yang lebih lama bekerja tidak
menjamin akan bekerja lebih
Analisis lebih lanjut disimpulkan produktif dibandingkan perawat
bahwa ada hubungan yang bermakna yang baru bekerja, namun ada
antara jenis kelamin dengan keyakinan bahwa semakin lama
pengetahuan perawat setelah bekerja, profesionalisme atau
mendapatkan pelatihan (p value < keterampilan akan semakin baik
0,05). (Robbins, 2002 dalam Abbasiah,
Tabel 7
Hubungan antara Karakteristik Umur dan Lama Kerja dengan Pengetahuan Perawat
setelah Mendapatkan Pelatihan di Unit Rawat Inap RS X Tahun 2016
2011).
(n = 35)
Variabel Pengetahuan Mean SD SE p n

Umur Kurang 32,63 3,947 0,906


value
0,395 19 Pelatihan merupakan usaha yang
Baik
33,63 2,579 0,645 16 dilakukan untuk mengembangkan
Lama Kerja Kurang
Baik
3,58 2,524 0,579 0,404 19 pengetahuan, sikap, dan
2,88 2,363 0,591 16 keterampilan. Usaha yang dapat
dilakukan oleh manajemen bidang
Pada alpha 5% terlihat tidak ada keperawatan dalam mempertahankan
hubungan yang bermakna antara rata- pengetahuan, sikap, dan
rata usia perawat dengan pengetahuan keterampilan perawat di dalam
setelah mendapatkan pelatihan dan melakukan proses keperawatan
pada alpha 5% terlihat tidak ada sesuai standar kompetensi adalah
hubungan yang bermakna antara rata- melalui pelatihan. Proses
rata lama kerja perawat dengan keperawatan sesuai standar
pengetahuan setelah mendapatkan kompetensi termasuk pengkajian
pelatihan. keperawatan yang kompreensif,
Pembahasan membantu perawat didalam
mengenal masalah kondisi kesehatan
Usia rata-rata dari perawat pada
pasien dan menetapkan intervensi
kedua kelompok, menunjukkan
pilihan yang tepat sehingga
bahwa perawat pada kedua
kebutuhan pasien dapat terpenuhi
kelompok berada pada rentangan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
usia produktivitas tinggi, seseorang
Pelatihan yang diberikan tentunya
dalam usia tersebut memulai
disesuaikan dengan standar
komitmen untuk masa depan dan
kompetensi dalam memenuhi
pencapaian tujuan karir yang
kebutuhan perawat dan pasien di
memuaskan (Levinston, 1994 dalam
Unit Rawat Inap RSUD. Bentuk
Abbasiah, 2011). Karyawan yang
pelatihan yang diberikan
memiliki status telah kawin lebih
direncanakan dengan manajemen
sedikit absensinya, pergantian yang
bidang keperawatan dan juga
lebih rendah, dan lebih puas dalam
melibatkan organisasi profesi.
pekerjaannya (Robbins, 2002 dalam
Tujuan penelitian adalah
Abbasiah, 2011). Perawat yang
menyamakan persepsi antara perawat
berkompeten dan memiiki
maka pelatihan tidak bisa hanya
kewenangan adalah perawat yang
dilakukan sekali atau dua kali
pertemuan namun memerlukan
evaluasi dan kegiatan Pengkajian keperawatan yang
berkesinambungan, jika manfaat dari dilakukan oleh perawat yang
hasil yang diperoleh adalah positif memiliki kewenangan sesuai dngan
guna meningkatkan kompetensi isi dari Undang-Undang nomor 38
maka perlu diteruskan dan tahun 2014 tentang Keperawatan
dipertahankan namun jika manfaat bahwa penyelenggaraan pelayanan
yang diperoleh masih dirasa kurang keperawatan harus dilakukan secara
dalam meningkatkan kompetensi bertanggung jawab, akuntabel,
perawat maka kegiatan evaluasi dan bermutu, aman, dan terjangkau oleh
perubahan perlu dilakukan guna perawat yang memiliki kompetensi,
memperoleh manfaat yang positif kewenangan, etik, dan moral yang
(Hariandja, 2012). tinggi. Seseorang yang telah
dinyatakan sebagai perawat harusnya
Evaluasi dilakukan tidak hanya memiliki kompetensi dalam
dalam bentuk pre dan post test menyelenggarakan pelayanan
namun juga melalui pre dan post keperawatan termasuk proses
conference pendampingan perawat. keperawatan. Pengkajian
Bisa dikatakan evaluasi dilakukan keperawatan merupakan tahap awal
selama proses penelitian yaitu dalam sebuah proses keperawatan
sebelum, selama, dan sesudah proses dan menjadi tahap vital yang
pelatihan dikarenakan metode yang menentukan bagi penetapan tahap
digunakan bersifat terbuka. Respon selanjutnya. Namun disampaikan
yang didapatkan dari peserta sangat juga oleh perawat bahwa jika
beragam, namun proses penelitian perawat menerapkan sesuai dengan
tetap berjalan sesuai dengan teori maka waktu yang dimiliki
prosedur. Pendampingan hanya tertuju pada satu pasien saja
keterampilan kepada perawat yang tentunya akan berisiko untuk
bersama pasien, sering menemukan mengabaikan perawatan pasien yang
hambatan baik dari segi waktu dan lain dan tugas pokok perawat.
kesiapan dari perawat sendiri Dengan demikian dapat disimpulkan
meliputi mental dan motivasi. bahwa ada risiko dari perawat untuk
Perawat menyadari akan pentingnya tidak melakukan pengkajian secara
melakukan pelatihan ini namun komprehensif.
motivasi untuk merubah perilaku
yang sudah ada masih sangat kurang. Usaha yang dilakukan untuk
Dukungan dari tokoh keperawatan meminimalkan risiko tidak
yaitu Kepala Ruangan dan Bidang dilakukannya pengkajian
Manajemen Keperawatan sangat keperawatan yang komprehensif
kuat dalam hal memfasilitasi dan dapat melihat kembali pada sifat dari
memberikan dukungan yang dapat proses keperawatan, yaitu proses
menumbuhkan dan meningkatkan keperawatan bersifat fleksibel atau
motivasi perawat dalam mengikuti tidak kaku namun dapat disesuaikan
kegiatan penelitian dari awal hingga dengan kondisi yang ada (Asmadi,
akhir. 2008). Harapan terhadap perubahan
perilaku perawat sesuai dengan Faktor psikologis pria cenderung
kompetensi yang harus dimiliki untuk lebih agresif dalam mencapai
dapat disesuaikan dengan teori kesuksesan dibanding perempuan.
berubah perilaku menurut Kurt namun perempuan lebih mematuhi
Lewin dan Rogers (Alhamda, 2009). otoritas dan memiliki kepuasan
dalam pekerjaannya dibanding pria
Teori Henderson (1922, dalam (Robbins, 2002 dalam Abbasiah,
Alligood, 2014) bahwa 2011). Dari beberapa pernyataan di
keseimbangan emosional tidak bisa atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dipisahkan dari keseimbangan perawat yang berjenis kelamin
fisiologis, dimana emosi dianggap perempuan bisa dikatakan lebih
sebagai interpretasi dari respons sel mematuhi otoritas, lebih merekam
terhadap fluktuasi komposisi terhadap materi yang disampaikan
kimiawi cairan-cairan sel di dalam selama pelatihan, dan lebih teliti
tubuh. Teori menunjukkan bahwa dalam melakukan pengkajian yang
ada hubungan yang saling komprehensif sehingga karakteristik
mempengaruhi diantara kebutuhan jenis kelamin merupakan
dasar pasien, pasien dengan masalah karakteristik yang memiliki
fisik dapat pula disertai dengan tanda pengaruh atau hubungan terhadap
dan gejala psikososial. Pada satu kompetensi pengetahuan perawat
pasien dengan masalah fisik tidak terlepas dari adanya kesetaraan
hanya akan muncul diagnosa ataupun tidak adanya kesetaraan
keperawatan fisik namun juga antara perawat dari kelompok yang
disertai dengan diagnosa psikososial. tidak mendapatkan intervensi dengan
perawat dari kelompok yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan intervensi.
tidak ada kesetaraan berdasarkan
jenis kelamin pada perawat dari Kesimpulan dan Rekomendasi
kedua kelompok namun hasil
analisis lanjut membuktikan bahwa Hasil penelitian ini dapat menambah
ada hubungan yang bermakna antara keilmuan tentang pengkajian
jenis kelamin dengan pengetahuan psikososial yang dapat diberikan baik
perawat (p value < 0.05). Jenis di tatanan Rumah Sakit Umum
kelamin merupakan ciri biologis maupun Rumah Sakit Jiwa dalam
yang dibawa oleh seseorang sejak upaya meningkatkan kesehatan jiwa
lahir, dibedakan menjadi perempuan bagi pasien. Pelatihan ini bisa
dan laki-laki. Jenis kelamin yang diberikan kepada mahasiswa
berbeda jika dihubungankan dengan keperawatan sehingga dapat menjadi
produktivitas kerja maka tidak perawat yang menjalankan peran dan
memiliki perbedaan yang signifikan. fungsi sebagaimana mestinya sesuai
Jenis kelamin cenderung memiliki standar kompetensi.
kemampuan belajar, kemampuan
personalisasi, kemampuan Rumah Sakit hendaknya melakukan
memecahkan masalah, keterampilan, pelatihan atau kegiatan sosialisasi
dan analisis (Notoatmodjo, 2010). secara periodik sebagai usaha untuk
mempertahankan kompetensi yang January 31, 2016.
dimiliki oleh perawat dalam https://books.google.co.id/books?id
melakukan pengkajian yang Bidang Keperawatan. (2015). Profil RSUD
komprehensif, menetapkan format Kota Depok Tahun 2014. Depok :
pengkajian yang komprehensif guna RSUD Kota Depok.
menjawab kebutuhan perawat dan
Hariandja, M., T., E. (2012). Manajemen
memenuhi kebutuhan pasien, Sumber Daya Manusia. Jakarta :
memberikan motivasi kepada perawat Grasindo
untuk selalu memandang pasien
sebagai makhluk yang utuh dalam Undang-Undang Republik Indonesia. (2014).
Undang-Undang Republik Indonesia
melakukan pengkajian yang no 38 2014 tentang keperawatan.
komprehensif. Memberikan masukan Maret 18, 2016.
bagi organisasi profesi agar www.kemenkopmk.go.id/pdf.
memberikan pelatihan keperawatan
secara berkala kepada perawat.
Menggunakan format pengkajian
komprehensif yang telah disediakan
untuk mengkoreksi pemenuhan
kebutuhan pasien yang holistik.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terimakasih diberikan kepada
STIKes CHM-K sebagai sumber dana
riset dan pihak yang mendudkung atau
membantu penelitian yaitu Bidang
Manajemen Keperawatan RSUD dan
Kepala Ruang Rawat Inap RSUD.
Referensi
Abbasiah. (2011). Pengaruh Pelatihan
Keperawatan Spiritual Terhadap
Pengetahuan Dan Keterampilan
Keperawatan Spiritual Perawat
Pelaksana di RS H. Abdul Manap
Kota Jambi. January 31, 2016. Tesis
Universitas Indonesia Pascasarjana.
http://www.dept.usm.edu/eda/

Alhamda, S. (2009). Buku Ajar Sosiologi


Kesehatan. Jakarta : EGC

Alligood, M.,R. (2014). Nursing Theoritis And


Their Work. St. Louis : Elsevier
Mosby

Asmadi. (2008). KONSEP DASAR


KEPERAWATAN. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai