Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PROGRAM SUPERVISI KLINIS UNTUK KEPALA PERAWAT TERHADAP

KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN

Terjemah artikel dengan judul asli


EFFECT OF CLINICAL SUPERVISION PROGRAM FOR HEAD NURSES ON QUALITY
NURSING CARE
IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
e-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–1940 Volume 4, Issue 6 Ver. V (Nov. - Des. 2015), PP 65-74
www.iosrjournals.org
1
Naglaa EL-shawadfy Saleh, 2Wafaa Fathi Sleem, 3Ahlam Mahmoud EL-Shaer
(1,2,3)
Nursing Administration, Nursing Faculty, Mansoura University, Egypt.

Tugas Mata Kuliah


Metodologi Kuantitatif

Oleh:
Desy Puspa Sari
NPM 1711322024658

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PANCASETIA
BANJARMASIN
2018
IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
e-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–1940 Volume 4, Issue 6 Ver.Program
Pengaruh V (Nov.Supervisi
- Des. 2015),
KlinisPP 65-74
untuk Kepala Perawat…
www.iosrjournals.org

TERJEMAH ARTIKEL
Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat terhadap
Kualitas Asuhan Keperawatan
1
Naglaa EL-shawadfy Saleh, 2Wafaa Fathi Sleem, 3Ahlam Mahmoud EL-Shaer
(1,2,3)
Perawat Administrasi, Fakultas Keperawatan, Universitas Mansoura, Mesir

ABSTRAK
Latar Belakang:
Supervisi klinis telah dianggap sebagai modal utama dalam meningkatkan standar dan kualitas
asuhan klinis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh program supervisi klinis
untuk kepala perawat terhadap kualitas asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kafer EL-
Sheikh.
Subjek dan Metode:
Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dan dilakukan terhadap semua kepala
perawat (n = 69) dan staf perawat (n = 192) yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh.
Tiga alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data: kuesioner pengetahuan supervisi klinis,
Manchester Clinical Supervision Scale, dan lembar Quality of Nursing Care Observation.
Hasil:
Terdapat peningkatan yang sangat signifikan secara statistik pada tiga kali program (sebelum,
segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program).
Kesimpulan:
Peningkatan tingkat pengetahuan kepala perawat yang tinggi terjadi setelah pelaksanaan program
dalam semua topik supervisi klinis. Di mana staf perawat memiliki kesempatan setiap hari untuk
melatih, melakukan pendidikan, dan merenungkan praktik mereka, yang dapat meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh.
Rekomendasi:
Program supervisi klinis harus dilakukan secara berkala untuk semua kepala perawat menurut
deskripsi pekerjaan di semua rumah sakit dan personilnya agar memperkuat berbagai strategi
peningkatan asuhan keperawatan.

Kata kunci: supervisi klinis, program pendidikan, kepala perawat, kualitas asuhan keperawatan.

I. PENDAHULUAN

Posisi kepala perawat merupakan hal penting di setiap unit dan salah satu pekerjaan yang
paling sulit, menuntut, dan menantang dalam organisasi mana pun, yang menilai, mengevaluasi
kinerja kerja staf perawat, meninjau ulang formulir medis untuk menilai kemampuan penyimpanan
catatan, dan memeriksa area kerja untuk organisasi. Jadi sebagian besar fungsinya berkaitan dengan
pengawasan, pengembangan moral, minat, dan meningkatkan asuhan keperawatan berkualitas
tinggi di unitnya (Morsy, 2014).
Supervisi keperawatan adalah proses yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran, dan
kinerja lain dengan maksud langsung meningkatkan kemampuan perawat untuk memberikan
standar asuhan tertinggi. Banyak organisasi merasa bahwa tugas yang paling menentukan masa
depan mereka adalah supervisi klinis (Edwards et al., 2006).
Supervisi klinis menjadi praktik standar bagi para profesional kesehatan dan telah dianggap
sebagai komponen penting dari tata kelola klinis yang komprehensif (Bernard & Goodyear, 2009).

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 65 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Supervisi klinis adalah "proses formal pemberian dukungan dan pembelajaran profesional yang
memungkinkan praktisi individu untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi, memikul
tanggung jawab atas praktik mereka sendiri dan meningkatkan perlindungan konsumen serta
keselamatan perawatan dalam situasi klinis yang kompleks" (Victorian Healthcare Assocation,
2010).
Manfaat pengawasan klinis berbeda antara klinisi dan organisasi. Diantaranya: ketersediaan
dukungan untuk perawat, forum untuk membahas masalah klinis, promosi standar kinerja untuk
keterampilan utama di seluruh organisasi atau bidang, peningkatan atau pencapaian keterampilan
klinis yang kompleks, peningkatan kepuasan kerja, kepercayaan diri, peningkatan komunikasi
antarstaf perawat, pengembangan profesional mengurangi biaya administrasi, meningkatkan
penyampaian layanan melalui penggunaan sistem evaluasi (Senediak, 2012).
Supervisi klinis telah dipromosikan sebagai kunci tata kelola klinis untuk memastikan
penyediaan dan akuntabilitas kualitas asuhan yang diberikan kepada pasien serta untuk
meminimalkan risiko yang merugikan bagi pasien. Kualitas asuhan adalah salah satu tujuan paling
penting dari layanan kesehatan dan harus dievaluasi secara teratur. Meningkatkan kualitas asuhan
dalam praktik merupakan tantangan bagi manajer dan staf (Victorian Health Association, 2010).
Kualitas asuhan keperawatan dipengaruhi oleh tingkat pengalaman dalam praktik keperawatan,
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi untuk memberikan perawatan bagi pasien tanpa
kesalahan. Kualitas asuhan keperawatan adalah tingkat keunggulan dalam asuhan keperawatan yang
disediakan untuk pasien yang memenuhi kebutuhan spiritual, mental, sosial, fisik lingkungan pasien
dan multidimensional, perawatan terapeutik kompleks yang melibatkan fisik, psikologi, sehingga
setiap kebutuhan pasien terpenuhi (Livni et al., 2012).
Supervisi klinis membuat perawat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas
perawatan pasien, khususnya untuk pasien yang diberikan asuhan dan dalam kaitannya dengan
mempertahankan standar keperawatan. Selain itu, supervisi klinis memberikan jalan kepada perawat
untuk menunjukkan dukungan aktif satu sama lain sebagai rekan profesional, serta memberikan
jaminan dan validasi (Health Workforce Australia, 2011).
Pentingnya penelitian: Supervisi klinis yang efektif dapat meningkatkan persepsi perawat
terhadap dukungan organisasi serta meningkatkan komitmen mereka terhadap visi dan tujuan
organisasi. Supervisi klinis berkorelasi dengan efektivitas perawat, meningkatkan pemikiran kritis,
memberikan bantuan dalam menjalankan tugas, meningkatkan dukungan sosial, emosional dan
mengurangi perputaran staf. Supervisi klinis membantu perawat untuk menghindari kesalahan
medis dan stres kerja, meningkatkan kesejahteraan, serta meningkatkan kinerja klinis yang pada
gilirannya mengarah kepada peningkatan kualitas perawatan pasien, kemampuan pengambilan
keputusan, dan keselamatan pasien.

II. TUJUAN PENELITIAN

Untuk menguji pengaruh program supervisi klinis kepala perawat terhadap kualitas asuhan
keperawatan.

III. HIPOTESIS PENELITIAN


Penerapkan program supervisi klinis untuk kepala perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.

IV. SUBJEK DAN METODE


4.1 Desain: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi-eksperimental.
4.2 Tempat:

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 66 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Penelitian ini dilakukan di semua departemen Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh, yang terdiri
dari satu bangunan (dengan kapasitas 357 tempat tidur).
4.3 Subjek:
Subjek penelitian ini dibagi dalam dua kelompok:
Kelompok (1): Semua kepala perawat yang bekerja di semua departemen pada saat pengumpulan
data (69 kepala perawat).
Kelompok (2): (192 staf perawat) sesuai dengan perhitungan ukuran sampel dan hubungan kerja
dengan kepala perawat dalam pengaturan yang disebutkan sebelumnya.
4.4 Peralatan pengumpulan data:
akan dikumpulkan dengan menggunakan tiga alat:

4.4.1 Alat (1):


Kuesioner pengetahuan supervisi klinis, mencakup dua bagian:
Bagian pertama: Karakteristik pribadi dari kepala perawat: usia, status perkawinan, pengalaman
kerja (tahun), kualifikasi pendidikan, dan departemen.
Bagian kedua: Kuesioner pengetahuan supervisi klinis: dikembangkan oleh para peneliti
berdasarkan tinjauan literatur terkait (Helen & Douglas House, (2014), Brunero & Stein-Parbury,
(2013), Cruz, (2012), Abou Hashish, (2010) ), Ballon & Waller-Vintar, (2008), Hyrkas, (2003),
Hyrkas, (2002) dan Winstanley & White, (2003)) bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat
pengetahuan perawat tentang pengawasan klinis. Terdiri dari 52 pertanyaan yang terkait dengan
konsep supervisi klinis, peran supervisor di bidang klinis, keterampilan penting untuk supervisor,
serta proses dan model supervisi klinis Pertanyaan-pertanyaan yang digolongkan ke dalam (30)
pertanyaan benar dan salah, (11) pertanyaan pilihan berganda, (11) pertanyaan yang sesuai.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diberi skor satu untuk setiap jawaban yang benar dan nol untuk
jawaban yang salah, Pengetahuan supervisi klinis yang rendah (<59,9), sedang (60-74,9%),
pengetahuan supervisi klinis yang tinggi (75-100%). Skor rendah berarti mereka memiliki
pengetahuan yang tidak memadai serta skor tinggi dan sedang berarti kepala perawat memiliki
pengetahuan yang memadai (Morsy, 2014).

4.4.2 Alat (2):


Manchester Clinical Supervision Scale (MCSS), terdiri dari dua bagian:
Bagian pertama: Karakteristik pribadi staf perawat: usia, status perkawinan, pengalaman kerja
(tahun), kualifikasi pendidikan, dan departemen.
Bagian kedua: Manchester clinical supervision scale (MCSS) dikembangkan oleh Winstanley
(2000) dan bertujuan untuk mengukur efektivitas supervisi seperti yang dirasakan oleh staf perawat.
Skala ini terdiri dari 36 item, dikategorikan dalam 7 subskala yaitu; kepercayaan/hubungan (7 item),
nasehat/dukungan pengawas (6 item), peningkatan perawatan/keterampilan (7 item),
nilai/pentingnya pengawasan klinis (6 item), waktu penemuan (4 item), refleksi (3 item), dan
masalah pribadi (3 item). Tanggapan dinilai pada skala Likert 5 poin mulai dari (5) sangat setuju
sampai (1) sangat tidak setuju. Persentase skor rata-rata diklasifikasikan sebagai berikut: <49,9 =
tingkat efektivitas yang rendah dari supervisi klinis. Dari 50-74,9 = Tingkat efektifitas moderat dari
supervisi klinis. Dari 75-100 = Tingkat efektivitas yang tinggi dari supervisi klinis (Abou Hashish,
2010).
4.4.3 Alat (3):
Quality of nursing care observation (QNCO)
Daftar pengamatan dikembangkan oleh para peneliti berdasarkan tinjauan literatur terkait (Abd EL
Aziz, (2011), Fauzy, (2013), dan Mohamed, (2009)), digunakan untuk menilai kualitas perawatan di
unit penelitian. Daftar pengamatan terdiri dari 160 item, termasuk tujuh dimensi utama, yaitu:
kualitas praktisi perawat (karakteristik staf termasuk: 13 item), kegiatan yang berpusat pada tugas
keperawatan (fisik, pendidikan dan kegiatan inisiatif-dukungan: 86 item), kegiatan keperawatan

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 67 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

yang berpusat pada manusia (penghargaan, kepedulian, advokasi, dan dorongan: 18 item), prasyarat
untuk perawatan (4 item), kemajuan proses asuhan keperawatan/pasien (8 item), dan lingkungan
perawatan (fisik, psikologis, dan sosial kebutuhan lingkungan: 17 item), evaluasi pencapaian tujuan
asuhan keperawatan (melindungi pasien dari kecelakaan dan cedera serta evaluasi respon pasien
terhadap terapi: 14 item). Daftar periksa pengamatan untuk setiap kegiatan dinilai atas dasar
jawaban (ya lengkap dan ya tidak lengkap), bukan selesai dan tidak berlaku. Skor (3) untuk ya
lengkap, (2) untuk ya tidak lengkap, satu untuk tidak dilakukan, dan skor nol untuk langkah tidak
berlaku. Skor mewakili berbagai tingkat kualitas perawatan: rendah ≤49,9%, sedang = 50-74,9%,
dan tinggi ≥75% (Fauzy, 2013).
4.5 Metode dan pengumpulan data: -
4.5.1 Pertimbangan etis: sebelum memulai penelitian, persetujuan etis diberikan dari komite etika
penelitian di mana penelitian berlangsung. Para peneliti memastikan bahwa prosedur yang benar
dilakukan mengenai informed consent, otonomi, anonimitas, dan menjaga kerahasiaan subjek
penelitian.
4.5.2 Izin resmi: untuk melakukan penelitian diperoleh dari manajer rumah sakit dan administrator
departemen pelatihan di Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh.
4.5.3 Alat pengumpulan data (alat 1 dan 2): diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan ketiga alat
diuji untuk validitas isi dan relevansinya oleh dewan juri yang terdiri dari lima profesor dari
departemen administrasi keperawatan di Universitas Tanta dan Damanhur serta ditambahkan
modifikasi yang diperlukan.
4.5.4 Reliabilitas alat penelitian: dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha untuk mengukur
konsistensi internal reliabilitas dari ketiga alat: (0,77) untuk kuesioner pengetahuan pengawasan
klinis, (0,77) untuk MCSS dan (0,89) untuk QNCO.
4.5.5 Penelitian pendahuluan: dilakukan pada (7) kepala perawat dan (19) perawat dari berbagai
departemen di Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh, untuk mengevaluasi kejelasan dan penerapan
alat serta modifikasi yang perlu dilakukan berdasarkan tanggapan mereka serta dikeluarkan dari
total sampel.
4.5.6 Informed consent: untuk partisipasi dalam penelitian ini dari seluruh sampel penelitian.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela. Setiap peserta dapat memutuskan untuk berhenti
dan menarik diri dari penelitian ini kapan saja tanpa konsekuensi.
4.5.7 Merancang program pendidikan: yang mencakup objek pelatihan, definisi, tujuan,
kepentingan, manfaat, kesalahpahaman supervisi klinis, elemen, prinsip-prinsip inti, fungsi, faktor
yang mempengaruhi, metode dan mode, faktor yang memungkinkan untuk supervisi klinis yang
efektif, hambatan untuk mempertahankan supervisi klinis, karakteristik penting dari supervisor,
peran manajer dalam suvervisi klinis perawat. Keterampilan penting untuk kepala perawat sebagai
supervisor: komunikasi, pembinaan, delegasi, motivasi, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, resolusi konflik, manajemen stres, dan manajemen waktu. Proses, model pengawasan
klinis, hak dan tanggung jawab dalam hubungan supervisor-supervisee. Etika, masalah hukum dan
kerahasiaan dalam supervisi klinis. Dokumentasi, kontrak, dan rencana supervisi.
4.5.8 Pelaksanaan program: data dikumpulkan oleh peneliti dan lembar kuesioner alat (1) dan alat
(2) dibagikan untuk mempelajari subjek sebagai (pre test) sebelum memulai program pada shift
pagi oleh peneliti kemudian segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program. Waktu yang
dibutuhkan oleh setiap perawat untuk menyelesaikan setiap lembarnya berkisar antara 25-30 menit.
4.5.9 Berkenaan dengan alat ketiga (lembar observasi berkelanjutan), dilakukan untuk staf
perawat (n = 192). Pengamatan dilakukan enam hari kerja dalam dua minggu, dua jam per shift pagi
bagi setiap perawat untuk mengumpulkan data yang diperlukan mengenai kualitas asuhan
keperawatan menggunakan prinsip sebelum dan setelah pelaksanaan program (QNCS).
4.5.10 Program ini dilakukan di ruang konferensi untuk semua kepala perawat: (69) yang
bekerja di semua departemen Rumah Sakit Umum Kafer EL-Sheikh. Waktu untuk pelaksanaan
program adalah (36) jam, selama enam minggu. Untuk tiga kelompok kepala perawat dibagi

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 68 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

menjadi enam sesi dalam dua minggu, untuk setiap kelompok kepala perawat, dan setiap sesi
dilakukan selama dua jam.
4.5.11 Metode pengajaran dan pembelajaran yang berbeda: diantaranya: kuliah interaktif,
diskusi kelompok, demonstrasi, brain storming, dan bekerja dalam kelompok kecil.
4.5.12 Pekerjaan lapangan yang sebenarnya: dimulai pada awal Maret 2015 dan selesai pada
akhir Agustus 2015.
4.5.13 Desain statistik: data yang terkumpul disusun, ditabulasi, dan dianalisis secara statistik
menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for the Social Sciences, versi 13, SPSS
Inc. Chicago, IL, AS). Untuk data kuantitatif, kisaran, rerata dan standar deviasi dikalkulasi. Untuk
data kualitatif, perbandingan antara dua kelompok dan lebih dilakukan dengan menggunakan uji
Chi-square (2). Untuk perbandingan antara rerata dua kelompok data parametrik sampel
independen, digunakan student t-test. Untuk perbandingan antara rerata dua kelompok data non-
parametrik dari sampel independen, digunakan nilai Z dari uji Mann-Whitney. Korelasi
antarvariabel dievaluasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson (r). Signifikansi
ditetapkan pada p <0,05 untuk interpretasi hasil tes signifikansi.

V. HASIL
Tabel 1: Karakteristik demografi subjek penelitian (kepala perawat dan staf perawat)

**Institusi Diploma Teknik Kesehatan- ***Diploma Teknik Keperawatan Sekunder

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 69 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Tabel (1) mewakili karakteristik demografi subjek penelitian (staf perawat dan kepala perawat).
Menurut tabel, lebih dari setengah kepala perawat (52,2%) berada di kelompok usia (30-<40) tahun
dengan skor rata-rata (39,7±10,43) dan (36,3%) dari mereka memiliki pengalaman dalam
keperawatan dari (10-<20) tahun, dengan skor rata-rata (18,59±11,62). Mengenai tingkat
pendidikan, lebih dari setengah dari mereka (60,9%) memiliki gelar Sarjana dan kebanyakan dari
mereka sudah menikah (89,9%). Sedangkan, persentase staf perawat yang tinggi (76,0%) berada
dalam kelompok usia (20-<30) tahun dengan skor rata-rata (28,88±6,9) dan memiliki (<10) tahun
pengalaman dalam keperawatan. Mengenai tingkat pendidikan, (37,0%) menjalani pendidikan di
institusi Diploma Teknik Kesehatan, sementara (36,5%) memiliki pendidikan Diploma Teknik
Keperawatan Sekunder, (26,6%) memiliki gelar Sarjana, dan sebagian besar dari mereka sudah
menikah (90,1%). Mengenai shift kerja, (72,9%) staf perawat bekerja di semua shift dan (19,3%)
staf perawat bekerja di shift pagi. Untuk jenis supervisi yang diterima dari supervisor, mayoritas
(96,9%) staf perawat menerima supervisi secara satu ke - satu dan kelompok, serta semua perawat
menerima supervisi saat jam kerja. Mengenai lamanya supervisi per shift kerja, (48,4%) staf
perawat menerima supervisi kurang dari 15 menit dan (32,8%) staf perawat menerima supervisi dari
15 hingga 30 menit.

Gambar 1: Tingkat persepsi perawat tentang supervisi klinis sebelum, segera setelah dan tiga
bulan setelah pelaksanaan program (n = 192)
Gambar (1) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan secara statisktik dalam total
persepsi perawat terhadap supervisi klinis pada tiga kali dari program (sebelum, segera setelah, dan
tiga bulan setelah pelaksanaan program). Persentase total skor persepsi perawat terhadap supervisi
klinis secara umum mengindikasikan adanya tingkat moderat persepsi perawat terhadap supervisi
klinis sebelum pelaksanaan program yang secara signifikan meningkat segera setelah dan tiga bulan
setelah pelaksanaan program, yang mencerminkan bahwa tingkat persepsi perawat yang tinggi
terhadap supervisi klinis.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 70 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Gambar 2: Tingkat pengetahuan kepala perawat tentang supervisi klinis sebelum, segera setelah
dan tiga bulan setelah pelaksanaan program (n = 69)
Gambar (2) menunjukkan peningkatan tinggi yang signifikan secara statistik terhadap tingkat
pengetahuan kepala perawat tentang supervisi klinis pada tiga kali program. (87%) dari kepala
perawat berada pada tingkat pengetahuan rendah sebelum program dan meningkat secara signifikan
menjadi (95,6% dan 94,2%) masing-masing segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan
program.

Gambar 3: Tingkat kualitas asuhan keperawatan sebelum, segera setelah, dan tiga bulan setelah
pelaksanaan program (n = 192)
Gambar (3) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic dalam kualitas
total asuhan keperawatan yang diamati di semua departemen pada tiga kali program (sebelum,
segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program). Dari total kualitas asuhan keperawatan,
DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 71 | Halaman
Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

(68%) memiliki tingkat kualitas moderat sebelum program yang meningkat secara signifikan segera
setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program masing-masing (75% dan 66%) tingkat kualitas
perawatan yang tinggi.

Tabel 2: Korelasi antara pengetahuan kepala perawat tentang supervisi klinis terhadap persepsi
perawat tentang supervisi klinis dan kualitas asuhan keperawatan

Korelasi positif r>0 Korelasi negatif r<0


Tabel (2) mewakili korelasi positif antara pengetahuan kepala perawat tentang supervisi klinis dan
persepsi perawat terhadap supervisi klinis serta kualitas asuhan keperawatan sebelum, segera
setelah, dan tiga bulan setelah pelaksanaan program. Selain itu, korelasi negatif antara pengetahuan
kepala perawat tentang pengawasan klinis dan kualitas asuhan keperawatan seperti yang diamati
sebelum program, di sisi lain terdapat korelasi positif segera setelah dan tiga bulan setelah
pelaksanaan program. Ini berarti bahwa peningkatkan pengetahuan kepala perawat mengakibatkan
peningkatan persepsi perawat tentang supervisi klinis dan kualitas asuhan keperawatan yang mereka
berikan kepada pasien mereka.

VI. DISKUSI
Supervisi merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan pribadi dan profesional di
tempat kerja. Supervisi klinis di tempat kerja diketahui sebagai cara menggunakan praktik reflektif
dan berbagi pengalaman sebagai bagian dari pengembangan profesional berkelanjutan. Selain itu,
supervisi klinis secara luas dibahas sebagai sarana membantu perawat untuk menghindari kesalahan
medis dan stres kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan meningkatkan kinerja klinis yang pada
gilirannya mengarah pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan (Russell, 2013).
Darii penelitian ini ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam total
persepsi perawat terhadap supervisi klinis pada tiga kali program. Skor persen total persepsi
perawat terhadap supervisi klinis secara umum berada pada tingkat moderat sebebelum program
yang secara signifikan meningkat segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program. Hal
ini dapat dikaitkan dengan perubahan persepsi perawat tentang efektivitas supervisi klinis dari
kepala perawat mereka setelah melaksanakan program pendidikan. Jadi, kepala perawat belajar dan
memperoleh pengetahuan dari semua topic supervisi klinis dan unsur-unsurnya serta keterampilan
penting dan bagaimana menerapkan supervisi klinis untuk perawat. Hal ini menghasilkan persepsi
positif perawat terhadap efektivitas supervisi klinis yang diberikan langsung oleh supervisornya.
Supervisi klinis yang efektif dapat meningkatkan persepsi perawat terhadap dukungan
organisasi serta meningkatkan komitmen mereka terhadap visi dan tujuan organisasi. Ini adalah

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 72 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

salah satu cara bagi peyelenggara pelayanan kesehatan untuk memenuhi tugas pengembangan staf.
Yang terpenting adalah bahwa supervisi klinis telah dikaitkan dengan tata kelola klinis yang baik,
dengan membantu mendukung peningkatan kualitas, mengelola risiko, dan dengan meningkatkan
akuntabilitas (Registration under the Health and Social Care Act, 2013).
Senada dengan hal tersebut, (Cruz, 2011), melakukan penelitian tentang supervisi klinis dalam
keperawatan: menemukan bahwa efektivitas jalur kualitas dan pelaporan berbeda signifikan secara
statistik dalam semua dimensi pada Manchester Clinical Supervision Scale versi Portugis, kecuali
pada subskala "finding time".
Hal ini juga konsisten dengan Edward et, al., (2006) yang menunjukkan bahwa pelatihan pada
supervisi klinis dapat menghasilkan perubahan dalam sikap, nilai, perilaku supervisor klinis serta
persepsi staf terhadap manajer mereka. Penyediaan program pelatihan supervisi klinis untuk
perawat-manajer telah efektif dalam mempengaruhi sikap, baik perawat manajer dan staf perawat,
dan menghasilkan pemahaman supervisor terhadap supervisi klinis, kepentinganya, dan bagaimana
hal itu terjadi (Hancox et, al., 2004).
Hasil ini konsisten dengan temuan Cheater dan Hale (2000) yang menunjukkan pandangan
positif yang signifikan dari perawat praktik terhadap supervisi klinis yang diberikan oleh supervisor
mereka setelah menerapkan program pendidikan supervisi klinis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa peningkatan yang signifikan tinggi secara statistic dalam tingkat pengetahuan kepala perawat
tentang supervisi klinis pada tiga kali program. Kepala perawat mempunyai pengetahuan pada
tingkat rendah sebelum program dan peningkatan signifikan menjadi tingkat tinggi segera setelah
dan tiga bulan setelah. Hal ini berarti bahwa semua kepala perawat dalam penelitian ini
meningkatkan pengetahuan mereka yang mencerminkan peningkatan kualitas perawatan,
meningkatkan keselamatan pasien, mengurangi kesalahan medis, serta meningkatkan hubungan dan
kerja sama antarstaf untuk meningkatkan kinerja keperawatan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan temuan Morsy, (2014) yang melakukan analisis tentang
efektivitas penerapan model supervisi klinis terhadap kinerja kepala perawat dan kepuasan kerja
perawat, yang mendukung hasil penelitian ini dan mengungkapkan bahwa, ada peningkatan yang
signifikan tinggi secara statistik pengetahuan dan tanggung jawab (persepsi) dari kepala perawat
serta asistennya tentang supervisi klinis setelah pelaksanaan program. Hal ini juga sesuai dengan
(Cruz et al., 2012) yang melakukan penelitian tentang supervisi klinis dalam keperawatan,
mendukung hasil penelitian ini dan mengungkapkan bahwa peserta memperoleh beberapa aspek
perbaikan seperti: ketertarikan kepada seseorang; belajar sepanjang hayat; pertumbuhan dan
perkembangan profesional; memecahkan masalah/situasi; proses; kualitas perawatan dan keamanan
keperawatan. (Ping, 2008) menunjukkan bahwa supervisi klinis yang efektif "harus menjadi
pengajaran dan pengawasan terencana untuk mengembangkan praktisi independen dengan
keterampilan pemecahan masalah, kemampuan belajar mandiri, otonomi dan kemampuan seumur
hidup".
Senada dengan hal tersebut, Health Workforce Australia (2011) yang melakukan penelitian
tentang Program Dukungan Pengawasan Klinis, mendukung hasil penelitian ini dan menemukan
bahwa ada dukungan kuat untuk pengembangan pendidikan dan pelatihan supervisi klinis di mana
diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan supervisi klinis bagi para pemangku
kepentingan dan mereka setuju bahwa prinsip-prinsip tersebut tidak boleh terlalu bersifat meneken
dan memungkinkan fleksibilitas untuk pengaturan lokal yang bisa dinegosiasikan.
Hal ini juga sesuai dengan Hancox et, al (2004) yang melaporkan bahwa para peserta dalam
program pendidikan supervisi klinis memiliki sikap positif untuk menghadiri program pendidikan
supervisi klinis, dan mereka juga dilaporkan memperoleh pengetahuan baru yang memungkinkan
mereka untuk lebih reflektif dan percaya diri dalam praktik serta memberi mereka kesempatan
untuk berbagi ide-ide, pengetahuan, dan keterampilan baru serta membangun hubungan dengan
para staf mereka.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 73 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Pendidikan dan pelatihan yang memadai diperlukan untuk memastikan bahwa supervisi klinis
dilakukan dengan cara pendukungan yang tepat dan bahwa supervisor memiliki keterampilan yang
penting untuk memberikan supervisi klinis kepada staf mereka (Cutcliffe dan Proctor, 1998).
Tomlinson, (2015) menyatakan bahwa kepala perawat harus fokus pada persepsi pasien
tentang kualitas asuhan dan layanan rumah sakit. Hal ini dilihat sebagai ukuran penting dalam
menilai kualitas layanan kesehatan. Persepsi kualitas asuhan dipengaruhi oleh harapan orang yang
menggunakan asuhan serta sifat sebenarnya dari asuhan yang diterima. Ukuran standar dan valid
yang memungkinkan perbandingan perspektif pasien di seluruh rumah sakit dan waktu merupakan
hal penting dalam menilai kualitas asuhan keperawatan.
Senada dengan hal tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan
dalam total kualitas perawatan seperti yang diamati dalam tiga kali program. Total kualitas asuhan
berada pada tingkat moderat sebelum pelaksanaan program yang secara signifikan meningkat
segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program, yang mencerminkan bahwa tingkat
kualitas perawatan yang tinggi.
Hal ini dapat didukung oleh Registration under the Health and Social Care Act (2013) yang
mengungkapkan bahwa supervisi klinis dapat membantu seseorang yang menggunakan layanan dan
karir mereka ketika mendapat perawatan berkualitas tinggi setiap saat dari staf yang mampu
mengelola dampak pribadi dan emosional praktik yang mereka lakukan. Ini juga sesuai dengan
Cruz et al., (2014) yang melakukan penelitian tentang "Supervisi Klinis untuk Keselamatan dan
Kualitas Perawatan", dengan melakukan penelitian kualitatif untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan kualitas perawatan melalui desain alat yang memperjelas setiap item skala dan
membantu perawat dalam penilaian risiko jatuh.
Selain itu, supervisi klinis merupakan pendekatan untuk mempertahankan layanan berkualitas
dan praktik asuhan keperawatan yang baik (Alleyne dan Jumaa, 2007). Sebagai tambahan, Health
Workforce Australia (2011) menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan supervisor
mencerminkan keragaman pengalaman, termasuk peluang untuk perawatan pasien yang diberikan
selama penempatan klinis harus aman, berkualitas tinggi, tepat dan efektif, serta menjadi prioritas
utama. Raikkonen et al., (2007) menyatakan bahwa dukungan supervisi perawat memiliki dampak
penting pada peningkatan kualitas. Kepala perawat dapat mempengaruhi kualitas dengan cara yang
berbeda, misalnya; melalui efek yang mereka miliki terhadap kinerja staf, pengurangan stres,
kepuasan kerja, dan kesejahteraan staf.
Hal ini juga sesuai dengan Hyrkas dan Paunonen (2001) yang meneliti tentang pengaruh
supervisi klinis terhadap kualitas perawatan. Mereka menyimpulkan bahwa supervisi klinis
memiliki pengaruh positif pada kualitas perawatan dan dapat dianggap sebagai alat peningkatan
kualitas/intervensi dalam praktik keperawatan. Pengaruh supervisi klinis pada kualitas perawatan
merupakan aspek kunci dalam peningkatan kualitas dan mereka didefinisikannya sebagai area target
(Hyrkas & Lethi, 2003). Sementara itu, hasil ini tidak sesuai dengan temuan Uys et, al., (2005)
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas perawatan yang
diamati sebelum dan sesudah pelatihan supervisi klinis.
Hasil penelitian ini mengungkapkan korelasi positif antara pengetahuan kepala perawat tentang
supervisi klinis dan persepsi perawat tentang supervisi klinis, serta kualitas perawatan sebelum,
segera setelah dan tiga bulan setelah pelaksanaan program. Selain itu, korelasi negatif antara
pengetahuan kepala perawat tentang supervisi klinis dan kualitas perawatan seperti yang diamati
sebelum pelaksanaan program sementara ada korelasi positif segera setelah dan tiga bulan setelah
pelaksanaan program. Hal ini berarti bahwa kepala perawat belajar dan mengembangkan
kemandirian dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuan dari semua topik supervisi klinis,
unsur-unsurnya, dan bagaimana menerapkan supervisi klinis kepada perawat, yang tercermin pada
peningkatan persepsi perawat tentang supervisi klinis dan kinerja yang mungkin mengarah pada
peningkatan kualitas perawatan yang mereka berikan kepada pasien mereka.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 74 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

Hasil ini sesuai dengan Hyrkas et, al., (2006, 2001) yang menemukan bahwa kualitas
perawatan berkorelasi positif dengan supervisi klinis dan persepsi perawat tentang supervisi klinis
yang dilakukan oleh manajer mereka. Hasil ini juga sesuai dengan Jones (2003) dan Teasdal et, al
(2001) yang mengklarifikasi bahwa hubungan dan kontak perawat yang baik dengan
manajer/supervisor mendukung pekerjaan konstruktif, membawa hubungan baru yang harmonis dan
fleksibel dengan rekan kerja, serta meningkatkan kinerja mereka, yang berdampak positif pada
manajemen asuhan klinis dan kesejahteraan pasien.
Dalam hal ini, Francke & Graaff, (2012) menyimpulkan bahwa pelatihan supervisi klinis
memiliki pengaruh positif terhadap kepala perawat dalam mengelola waktu mereka dan memiliki
rasa mengendalikan situasi klinis, yang memungkinkan mereka untuk menemukan waktu untuk
memberi lebih banyak perhatian dan dukungan kepada staf perawat yang membantu mereka untuk
mengembangkan dampak profesional dan positif pada perawatan berkualitas.
Sementara, hasil ini tidak sesuai dengan Uys et, al., (2005) yang tidak menemukan hubungan
positif antara intervensi supervisi klinis dengan kualitas perawatan yang diberikan. Mereka
menyatakan, meskipun pelatihan tentang supervisi klinis mempengaruhi pengawasan yang
diberikan oleh manajer perawat, tetapi perubahan tidak cukup untuk mengubah kualitas perawatan.
Begitu pula Hallberg et, al., (1993) menyatakan bahwa tampaknya lebih sulit untuk membuktikan
dampak supervisi klinis pada kualitas perawatan karena stres yang disebabkan oleh tuntutan
psikologis saat perawatan.

VII.KESIMPULAN
Didapatkan peningkatan yang tinggi terhadap pengetahuan kepala perawat dalam semua topik
supervisi klinis setelah pelaksanaan program. Selain itu, persepsi perawat terhadap supervisi klinis
meningkatkan kualitas perawatan efektif, meskipun fungsinya tetap fokus pada kualitas perawatan
yang baik dan kesejahteraan profesional. Literatur yang menghubungkan supervisi klinis dengan
kualitas asuhan keperawatan mengungkapkan bahwa supervisi paling efektif ketika fungsi
pendidikan dan dukungannya dilaksanakan secara berkesinambungan.

VIII. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan beberapa rekomendasi seabagi berikut:
- Manajer rumah sakit harus memulai program supervisi berdasarkan deskripsi pekerjaan untuk
supervisor guna memenuhi kebutuhan mereka dalam asuhan keperawatan dan memotivasi
kepala perawat untuk menggunakan strategi pendidikan baru yang berbeda dalam melakukan
sesi supervisi klinis dan memastikan kehadiran staf perawat secara teratur.
- Program supervisi klinis harus dilakukan secara berkala untuk semua kepala perawat.
- Administrator rumah sakit harus memanfaatkan departemen pengembangan staf untuk
pengajaran kesehatan bagi masing-masing departemen.
- Kepala perawat perlu menentukan pertemuan kelompok keperawatan secara berkala untuk
verbalisasi, menghidupkan, dan mendukung interaksi teman serta sosial.
- Kepala perawat harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan staf keperawatan dan kebutuhan
pembangunan berkelanjutan.
- Perhatian besar supervisor merencanakan untuk melakukan pelatihan perawat guna
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan keselamatan pasien.
- Evaluasi rutin terhadap kualitas asuhan keperawatan, menghasilkan kualitas yang baik dan
memberi mereka umpan balik.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 75 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

REFERENSI

[1] Tomlinson, J.,(2015): Using clinical supervision to improve the quality and safety of patient
care: response to Berwick and Francis. By BioMed Central Medical Education; 15:103.
[2] Morsy, M., (2014): The Effectiveness of Implementing Clinical Supervision Models on Head
Nurses' Performance and Nurses' Job Satisfaction at Benha University Hospital. Faculty of
Nursing, Benha University: 68.
[3] Fauzy, M.,(2013): Quality nursing care versus patient satisfaction and nurses job satisfaction at
Zagazig university Hospital. Faculty of Nursing, Zagazig University.
[4] Abd EL Aziz, N., (2011): Impact of nursing practice environment on nurses, retention and
quality care in Alexandria University: Quality Care Nursing. Faculty of nursing, University of
Alexandria: 9-13.
[5] Abou Hashish, E., (2010): Effect of clinical supervision training program for first-line nurse
managers on quality of care and job satisfaction. Faculty of nursing, University of Alexandria:
6-30.
[6] Mohamed, H., (2009): Relationship between nurses, job satisfaction and quality of their
performance in Abu- Kabier general hospital. Faculty of Nursing, Zagazig University: 38-49.
[7] Edward, D., Burnard, P., Hannigan, B., Cooper, L., Admas, J., Foethergill, A., & Coyle,
D., (2006): Clinical supervision and burn out: The influence of clinical supervision for
community mental health nurses. Journal of Clinical Nursing; 15: 1007-15.
[8] Edward, D., Burnard, P., Hannigan, B., Cooper, L., Admas, J., Foethergill, A., & Coyle,
D., (2006): Clinical supervision and burn out: The influence of clinical supervision for
community mental health nurses. Journal of Clinical Nursing; 15: 1007-15.
[9] Brunero, S., & Stein-Parbury, J., (2013): The effectiveness of clinical supervision in nursing;
an evidenced based literature review. Australian Journal of Advanced Nursing, 25 (3), 86-94.
[10] Russell, K. P. (2013): The art of Clinical Supervision Program for registered nurses (Doctor
of Philosophy (PhD)). University of Notre Dame Australia.
http://researchonline.nd.edu.au/theses/80.
[11] Bernard, M., & Goodyear, K., (2009): Fundamentals of clinical supervision. (3rd).
Boston, MA: Pearson Education. J Ng Schol; 37(3):282-8.
[12] Uys, L., Minnaar, A., Simpson, B., & Reid, S., (2005): The effect of two models of
supervision on selected outcomes.
[13] Hyrkas, K., Lehti K., & Paunonen-Ilmonen M., (2001): Cost-benefit analysis of team
supervision: The development of an innovative model and its application as a case study in one
Finnish university hospital. JONA; 9: 259–68.
[14] Alleyne, J., Jumaa, M.O., (2007): Building the capacity for evidence-based clinical nursing
leadership: the role of executive cocoaching and group clinical supervision for quality patient
services. Journal of Nursing Management 15 (2), 230 -243
[15] Hyrkas K., & Lehti L., (2003): Continuous quality improvement through team supervision
supported by continuous self monitoring of work and systematic patient feedback. JONA;
11:177-88.
[16] Francke, A.L., Graaff, F.M., (2012): The effects of group supervision of nurses: a
systematic literature review. International Journal of Nursing Studies; 49(9), 1165-1179.
[17] Cutcliffe J., & Proctor B., (1998): An alternative training approach to clinical supervision.
BJN; 7: 280-5.
[18] Johns, C., (2003): Clinical supervision as a model for clinical leadership. JONA; 11:25-34.
[19] Teasdale, K., Brocklehurst, N., & Thom, N., (2001): Clinical supervision and support for
nurses: an evaluation study. Journal of Advanced Nursing; 33 (2), 216–224.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 76 | Halaman


Pengaruh Program Supervisi Klinis untuk Kepala Perawat…

[20] Health Workforce Australia, (2011): National Clinical Supervision Support Framework,
Health Workforce. Australia: Adelaide.
[21] Hyrkas, K., (2002): Clinical supervision and quality of care .Examine the effects of team
supervision in multi – professional teams. University of Tampere, Department of Nursing
Science: May; 1-199.
[22] Hyrkas, K., Schmidlechner, K., and Haataja, R., (2006): Efficacy of clinical supervision:
Influence on job satisfaction, burn out and quality of care. JAN; 55 (4): 52135. Available at:
http://www.blackwellsynergy.com/doi/full/10.111/j.1305-2834.x
[23] Livni, D., Crowe, and Gonsalvez, C. (2012): Effects of supervision modality and intensity
on Alliance and oufor the supervisee, Rehabilitation Psychology, 157,178-186.
[24] Raikkonen, O., Pereta, M., and Kahanpa, A. (2007): Staffing adequacy, supervisory
support and quality of care in long term care setting: Staff perception .JAN; 60(6):615-26.
Available at: http://www.blackwell_synergy.com/doi/full/10.111/j.13585-7958x.
[25] Senediak, Ch., (2013): Advances in Clinical Supervision: Innovation and practice
Conference, conducted in Sydney and Institute of Psychiatry.
[26] Winstanley, j., & White, E., (2003): Clinical Supervision: Models, measures and best
practice. J Nurs Researcher; 10(4):7- 38.Available At: http://ezproxy.matc.edu/login?
url=http://proquest-umi.com/=2526.
[27] Registration under the Health and Social Care Act, (2013): Supporting information and
guidance: Supporting effective clinical supervision. Registration under the Health and Social
Care Act. 1-14.
[28] Cruz, S., (2011): Clinical supervision in nursing: effective pathway to quality. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 29, pp.286-291.
[29] Cruz, S., et al., (2012): Clinical supervision in nursing: the (un)known phenomenon.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. (69); 864 – 873.
[30] Cruz, S., et al., (2014): Quality in the Patients‟ Risk of Fall Evaluation through Clinical
Supervision. International Journal of Information and Education Technology, Vol. 4, No. 6.
[31] Victorian Healthcare Association, (2010): Development of Clinical Governance Indicators
for Benchmarking in Victorian Community Health Services, Victorian Healthcare Association,
Melbourne, available at: www.vha.org.au/uploads/Clinical%.
[32] Hancox, K., Lynoh L., Happel B., & Biondo S., (2004): An evaluation of an educational
program for clinical supervision. Int J Ment Heal Ng; 13: 198-203.
[33] Ping, X., (2008): Roles and models of clinical supervision. Singapore Ng J; 35(2):26-32.
[34] Cheater, F., & Hale C., (2001): An evaluation of a local clinical supervision scheme for
practice nurses. JCN; 10: 119-31.
[35] Hallberg, I., & Norberg, A., (1993): Strain among nurses and their emotional reactions
during 1 year of systematic clinical supervision combined with the implementation of
individualized care in dementia nursing. JAN; 18:1860-75.
[36] Ballon, D., & Waller-Vintar, J., (2008): Clinical Supervision Handbook; A guide for
clinical supervisors for addiction and mental health. Centre for Addiction and Mental Health.
Printed in Canada; the Faculty of Social Work (University of Toronto).3- 140.
[37] Helen & Douglas House, (2014): Clinical supervision toolkit set to support staff well-
being. Magdalan Road, Oxford org; Halananddouglas.org. UK.9-122.

DOI: 10.9790/1959-04656574 www.iosjournals.org 77 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai