Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN MATEMATIKA DI KELAS TINGGI

(Rangkuman Aritmatika Sosial)

Dosen Pengempu: Drs. I Gusti Ngurah Japa, M.Pd.

Oleh:

Vebby Maulidina Putri 26/1711031169/IV/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
1. Bunga Tabungan

Bunga adalah uang yang dibayarkan sebagai biaya penggunaan uang yang
dipinjam, dapat juga diartikan sebagai pendapatan (uang) atas investasi modal
dalam bentuk peminjaman (dari sudut pandang investor). Bunga adalah harga
yang dibayar untuk menggunakan uang atau dana pinjaman, dihitung sebagai
persentase dari jumlah yang dipinjam. Bunga tabungan biasanya dihitung dalam
persen yang berlaku untuk jangka waktu 1 tahun, bungan 15% pertahun artinya
tabungan akan mendapat bunga 15% jika telah disimpang di bank selama 1 tahun.
Secara sederhana, perhitungan bunga ditunjukkan sebagai berikut:

Bunga 1 tahun = % bunga * modal

n
Bunga n Bulan = *% bunga *modal
12

n
= * Bunga 1 Tahun
12

a) Bunga Tunggal

Bunga tunggal adalah bunga yang diterima pada setiap akhir jangka waktu
yang besarnya tetap. Dengan kata lain, apabila bunga yang timbul pada setiap
akhir jangka waktu tidak memengaruhi besarnya modal yang dipinjamkan,
maka hal ini berarti modal tersebut dibungakan berdasarkan bunga tunggal.
Adapun perhitungan bunga tunggal ini bisa menggunakan rumus sebagai
berikut

Mn = Mo (1 + i n)

Keterangan:

Mn = Pokok pinjaman ditambah bunga

Mo = Pokok Pinjaman

i = Tingkat suku bunga

n = Waktu/periode lamanya pinjaman


Contoh Soal:

Diketahui Fitri memiliki modal pinjaman Rp 1.000.000 dengan bunga 2% per


bulan, maka setelah 5 bulan modalnya adalah…

Jawab:

Mn = Mo (1 + i . n)

2
Mn = 1.000.000 (1 + x5 )
100

= 1.100.000

b) Bunga Majemuk

Bunga Majemuk adalah perhitungan modal awal yang diakumulasikan


dengan nilai bunga selama kurun waktu tertentu. Dalam perhitungan bunga
majemuk, satuan waktu yang digunakan adalah periode bukan satuan tahun.
Satuan periode digunakan untuk menyatakan bahwa walaupun suku bunga
dinyatakan dalam persen per tahun, bukan berarti bahwa pembayaran atau
konveksi bunga selalu berlaku secara tahunan, akan tetapi bisa juga secara
setengah tahunan, empat bulanan, mingguan, atau dalam satuan waktu yang
lain. Jika kita menyimpan modal berupa uang di bank selama periode bunga
tertentu, misalnya 1 tahun, maka setelah 1 tahun kita akan mendapatkan bunga
sebesar p % kali modal yang kita bungakan . Jika bunga itu tidak kita ambil,
tetapi ditambahkan pada modal awal untuk digunakan lagi pada periode
berikutnya, sehingga besarnya bunga pada setiap periode berikutnya berbeda
jumlahnya (menjadi bunga berbunga), maka dikatakan modal tersebut
dibungakan atas dasar bunga majemuk. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan bunga majemuk adalah sebagai berikut:

Mn = Mo (1 + i)n

Keterangan:
Mn = Modal setengah jangka waktu (periode) n, disebut juga nilai
akhir

Mo = Modal dasar atau pokok pinjaman

i = Suku bunga pertahunan

n = Lamanya janga waktu atau periode

Contoh Soal:

Tabungan Novia di Bank sebesar Rp 4.000.000, dan bank memberikan bunga


10% per tahun. Jika bunga tidak pernah diambil dan dianggap tidak ada biaya
administrasi bank. Tentukan jumlah bunga yang diperoleh Novia setelah modal
mengendap selama 3 tahun.

Jawab:

Akhir tahun pertama, bunga yang diperoleh:

I1 = Suku bunga x modal

= 10% x 4.000.000

= Rp 400.000

Awal tahun kedua, modal menjadi:

M2 = Mo + Mn

= 4.000.000 + 400.000

= 4.400.000

Akhir tahun ke dua, bunga yang diperoleh

I2 = Suku bunga x modal

= 10% x 4.400.000

= 440.000
Awal tahun ketiga, modal menjadi:

M3 = Mo + Mn

= 4.400.000 + 440.000

= 4.840.000

Akhir tahun ke tiga, bunga yg diperoleh:

I3 = Suku Bunga x Modal

= 10% x 4.840.000

= 484.000

Jadi jumlah bunga yang diperoleh setelah mengendap tiga tahun = 400.000 +
440.000 + 484.000 = 1.324.000

2. Pajak
Pajak merupakan pemungutan yang ditarik oleh pemerintah terhadap wajib
pajak, tanpa mendapatakan balas jasa langsung. Pajak yang dipungut oleh
pemerintah dapat bersifat pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak
langsung merupakan pajak yang dipungut secara langsung dari wajib pajak seperti
pajak kekayaan, pajak pendapatan, dan pajak persero. Pajak tidak langsung
merupakan pajak yang dipungut pemerintah secara tidak langsung dari wajib
pajak, tetapi melalui wajib pungut yang kemudian menyetorkan pajak yang
dipungutnya kepada pemerintah, seperti pajak penjualan dan pajak tontonan.

Contoh Soal:

1) Vina bekerja sebagai cleaning service di salah satu sekolah dengan gaji
sebesar Rp 3.000.000 perbulan. Jika pajak penghasilan (PPh) diketahui 5%.
Berapakah gaji yang didapat oleh Vina?

Jawab:

Besar Pajak Penghasilan = 5% x 3.000.000

= 150.000
Gaji yang diterima Vina = 3.000.000 – 150.000

Jadi, gaji yang diterima Vina sebesar Rp 2.850.000

2) Sinta membeli sebuah lemari es dengan harga Rp 3.500.000, yang dikenakan


Ppn (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10%. Berapakah harga yang harus
dibayar Sinta untuk membeli sebuah lemari es?
Jawaban:
Pajak = 10% x 3.500.000
10
= x 3.500.000
100
= 350.000
Harga yang harus dibayar:
= 3.500.000 + 350.000
= 3.850.000
Jadi, harga yang harus dibayar Sinta untuk membeli lemari es Rp 3.850.000

3. Untung dan Rugi

Dalam perdagangan, terdapat dua kemungkinan yang akan dialami oleh


pedagang, yaitu pedagang itu akan mendapat untung atau pedsgang itu akan
mengalami rugi. Penjual dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi
daripada harga pembelinya. Sebaliknya, penjual dikatakan mengalami rugi jika
harga penjualan lebih rendah daripada harga pembelinya (modal).

a. Persentase Keuntungan

Persentase keuntungan biasanya dihitung dari harga pembelian. Jadi, jika


kita mendengar ada seorang pedagang yang mengambil keuntungan 10%, itu
berarti bahwa pedagang tersebut mengambil keuntungan sebesar 10% dari
harga pembelian barang tersebut. Keuntungan dengan persentase dari harga
pembelian dirumuskan sebagai berikut:

Keuntungan
Persentase Keuntungan (%) = x 100%
Harga Pembelian

Jadi, berdasarkan rumus tersebut, tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan


dalam menentukan persentase keuntungan dari harga pembelian adalah sebagai
berikut:
1) Memperhatikan besarnya modal atau harga pembelian dan harga penjualan
2) Menentukan besarnya untung
3) Membandingkan nilai untung dengan harga pembelian
4) Mengalikan nilai perbandingan tersebut dengan 100% sehingga
didapatkan persentase keuntungan.

Contoh Soal:

Nia membeli anggur merah 5 kg dengan harga Rp 75.000, kemudian dijual


dengan harga Rp 85.000. Berapakah besar persentase keuntungan pedagang
tersebut?

Jawab:

Harga Beli Rp 75.000

Harga Jual Rp 85.000

Untung = 85.000 – 75.000 = 10.000

10.000
Persentase keuntungan(%) = x 100 =13,3
75.000

Jadi, persentase keuntungannya adalah 13,3%

b. Persentase Kerugian

Besarnya kerugian yang diderita seorang pedagang juga dapat dinyatakan


dalam persentase yang dihitung dari harga pembelian. Jadi, jika seseorang
menderita sebesar 5%, itu artinya orang tersebut menderita kerugian 5% dari
harga pembelian. Persentase kerugian ini dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:

Kerugian
Persentase Kerugian(%) = x 100%
Harga Pembelian

Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam menentukan persentase


kerugian sama dengan tahapan yang perlu diperhatikan dalam menentukan
persentase keuntungan. Hanya besarnya keuntungan kita ganti dengan besarnya
kerugian.
Contoh Soal:

Pak Surya membeli sebuah pick up seharga Rp 100.000.000, Karena sudah


bosan dengan mobil tersebut, maka mobil tersebut dijual dengan harga Rp
90.000.000. Tentukan persentase kerugiannya!

Jawab:

Harga Beli Rp 100.000.000

Harga jual Rp 90.000.000

Rugi = 100.000.000 – 90.000.000

= 10.000.000

10.000.000
Persentase kerugian(%) = x 100%=10%
100.000.000

Jadi, persentase kerugiannya adalah 10%

4. Rabat (diskon), Bruto, Tara, dan Neto

Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon.
Rabat biasanya diberikan kepada pembeli dari suatu grosir atau took tertentu.
Rabat (diskon) seringkali dijadikan alat untuk menarik para pembeli, misalnya ada
took yang melakukan obral dengan diskon dari 10% sampai 50%, sehingga para
pembeli menjadi tertarik untuk berbelanja di took tersebut, karena harganya
terkesan menjadi murah

Harga bersih = Harga kotor – rabat (diskon)

Sementara, hubungan bruto (berat kotor), tara (potongan berat), dan neto (berat
bersih) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Neto = Bruto – Tara

Bruto = Neto + Tara

Tara = Bruto – Neto


Jika diketahui persen tara dan bruto, maka untuk mencari tara digunakan rumus
sebagai berikut:

Tara = Persen Tara x Bruto

Contoh Soal:

1) Putri membeli 3 kaleng Sarden. Disetiap kaleng tertulis neto 1,5 kg. Setelah
ditimbang ternyata berat kaleng sarden tersebut 8kg. Berapakah bruto dan tara
setiap kaleng?
Jawab:
Bruto setiap kaleng = 8 kg : 3
= 2,6 kg
Tara setiap kaleng = Bruto – Neto
= 2,6kg – 1,5 kg
= 1,1 kg
2) Suatu makan ringan dalam kemasan memiliki neto 300 gr dan tara 75gr.
Hitunglah bruto makanan ringan dalam kemasan tersebut!
Jawab:
Neto = 300gr
Tara = 75gr
Bruto = neto + tara
= 300 + 75
= 375gr
Jadi, bruto makanan ringan dalam kemasan tersebut adalah 375gr

Anda mungkin juga menyukai