Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2

Nama : zafira alya nazwa

Dinda annisya

Heca pratiwi

1. nilai diskonto

Diskonto dapat bermakna sebagai bunga bank. Diskonto sendiri merupakan bunga
yang harus dibayarkan oleh peminjam ketika menerima pinjaman dari bank.
Perhitungan diskonto dapat menggunakan sistem bunga tunggal sehingga dapat
menghitung besarnya diskonto sama dengan perhitungan besarnya bunga.

Besarnya nilai pinjaman dari diskonto memiliki nilai sama dengan jumlah modal
yang harus dibayar. Misalnya, saat seseorang meminjam Rp100.000 dengan
diskonto 2% tiap bulan maka diskontonya = 2% x Rp100.000 tiap bulan =
Rp2.000. Jika pinjaman akan dikembalikan 1 bulan yang akan datang, di awal
pinjaman orang tersebut hanya menerima = Rp100.000 – Rp2.000 = Rp98.000 dan
1 bulan yang akan datang ia harus membayar Rp100.000.

Jika pinjaman M dengan diskonto i%/bulan dan akan dikembalikan setelah t bulan
dapat dihitung dengan rumus berikut.

D=Mxixt

Keterangan: D : Bunga diskonto

M : Besar pinjaman

i : Besar persentase bunga pinjaman

t : Lamanya meminjam

Rumus ini dapat digunakan untuk diskonto i% setiap tahun yang akan
dikembalikan setelah t tahun. Hal ini dapat digunakan juga untuk menghitung
besarnya modal yang diterima di awal pinjaman.

Mt = M – M x i x t
Jika diskonto i% setiap bulan dan dikembalikan dalam t tahun dapat dihitung
dengan nilai diskonto untuk besarnya pinjaman M dengan suku bunga i%/tahun
seperti berikut.

Dibayar t tahun yang akan datang D = M x i x t


100

Contoh soal :

1. Pinjaman sebesar Rp2.000.000 dengan sistem diskonto 3%/bulan dan akan


dikembalikan setelah 5 bulan. Tentukan Nilai diskonto dan Modal yang diterima
peminjam!

Pembahasan: M = Rp2.000.000

i = 3 % / bulan

t = 5 bulan

Diskonto: D = M x i x t = 2.000.000 x 3% x 5 = Rp300.000

Modal yang diterima = M – D = Rp2.000.000– Rp300.000 = Rp1.700.000

2. Pinjaman sebesar Rp5.000.000,00 dengan sistem diskonto 18%/tahun dan akan


dikembalikan setelah 9 bulan. Tentukan Nilai diskonto dan Modal yang diterima
peminjam!

Pembahasan:

M = Rp5.000.000,00

i = 18 %/tahun

t = 9 bulan

Diskonto: D = M x i x t
1200

= 5.000.000 x 18 x 9
1200
2. menghitung periode

Payback period adalah metode yang sering digunakan oleh para investor sebagai
penentu penganggaran modal untuk membandingkan proyek dan menghitung
periode dalam tahun untuk bisa balik modal.

Rumus Payback Period


Adapun rumus yang bisa digunakan sebagai cara menghitung payback
period adalah sebagai berikut:

Payback period = Nilai investasi awal / Arus kas x 1 tahun


dan/atau untuk arus kas yang berbeda:

Payback period = n + (a / b) x 1 tahun


Keterangan:

n: syarat periode pengembalian modal investasi

a: jumlah kumulatif arus kas tahun terakhir (n)

b: arus kas pada tahun setelah kumulatif berjalan (n+1)

Contoh Payback Period


Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa ada dua cara menghitung payback
period. Satu untuk perhitungan arus kas yang sama, dan satu lagi untuk arus kas
berbeda.

Contoh perhitungan untuk arus kas yang sama:


Anda memutuskan untuk melakukan investasi di perusahaan ABC dengan modal
awal sebesar Rp350 juta. Keuntungan bersih yang bisa Anda dapatkan per
tahunnya adalah Rp50 juta. Maka berapa periode pengembalian modal untuk
investasi tersebut?

Untuk menghitungnya, kita menggunakan rumus pertama, yaitu nilai investasi /


arus kas x 1 tahun.

= Rp350.000.000,00 / Rp50.000.000,00 x 1 tahun

= 7 tahun
Maka, periode pengembalian modal untuk investasi di perusahaan ABC adalah 7
tahun.

3. Anuitas

Tujuan digunakannya anuitas ini pastinya supaya bisa memudahkan setiap


bulannya selama jangka waktu peminjaman tersebut. Sama halnya dengan
investasi, tujuannya yaitu demi memudahkan investor memperoleh imbal hasil
setiap bulannya selama jangka waktu investasi berlangsung.

Rumus Bunga Anuitas

Rumus perhitungan yang dilakukan dalam menghitung suku bunga anuitas adalah
sebagai berikut:

Anuitas = SP X i x (30/360)

Keterangan:

SP = Saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya

i = Suku bunga per tahun

30 = Jumlah hari dalam sebulan

360 = Jumlah hari dalam setahun

Namun, rumus perhitungan anuitas ini dikembangkan lagi untuk mendapatkan nilai
yang sesuai berdasarkan rumus anuitas menjadi:

P x i x [(1+i)xt) / (1+i)t-1)]

Keterangan:

– P adalah pokok pinjaman

– i adalah suku bunga

– t adalah periode kredit


Contoh soal

Supaya semakin jelas mengenai perhitungan mengenai anuitas, yuk perhatikan


simulasi atau contoh berikut ini

Kamu adalah seorang pebisnis UMKM yang memiliki utang modal usaha sebesar
Rp12 juta. Utang ini memiliki periode pembayaran selama 12 bulan atau satu tahun
dengan bunga 10 persen. Yuk kita hitung jumlah bunga yang harus dibayar dan
jumlah cicilan per bulan.

Berdasarkan rumus bunga anuitas, maka cicilan bulanan dihitung dengan cara
berikut.

12.000.000 x 0,83% x (1,105 / 0,105) = Rp1.054.991,-

Contoh 2

1. Contoh anuitas langsung. Salah satu contoh anuitas langsung adalah ketika
Anda membeli mobil dengan cara kredit. Karena pembayaran dan
penerimaannya tetap, Anda bisa melakukannya tanpa ada penundaan periode

2. Contoh anuitas sederhana. Contoh anuitas sederhana digunakan dalam


pembayaran hipotek

3. Contoh anuitas tertangguh. Anuitas tertangguh biasanya digunakan dalam


pembayaran bunga pinjaman atau penerimaan bunga deposito

4. Anuitas jatuh tempo. Contoh paling umum dari anuitas jatuh tempo adalah
ketika Anda membeli produk asuransi. Anda akan diminta untuk membayar
premi di awal periode sebelum bisa mendapatkan manfaat klaim dari produk
asuransi yang Anda beli. Selain asuransi, pembayaran sewa juga biasanya
menggunakan anuitas jatuh tempo.

Anda mungkin juga menyukai