Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TAMBAHAN

1. Drag Force, Bouyant Force, dan Gavitasi

 Drag Force
Drag force/ gaya hambat dalam system fluida adalah gaya yang
menghambat pergerakan sebuah benda padat melalui
sebuah fluida ( cairan atau gas). Bentuk gaya hambat yang paling umum
tersusun dari sejumlah gaya gesek, yang bertindak sejajar dengan
permukaan benda, plus gaya tekanan, yang bertindak dalam arah tegak lurus
dengan permukaan benda. Komponen tegak lurus terhadap arah pergerakan
ini dianggap sebagai gaya angkat. Dengan begitu gaya hambat berlawanan
dengan arah pergerakan benda.
 Bouyant Force
Gaya apung, atau Buoyancy, adalah gaya ke atas yang dikerjakan oleh
fluida yang melawan berat dari benda yang direndam. Pada sebuah kolom
fluida, tekanan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman sebagai
hasil dari akumulasi berat air di atasnya. Sehingga benda yang tenggelam ke
dalam fluida akan mengalami tekanan yang besar di dasar kolom fluida
dibandingkan dengan ketika berada di dekat permukaan. Perbedaan tekanan
ini merupakan gaya resultan yang cenderung mempercepat pergerakan
benda ke atas atau menjadikan percepatan ke bawah dari suatu benda
berkurang hingga nol dan mencapai kelajuan terminal. Besarnya gaya apung
sebanding dengan besarnya beda tekanan antara permukaan dan dasar
kolom, dan setara dengan berat fluida yang terpindahkan (displacement)
yang seharusnya mengisi ruang yang ditempati oleh benda. Sehingga benda
yang memiliki massa jenis lebih besar dari fluida akan tenggelam, dan
benda yang memiliki massa jenis lebih rendah dari fluida akan mengapung.
 Gaya gravitasi
Gravitasi adalah gaya tarik yang terjadi antara partikel atau benda dengan
inti bumi, sehingga selalu mengarah ke bawah (inti bumi). Partikel dalam
fluida pun pasti memiliki kecenderungan mengarah ke bawah/ ke dasar
fluida karena gaya gravitasi

1
2

Gambar 1. Arah Gaya

2. Alat dan Cara Kerja yang digunakan dalam Gravity Separation

Metode konsentrasi gravitasi dibedakan menjadi 3 berdasarkan gerakan


fluidanya:
1. Fluida Tenang , contohnya heavy medium separations, dan dense medium
separation
2. Fluida Horizontal, contohnya shaking table, spiral concentration, sluice box
3. Fluida Vertikal, contohnya jigging

Beberapa alat dan cara kerjanya yaitu

 Jig Concentartor
Merupakan alat utama yang banyak dipakai dalam Gravity
Concentrator. Jigging merupakan metode pemisahan mineral berharga
dengan pengotornya dengan memanfaatkan berat jenis atau density dari
material yang akan diolah atau sebelum proses iron atau steel making.
Umpan yang diberikan berupa pulp akan disebar diatas pengayak atau
screen dimana diatasnya juga disebarkan mineral lain (bed). Bed
biasanya terletak diantara mineral berat dan mineral ringan sehingga
berat jenis bed merupakan factor yang penting
3

Gambar 2. Jig Concentrator


 Shaking Table

Pada dasarnya shaking table digunakan untuk konsentrasi gravitasi


mineral basah dan mineral yang terdirir dari butiran-butiran yang
berukuran kecil. Prinsip kerjanya adalah adanya efek slucing yang
bekerja, dikombinasikan dengan riffle dan gaya sentak yang tergak lurus
denganarah aliran. Cara kerjanya sebagai berikut:

- Air mengalir pada permukaan alat, kemudian tetjadi gesekan antara


keduanya sehingga kecepatan air pada bagian atas akan lebih besar
daripada kecepatan air. Semakin dekat ke permukaan maka
kecepatan alir semakin cepat.
- Partikel yang berukuran kecil cindering terhambat gerakannya
akibat gaya gesekan tersebut
- Particle dengan specific gravity tinggi akan bergerak lebih lambat
daaripada particle dengan specific gravity kecil
- Akibat aliran air,particle dapat dipisahkan berdasarkan ukuran dan
kepadatannya
- Semakin besar jangkauan ukuran particle, efisiensi pemisahan
berkurang

3. Perbedaan antara group 3A dan Group 3B pada Table Sifat Kepolaran

Group 3 A merupakan golongan karbonat dan group 3 b ,erupakan


golongan halites. Dimana sifat kepolaran lebih tinggi halites. mineral dalam
kelompok 3 a dapat menjadi hidrofobik dengan sulfidasi permukaan mineral
dalam media berair basa
4

4. Grafik Hubungan Mineral, pH, dan Reagen (Contoh 1 reagen)

Gambar 3. Efek pH pada recoveru kalkopirit dan galena pada proses flotasi

Grafik diatas merupakan hubungan pH dengan recovery pada mineral


galena dan kalkopirit pada proses flotasi dengan kolektor BX. Grafik ini
menunjukan pada galena, seiring kenaikan pH menyebabkan recovery
berkurang.

Gambar 4. Efek dosis kolektor terhadap recovery Copper

Gambar diatas merupakan grafik yang menunjukan dosis kolektor pada


proses flotasi terhadap recovery ore copper sulfide. Colllector yang digunakan
adalah Sodium Sulfide. Hal ini menunjukan dengan meningkatnya reagen
kolektor, makan recovery juga akan semakin meningkat.

5. Perbedaan Grade, Recovery dan Grafik hubungan

Recovery menyatakan jumlah atau persentase mineral berharga yang


dapat diambil dari umpan dan masuk ke konsentrat. Nilai ini menunjukan rasio
5

atau presentasi mineral berharga yang ada dalam konsentrat dibanding dengan
mineral berharga dalam bijih. Nilai ini menunjukan efisiensi dari pemisahan.
Sedangkan grade adalah kandungan mineral berharga di dalam konsentrat.

Gambar 5. Recovery dan Grade

Recovery berbanding terbalik dengan grade, dimana recovery tinggi, maka grade akan
menurun. Dalam arti apabila kadar mineral berharga yang diambil dari feed dan masuk
ke konsentrat semakin tinggi, maka kandungan mineral berharga dalam konsentrat
semakin rendah karena akan banyak pengotor yang ikut.

6. Perbedaan Heath, Fluidized bed, dan sintering

 Multiple Hearth Furnace

Gambar 6. Skema Hearth Furnace

Konsentrat akan akan jatuh ke dalam 9 seri atau lebih hearths stacked di
dalam brick lined kolom silinder. Saat feed concentrate jatuh ke furnace,
6

pertama di keringkan dengan gas panas yang lewat ke hearth lalu dioksidasi
membentuk calcine. Reaksinya cenderung lama dan harus menggunakan
fuel untuk dapat bekerja
 Fluidized Bed Roaster

Gambar 7. Skema Fluidized Bed Roaster

Dalam Fluidized bed raster, konsentrat sulfida di suspensikan dan dioksidasi


dengan udara. Ore di roasting dan dialirkan gas dari bawah menuju ke atas.
Gas dating melaluwi bawah bed. Sifat bed akan dipengaruhi dari kecepatan
gas. Karena menggunakan suspense, kecepatan reaksi untuk desulfurisasi
akan lebih cepat dibanding multiple hearth furnace. Alat ini beroperasi
sedikit dibawah tekanan atmosfer dan temperature rata rata 100 oC. Biasanya
tidak perlu tambahan bahan bakar

 Sinter Roasting
7

Gambar 8. Skema Sinter Roasting


Sinter roasting disebut juga blast roasting. Fine ore dan konsentrat harus di
aglomerasikan sebelum masuk ke dalam blast furnace . Perlakuan bijih sulfida di
dalam mesin saat pemanggangan dan aglomerasi berlangsung secara bersamaan.
Charge berupa fine ore ditambah moisture masuk ke revolving belt. Combustion
dilakukan oleh burner. Kecepatan revolving belt diatur agar roasting selesai
sebelum keluar furnace.

7. Metode Refining pada Pyrometalurgi

Proses refining pada pirometalurgi umumnya dengan electrorefining.


Logam hasil pirometalurgi yang akan dimurnikan, dicetak dalam lempengan
anode dnegan ukuran tertentu. Elektrolisis dilakukan dalam larutan air atau
leburan garam sedemikian rupa, sehingga bila logam yang akan dimurniakn dan
berfungsi sebagai anode itu dialiri arus listrik searah akan terjadi oksidasi.
Sebagai katode, biasanya digunakan logam murni dalam bentuk lempengan tipis.
Elektrorefining biasanya digunakan untuk memurnikan tembaga, emas dan
perak

Selain itu, terdapat pula proses fire refining. Fire refining adalah proses
pemurnian yang dilakukan terhadap tembaha blister. Proses ini dilakukan dalam
rotary furnace, reverberatory furnace atau hearth furnace yang dapat di tilting.
Tahapan ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap satu adalah oksidasi selektif
terhadao sulfur dan elemen pengotor lainnya, dan tahap kedua adalah deoksidasi
untuk penurunan kandungan oksigen dalam tenbaga. Proses ini mampu
menghasilkan tembanga 99%

8. Leaching Limonit, Proses dan hasil

Pada literatur yang digunakan, yaitu leaching nikel laterit jenis limonit
dan saprolit yang berasal dari Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses
leaching dilakukan pada suasana asam dan kondisi atmosferis. Proses leaching
dapat dilakukan dengan menggunakan tekanan atmosfer atau dikenal dengan
sebutan atmospheric pressure acid leaching (APAL). Proses ini melibatkan
8

kontak antara bijih (ore) dengan larutan asam berkonsentrasi dan kemudian
terjadi proses pelarutan mineral secara parsial atau total. Pada tekanan atmosfer,
suhu operasi yang digunakan berada di bawah titik didih larutan slurry (biasanya
di bawah 100oC). Selama proses ini, penambahan reduktor/oksidator yang
sesuai, misalnya sulfur dioksida atau hidrogen peroksida, pada larutan slurry
dapat membantu proses leaching.

Proses leaching nikel laterit jenis limonit dapat menggunakan asam sitrat
sebagai leachant. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses leaching
berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori. Nilai recovery nikel maksimum
yang mampu diperoleh sebesar 10,79% pada konsentrasi asam 0,1 M dan suhu
85oC. Penggunaan asam organik lain, seperti asam oksalat juga dapat dilakukan.

Selain menggunakan asam organik, proses leaching nikel laterit juga


dapat dilakukan dengan menggunakan asam-asam inorganik, seperti asam sulfat
dan asam nitrat sebagai leachant. Persamaan reaksi kimia untuk proses leaching
nikel laterit dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat adalah

H2SO4 + NiO  NiSO4 + H2O

2HNO3 + NiO  Ni(NO3)2 + H2O

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses leaching nikel laterit


dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat berjalan dengan baik dan
mampu menghasilkan nilai recovery yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan asam-asam organik, seperti asam oksalat.

Proses leaching nikel laterit dikategorikan sebagai proses heterogen di


mana terdapat 2 (dua) fase yang terlibat, yaitu fase padat dan fase cair. Dengan
demikian, mekanisme proses leaching terdiri dari 5 (lima) tahap adalah (Fogler,
2006; Levenspiel, 1999):
Langkah 1 : Proses difusi reaktan melalui lapisan film cairan yang
berada di sekitar permukaan partikel.
Langkah 2 : Proses penetrasi dan difusi reaktan dari permukaan partikel
menuju active site zone/unreacted zone.

Langkah 3 : Reaksi kimia pada permukaan active site zone/unreacted zone.


9

Langkah 4 : Proses difusi produk dari dalam padatan menuju permukaan


partikel.

Langkah 5 : Proses difusi produk melalui lapisan film cair kembali ke badan
utama cairan

Model matematis beserta nilai tetapan yang terkait merupakan hal yang
penting untuk perancangan proses dalam skala operasi yang lebih besar. Pada
penelitian ini, model yang akan dievaluasi kevalidannya terhadap proses leaching
nikel laterit Pomalaa, yaitu model shrinking core.

Model shrinking core merupakan model yang digunakan oleh semua


peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai proses leaching. Model ini
pertama kali diperkenalkan oleh Yagi dan Kunii (1955). Model ini menganggap
bahwa reaksi akan terjadi pertama kali di kulit permukaan partikel. Setelah itu,
zona reaksi akan berpindah ke dalam bagian yang lebih dalam dari partikel
meninggalkan bagian yang telah bereaksi dan menjadi padatan inert. Bagian yang
telah menjadi inert ini biasanya disebut sebagai lapisan abu (Levenspiel, 1999).
Secara matematis 3 (tiga) tahapan yang berperan dalam sistem fluida-padatan,
yaitu tahap difusi reaktan melalui lapisan film fluida (difusi eksternal), tahap difusi
reaktan melalui lapisan abu (difusi internal), dan tahap reaksi kimia.

Gambar 9. Visualisasi model shrinking core

9. Reduksi logam dengan logam mengggunakan diagram Ellingham

Pada proses pyrometalurgi, proses reduksi yang terjadi penting diketahui


termodinamika reaksi untuk menentukan temperature terjadinya reaksi yang
10

mengacu pada Diagram Ellingham. Diagram Ellingham merupakan diagram


yang berisi energi bebas suatu reaksi yang diplot ke dalam suatu grafik dengan
parameter energi bebas vs temperature. Pada diagram Ellingham, logam yang
aktif secara kimia memiliki energi bebas yang paling tinggi (negative) dalam
membentuk oksida terletak pada diagram bagian paling bawah. Sedangkan untuk
logam yang memiliki energi bebas terkecil (positif) dalam membentuk oksida
terletak pada diagram di bagian paling atas. Nilai dari ΔF° untuk reaksi oksidasi
merupakan ukuran afinitas kimia suatu logam terhadap oksigen. Semakin
negative nilai ΔF° suatu logam menunjukan logam tersebut semakin stabil dalam
bentuk oksida. Dari diagram Ellingham, kita dapat mengetahui temperature
minimal yang dibutuhkan agar reaksi tersebut dapat terjadi. Hal tersebut dapat
ditunjukan oleh perpotongan antara kurva oksidasi dan garis pembentukan CO.
Termodinamika hanya dapat digunakan untuk menentukan apakah reaksi dapat
berjalan spontan ataukah tidak pada temperature tertentu berdasarkan energi
bebas yang dimiliki. Namun tidak dapat digunakan untuk menenntukan laju
reaksi. Perpotongan antara garis oksidasi dan reduksi secara termodinamika
menunjukan bahwa rekasi tersebut dapat berjalan pada temperature tertentu.
Sehingga apabila melihat keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa reduksi
logam dengan logam dalam pirometalurgi tidak dapat digunakan.

Ada dua jenis reduksi senyawa logam, yaitu reduksi kimia dan reduksi
elektrolitik.   Deret kereaktifan logam memberikan dasar dalam melakukan
pereduksian senyawa logam. Reduksi kimia umumnya cocok untuk logam-
logam berkereaktifan rendah, sedangkan metode elektrolitik dapat digunakan
untuk logam-logam pada umumnya.

Sulfida-sulfida logam yang dalam deret kereaktifannya rendah dapat


direduksi dengan pemanasan kuat dalam udara. Misalnya tembaga(I) sulfida
Cu2S, nikel(II) sulfida, NiS, dan raksa(II) sulfida HgS. Ion-ion sulfda adalah
reduktor, sehingga dioksidasi menjadi belerang dioksida. Pada contoh berikut,
ion tembaga (I) dan oksigen direduksi. 

Cu2S(s) + O2(g) 2 Cu(l) + SO2(g)


11

Reaksi yang terjadi ini disebut pemanggangan (roasting) sekaligus


peleburan (smelting).
Oksida-oksida logam yang memiliki posisi rendah sampai menengah
pada deret kereaktifan logam dapat direduksi dengan menggunakan kokas pada
tanur. Oksida Fe, Pb, dan Sn direduksi dengan cara ini. Ion seng, tembaga, dan
nikel direduksi secara elektrolitik pada katode dari larutan garamnya. Peleburan
(smelting) dimaksudkan adalah proses reduksi bijih pada suhu tinggi hingga
mendapatkan material lelehan. Produk reduksi selama proses pelelehan disebut
matte. Matte umumnya berupa campuran sulfida, atau logam dan sulfida,
dimana persentase logamnya meningkat sebagai hasil pelelehan. Cotoh lainnya
adalah : 
Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(l) + 3CO2(g)
Sebagai pengotor (gangue) pada bijih besi ini adalah silikat SiO2, dan
untuk menghilangkannya diberikan zat penambah (flux) yaitu
CaO(s). SiO2(s) + CaO(s) CaSiO3(l)
Ion-ion kebanyakan logam reaktif seperti Na, K, Ca, Mg dan Al, harus
direduksi secara elektrolitik dari lelehan senyawa atau campuran senyawanya.
Ion-ion ini tidak dapat dielektrolisis dari larutannya karena air yang akan
mengalami reduksi pada katode.
Sehingga, dapat dilihat dan disimpulkan bahwa reduksi logam dengan
logam tidak dapat dilakukan dalam proses reduksi dengan pirometalurgi.

10. Metode agitation Leaching selain Mekanik (Jelaskan)

- Metode agitasi dengan tekanan udara

Dibawah ini adalah sketsa tangki Pachuca dan peralatan pipa-nya yang
merupakan tangka agitasi leaching dengan tekanan udara. Tangki Pachuca
adalah silinder tinggi dengan dasar kerucut. Di tengah tangki diperbaiki tabung
pengangkat udara, yang dimulai sekitar 18 inci dari puncak bagian bawah,
memanjang hingga beberapa inci dari bagian atas tangki. Diameter tabung ini
sebanding dengan diameter tangki kira-kira 1 sampai 12. Pada Gambar dibawah,
AA adalah sisi tangki; BB adalah tabung pengangkat udara; CC, pipa yang
mengalirkan udara bertekanan ke bagian bawah tabung pengangkat udara; D,
12

sandaran kaki yang menahan pipa udara bertekanan di tengah tabung pengangkat
udara; EE, pipa udara tekan tambahan yang digunakan untuk mengirim udara
bertekanan di bagian bawah tangki, untuk menjaga agar bubur tetap teraduk saat
muatan diterima; FF, suatu sistem pipa yang memanjang secara radial dari
"kesibukan" berlubang atau distributor yang terpasang pada tabung pengangkat
udara, yang dihubungkan dengan pipa umpan yang berasal dari udara utama di
bagian atas tangki, di mana pipa umpan udara terkompresi atau larutan di bawah
tekanan dapat diubah menjadi bagian bawah tangki, untuk membantu agitasi
bubur saat tangki sedang diisi, atau, dalam hal pengepakan, untuk
mengembalikan pulp ke konsistensi fluida sehingga dapat dipindahkan melalui
tabung pengangkat udara.

Udara bertekanan, larutan bertekanan tinggi, dan listrik pengisian pulp


untuk sambungan pipa ditunjukkan di bagian atas tangki. Perlu dicatat bahwa
ujung pipa udara tekan, CC, ditutup, dan, untuk panjang sekitar 7 in. Di sebelah
penutup, dilubangi oleh sejumlah lubang kecil di mana udara tekan keluar ke
dalam tabung pengangkat udara. Untuk mencegah pulp memasuki lubang-
lubang ini dan mencekik pipa, ketika udara tekan dimatikan, tabung atau tabung
karet yang pas ditarik ke atas lubang dan dijepit ke pipa di atasnya. Ketika udara
menyala, stocking ini mengembang dan udara mengalir di bawahnya dan lolos di
ujung bawahnya, yang dibiarkan terbuka. Ketika udara dimatikan, stocking
menutup perforasi dan mencegah bubur kertas masuk ke dalamnya.

Dalam operasi, ketika tangki menerima muatannya dari main pulpa,


udara tekan dihidupkan melalui pipa EE untuk menjaga bubur kertas dalam
agitasi dan mencegahnya mengendap di dalam dan di sekitar bagian bawah
tabung pengangkat udara.
13

Gambar 9. Tanki Pachuca

11. Penjelasan Skema Perpindahan ion di Electrowinning

Bila ke dalam larutan elektrolit dialirkan muatan listrik dasar


(elektron) maka terjadilah gerakan ion-ion dalam larutan tersebut. Anion
bergerak searah dengan elektron di luar larutan, sedangkan kation bergerak
berlawanan arah dengan gerakan elektron tersebut.
Keseluruhan gerakan muatan-muatan tersebut disebut migrasi dan
disebabkan adanya pengaliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit
tersebut.
Sebagai perantara untuk mengalirkan arus listrik tersebut digunakan
elektroda. Pada bidang antar muka padat-cair antara elektroda dan larutan
elektrolit, karena keadaan tertentu dapat terjadi perbedaan konsentrasi ion-
ion dibandingkan dengan larutan ruah (bulk solution).
Keadaan adanya gradient konsentrasi ini dapat menyebabkan adanya
gerakan dari ion-ion yang berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah.
Peristiwa perpindahan ion ini dikenal sebagai peristiwa diffusi.
Selain itu akibat adanya perbedaan berat jenis, teinperatur, vibrasi,
pengadukan dan lain sebagainya, dapat pula terjadi perpindahan ion-ion
dari suatu tempat ke tempat lain dan disebut peristiwa konveksi.  Dalam
hubungannva dengan ini adakonveksi  alamiah,  seperti oleh perbedaan
berat jenis dankonveksi paksaan  oleh adanya pengadukan.
14

Gambar 10. Skema perpindahan elektron

1.Konveksi

Pergerakan elektrolit dalam skala yang besar dari larutan ruah ke lapisan
difusi. Proses ini dapat dilakukan dengan memberi pengadukan, pompaan
elektrolit atau injeksi udara

2.Difusi

Merupakan proses pergerakan ion-ion logam menuju OHP (Outer


Helmhotz Plane) melalui lapisan elektrolit yang diam.

3.Migrasi

Merupakan transport ion karena ada perbedaan potensial.

Referensi

[1] Modul Praktikum Metalurgi Ekstraksi 2019


[2] The Bouyant Force physics.bu.edu/~duffy/sc527_notes01/buoyant.html
[3] Forces acting on a particle https://www.researchgate.net/figure/Forces-acting-
on-a-particle_fig3_41719842
[4] https://anzdoc.com/bab-ii-pembahasan-ii1-electrorefining.html
[5] https://www.slideshare.net/quizzeraj/extractive-metallurgy-project-9938484
[6] https://www.slideshare.net/ReportLinker/patent-map-and-technology-
intelligence-report-magneticelectrostatic-separation-of-solid-materials-from-
materialsfluids-use-of-highvoltage-electric-fields?next_slideshow=1
[7] https://www.researchgate.net/publication/257737705
[8] https://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/neraca-bahan-pengolahan-bijih/
15

[9] https://www.911metallurgist.com/agitation-leaching-tanks/
[10] lib.ui.ac.id/file?file=digital/123412-R020826-Perpindahan%20massa-
Literatur.pdf
[11] http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-electrorefining/
[12] https://www.researchgate.net/figure/Technological-scheme-of-roasting-in-
fluidized-bed-1-fluid-bed-furnace-2-waste-heat_fig1_258397556
[13] https://www.britannica.com/science/mineral-chemical-compound/Classification-
of-minerals
16

Anda mungkin juga menyukai