Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BAHASA INDONESIA

RESUME TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF

Dosen Pengampu :

Dra. Armini, M.Hum

Oleh :

1. Yogi Varienza (2210912016)

2. Shifa Siti Safira (2211213070)

3. Laila Fitriyah Ahmad (2211213072)

4. Hary Kurniadi Wiranda (2210613099)

5. Luthfi Al Thahri (2210912036)

UNIVERSITAS ANDALAS 2022/2023


TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF

A. PENGEMBANGAN PARAGRAF
Kalimat merupakan satuan dasar wacana yang terdiri dari beberapa kata,
tidak setiap kata serasi dengan kata yang lain (Chaer, 1998). Kata-kata yang
disusun dan merupakan suatu kesatuan pikiran akan membentuk kalimat.
Kalimat-kalimat yang disusun akan membentuk paragraph (Sakri, 1995). Agar
pikiran pokok dapat diterima oleh pembaca, paragraf harus tersusun dengan
baik. Setidak-tidaknya setiap paragraf memiliki dua unsur pokok. Unsur
tersebut adalah:
1. Kalimat utama atau kalimat pokok
2. Kalimat penjelas, pengembang (Sugeng, dkk: 2001).
Sehingga wacana akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang
letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan (Alwi, 2003).
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik.
Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa
paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat
topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik. Pengembangan
paragraf mencakup dua hal:
1. Kemampuan merinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam
gagasan-gagasan bawahan;
2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu
urutan yang teratur.
Dalam mengembangkan paragraf keserasian unsur-unsur sangat
diperlukan. Penggabungan dua kata, atau lebih, dalam satu kalimat menuntut
adanya keserasian di antara unsur-unsur tersebut baik dari segi makna maupun
dari segi bentuk (Arifin, 1985).
B. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF DAN
CONTOH-CONTOHNYA
Teknik pengembangan paragraf secara garis besarnya ada dua macam.
Pertama, dengan menggunakan “ilustrasi”, yaitu apa yang dikatakan kalimat
topik dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga
tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Kedua, dengan
menggunakan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis
secara logis sehingga pernyataan tersebut merupakan sesuatu yang meyakinkan
(Arifin, 1985).
Kedua teknik di atas dapat dirinci menjadi beberapa cara yang lebih
praktis, yaitu:
1. Dengan Memberikan Contoh/Fakta
Dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih
contoh-contoh yang umum, contoh yang representatif, yang dapat mewakili
keadaan yang sebenarnya dan bukan contoh yang terlalu dicari-cari.
Kebanyakan pembaca menyukai paragraf yang dikembangkan dengan cara
ini (Arifin, 1985).
Perhatikan paragraf berikut.
Kegiatan KUD di desa-desa yang belum dewasa sering dicampuri
oleh tengkulak-tengkulak, seperti di Desa Kioro. Semua kegiatan KUD
selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak. Kadang-kadang bukan memantau
lagi namanya, tetapi langsung ikut serta menentukan harga gabah penduduk
yang akan dijual ke koperasi. Tengkulak itulah yang mengatur pembagian
uang yang ditangani oleh ketua koperasi, mengatur pembelian padi, dan
sebagainya. Demikian pula halnya dalam menjual kembali ke masyarakat.
Harga padi selalu ditentukan oleh tengkulak itu. Dari hasil penjualan ini
tengkulak meminta upah yang cukup besar dari ketua koperasi (Arifin,
1985).
2. Dengan Memberikan Alasan-alasan
Dalam cara ini, apa yang dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis
berdasarkan logika, dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan
menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian (Arifin, 1985).
Perhatikan paragraf berikut.
Membiasakan diri berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi
seorang pegawai. Olahraga itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan
duduk berjam-jam di belakang meja kantor. Kalau tidak demikian, pegawai
itu akan menderita beberapa penyakit karena tidak ada keseimbangan kerja
otak dan kerja fisik. Kalau pegawai itu menderita sakit, berarti dia
membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti pula melumpuhkan
kegiatan negara (Arifin, 1985).
3. Dengan Bercerita
Dengan cara ini, pengarang mengungkapkan kembali
peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlalu. Dengan paragraf itu,
pengarang berusaha membuat lukisannya hidup kembali (Arifin, 1985).
Perhatikan paragraf berikut.
Kota Wonosobo telah mereka lalui. Kini jalan lebih menanjak dan
sempit berliku-liku. Bus meraung-raung ke dataran tinggi Dieng. Di
samping kanan jurang menganga, tetapi pemandangan di kejauhan adalah
hutan pinus menyelimuti punggung bukit dan bekas-bekas kawah yang
memutih. Pemandangan itu melalaikan goncangan bus yang tak
henti-hentinya berkelak-kelok. Sesekali atap rumah berderet kelihatan di
kejauhan (Arifin, 1985).
4. Generaliasi
Generalisasi adalah pengembangan paragraf dengan mengambil
kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau
peristiwa yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
pengembangan paragraf tersebut (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Totok,
Alex dan Burhan mendapat nilai delapan. Anak-anak lain mendapat nilai
tujuh. Hanya Maman yang mendapat nilai enam. Dan tidak seorang pun
yang mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan anak kelas tiga cukup pandai
mengarang (Cairudin, 2009).
5. Analogi
Analogi adalah pengembangan paragraf dengan membandingkan
dua hal yang banyak persamaannya, sehingga dapat menarik kesimpulan
dari persamaan tersebut. Dengan tujuan untuk menjelaskan hal yang kurang
dikenal pada perbandingan itu (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika
manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya menjadi
rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia
semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
Demikian pula dengan manusia apabila diberi kepandaian atau kelebihan,
bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk (Cairudin, 2009).
6. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengembangan dengan cara mengelompokkan
benda-benda yang memiliki persamaan ciri, sifat, bentuk, dan ukuran agar
terperinci dalam pengelompokkan (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan
dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk
kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi,
kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan
kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf,
kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan
kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik
(Karyadi, 2010).
7. Perbandingan
Perbandingan adalah memperjelas gagasan utama dengan
membandingkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam hal ini penulis
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Dengan memakai
konjungsi tetapi, melainkan, apalagi (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Walaupun jelas berbeda dalam bentuk dari segi dan sudut manapun
sudah jelas mangga dan kedondong itu berbeda, mangga memiliki banyak
serat ketika sudah matang, sedangkan kedodong memiliki serat yang sedikit
dan memiliki biji keras ketika sudah masak dan itu sangat berbeda sekali,
tetapi walaupun demikian mangga dan kedondong sangatlah baik untuk kita
konsumsi, karena sama-sama mengandung vitamin C (Cairudin, 2009).
8. Sebab Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab
akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan
akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai
pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejumlah
penyebab sebagai perinciannya (Sulastri, 2010).
Perhatikan paragraf berikut.
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih
dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan
kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah
antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai
batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan
berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat
pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan,
sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas (Karyadi, 2010).
9. Metode Definisi Luas
Metode definisi luas adalah usaha untuk menerapkan dan
menerangkan konsep istilah tertentu sehingga memerlukan uraian yang
panjang. Untuk itu perlu memperhatikan klasifikasi konsep dan tidak boleh
mengulang kata atau istilah yang didefinisikan di dalam teks definisi itu
sendiri (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Istilah organisasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata kerja
bahasa Latin organizare yang berarti membentuk sebagian yang menjadi
keseluruhan yang saling bergantung dan terkoordinasi. Diantara para ahli
menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana
(Cairudin, 2009).
10. Metode Ilmiah
Metode alamiah adalah jika isi penguraiannya berupa suatu proses
tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
Misalnya: proses kerja suatu mesin, tentu sangat berbeda dengan proses
peristiwa sejarah (Cairudin, 2009).
Perhatikan paragraf berikut.
Proses pembuatan tape adalah sebagai berikut: Mula-mula disiapkan
bahannya, yaitu ketela yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian, ketela itu
dicuci bersih dan ditiriskan. Setelah itu, tanak ketela yang sudah
dipotong-potong, jika sudah matang, angkat. Lalu didinginkan, setelah
dingin campur dengan ragi tape, setelah itu tunggu 3 hari dalam proses
fermentasi tersebut (Cairudin, 2009).

C. PEMBAGIAN PARAGRAF MENURUT TEKNIK


PEMAPARANNYA
Paragraf menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat
macam, yaitu:
1. Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan).
Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini
bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas
ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan
dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh panca indera (Arifin, 1985).
Contoh paragraf deskriptif:
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua
barang ada disana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam
dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan
berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil
penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis
buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh
pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga
(Arifin, 1985).
2. Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini
menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada suatu unsur saja.
Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis
atau keruangan (Arifin, 1985).
Contoh paragraf ekspositoris:
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar
terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual
tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa
besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang (Arifin,
1985).
3. Argumentatif
Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam
ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih
bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek.
Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis (Arifin, 1985).
Contoh paragraf argumentatif:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-373 milik maskapai
penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan.
Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter
itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup
beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di
Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi
adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman, lalu bagaimana cara
merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki? (Arifin,
1985)
4. Naratif
Karangan narasi biasanya dihubungkan dengan cerita. Oleh sebab
itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam
novel, cerpen, atau hikayat (Arifin, 1985).
Contoh paragraf naratif:
Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali
dilarang bertemu dengan Syairul. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku
akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang
telah memperkenalkan aku dengan Siti (Arifin, 1985).

PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam mengembangkan paragraf, untuk tiap paragraf hanya
mengandung sebuah kalimat topik. Pengembangan paragraf mencakup
kemampuan merinci gagasan utama ke gagasan bawahan dan mengurutkan
gagasan bawahan ke dalam urutan yang teratur. Secara garis besar
pengembangan paragraf menggunakan ilustrasi dan analisis. Teknik-teknik
pengembangan paragraf antara lain: dengan memberikan contoh/fakta, dengan
memberikan alasan-alasan, dengan bercerita, generalisasi, analogi, klasifikasi,
perbandingan, sebab akibat, metode definisi luas, dan metode ilmiah. Paragraf
menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu
deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif.

B. SARAN-SARAN
1. Mahasiswa dituntut untuk mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia lebih
dalam, misalnya dalam pengembangan paragraf agar lebih memahami dan tidak
keliru dalam pembuatan paragraf.
2. Penulis mempelajari lebih dalam kembali tentang pengembangan paragraf
agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai