Anda di halaman 1dari 12

PENGUSULAN TEMA RISET PROPOSAL

OLEH:

NAMA :NEVI INDRIYANI

NIM :119831707

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2020
RUMUSAN MASALAH
FENOMENA

Mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesiaberdasarkan laporan yang dikeluarkan United
Nations Development Program(UNDP) suatu organisasi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang
berkaitan tentang masalah pengembangan SDM. Human Development Index(HDI) yaitu ukuran
menentukan tingkat kualitas SDM, menyebutkan bahwa HDI Indonesia berada di peringkat 110 dari 179
negara yang dipantau UNDP. Di level ASEAN Indonesia menempati posisi ke 7 dari 10 negara, berada
dibawah Vietnam dan hanya berada diatas negara Myanmar, Kambodja dan Laos (Sugiyono 2009 )

Di Indonesia, perawat jumlahnya paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga perannya menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik di
Puskesmas maupun di rumah sakit, ujar dr.Supriyantoro, Sp.P, MARS, Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan (BUK) Kementrian Kesehatan RI pada temu media di Jakarta tanggal 6 Mei 2011. Jumlah
perawat menurut data PPNI mencapai sekitar 61,12 % dari total tenaga kesehatan yang ada di Indonesia.
Jumlah tenaga keperawatan di Indonesia sebanyak 624.000 orang (Data Sekjen Kementrian Kesehatan RI
5 April 2012), di Sulawesi Selatan sebanyak 7.859 orang (profil kesehatan RI tahun 2012)

Menurut data dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) 6 Mei tahun 2011, sebagian besar atau
80% perawat yang bekerja di rumah sakit berpendidikan Diploma III, Diploma IV 0,5%, Sarjana (S1
keperawatan) 1%, Ners 11%, dan S2 0,4%. Sedangkan yang berpendidikan SPK sebanyak 7%. Hal ini
belum sesuai dengan standar profesi keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang profesional.

MASALAH PENELITIAN

Dari penelitian yang di lakukan oleh Yasir Haskas,2013 Ada hubungan antara dukungan atasan dan
motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan S1Keperawatan dan ada hubungan antara harapan dan
motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan, kemudian ada juga hubungan antara
persaingan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikanS1 Keperawatan namun Tidak ada
hubungan antara penghargaan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikanS1 Keperawatan. dan
penlitian Mohamad Sukriyanto Isa,2014 bahwa ada hubungan antara cita-cita, penghargaan, sosial
ekonomi, dukungan keluarga, dukungan atasan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan untuk
itu diharapkan kepada institusi memperhatikan motivasi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan.

PERTANYAAN PENELITIAN

Apakah ada Faktor yang Berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang
sarjana keperawatan?
ORIGINAL PENELITIAN

Sebelumnya penelitian mengenai Faktor-Faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi S1 keperawatan sudah pernah di teliti oleh (Yasir
Haskas 2013) dan mendapatkan hasil Ternyata masih banyak perawat yang masih bermotivasi untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan begitu pula dengan penelitian yang di lakukan
oleh (Mohamad Sukriyanto Isa 2014) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
motifasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dan hasil yang di
dapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita, penghargaan, sosial ekonomi, dukungan keluarga,
dukungan atasan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan untuk itu diharapkan kepada institusi
memperhatikan motivasi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. Dari penelitian di atas
peneliti ingin mencari tahu factor yang berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke
jenjang sarjana keperawatan daan peneliti juga inggin melihat perbandingan dari peneliti beberapa tahun
yang lalu dengan penelitian tahun ini.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengajukan tema riset sebagai berikut:

Faktor Yang Berhubungan Dengan Motifasi Perawat Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang

Sarjana Keperawatan.

(Komponen PICOT)

P Perawat
I Motifasi
C Melanjutkan pendidikan jenjang
O S1 keperawatan
T -
AlgoritmePencarian

SCHOLAR
601

Identification Artikel yang


Diidentifikasi n: 601 Eksklusi :
Double Publikasi( n:184)

HasilSkrining
Screening n : 417 Eksklusi :
Tidaksesuaipertanyaan( 400)
English (n : 0)
Sesuaidenganpertany
Eligibility aanpenelitian n: 17
Eksklusi :
Bukanhasilpenelitian (n=2)
Tidak full text (n=1)

Inclusion Jumlahartikel yang


Jurnal yang disintessis
Berkualitasdansesuai:
N= 10
10
Hasil sintesis grid

AUTHOR JUDUL POPULA STUDY STUDY AIM, INSTRUMEN HASIL DAN


TAHUN SI DAN DESIGN INTERVENSI T AND REKOMENDASI
TEMPAT SAMPEL AND FOLLOW UP
METHOD OUTCOME
Yasir Haskas
Faktor-Faktor yang sampel Cros Motifasi Kuisioner dianalisa
dkk berhubungan dengan penelitian sectional perawat untuk menggunakan
motivasi perawat untuk yaitu melanjutkan uji statistic Chi
RSUD melanjutkan pendidikan perawat pendidikan -
MASSEN pada jenjang pendidikan D3 pada jenjang square, tingkat
REMPULU tinggi S1 keperawatan di yang pendidikan s1 kemaknaan
KABUPATEN instalasi rawat inap rsud bekerja di keperawatan p
ENREKANG massenrempulu RSUD =
kabupaten enrekang Enrekang, ≤ 0,05. Uji
Tahun besar statistik
2013 sampel 50 menunjukkan
responden ada hubungan
antara
dukungan
atasan (p=0,03<
0,05), harapan
(p=0,01 < 0,05),
dan persaingan
(p=0,04 < 0,05)
terhadap
motivasi
perawat dalam
mengembang
kan SDM
melalui jenjang
S1
keperawatan,
nilai signifikans
p
≤ 0,05.
Sedangkan
tidak
ada hubungan
antara
penghargaan
terhadap
motivasi, nilai
signifikan
p=0,07 > 0,05.
RSUD Faktor-Faktor yang jumlah Proposive Motifasi KUISIONER Kesimpulan hasil
Dr.M.M. berhubungan dengan populasi sampling perawat DIII tersebut bahwa
DUNDA motifasi perawat DIII 96 untuk ada hubungan
KABUPATEN untuk melanjutkan responden melanjutkan antara cita-cita,
GORONTAL pendidikan ke jenjang S1 dan pendidikan ke penghargaan,
O keperawatan di rawat sampel jenjang S1 sosial ekonomi,
inap rsud Dr.M.M. 42 keperawatan dukungan
DUNDA Kabupaten keluarga,
Mohamad Gorontalo dukungan atasan
sukriyanto isa dengan motivasi
Dkk perawat
melanjutkan
Tahun pendidikan untuk
2014 itu diharapkan
kepada institusi
memperhatikan
motivasi perawat
agar dapat
meningkatkan
pelayanan
kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, Eri Wibowo, 2009, Statistika Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung

Depkes RI. 2001. Perencanaan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat2010


. Jakarta : Bhakti Husada

Yasir Haskas, 2013, Faktor-Faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi S1 keperawatan di instalasi rawat inap
rsud massenrempulu kabupaten enrekang

Mohamad sukriyanto isa, 2014, Faktor-Faktor yang berhubungan dengan motifasi perawat DIII
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan di rawat inap rsud Dr.M.M. DUNDA
Kabupaten Gorontalo

TEMA II
FENOMENA

Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat serta dituntut untuk selalu memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan (Depkes RI, 2008).

Pelayanan dirumah sakit yang diberikan bertujuan agar pasien dapat segera sembuh dari sakitnya
dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit, pasien menjadi
lebih menderita akibat terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah (Saragih & Rumapea, 2012)

Pencegahan terjadinya risiko sakit tambahan pada pasien akibat perawatan dirumah sakit dapat
dilakukan dengan memberikan pelayanan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat
dinilai melalui beberapa indikator. Salah satu indikator tersebut adalah pengendalian infeksi nosokomial
(Darmadi, 2008).

Pengendalian infeksi nosokomial dapat dilakukan oleh perawat, dimana perawat merupakan
bagian dari faktor luar penyebab infeksi nosokomial. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat mengancam keselamatannya saat bekerja. World Health
Organization (WHO) tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara
terdapat infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak 10%. Hasil prevalensi survei Center
for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, menyatakan bahwa pada tahun 2011
terdapat 722.000 kasus infeksi nosokomial (CDC, 2011). Kejadian infeksi nosokomial di Indonesia pada
penelitian yang dilakukan di rumah sakit DKI jakarta menyatakan bahwa 9,8% pasien rawat inap
mendapat infeksi baru sedangkan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta kejadian infeksi nosokomial
mencapai 7,3% (Napitupulu dalam Puspitasari & Tarigan, 2012)

MASALAH PENELITIAN

Alat Perlindungan Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja
(Permenaketrans, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari dan Anwar (2006) menyatakan bahwa berdasarkan
penggunaan alat perlindungan diri (APD), lebih dari 40% petugas di laboratorium (IGD, hematologi, dan
anak) RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang berbahaya. Penelitian
Prihatiningsih dan Supratman (2008) di Rumah Sakit Dr. Moewardi Solo mengidentifikasi; 71% perawat
yang memakai alat pelindung dengan sempurna, 20% memakai alat pelindung kurang sempurna dan 9%
perawat tidak memakai alat pelindung. Penelitian Pancaningrum (2011) di rumah sakit Haji Jakarta
mengidentifikasi 39,1% perawat tidak menggunakan APD saat melakukan tindakan. Faktor yang
mempengaruhi rendahnya perilaku perawat dalam tindakan universal precautions terutama penggunaan
APD adalah rendahnya motivasi dan kurangnya kepatuhan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu
bentuk respon terhadap suatu perintah, anjuran, atau ketepatan melalui suatu aktifitas konkrit (Albery &
Marcus, 2008). Katz dan Green (2009) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan antara lain kemampuan, masa kerja, latar belakang pendidikan, fasilitas atau peralatan,
kejelasan prosedur, sertamotivasi. Menurut Prihatingsih dan Supratman (2008) salah satu faktor yang
paling berpengaruh dalam kepatuhan adalah motivasi.Motivasi dan kepatuhan merupakan hal yang
berbanding lurus dalamarti semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri perawat maka akan semakin
tinggi pula tingkat kepatuhannya.

PERTANYAAN PENELITIAN

Apakah ada Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan pengunaan alat
perlindungan diri (APD)?

ORIGINAL PENELITIAN

berdasarkan penelitian Bima satriya dewantara (2016) variabel yang di teliti motivasi kerja dengan
kepatuhan penggunaan alat perlindungan diri (APD) Pada perawat dan penelitian Irfan Banda (2015)
meneliti tentang perilaku perawat dengan kepatuhan mengunakan alat pelindung diri (APD) sesuai
standard operating procedure (SOP) Dengan demikian calon peneliti inggin meneliti hubungan tingkat
pengetahuan perawat dengan kepatuhan pengunaan alat perlindungan diri (APD)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengajukan tema riset sebagai berikut:

hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan pengunaan alat perlindungan diri
(APD)

(Komponen PICOT)
P Perawat
I Motifasi kerja
C Dengan kepatuhan
O Pengunaan alat pelindung
T -

AlgoritmePencarian

SCHOLAR
225

Identification Artikel yang


Diidentifikasi n: 225 Eksklusi :
Double Publikasi( n:95)

HasilSkrining
Screening n : 130 Eksklusi :
Tidaksesuaipertanyaan( n:120)
English (n : 0)
Sesuaidenganpertany
Eligibility aanpenelitian n: 10
Eksklusi :
Bukanhasilpenelitian (n=2)
Tidak full text (n=1)

Inclusion Jumlahartikel yang


Jurnal yang disintessis
Berkualitasdansesuai:
N= 5
5

Hasil sintesis grid


AUTHOR JUDUL POPULA STUDY STUDY AIM, INSTRUMEN HASIL DAN
TAHUN SI DAN DESIGN INTERVENSI T AND REKOMENDASI
TEMPAT SAMPEL AND FOLLOW UP
METHOD OUTCOME
Bima Satriya Hubungan motivasi kerja Populasi Non motivasi kerja Kuisioner dan dapat dis
Dewantara dengan kepatuhan dalam eksperime dengan observasi impulkan tidak
Dkk penggunaan alat penelitian ntal kepatuhan langsung ada hubungan
perlindungan diri (APD) ini adalah (korelasi) penggunaan yang signifikan
Pada perawat di ruang seluruh Dengan alat antara
RUMAH rawat inap RUMAH perawat mengunak perlindungan motivasi kerja
SAKIT PARU SAKIT PARU JAMBER yang an diri (APD) dengan kepatuhan
JAMBER bekerja di pendekata Pada perawat. penggunaan
ruang n cross APD.
Tahun rawat sectional. Hubungan sebab
2016 inap. akibat
Yaitu ditunjukkan
perawat dengan tanda posi
yang tif atau negatif
bekerja di dari koefisien
ruang, korelasi. Dari
mawar, hasil di atas dapat
melati, dilihat
dahlia, bahwa koefisien
dan korelasi antara
intermedia motivasi kerja
te yang dan kepatuhan
berjumlah penggunaan APD
39 orang adalah 0,431
(tanda positif)
artinya arah
hubungan
korelasi antara
motivasi kerja
dan kepatuh
an penggunaan
APD searah.
Sehingga dapat
diartikan
bahwa
semakin
tinggi motivasi
kerja semakin
tinggi pula
kepatuhan
namun hubungan
antara dua
variabel ini tidak
saling
mempengaruhi
secara signifikan.
DigitalRepository
Universitas
JemberDigital
Repository
Universitas
Jember

Rumah sakit Hubungan perilaku Populasi cross perilaku Kuisioner Ada hubungan
Konawe perawat dengan dalam sectional perawat antara
kepatuhan mengunakan penelitian study dengan pengetahuan
Irfan Banda alat pelindung diri (APD) ini adalah kepatuhan perawat dengan
Dkk sesuai standard operating seluruh mengunakan Kepatuhan
procedure (SOP) di ruang perawat di alat pelindung Menggunakan
Tahun 2015 rawat inap badan layanan ruang diri (APD) Alat Pelindung
umum daerah (BLUD) rawat Inap sesuai Diri (APD)
rumah sakit konawe 2015 BLUD standard Sesuai Standard
Rumah operating Operating
Sakit procedure Procedure (SOP
Konawe. (SOP) - Ada hubungan
Dengan antara sikap
jumlah perawat dengan
sampel 52 Kepatuhan
orang Menggunakan
Alat
Pelindung Diri
(APD) Sesuai
Standard
Operating
Procedure (SOP)
- Tidak ada
hubungan antara
tindakan perawat
dengan
Kepatuhan
Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD)
Sesuai Standard
Operating
Procedure (SOP)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008a. Pedoman Manajerial


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Saragih & Rumapea. 2012. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Tingkat Kepatuhan
Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Jurnal. [serial online].
http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf. [diakses pada tanggal 17 Maret 2015].

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba


Medika.

World Health Organization. 2002. Prevention of Hospital Acquired Infection: A Practical Guide.
2ndEdition. [serial online]. http://apps.who.int/medicinedocs/index/assoc/s16355e/s16355e.pdf.
[diakses pada tanggal 14 Maret 2015].

Irfan Banda 2015 Hubungan perilaku perawat dengan kepatuhan mengunakan alat pelindung
diri (APD) sesuai standard operating procedure (SOP) di ruang rawat inap badan layanan
umum daerah (BLUD) rumah sakit konawe

Bima Satriya Dewantara.2016.Hubungan motivasi kerja dengan kepatuhan penggunaan alat


perlindungan diri (APD)Pada perawat di ruang rawat inap RUMAH SAKIT PARU JAMBER

Anda mungkin juga menyukai