Anda di halaman 1dari 19

BUNGA

NOMINAL
& EFEKTIF
Pada umumnya berlakunya suatu tingkat bunga modal mempunyai
dasar periode tahunan. Tetapi tidak jarang jumpai suatu
perhitungan bunga modal yang mempunyai basis periode kurang
dari satu tahun, misalnya per musim, per kuartal, per bulan dsb

Perubahan tingkat bunga modal pada satuan periode yang berbeda


tidak mengukuti garis lurus (linier), tetapi berdasarkan pada dasar
perhitungan bunga modal majemuk, sehingga bentuk perubahan
untuk setiap periode tidak linier.

Berikut ini akan dibahas hubungan antara tingkat bunga modal pada
dasar suatu periode tertentu dengan tingkat bunga modal pada
periode lain
Apabila dalam suatu transaksi peminjaman atau simpanan
ditentukan tingkat bunga modal adalah 5% per musim tanam
(asumsi 1 tahun 2 musim tanam), maka dapat dikatakan bahwa
tingkat bunga pertahunnya 10%. Nilai tersebut disebut tingkat
bunga nominal.

Tetapi kalau dihitung besarnya bunga berdasarkan periode yang


digunakan (per musim tanam), maka nilai bunga per tahun yang
sesungguhnya lebih besar dari 10%, akibat adanya efek
majemuk selama 2 periode musim tanam.

Misalnya uang yang diinvestasikan pada awal musim tanam


pertama besarnya Rp 10.000.000, dengan bunga modal 5% per
musim.
Maka perhitungan selanjutnya adalah:
Bunga modal pada musim pertama:
I = Rp 10.000.000 (0.05) = Rp 500.000
Total pokok pada awal musim kedua:
P = Rp 10.000.000 + Rp 500.000
= Rp 10.500.000
Bunga modal musim kedua:
I = Rp 10.500.000 (0.05) = Rp 525.000
Jumlah bunga selama 2 musim ( 1 tahun)
= Rp 500.000 + Rp 525.000
= Rp 1.025.000
Tingkat bunga modal yang didasarkan pada periode 1 tahun:
= Rp 1.025.000/Rp 10.000.000 (100%)
= 10,25%
Tingkat bunga per tahun yang memperhitungkan efek majemuk dari
tingkat bunga modal pada dasar sebelumnya disebut tingkat bunga
modal efektif
Hubungan antara tingkat bunga modal nominal dan efektif dapat
dirumuskan dalam persamaan berikut:
in C
ie = (1  ) 1
c

Dimana:
ie = tingkat bunga modal efektif
in = tingkat bunga modal nominal
c = perbandingan antara periode yang dicari dengan periode
dasar

Pada contoh di atas tingkat bunga efektif bisa dihitung dengan


menggunakan rumus tersebut, sebagai berikut:
0.10 2
ie = (1  ) 1
2

= 0.1025 atau 10.25%


Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000. Ia
bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir tahun selama
5 tahun. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku 6% per
musim berapa angsuran tiap tahunnya.

Jawab:

in = 2 (6%) = 12%

0 .12 2
ie = (1  ) 1
2

= 0.1236 atau 12,36%

i (1  i ) N 0.1236(1  0.1236) 5
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000
(1  0.1236) 5  1
= Rp 3.037.970
Soal:
Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000.
Ia bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir bulan
selama 20 bulan. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku
6% per musim berapa angsuran tiap bulannya.

Jawab:
in = 6%/6 = 1%

0 .01 1 / 6
ie = (1  ) 1
1/ 6
= 0,0097 atau 0.97%
i (1  i ) N
0.0097(1  0.0097) 20
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000
(1  0.0097) 20  1

= Rp 552.380
SISTEM PEMBELIAN KREDIT

Untuk membeli suatu alat atau mesin, beberapa dealer menawarkan


sistem pembelian yang disebut dengan sistem kredit. Cara ini
dimaksudkan untuk membantu para petani atau pembeli yang tidak
dapat melakukan pembelian secara tunai.

Dalam pelaksanaan sistem kredit ini, pembeli diharuskan membayar


sejumlah uang muka, yang besarnya tergantung pada ketentuan yang
berlaku. Sisanya diangsur bulanan dalam jangka waktu tertentu.

Pada sebagian besar dealer yang menawarkan sistem kredit ini,


bunga modal yang dibebankan pada pembeli dihitung dengan
menggunakan bunga modal sederhana.
Jika dari tingkat bunga yang ditetapkan, nilai tingkat ini lebih rendah
yang ada secara umum, tetapi kalau bunga dihitung berdasarkan
bunga modal efektif, maka nilai ini lebih tinggi dari tingkat bunga yang
berlaku.

Sistem ini memang banyak yang memanfaatkan meskipun dari segi


tingkat bunga yang digunakan lebih tinggi, tetapi karena keterbatasan
dana para petani atau pembeli, maka sistem kredit dealer merupakan
alternatif yang banyak dipilih. Sementara itu, pengambilan kredit di
bank tidak semudah yang diharapkan.

CONTOH SOAL:
Sebuah dealer mesin pertanian menawarkan sistem pembelian kredit
dengan bunga rendah, yaitu 12% per tahun. Uang muka yang harus
dibayar saat pembelian adalah 25% dari harga mesin. Sisa harga
ditambah dengan bunga 12% per tahun, dengan sistem
bunga modal sederhana, harus dibayar bulanan selama 2 tahun,
mulai satu bulan setelah pembelian. Seorang petani ingin membeli
sebuah traktor yang harganya Rp 20.000.000 dan bersedia
memenuhi ketentuan pembayaran yang ditetapkan.
Hitunglah:
a. Berapa biaya angsuran yang harus dibayar setiap bulan
b. Kalau angsuran yang dibayar bulanan dihitung dengan bunga
efektif, berapa tingkat bunga yang sebenarnya yang
dibebankan pada petani tersebut.

Jawaban:
a. Harga pembelian Rp 20.000.000
Uang muka 25% dari harga mesin Rp 5.000.000
Sisa yang belum dibayar Rp 15.000.000
Bunga = PNi
= Rp 15.000.000 (2)(0.12)
= Rp 3.600.000
Total pinjaman (harga + bunga) = Rp 18.600.000
Angsuran bulanan = Rp 18.600.000/24
= Rp 775.000

b. Untuk melihat tingkat bunga efektif sebenarnya, maka arus


pembayaran dapat dianggap sebagai pinjaman sebagai:
- pinjaman sebesar Rp 15.000.000 (harga dikurangi uang muka)
- angsuran bulanan sebesar Rp 775.000

Dari kondisi ini dapat ditentukan besarnya tingkat bunga yang


digunakan. Diagram arus kas dari sistem pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut:
P = Rp 15.000.000

A A A = Rp 775.000 A A A

Dari hubungan P dan A dirumuskan :

P = A (P/A, i%, N)
Rp 15.000.000 = Rp 775.000 (P/A, i%, N)
(P/A, i%, N) = 19.355
Dari persamaan di atas dapat dicari i% per bulan, yang
memenuhi persamaan tersebut. Dari Tabel konversi
diperoleh:
(P/A, 1,5, 24) = 20,0304
(P/A, 2,0, 24) = 18,9139
Dari hasil interpolasi dapat diketahui bahwa nilai i yang dicari (tingkat
bunga per bulan) ada diantara 1,5% dan 2%, dan dengan interpolasi
diperoleh nilai i = 1,925% per bulan.
Nilai tersebut merupakan tingkat bunga modal per bulan. Untuk mencari
tingkat bunga modal efektif per tahun digunakan rumus berikut:
in = 12 (1,925%)
= 23,1% atau 0,231 per tahun

ie = (1  in ) c  1
c
= (1 
0.231 12
) 1
12
= 0.257 atau 25,7% per tahun

Jadi bunga efektif sebenarnya yang dibebankan pada pembeli adalah


25,7% dan lebih tinggi dari yang ditawarkan dealer 12% per tahun
KESETARAAN

Apabila seseorang meminjam uang sebesar Rp 10.000.000 (P),


dengan tingkat bunga modal 10% pertahun (i), dan jangka waktu
peminjaman 4 tahun (N), maka ada beberapa cara yang dapat
dipakai untuk menyelesaikan pinjaman tersebut:
Membayar pokok pinjaman (P) + bunga (I) pada setiap akhir periode

Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)


Awal (P) (I) Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 0 0 0 11.000
2 11.000 1.100 0 0 0 12.100
3 12.100 1.210 0 0 0 13.310
4 13.310 1.331 10.000 4.641 14.641 0
Total 46.410 4.641 10.000 4.641 14.641
II. Membayar bunga (I) pada tiap akhir tahun, dan membayar pokok
pinjaman (P) pada akhir periode

Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)


Awal (P) (I) Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
2 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
3 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
4 10.000 1.000 10.000 1.000 11.000 0
Total 40.000 4.000 10.000 4.000 14.000

III. Sebagian pokok pinjaman dibayar per tahun, dan bunga (I)
dibayar setiap tahun. Pada cara ini, pembayaran pokok setiap
tahun besarnya sama dengan pokok pinjaman dibagi lama
pembayaran. Dalam hal contoh pembayaran pokok/tahun = Rp
10.000.000/4
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal (P)
Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 2.500 1.000 3.500 7.500
2 7.500 750 2.500 750 3.250 5.000
3 5.000 500 2.500 500 3.000 2.500
4 2.500 250 2.500 250 2.750 0
Total 25.000 2.500 10.000 2.500 12.500

IV. Pokok pinjaman dan bunga dibayar dengan sejumlah angsuran


yang besarnya tetap

Dalam cara ke-4 ini besarnya angsuran (terdiri dari pokok pinjaman
dan bunga) ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk
mencari angsuran tetap berdasarkan bunga modal majemuk.
Dari contoh, besarnya angsuran tiap tahun:

A = P (A/P, 10%, 4)

= Rp 10.000.000 (0.3155)

= Rp 3.155.000
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal (P)
Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 2.155 1.000 3.155 7.845
2 7.845 785 2.370 237 3.155 5.475
3 5.475 548 2.607 548 3.155 2.868
4 2.868 287 2.868 287 3.155 0
Total 26.188 2.620 10.000 2.072 12.620
Dari keempat cara pembayaran pinjaman kita lihat bahwa
perbandingan antara jumlah bunga yang dibayarkan dan besarnya
pinjaman mempunyai nilai yang sama yaitu 0.10 yang merupakan nilai
bunga modal yang berlaku (i = 10%)

Cara Jumlah Pinjaman Jumlah Bunga Perbandingan


1 46.410 4.641 0.10
2 40.000 4.000 0.10
3 25.000 2.500 0.10
4 26.188 2.620 0.10

Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa semua alternatif


pembayaran bersifat setara, perbedaan jumlah total pinjaman hanyalah
variasi dari perencanaan pengembalian pinjaman bagi peminjam
modal.
Alternatif pengembalian manapun yang kita pilih, merupakan
pengembalian pinjaman sejumlah uang senilai Rp 10.000.000
untuk waktu sekarang pada tingkat bunga 10% per tahun.

Pada tingkat bunga yang lain akan memperlihatkan nilai


sekarang atau pembayaran akhir tahun yang berbeda pada
masing-masing alternatif pembayaran

Anda mungkin juga menyukai