Anda di halaman 1dari 20

Payung Hukum Pembentukan BUMDes

Zulkarnain Ridlwan
Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fak. Hukum Unila

Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan payung hukum pembentukan badan


usaha milik desa (BUMDes). Merujuk pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemerintahan desa, disimpulkan bahwa pembentukan BUMDes
sebagai lembaga perekonomian desa memiliki landasan hukum yang kuat.
Peraturan yang mendasari pembentukan BUMDes terdiri dari undang-undang,
peraturan pemerintah, hingga peraturan menteri. Jika diperlukan untuk mengatur
lebih lanjut, pemerintah daerah dapat membentuk peraturan daerah tentang
BUMDes. Demikian pula ditingkat desa, dapat dibuat peraturan desa tentang
BUMDes sesuai dengan keadaan dan kekhasan desa masing-masing.
Tujuan
pembangunan nasional
adalah mewujudkan
I. Pendahuluan masyarakat adil dan
makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam wadah Negara Kesetuan
Republik Indonesia yang merdeka, kesatuan langkah menuju tercapainya
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan tujuan pembangunan nasional.
rakyat dalam suasana perikehidupan Hal ini juga berlaku dalam
bangsa yang aman, tenteram, tertib, konteks pemerintahan daerah,
dan dinamis dalam lingkungan bimbingan dan arahan dari
pergaulan dunia yang merdeka, Pemerintah kepada masyarakat
bersahabat, tertib, dan damai. dalam upaya peningkatan
Pembangunan nasional sebagai kesejahteraan, merupakan
pengamalan Pancasila yang keniscayaan. Dalam lingkup lebih
mencakup seluruh aspek kehidupan kecil, kedudukan desa sebagai
bangsa diselenggarakan bersama oleh lingkup pemerintahan yang lebih
masyarakat dan Pemerintah. dekat kepada masyarakat menjadikan
Masyarakat adalah pelaku utama segala panduan operasional desa
pembangunan dan Pemerintah yang digariskan oleh pemerintah
berkewajiban mengarahkan, pusat maupun daerah penting
membimbing, melindungi serta tersedia. Upaya peningkatan
menumbuhkan suasana yang kesejahteraan dilakukan dengan
menunjang. Kegiatan masyarakat dan mengupayakan terbangunnya
kegiatan Pemerintah saling sumber-sumber penghasilan asli desa
menunjang, saling mengisi, dan (PADes). Sumber penghasilan desa
saling melengkapi dalam satu tersebut diantaranya berbentuk badan
usaha, atau badan usaha milik desa
(BUMDes).
Hingga saat ini sarana dan
upaya untuk memberikan
pemahaman akan keberadaan
lembaga swadaya masyarakat
dibidang ekonomi ini belum
maksimal dilakukan. Hal ini
dikarenakan aturan mengenai hal tersebut masih tertuang dalam kerangka peraturan
perundang-undangan yang tinggi tingkatannya, dalam hal ini undang-undang dan
peraturan pemerintah. Landasan yang lebih operasional memang telah tersedia dalam
bentuk peraturan menteri, namun untuk lebih dekat sebagai panduan masyarakat desa
dan sesuai dengan kekhasan daerah, maka harus diatur dalam peraturan daerah.
Agar tersedia tersedia peraturan daerah yang dapat
memberikan penduan yang dimaksud. Suatu panduan yang
mencakup seluruh proses
pembentukan dan pengelolaan BUMDes yang memungkinkan aparat pemerintahan
desa beserta masyarakat secara umum dapat memahami sepenuhnya langkah
operasional pembentukan dan pengelolaan BUMDes demi PADes.
Secara sosiologis, tersedianya suatu lembaga ekonomi yang dikelola secara
swadaya oleh masyarakat desa sudah sejalan
dengan kepentingan bersama masyarakat. Kehadiran lembaga semacam ini searah
dengan tujuan
peningkatan kemandirian dan kreatifitas masyarakat desa untuk
mengusahakan kesejahteraannya. Pendirian dan pengelolaan BUMDes yang kurang
baik secara langsung dapat kontraproduktif dengan tujuan pembentukan BUMDes itu
sendiri.
Kesejahteraan sosial yang
dimaksud adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir
batin yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara
sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan mengenai kedudukan,
hak, dan
kewajiban warga negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945, perlu dilakukan upaya-upaya
yang lebih
memadai, terpadu, dan
berkesinambungan guna
mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan desa, sebagai ujung tombak perwujud
kesejahteraan.
Peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa dengan
bertambahnya PADes yang
dilatarbelakangi adanya pembentukan BUMDes yang kuat sesuai dengan tujuan dan prinsip
keadilan sosial yang merupakan nilai dasar bernegara di Indonesia. Bahkan
pembentukan saja belumlah memadai; dengan pertimbangan pengalaman telah
mengajarkan bahwa pembentukan/pendirian suatu lembaga yang baik, belum tentu dapat
mencapai tujuan pendiriannya,
dikarenakan kurang baiknya
pengelolaan manajerial dan kepemimpinan lembaga tesebut. Oleh karena itu, panduan
yang disediakan oleh pemerintah daerah haruslah juga mencakup pengelolaan BUMDes.
Potensi yang dimiliki BUMDes sebagai lembaga usaha mandiri masyarakat desa
dapat terus ditingkatkan pada masa yang akan datang, karenanya panduan awal
pembentukan dan pengelolaan BUMDes mesti tersedia. Dalam
lingkup pemerintahan daerah,
panduan pembentukan dan
pengelolaan BUMDes dapat

mengenai BUMDes ditingkat


daerah. Bagaimana peraturan
perundang-undangan mengatur
dituangkan dalam peraturan daerah.
keberadaan BUMDes? Apa
Sehingga dalam perspektif sosiologis
saja substansi peraturan daerah
guna mewujudkan kesejahteraan
akan yang mengatur BUMDes?
sosial dan kepatuhan untuk menjalani
Apa implikasi penerapan
aturan tersebut ditingkat daerah dapat
peraturan daerah tersebut?
lebih terjamin kepastiannya.
Secara yuridis, peraturan di
Pembahasan
daerah tentang BUMDes berdasar
pada UU No. 32 tahun 2004 tentang 2.1 Kajian Peraturan
Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat Perundang-undangan
(1)“Desa dapat mendirikan badan mengenai Keberadaan
usaha milik desa sesuai dengan BUMDes
kebutuhan dan potensi desa”. Kajian terhadap
Rumusan yang sama diatur dalam PP peraturan
No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. perundang-undangan ini
Gambaran singkat landasan dimaksudkan untuk
keberadaan BUMDes sebagaimana mengetahui kondisi hukum
dijabarkan diatas menjadi atau peraturan perundang-
pemahaman awal akan latar belakang undangan yang mengatur
perlunya pengaturan lebih lanjut mengenai substansi atau materi
yang akan diatur. Dalam kajian ini
akan diketahui posisi dari peraturan
daerah yang baru. Analisis ini akan
menggambarkan sinkronisasi,
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
harmonisasi peraturan perundang-
2014 tentang Desa
undangan yang ada serta posisi dari
Pasal 87 ayat (1) Desa dapat
peraturan daerah untuk menghindari
mendirikan Badan Usaha
terjadinya tumpang tindih
Milik Desa yang disebut
pengaturan.
BUM Desa; ayat (2) BUM
Desa dikelola dengan
semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan; (3) BUM
Desa dapat menjalankan
usaha di bidang ekonomi
dan/atau pelayanan umum
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUM
Desa disepakati melalui
Musyawarah Desa; ayat (2)
Pendirian BUM Desa (1)
ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Pasal 89 hasil usaha
BUM Desa dimanfaatkan
untuk:
Pengembangan usaha; dan
PembangunanDesa,
pemberdayaan masyarakat
Desa, dan pemberian bantuan
untuk masyarakat miskin
melalui hibah, bantuan sosial,
dan kegiatan dana bergulir
yang ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
Pasal 90
Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, dan
Pemerintah Desa mendorong
perkembangan BUM Desa
dengan:
memberikan hibah dan/atau akses
permodalan;
melakukan pendampingan teknis
dan akses ke pasar; dan
memprioritaskan BUM Desa
dalam pengelolaan sumber
daya alam di Desa.
kerukunan nasional, serta
Undang-Undang Nomor 32 keutuhanNegara Kesatuan
Tahun 2004 tentang Republik Indonesia;
Pemerintahan Daerah; Undang- b. meningkatkan kualitas
undang ini merupakan kehidupan masyarakat;
dasar hukum pertama yang c. mengembangkan kehidupan
melandasi pembuatan Perda tentang demokrasi;
pedoman tata cara pembentukan dan d. mewujudkan keadilan dan
pengelolaan BUMDes. Substansi pemerataan;
dasar yang diatur didalamnya e. meningkatkan pelayanan dasar
menjadi rujukan dalam perumusan pendidikan;
Perda tentang pedoman tata cara menyediakan fasilitas pelayanan
pembentukan dan pengelolaan kesehatan;
BUMDes, meliputi: menyediakan fasilitas sosial dan
Pasal 213 fasilitas umum yang layak;
Desa dapat mendirikan badan mengembangkan sistem jaminan
usaha milik desa sesuai dengan sosial;
kebutuhan dan potensi desa. menyusun perencanaan dan tata
Badan usaha milik desa ruang daerah;
sebagaimana dimaksud pada mengembangkan sumber daya
ayat (1) berpedoman pada produktif di daerah;
peraturan perundang-undangan. melestarikan lingkungan hidup;
Badan usaha milik desa mengelola administrasi
sebagaimana dimaksud pada kependudukan;
ayat (1) dapat melakukan melestarikan nilai sosial budaya;
pinjaman sesuai peraturan membentuk dan menerapkan
perundang-undangan. peraturan perundang-undangan
Penjelasan Pasal 213 ayat (2) Badan sesuai dengan kewenangannya;
Usaha Milik Desa adalah badan dan
hukum sebagaimana kewajiban lain yang diatur dalam
diatur dalam peraturan peraturan perundang-undangan.
perundang-undangan.
Secara umum, Undang-Undang Dalam hal ini, membentuk
Nomor 32 Tahun 2004 tentang peraturan daerah dalam rangka
Pemerintahan Daerah pengusahaan kesejahteraan
menjabarkan otonomi daerah masyarakat hingga ditingkat desa
memberikan hak, wewenang dan termasuk dalam kewajiban
kewajiban kepada daerah Pemerintah Daerah.
otonom untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya 3) Peraturan Pemerintah Nomor
sendiri.Dalam 72 Tahun 2005 Tentang Desa
menyelenggarakan otonomi, Peraturan Pemerintah Nomor 72
daerah mempunyai kewajiban: Tahun 2005 ini merupakan peraturan
a. melindungi masyarakat, menjaga pelaksana dari ketentuan tentang
persatuan, kesatuan dan Pemerintahan Desa yang diatur
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.
1
sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008

358
Ketentuan mengenai BUMDes diatur e. Penyertaan modal pihak lain atau
dalam beberapa pasal berikut: kerja sama bagi hasil atasdasar
Pasal 14 ayat (1) “Kepala Desa saling menguntungkan.
mempunyai tugas Ayat (3) “Kepengurusan
menyelenggarakan urusan Badan Usaha Milik Desa
pemerintahan, pembangunan, dan terdiri dari PemerintahDesa
kemasyarakatan.” dan masyarakat.”
Penjelasan Pasal 14 ayat (1) Pasal 80 Ayat (1) “Badan Usaha
“Yang dimaksud dengan “urusan Milik Desa dapat melakukan
pemerintahan” antara lain pinjaman sesuai dengan
pengaturan kehidupan peraturan perundang-undangan.”
masyarakat sesuai dengan Ayat (2) “Pinjaman sebagaimana
kewenangan desa seperti dimaksudpadaayat(1)
pembuatan peraturan desa, dilakukansetelah mendapat
pembentukan lembaga persetujuan BPD.”
kemasyarakatan, pembentukan Pasal 81 Ayat (1) “Ketentuan lebih
Badan Usaha Milik Desa, lanjut mengenai Tata Cara
kerjasama antar desa.” Pembentukan dan Pengelolaan
Pasal78Ayat(1)“Dalam Badan Usaha Milik Desa diatur
meningkatkan pendapatan dengan Peraturan Daerah
masyarakat dan Desa, Pemerintah Kabupaten/Kota.”
Desa dapat mendirikan Badan Ayat (2) “Peraturan Daerah
Usaha Milik Desa sesuai dengan Kabupaten/Kota sebagaimana
kebutuhan dan potensi Desa.” dimaksudpada ayat (1) sekurang-
Ayat (2) “Pembentukan Badan kurangnya memuat:
Usaha Milik Desa sebagaimana bentuk badan hukum;
dimaksudpada ayat (1) ditetapkan kepengurusan;
denganPeraturanDesa hak dan kewajiban;
berpedomanpada peraturan permodalan;
perundang-undangan.” bagi hasil usaha;
Ayat (3) “Bentuk Badan Usaha kerjasama dengan pihak ketiga;
Milik Desa sebagaimana mekanisme pengelolaan dan
dimaksud padaayat (1) harus pertanggungjawaban;
berbadan hukum.” Didalam penjelasan umum juga
Pasal 79 Ayat (1) “Badan Usaha dijelaskan bahwa selain berasal
MilikDesasebagaimana dari paling sedikit 10% (sepuluh
dimaksud dalam Pasal 78 ayat (1) per seratus)bagi hasil pajak
adalah usaha desa yang dikelola daerah dan retribusidaerah, dan
oleh Pemerintah Desa.” paling sedikit 10% (sepuluh per
Ayat (2) Permodalan Badan seratus)bagian dari dana
Usaha Milik Desa dapat berasal dari : perimbangan keuangan pusatdan
Pemerintah Desa; daerah yang diterima oleh
Tabungan masyarakat; kabupaten/kota,sumberpendapata
Bantuan Pemerintah, Pemerintah n lain yang dapat diusahakan
Provinsi dan Pemerintah olehdesaberasaldari
Kabupaten/Kota; BadanUsahaMilikDesa,
Pinjaman; dan/atau pengelolaanpasardesa,

359
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

pengelolaan kawasan wisataskala


desa, pengeloaan galian C dengan c. Bab II tentang Pembentukan,
tidak menggunakan alat berat Pasal 2 Ayat (1) menyebutkan
dansumber lainnya. bahwa “Pemerintah
Kabupaten/Kota menetapkan
4) Peraturan Menteri Dalam Peraturan Daerah tentang
Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Pedoman Tata Cara
Tentang Badan Usaha Milik Pembentukan dan Pengelolaan
Desa BUMDes.”
Sesuai dengan judulnya, Ayat (2) menjelaskan detail
Permendagri ini berkaitan langsung substansi yang harus diatur dalam
dengan BUMDes. Dalam arti Peraturan Daerah
diaturnya desain BUMDes secara Kabupaten/Kota tersebut
detail terdapat dalam berbagai sekurang-kurangnya memuat
ketentuan Permendagri ini. Hal bentuk organisasi,
tersebut diatur dalam: kepengurusan, hak dan
a. Pertimbangan umum yang kewajiban, permodalan, bagi
melandasi perlu bentuknya hasil usaha, keuntungan dan
BUMDes dijelaskan Permendagri kepailitan, kerjasama dengan
ini bahwa keberadaannya untuk pihak ketiga, mekanisme
meningkatkan kemampuan pertanggung jawaban, pembinaan
keuangan pemerintah desa dalam dan pengawasan masyarakat.
penyelenggaraan pemerintahan d. Pasal 3 ayat (2) bahkan
dan meningkatkan pendapatan menggariskan bahwa “Peraturan
masyarakat melalui berbagai Daerah Kabupaten/Kota tersebut
kegiatan usaha ekonomi ditetapkan paling lambat 1 (satu)
masyarakat perdesaan, didirikan tahun sejak Peraturan Menteri ini
badan usaha milik desa sesuai ditetapkan.”
dengan kebutuhan dan potensi e. Ketentuan teknis selanjutnya
desa. dijabarkan dalam Pasal 5 ayat (1)
b. Pasal 1 Ketentuan Umum bahwa syarat pembentukan
menjelaskan definisi BUMDes BUMDes:
dan Usaha Desa. atas inisiatif pemerintah desa
Badan Usaha Milik Desa, yang danataumasyarakat
selanjutnya disebut BUMDes, berdasarkan musyawarah
adalah usaha desa yang warga desa;
dibentuk/didirikan oleh adanya potensi usaha ekonomi
pemerintah desa yang masyarakat;
kepemilikan modal dan sesuai dengan kebutuhan
pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat, terutama dalam
pemerintah desa dan masyarakat. pemenuhan kebutuhan pokok;
Adapun Usaha Desa adalah jenis tersedianya sumber daya desa
usaha yang berupa pelayanan yang belum dimanfaatkan
ekonomi desa seperti, usaha jasa, secara optimal, terutama
penyaluran sembilan bahan kekayaan desa;
pokok, perdagangan hasil tersedianya sumber daya
pertanian, serta industri dan manusiayangmampu
kerajinan rakyat. mengelolabadanusaha

360
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

sebagai aset penggerak Organisasi Pengelola


perekonomian masyarakat Organisasi pengelola BUMDes
desa; terpisah dari organisasi
adanya unit-unit usaha pemerintahan desa. Organisasi
pengelola BUMDes
masyarakat yang merupakan
tersebut,paling sedikit terdiri
kegiatan ekonomi warga atas:
masyarakat yang dikelola
secara parsial dan kurang Penasihat atau komisaris, yang
terakomodasi; dan dijabat oleh Kepala Desa; dan
untuk meningkatkan Pelaksana operasional atau direksi
pendapatan masyarakat yang terdiri atas:
dan pendapatan asli desa. Direktur atau manajer; dan
Mekanisme pembentukan BUMDes Kepala unit usaha.
Tugas dan Kewenangan Pengelola
dijabarkan dalam Pasal
Penasihat atau komisaris
5 ayat (2) yaitu melalui tahap: mempunyai tugas melakukan
rembug desa/musyawarah pengawasan dan memberikan
untuk menghasilkan nasehat kepada pelaksana
kesepakatan; operasional atau direksi dalam
kesepakatan dituangkan dalam menjalankankegiatan
AD/ART yang sekurang- pengelolaan usaha
kurangnya berisi: desa.Penasihat atau komisaris
organisasi dan tata kerja, dalam melaksanakan tugas
penetapan personil, sistem mempunyai kewenangan
meminta penjelasan pelaksana
pertanggung jawaban dan
operasional atau direksi
pelaporan, bagi hasil dan mengenai pengelolaan usaha
kepailitan; desa.
pengusulan materi
kesepakatan sebagai Pelaksana operasional atau
draft peraturan desa; dan direksi, bertanggung jawab
kepada pemerintahan desa atas
penerbitan peraturan desa.
pengelolaan usaha desa dan
Pada Bab III yang terdiri dari Pasal 6 mewakili BUMDes di dalam
sampai Pasal 21 menjelaskan dan di luar pengadilan.
tentang Pengelolaan BUMDes,
yaitu: Pengelolaan
Pengelolaan BUMDes berdasarkan BUMDes,dilakukan dengan
pada: persyaratan:
Anggaran Dasar, yang memuat pengurus yang berpengalaman dan
paling sedikit rincian nama, atau profesional;
tempat kedudukan, maksud dan mendapat pembinaan manajemen;
tujuan, kepemilikan modal, mendapat pengawasan secara
kegiatan usaha, dan internal maupun eksternal;
kepengurusan.; dan menganut prinsip transparansi,
Anggaran Rumah Tangga yang akuntabel, dapat dipercaya,
memuat paling sedikit rincian dan rasional; dan
hak dan kewajiban pengurus, melayani kebutuhan masyarakat
masa bakti kepengurusan, tata dengan baik dan adil.
carapengangkatandan
pemberhentian pengurus,
penetapan operasional jenis
usaha, dan sumber permodalan. 361
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

Jenis Usaha dan Permodalan Pasal 18 dibuat dalam naskah


BUMDesterdiri atas jenis-jenis perjanjian kerjasama. Naskah
usaha.Jenis-jenis usaha meliputi: perjanjian kerjasama tersebut
paling sedikit memuat: subyek
Jasa, antara lain: jasa keuangan
mikro; jasa transportasi; jasa kerjasama; obyek kerjasama;
komunikasi; jasa konstruksi; dan jangka waktu; hak dan
jasa energi. kewajiban; pendanaan; keadaan
Penyaluran sembilan bahan pokok, memaksa; penyelesaian
antara lain: beras; gula; garam; permasalahan; dan pengalihan.
minyak goreng; kacang kedelai; Naskah perjanjian kerjasama
dan bahan pangan lainnya yang usaha desa antar 2 (dua) desa atau
dikelola melalui warung desa lebih dalam satu kecamatan tersebut,
atau lumbung desa. disampaikan kepada camat paling
Perdagangan hasil pertanian,antara lambat 14 (empat belas) hari sejak
lain: jagung; buah-buahan; dan
ditandatangani.
sayuran.
Industri kecil dan rumah tangga, Naskah perjanjian kerjasama
antara lain: makanan; minuman, usaha desa antar 2 (dua) desa atau
kerajinan rakyat; bahan bakar lebih antar kecamatan, disampaikan
alternatif; dan bahan bangunan. kepada bupati/walikota melalui
Jenis-jenis usaha tersebut dapat camat paling lambat 14 (empat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belas) hari sejak ditandatangani.
dan potensi desa. Laporan Pertanggungjawaban
Modal BUMDes berasal dari: Pelaksana operasional atau
pemerintah desa; tabungan direksi melaporkan
masyarakat; bantuan pemerintah, pertanggungjawaban
pemerintah provinsi, dan pemerintah pelaksanaan BUMDes
kabupaten/kota; pinjaman; dan/atau kepada Kepala Desa.Kepala
kerja sama usaha dengan pihak lain. Desa melaporkan
Modal BUMDes lainnya, pertanggungjawaban
dapat berasal dari dana bergulir BUMDes kepada BPD dalam
program pemerintah dan pemerintah forum musyawarah desa.
daerah yang diserahkan kepada desa Pembinaan dan Pengawasan Pasal
dan/atau masyarakat melalui 22 menjabarkan tentang
pemerintah desa. Pengawasan, bahwa:
f) Kerjasama (1) Menteri Dalam Negeri
BUMDes dapat melakukan melakukan pembinaan dan
kerjasama usaha antar 2 (dua) menetapkan norma, standar,
desa atau lebih dan dengan pihak prosedur dan kriteria
ketiga.Kerjasama usaha antar 2 BUMDes.
(dua) desa atau lebih dapat (2) Gubernur melakukan
dilakukan dalam satu kecamatan sosialisasi, bimbingan teknis
atau antar kecamatan dalam satu standar, prosedur, dan kriteria
kabupaten/kota.Kerjasama antar pengelolaan serta
2 (dua) desa atau lebih harus memfasilitasi akselerasi
mendapat persetujuan masing- pengembangan modal dan
masing pemerintahan desa. pembinaan manajemen
Kerjasama usaha desa BUMDes di Provinsi.
sebagaimana dimaksud dalam

362
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

Bupati/Walikota melakukan pemberdayaan masyarakat dan


pembinaan,monitoring, desa;
evaluasi, upaya
pengembangan manajemen (3). Urusan pilihan sebagaimana
dan sumber daya manusia dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
serta prakarsa dalam adalah urusan pemerintahan
permodalan yang ada di yang secara nyata ada dan
perdesaan. berpotensi untuk meningkatkan
Kepala Desa mengkoordinasikan kesejahteraan masyarakat sesuai
pelaksanaanpengelolaan dengan kondisi, kekhasan, dan
BUMDesdiwilayah potensi unggulan daerah yang
kerjanya. bersangkutan.
Adapun Pengawasan BUMDes Urusan wajib Pemerintahan
dijelaskan pada Pasal 23, bahwa: Daerah di Bidang Pemberdayaan
(1) BPD dan/atau pengawas Masyarakat dan Desa memiliki Sub
internal yang dibentuk bidangPemberdayaan Usaha
melalui musyawarah desa Ekonomi Masyarakat, Sub sub
melakukan pengawasan atas bidang Kebijakan, masing-masing
pengelolaan BUMDes. pemerintah memiliki wewenang:
Inspektorat Kabupaten/Kota Pemerintah Pusat;
melakukan pengawasan atas Penetapan kebijakan nasional.
pengelolaan BUMDes. Penetapan pedoman, norma,
stándar, prosedur dan kriteria
Peraturan Pemerintah Nomor 38 pemberdayaan usaha
2
Tahun 2007 ekonomi masyarakat skala
KetentuanPasal7 nasional.
memetakan urusan wajib dan urusan Pemerintah Daerah Provinsi;
pilihan yang dapat diselenggarakan a. Penetapan kebijakan daerah
oleh pemerintah daerah provinsi, skala provinsi.
termasuk juga didalamnya di bidang Penyelenggaraan
perlindungan penyandang cacat yang pemberdayaan usaha
berhubungan dengan kewenangan ekonomi masyarakat skala
dibidang sosial. provinsi.
(1). Urusan wajib adalah urusan Pemerintah Daerah
pemerintahan yang wajib Kabupaten/Kota;
diselenggarakan oleh a. Penetapan kebijakan daerah
pemerintahan daerah provinsi skala kabupaten/ kota.
dan pemerintahan daerah Penyelenggaraan
kabupaten/kota, berkaitan pemberdayaan usaha
dengan pelayanan dasar. ekonomi masyarakat skala
(2). Urusan wajib sebagaimana kabupaten/kota.
dimaksud diatas diantaranya Untuk sub sub bidang Pemberdayaan
Ekonomi Penduduk Miskin,
2 PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang wewenang masing-masing lingkup
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara pemerintahan yaitu:
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, 1. Pemerintah Pusat;
dan Pemerintahan Pemerintah
Kabupaten/Kota

363
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

a. Koordinasi dan fasilitasi b. Pembinaan dan supervisi


pemberdayaan ekonomi pengembangan usaha ekonomi
penduduk miskin skala nasional. keluarga dan kelompok
b. Pembinaan dan supervisi masyarakat skala nasional.
pemberdayaan ekonomi
penduduk miskin skala nasional. c. Monitoring dan evaluasi
c. Monitoring dan evaluasi pengembangan usaha ekonomi
pemberdayaan ekonomi keluarga dan kelompok
penduduk miskin skala nasional masyarakat skala nasional.
2. Pemerintah Daerah Provinsi; Pemerintah Daerah Provinsi;
Koordinasi dan fasilitasi Koordinasi dan fasilitasi
penyelenggaraan pemberdayaan pengembangan usaha ekonomi
ekonomi penduduk miskin skala keluarga dan kelompok
provinsi. masyarakat skala provinsi.
Pembinaan dan supervisi Pembinaan dan supervisi
penyelenggaraan pemberdayaan pengembangan usaha ekonomi
ekonomi penduduk miskin skala keluarga dan kelompok
provinsi. masyarakat skala provinsi.
Monitoring,evaluasidan Monitoring evaluasi dan pelaporan
pelaporanpenyelenggaraan pengembangan usaha ekonomi
pemberdayaan ekonomi keluarga dan kelompok
penduduk miskin skala provinsi. masyarakat skala provinsi.
3. Pemerintah Daerah PemerintahDaerah
Kabupaten/Kota; Kabupaten/Kota;
a. Koordinasi dan fasilitasi a. Koordinasi dan fasilitasi
penyelenggaraan pemberdayaan penyelenggaraan pengembangan
ekonomi penduduk miskin skala usaha ekonomi keluarga dan
kabupaten/kota. kelompok masyarakat skala
b. Penyelenggaraan pemberdayaan kabupaten/kota.
ekonomi penduduk miskin skala Penyelenggaraan pengembangan
kabupaten/kota. usaha ekonomi keluarga dan
c. Monitoring, evaluasi dan kelompok masyarakat skala
pelaporan penyelenggaraan kabupaten/kota.
pemberdayaan ekonomi Monitoringevaluasidan
penduduk miskin skala pelaporan penyelenggaraan
kabupaten/kota. pengembangan usaha ekonomi
Untuk sub sub bidang keluarga dan kelompok
Pengembangan Usaha Ekonomi masyarakat skala kabupaten/
Keluarga dan Kelompok Masyarakat, kota.
wewenang masing-masing lingkup
pemerintahan yaitu: Untuk sub sub bidang Pengembangan
Pemerintah Pusat; Lembaga Keuangan Mikro Perdesaan,
Koordinasi dan fasilitasi wewenang masing-masing lingkup
pengembangan usaha ekonomi pemerintahan yaitu:
keluarga dan kelompok 1. Pemerintah Pusat;
masyarakat skala nasional.

364
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

a. Koordinasi dan fasilitasi pemasaran hasil usaha


pengembangan lembaga masyarakat skala nasional.
keuangan mikro perdesaan skala b. Pembinaan dan supervisi
nasional. pengembangan produksi dan
b. Pembinaan dan supervisi pemasaran hasil usaha
pengembangan lembaga masyarakat skala nasional.
keuangan mikro perdesaan skala c. Monitoring dan evaluasi
nasional. pengembangan produksi dan
c. Monitoring dan evaluasi pemasaran hasil usaha
pengembangan lembaga masyarakat skala nasional.
keuangan mikro perdesaan skala 2. Pemerintah Daerah Provinsi;
nasional. a. Koordinasi dan fasilitasi
2. Pemerintah Daerah Provinsi; penyelenggaraan pengembangan
a. Koordinasi dan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil
penyelenggaraan pengembangan usaha masyarakat skala provinsi.
lembaga keuangan mikro b. Pembinaan dan supervisi
perdesaan skala provinsi. penyelenggaraan pengembangan
b. Pembinaan dan supervisi produksi dan pemasaran hasil
penyelenggaraan pengembangan usaha masyarakat skala provinsi.
lembaga keuangan mikro c. Monitoring evaluasi dan
perdesaan skala provinsi. pelaporan penyelenggaraan
c. Monitoring, evaluasi dan pengembangan produksi dan
pelaporan penyelenggaraan pemasaran hasil usaha
pengembangan lembaga masyarakat skala provinsi.
keuangan mikro perdesaan skala 3. Pemerintah Daerah
provinsi. Kabupaten/Kota;
3. Pemerintah Daerah a. Koordinasi dan fasilitasi
Kabupaten/Kota; penyelenggaraan pengembangan
a. Koordinasi dan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil
penyelenggaraan pengembangan usaha masyarakat skala
lembaga keuangan mikro kabupaten/kota.
perdesaan skala kabupaten/kota. b. Penyelenggaraan pengembangan
b. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil
lembaga keuangan mikro usaha masyarakat skala
perdesaan skala kabupaten/kota. kabupaten/kota.
c. Monitoring, evaluasi dan c. Monitoring evaluasi dan
pelaporan penyelenggaraan pelaporan penyelenggaraan
pengembangan lembaga pengembangan produksi dan
keuangan mikro perdesaan skala pemasaran hasil usaha
kabupaten/kota. masyarakat skala
Untuk sub sub bidang kabupaten/kota.
Pengembangan Produksi dan Untuk sub sub bidang
Pemasaran Hasil Usaha Masyarakat, Pengembangan Pertanian Pangan dan
wewenang masing-masing lingkup Peningkatan Ketahanan Pangan
pemerintahan yaitu: Masyarakat, wewenang masing-
1. Pemerintah Pusat; masing lingkup pemerintahan yaitu:
a. Koordinasi dan fasilitasi 1. Pemerintah Pusat;
pengembangan produksi dan
365
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

a. Koordinasi dan fasilitasi pangan masyarakat skala


pengembangan pertanian pangan kabupaten/kota.
dan peningkatan ketahanan Sebagaimana dijabarkan diatas,
pangan masyarakat skala kewenangan masing-masing lingkup
nasional. pemerintahan dalam sub sub bagian
b. Pembinaan dan supervisi kewenangan tersebut tidak
pengembangan pertanian pangan menyebutkan secara spesifik
dan peningkatan ketahanan nomenklatur „BUMDes‟. Namun
pangan masyarakat skala secara implisit kewenangan tersebut
nasional. diatur dalam sub sub bagian
c. Monitoring dan evaluasi pengembangan usaha ekonomi
pengembangan pertanian pangan keluarga dan kelompok. Sehingga
dan peningkatan ketahanan dapat disimpulkan bahwa wewenang
pangan masyarakat skala Pemerintah Daerah yaitu dalam
nasional. rangka:
Pemerintah Daerah Provinsi; a. Koordinasi dan fasilitasi
Koordinasi dan fasilitasi penyelenggaraan pengembangan
pengembangan pertanian pangan usaha ekonomi keluarga dan
dan peningkatan ketahanan kelompok masyarakat skala
pangan masyarakat skala kabupaten/kota.
provinsi. Penyelenggaraan pengembangan
Pembinaan dan supervisi usaha ekonomi keluarga dan
pengembangan pertanian pangan kelompok masyarakat skala
dan peningkatan ketahanan kabupaten/kota.
pangan masyarakat skala Monitoringevaluasidan
provinsi. pelaporan penyelenggaraan
Monitoring,evaluasidan pengembangan usaha ekonomi
pelaporanpengembangan keluarga dan kelompok
pertanian pangan dan masyarakat skala kabupaten/
peningkatan ketahanan pangan kota.
masyarakat skala provinsi. Oleh karena itu, Pemerintah
PemerintahDaerah Daerah dalam rangka melaksanakan
Kabupaten/Kota; wewenang tersebut perlu
a. Koordinasi dan fasilitasi mengeluarkan suatu Peraturan
penyelenggaraan pengembangan Daerah yang mengatur tentang
pertanian pangan dan BUMDes didaerah.
peningkatan ketahanan pangan Dari ketentuan peraturan
masyarakat skala perundang-undangan yang berkenaan
kabupaten/kota. dengan pembentukan dan
Penyelenggaraan pengembangan pengelolaan BUMDes diatas, dapat
pertanian pangan dan dilihat bahwa terdapat sinkronisasi
peningkatan ketahanan pangan yang menunjukkan pemerintah
masyarakat skala daerah berwenang dan
kabupaten/kota. bertanggungjawab atas penyediaan
Monitoring,evaluasidan pedoman pembentukan dan
pelaporan penyelenggaraan pengelolaan BUMDes. Dengan
pengembangan pertanian pangan begitu, diperlukan sebuah peraturan
dan peningkatan ketahanan daerah tentang pedoman tata cara

366
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

pembentukan dan pengelolaan peraturan perundang-undangan


BUMDes yang akan melegitimasi yang berlaku.BUMDes didirikan
kedudukan pemerintah daerah dalam berdasarkan hasil musyawarah
melakukan pembinaan atas warga dan BPD yang ditetapkan
pembentukan dan pengelolaan berdasarkan peraturan
BUMDes. Sehingga pengaturan desa.Peraturan desa tersebut
mengenai BUMDes tidak terputus paling sedikit memuat: maksud
dan terdapat sinkronisasi antara dan tujuan; nama tempat dan
pengaturan di pusat dengan kedudukan wilayah usaha; asas,
pengaturan di daerah. fungsi dan jenis usaha;
permodalan; kepengurusan dan
2.2 Materi Muatan Peraturan organisasi; kewajiban dan hak;
Daerah Tentang BUMDes penetapan dan penggunaan laba.

Jika diperlukan, pemerintah BUMDes yang dibentuk oleh 2


daerah dapat membentuk peraturan (dua) desa atau lebih ditetapkan
daerah yang mengatur tentang dengan peraturan bersama antar
BUMDes. Hal-hal yang perlu diatur desa yang dilakukan secara
yaitu: musyawarah mufakat yang
1. Ketentuan Umum dikoordinasikan oleh camat.
Istilah yang mestinya digunakan
dalam perda tentang BUMDes yaitu: Organisasi BUMDes
Daerah; Pemerintah Daerah; Kepala Organisasi BUMDes adalah
Daerah; Kecamatan; Camat; Desa; milik pemerintah desa, yang
Pemerintahan desa; Pemerintah desa; permodalannya sebagian atau
Kepala desa; Badan seluruhnya merupakan kekayaan
permusyawaratan desa; Peraturan desa yang dipisahkan, bukan
desa; Anggaran Pendapatan dan milik kelompok ataupun
Belanja Desa; Kekayaan Desa; perseorangan.Secara
Badan Usaha Milik Desa; organisatoris struktur BUMDes
Permodalan BUMDes; dan Wilayah terpisah dari struktur organisasi
kerja BUMDes. pemerintahan desa.BUMDes
memiliki anggaran dasar dan
2. Materi Pengaturan anggaran rumah tangga.
Materi yang hendaknya akan Anggaran dasar sekurang-
diatur dalam Perda tentang BUMDes kurangnya memuat rincian nama,
yaitu: tempat kedudukan, maksud dan
Pembentukan BUMDes tujuan, kepemilikan modal,
Pemerintah desa dapat kegiatan usaha dan
membentuk/mendirikan kepengurusan.Anggaran rumah
BUMDesdalamrangka tangga sekurang-kurangnya
meningkatkan sumber-sumber memuat hak dan kewajiban
asli pendapatan desa dan pengurus, masa bakti
menumbuhkembangkan kepengurusan, tata cara
perekonomianmasyarakat pengangkatan dan pemberhentian
desa.BUMDesditetapkan pengurus, penetapan operasional
berdasarkanperaturandesa jenis usaha, sumber permodalan
denganberpedomanpada serta keuntungan dan

367
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

kepailitan.Anggaran dasar dan pemerintahan desa atas segala


anggaran rumah tangga dapat kegiatan yang dijalankan oleh
diubah paling singkat 1 (satu) BUMDes dan mewakili
tahun anggaran melalui rapat BUMDes di dalam dan diluar
pengurus.Anggaran dasar dan pengadilan.
anggaran rumah tangga disahkan
oleh kepala desa dan BPD serta Jenis Usaha, Permodalan dan Bagi
disampaikan kepada bupati Hasil Usaha
melalui camat. Bab ini mengatur tentang jenis
usaha, permodalan dan bagi hasil
Kepengurusan BUMDes Pengurus usahayang dapat dilaksanakan
BUMDes terdiri dari melalui BUMDes.
penasihatdanpelaksana Kerjasama dengan Pihak Ketiga Bab
operasional.Penasihatdijabat ini mengatur bahwa
oleh kepala desa.Pelaksana BUMDes dapat melakukan
operasional terdiri atasmanajer kerjasama dengan BUMDes
dankepala unit usaha.Masa lainnya dan/atau dengan pihak
jabatan pelaksana operasional ketiga.Dalam menjalin kerjasama
Bumdesadalah3(tiga) dengan pihak ketiga harus
tahun.Pelaksanaoperasional didasarkan pada prinsip ekonomi
diangkat dan diberhentikan yang saling menguntungkan
dengan keputusan kepala desa keduabelahpihak.Dalam
atas persetujuan BPD. menjalin kerjasama antar
BUMDes dan/atau dengan pihak
Mekanisme Pengangkatan Badan ketiga harus mendapatkan
Pengurus BUMDes persetujuan pemerintah desa.
Persyaratanpengangkatan,
berhenti,danatau MekanismePengelolaan,
diberhentikannya pelaksana Pelaporan dan
operasional BUMDes. Pertanggungjawaban
TugasdanKewenangan Bab ini menjelaskan mekanisme
Penasihat dan Pelaksana pengelolaan, pelaporan dan
Operasional pertanggungjawaban pengelolaan
Bab ini mengatur tentang tugas BUMDes. Diantaranya bahwa
dan kewenangan penasihat dan pengelolaan BUMDes harus
pelaksana operasional. Penasihat dilakukan secara transparan,
mempunyai tugas melakukan akuntabel, partisipatif,
pengawasan dan memberikan berkelanjutan dan akseptabel.
nasehat kepada pelaksana Laporan pertanggungjawaban
operasional dalam menjalankan BUMDes disampaikan oleh ketua
kegiatan pengelolaan usaha pengurus pelaksana operasional
desa.Pengurus pelaksana kepada pemerintah desa dan BPD
operasional mempunyai tugas dalam forum musyawarah desa
menata,melaksanakandan dan disaksikan oleh camat
mengembangkan usaha-usaha sebagai wakil pemerintah
perekonomian yang dijalankan kabupaten.
olehBUMDes.Pengurus Pembubaran BUMDes
pelaksana operasional atau BUMDes dapat dibubarkan
direksi bertanggungjawab kepada berdasarkan perintah peraturan

368
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

perundang-undangan yang 2.3 Implikasi Penerapan Peraturan


berlaku dan/atau apabila selama 2 Daerah tentang BUMDes
(dua) tahun berturut-turut selalu Implikasi pembentukan dan
mengalami kerugian.Semua asset pengelolaan BUMDes yang akan
dan kekayaan BUMDes yang diatur dalam peraturan daerah, akan
telah dibubarkan dibagi menurut dikaji kaitannya terhadap aspek
nilai nominal kehidupan masyarakat dan
saham/keikutsertaan pihak-pihak dampaknya terhadap aspek beban
yang terkait.Kekayaan desa yang keuangan daerah.
tersisa pada BUMDes yang telah Terhadap aspek kehidupan
dibubarkan menjadi hak milik masyarakat di desa, pengaturan
desa dan harus disetor langsung tentang pembentukan dan
ke kas desa. pengelolaan BUMDes dengan
peraturan daerah akan memberikan
10. Pembinaan, Pengawasan dan pedoman tata cara pemerintah dan
Audit masyarakat desa membentuk dan
mengelola suatu badan usaha
Pelaksana pembinaan, monitoring bersama yang dapat mendukung
dan evaluasi serta keuangan desa. Perda ini juga
pelatihan teknis terhadap diharapkan dapat memberi sandaran
manajemen BUMDes adalah hukum bagi pemerintah desa dalam
Bupati.Inspektorat Kabupaten menyelenggarakan BUMDes.
melakukan pengawasan terhadap Jikapun di desa tersebut telah ada
pengelolaan BUMDes. lembaga sejenis, dapat diselaraskan
Ketentuan Peralihan dengan bentuk badan hukum
Segala bentuk kegiatan usaha BUMDes.
yang dikelola oleh pemerintah Perda ini juga dapat memberi
desa sebelum diberlakukannya kejelasan peran dan tanggung jawab
peraturan daerah ini dapat masing-masing pemangku
ditetapkan sebagai kegiatan kepentingan BUMDes dalam
BUMDes sepanjang tidak menyelenggarakan usaha bersama
bertentangan dengan peraturan masyarakat ini. Dengan demikian
daerah ini. upaya pemerintah daerah untuk
Ketentuan Penutup mengoptimalkan segala potensi
Hal-hal yang belum cukup diatur masyarakat desa dalam bidang
dalam peraturan daerah ini, perekonomian dapat terlihat dengan
sepanjang mengenai teknis jelas.
pelaksanaannya akan diatur lebih Terhadap aspek beban keuangan
lanjut dengan Peraturan daerah, pengaturan tentang pedoman
Bupati.Peraturan Daerah ini tata cara pembentukan dan
mulai berlaku pada tanggal pengelolaan dalam peraturan daerah
diundangkan.Agar setiap orang tidak akan memberi dampak
dapat mengetahuinya, pembebanan anggaran daerah. Hal
memerintahkan pengundangan ini dikarenakan keperluan akan
Peraturan Daerah ini dengan penyediaan fasilitas, sarana dan
penempatannya dalam Lembaran prasarana berdasar pada swadaya
Daerah. masyarakat desa. Namun demikian,
untuk desa-desa tertentu yang belum

369
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

memiliki kemampuan untuk H.A.W. Widjaja. 2010. Otonomi


mengorganisir keuangan termasuk Desa: Merupakan Otonomi Yang
pengumpulan dana swadaya Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta:
masyarakat, pemerintah daerah dapat RajaGrafindo.
mengambil inisiatif untuk membantu Juliantara, Dadang. 2003.
diawal pendiriannya. Pembaruan Desa, Bertumpu Pada
Yang Terbawah. Jogjakarta:
Penutup Lappera.
Kartohadikoesoemo, Soetardjo.
3.1 Simpulan 2004. Desa. Jakarta: PN Balai
Pertama, keberadaan BUMDes Pustaka.
sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan
Pemerintahan Daerah. Juga selaras Undang-Undang Nomor 32 Tahun
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2004 tentang Pemerintahan
72 Tahun 2005 tentang Desa. Kedua, Daerah.
substansi minimum yang harus diatur Peraturan Pemerintah Nomor 72
dalam Perda tentang BUMDes Tahun 2005 Tentang Desa.
disusun berdasarkan pada Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 Nomor 39 Tahun 2010 Tentang
Tentang BUMDes yang mengatur Badan Usaha Milik Desa.
bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota
menetapkan Peraturan Daerah Makalah
tentang Pedoman Tata Cara Pambudi, Himawan, “Aspek
Pembentukan dan Pengelolaan Sosiologi Politik Pemerintahan
BUMDes. Desa”, makalah disampaikan
3.2 Saran dalam lokakarya Rancangan
Pemerintah daerah perlu Penyusunan UU tentang
membentuk BUMDes sesuai dengan Pemerintahan Daerah,
peraturan perundang-undangan, jika kerjasama PSHK dan DPD RI,
ada hal-hal lain yang bersifat lebih Hotel Harris, Jakarta, 6 Maret
teknis operasional serta perlu 2007.
mengatur sesuai dengan kekhasan,
masing-masing desa dapat
membentuk peraturan desa tentang
BUMDes.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (PKDSP). 2007.
Buku Panduan Pendirian dan
Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes). Surabaya:
Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya.

370
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept – Des. 2013, ISSN 1978-5186

356

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai