Peningkatan Kompetensi Melalui Pelatihan 7c57481a
Peningkatan Kompetensi Melalui Pelatihan 7c57481a
1. Ns. B. Antonelda Marled Wawo, S.Kep: Magister Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
Dosen Program Studi Ners STIKes Citra Husada Mandiri Kupang, 85111
E-mail: neldawawo@yahoo.co.id
2. Prof. Achir Yani S. Hamid, MN. D. N. Sc: Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
E-mail: ayanihamid@yahoo.co.id
3. Dr. Novy Helena C. Daulima, S.Kp. M.Sc: Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat ± 16424
E-mail: novy.pangemanan@lycos.com
Abstrak
Pasien dengan masalah fisik disertai dengan gejala psikososial dapat teridentifikasi melalui
pengkajian keperawatan. Perawat hanya berorientasi pada kebutuhan biologis, sehingga
rencana asuhan keperawatan tidak komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh pelatihan pengkajian berfokus pada aspek psikososial terhadap
kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) perawat dalam melakukan pengkajian
komprehensif. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen pre-post test dengan
kelompok kontrol. Sampel perawat Unit Rawat Inap dua RSUD untuk kelompok intervensi
dan kontrol adalah 70 orang. Kuesioner pengetahuan, lembar observasi sikap dan
keterampilan digunakan untuk pengumpulan data. Kolmogorov-smirnov, t Independen dan chi
square dipakai untuk menganalisis data. Temuan penelitian adalah karakteristik dan
kompetensi homogen, ada perubahan berupa peningkatan kompetensi, ada perbedaan
kompetensi, ada hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan perawat setelah mendapatkan
pelatihan. Rekomendasi. Pelatihan diaplikasikan dalam praktik dan dimasukkan sebagai
pengembangan staf.
Kata Kunci Holistik, Undang-Undang Tentang Keperawatan, Henderson.
Abstract
Patient with physical problems accompanied by psychosocial impact could be identified
through nursing assessment. Nurses have been only oriented to biological needs of patients,
consequently a comprehensive nursing care plan has not been implemented. The purpose of
this research was to identify the effect of training on psychosocial focused assessment
WRZDUGV WKH QXUVHV¶ FRPSHWHQFHV NQRZOHGJH DWWLWXGH DQG VNLOO LQ FRQGXFWLQJ comprehensive
assessment. Quasi experiment pre-post test with control group design was used. The samples
of 70 nurses working in two local government hospitals were used. Kolmogorov-smirnov, t
Independent and chi square were utilized to analyze collected data. The findings were no
differences of characteristics among nurses working in two hospitals, there were
improvement of competences after the training for both group of nurses, as well as between
group of nurses that trained nurses were more competence as compared to untrained nurses
on the comprehensive assessment. It is recommended that this training with the prepared
module, assessment form and guideline can be applied for practice and integrated in staff
development plan of the hospital.
Keyword Holistic, Act On Nursing, Henderson
Pendahuluan bahwa format pengkajian sudah ada,
selalu dilengkapi dan diperbaharui
Penilaian aspek psikososial meliputi sesuai dengan kebutuhan pasien
gangguan emosional, respon terhadap namun sosialisasi ataupun latihan yang
tekanan, konsep diri, sistem penilaian, bertujuan menyamakan persepsi antar
sifat hubungan personal, kepribadian, perawat di dalam mengisi format
dan disstres atau gangguan psikososial tersebut tidak pernah dilakukan. Hal
(Mynarikova, 2014). Psikososial ini secara langsung dapat berdampak
merupakan bagian dari praktik pada kelengkapan dokumentasi
keperawatan yang dilakukan dengan keperawatan. Kelengkapan
menggunakan proses keperawatan dokumentasi dapat berhubungan
meliputi tahap pengkajian, diagnosa, dengan kompetensi yang dimiliki
perencanaan, implementasi, dan perawat di ruangan.
evaluasi. Pengkajian secara
komprehensif memandang manusia Ketidakmampuan perawat didalam
yang holistik (PPNI, 2005). melakukan pengkajian keperawatan
yang komprehensif memberikan
Fenomena terabainya pengkajian dampak pada proses, dokumentasi
terhadap kebutuhan psikososial pasien keperawatan, dan respon psikologis
dengan masalah fisik di Unit Rawat pasien. Prevalensi pasien dengan
Inap tidak hanya terjadi pada beberapa masalah fisik di Unit Rawat Inap
Unit Rawat Inap RSUD daerah Jawa RSUD yang dirujuk ke Unit Poliklinik
Barat, namun fenomena ini dapat juga Jiwa adalah sebesar 0,106% (n=5.648)
dijumpai pada hampir seluruh RSUD di tahun 2014 dan meningkat menjadi
di Indonesia. Penyebab meliputi 0,111% (n=6.256) di tahun 2015
ketidakmampuan perawat melakukan (Bidang Keperawatan, 2015).
komunikasi yang efektif, kesulitan Prevalensi tersebut mengindikasikan
perawat membangun hubungan yang bahwa pasien dengan masalah fisik
terapeutik dengan pasien, beban kerja pada Unit Rawat Inap yang tidak
berlebih, dan konsep interdisiplin tertangani secara komprehensif dapat
(Suryani, 2012). Penyebab lainnya memberikan dampak pada respon
meliputi latar belakang pendidikan psikologis pasien sehingga
perawat, pengalaman diganostik, membutuhkan pelayanan dari Unit
keterampilan intelektual, teknis dan Pelayanan Kesehatan Jiwa.
hubungan interpersonal perawat
(Mynarikova, 2014). Banyaknya Perawat sebagai pemberi asuhan di
kegiatan yang dilakukan perawat dalam praktik keperawatan tentunya
dalam bentuk tindakan medis dan dipengaruhi oleh peran dan fungsi
penyelasaian tugas yang harus yang tidak dapat dipisahkan, salah satu
diselesaikan dapat juga menjadi di antaranya adalah sebagai pemberi
kendala bagi perawat didalam asuhan keperawatan, yaitu
melakukan pengkajian keperawatan memberikan asuhan bagi pasien yang
yang holistik (Elvi. 2011). Hasil mengalami penyakit fisik dengan
wawancara bersama Kepala Ruangan Penelitian dengan masalah yang sama
Unit Rawat Inap RSUD didapatkan belum pernah dilakukan di RSUD dan
referensi terhadap bentuk pelatihan Hasil
yang dapat meningkatkan kompetensi Tabel 1
perawat di Indonesia belum juga Distribusi Karakteristik Perawat : Jenis Kelamin, Status Perkawinan,
dan Tingkat Pendidikan di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun
an
menerapkan kemampuan komunikasi Sudah
Kawin
3
3
94,
3
2
7
77,
1
6
0
85,
7
terapeutik di dalam pengkajian Timgkat
Pendidik
D3 3
1
88,
6
3
2
91,
4
6
3
90 1,00
Prosedur pengambilan data dimulai dari Varia Kelomp Mea SD Minima 95% p
bel ok n l- CI val
kegiatan pre test pada kedua kelompok Maksi
mal
ue
(n=35) 34,25
intervensi berupa pelatihan dan diakhiri Kontrol 30,2 5,4 23-42 28,40
6 0 -
dengan kegiatan post test. Melewati Lama Interven 3,26 2,4 1-8
32,11
2,42- 0,23
proses pengolahan data dan analisis Kerja si
Kontrol 5,86
4
4,8 0-18
4,10
4,18-
0
9 7,54
data terdiri dari analisis univariat
dengan uji keetaraan dan analisis Rerata usia perawat dari kelompok
bivariat melalui uji t Independen dan yang tidak mendapatkan pelatihan
Chi Square. Pertimbangan etik dalam adalah 30,26 tahun dan diyakini rata-
penelitian ini memperhatikan prinsip rata usia perawat adalah diantara 28,40
otonomi, prinsip kemanfaatan, prinsip sampai dengan 32,11 tahun. (95%
CI;28,40-32,11). Rerata lama kerja
kerahasiaan, dan anonim, dan prinsip
keadilan. perawat dari kelompok yang tidak
mendapatkan pelatihan adalah 5,86
tahun dan diyakini rata-rata lama kerja
perawat adalah diantara 4,18 sampai
dengan 7,54 tahun (95% CI;4,18-7,54).
Rerata usia perawat dari kelompok
yang mendapatkan pelatihan adalah
33,09 tahun dan diyakini bahwa rata-
rata usia perawat adalah diantara 31,92
sampai dengan 34,25 tahun (95% mengalami peningkatan sedangkan
CI;31,92-34,25). Rerata lama kerja pada perawat dari kelompok yang
perawat dari kelompok yang mendapatkan pelatihan 48,6%
mendapatkan pelatihan adalah 3,26 mengalami peningkatan dan ada
tahun dan diyakini bahwa rat-rata lama perbedaan yang bermakna pada sikap
kerja perawat adalah diantara 2,42 perawat dari kelompok yang tidak
sampai dengan 4,10 tahun (95% CI; mendapatkan pelatihan dan perawat
2,42- 4,10). Hasil analisis lebih lanjut dari kelompok yang mendapatkan
disimpulkan bahwa data usia dan lama pelatihan sesudah diberikan pelatihan
kerja perawat dari kedua kelompok (p value < 0,05).
berdistribusi secara normal dan Tabel 5
memiliki kesetaraan atau homogenitas Perbedaan Keterampilan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
(p value > 0,05). di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016
(n=70)
Keterampilan Kelompok Perawat p value
Tabel 3
Intervensi Kontrol
Perbedaan Pengetahuan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016 n % n %
(n=70)
Meningkat 29 82,8 0 0
Pengetahuan Kelompok Perawat p value
Tidak 6 17,2 35 100 0.001
Meningkat
Intervensi Kontrol Jumlah 35 100 35 100
EHUPDNQD SDGD .
n % n %
Meningkat 17 48,6 0 0
Tidak 18 51,4 35 100 0.001 Keterampilan perawat dari kelompok
Meningkat
Jumlah
EHUPDNQD SDGD .
35 100 35 100 yang tidak mendapatkan pelatihan
tidak mengalami peningkatan
Pengetahuan perawat dari kelompok sedangkan pada perawat dari
yang tidak mendapatkan pelatihan kelompok yang mendapatkan pelatihan
tidak mengalami peningkatan 82,8% mengalami peningkatan dan
sedangkan pada perawat dari ada perbedaan yang bermakna pada
kelompok yang mendapatkan pelatihan keterampilan perawat dari kelompok
48,6% mengalami peningkatan dan . yang tidak mendapatkan pelatihan dan
ada perbedaan yang bermakna pada perawat dari kelompok yang
pengetahuan perawat dari kelompok mendapatkan pelatihan sesudah
yang tidak mendapatkan pelatihan dan diberikan pelatihan (p value < 0,05).
perawat dari kelompok yang Tabel 6
mendapatkan pelatihan sesudah Hubungan antara Karakteristik Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Tingkat
diberikan pelatihan (p value < 0,05). Pendidikan dengan Pengetahuan Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X Tahun 2016
(n=35)
Tabel 4 Varibel Post test Jumlah p value
Kurang Baik
Perbedaan Sikap Perawat setelah Mendapatkan Pelatihan
di Unit Rawat Inap RS X dan RS Y Tahun 2016
(n=70)
Sikap Kelompok Perawat p value n %
Intervensi Kontrol n % n %
Jenis Kelamin 0,014
Laki-laki 6 17,14 0 0 6 17,14
n % n %
Perempuan
Meningkat 17 48,6 0 0
Tidak 18 51,4 35 100 0.001 13 37,14 16 45,72 29 82,86
Meningkat
Jumlah 35 100 35 100 Status 0,181
EHUPDNQD SDGD . Perkawinan
Belum Kawin 2 5,72 0 0 0 5,72
Kawin
Sikap perawat dari kelompok yang
tidak mendapatkan pelatihan tidak 17 48,56 16 45,72 33 94,28
Tingkat 0,377
Pendidikan
D3 16 45,72 15 42,85 31 88,57
dinyatakan lulus dari Perguruan
Tinggi (Asmadi, 2008). Perawat
S1 3 8,57 1 2,86 4 11,43 yang lebih lama bekerja tidak
menjamin akan bekerja lebih
Analisis lebih lanjut disimpulkan produktif dibandingkan perawat
bahwa ada hubungan yang bermakna yang baru bekerja, namun ada
antara jenis kelamin dengan keyakinan bahwa semakin lama
pengetahuan perawat setelah bekerja, profesionalisme atau
mendapatkan pelatihan (p value < keterampilan akan semakin baik
0,05). (Robbins, 2002 dalam Abbasiah,
Tabel 7
Hubungan antara Karakteristik Umur dan Lama Kerja dengan Pengetahuan Perawat
setelah Mendapatkan Pelatihan di Unit Rawat Inap RS X Tahun 2016
2011).
(n = 35)
Variabel Pengetahuan Mean SD SE p n