Novel A'IZ
Novel A'IZ
Ferdinand Collins
Anthonie
3
Anthonie adalah tipe orang yang setia, selalu berkata
dan bersifat apa adanya, selalu bisa memahami perasaan orang
lain, selalu bisa mengendalikan situasi, juga sangat
bertanggungjawab terhadap setiap hal yang dipilihnya.
Frizzy Covan
4
juga menghapus segala rasa takut yang sering kali hinggap
dibenaknya.
Oliver
5
Poni yang membelah sebelah alisnya, dengan rambut
hitam yang dipotong hampir 5 cm di bawah telinga, senyum
khasnya yang memiliki seribu arti, juga mata jernihnya yang
terlihat menyimpan berbagai kenangan, memang membuatnya
terlihat sangat tampan.
Calista
6
memiliki kulit kuning langsat yang khas, sehingga menjadikan
Calista terlihat manis sekali.
7
SATU
“Detik-detik waktu akan terasa sangat membosankan, jika
kita tak bisa menghidupkan kebahagiaan didalamnya.“
8
Diandra benar-benar terdiam dalam diam, matanya
berkaca-kaca memandang langit, berharap ada satu bintang
yang turun untuk menghibur hatinya. Pertengkarannya dengan
Ferdinand tadi pagi belum bisa benar-benar hilang dari
benaknya. Benar-benar mengusik ruang pikirnya yang sudah
sangat lelah tuk berpikir. “When the stars and moon loking
for.......“ Dering ponsel Diandra memecah kesunyian, sedikit
meramaikan keheningan malam.
10
“KAU YANG APA-APAAN? KENAPA TIDUR
DISAMPINGKU?” Tetap dengan volume yang sama.
03.15 malam
11
Hanya sepi dan gelap yang menyambutnya. Malam
sudah akan berlalu saat Ferdinand memarkir motor
kebanggaannya di garasi rumah. Kelopak matanya sudah
hampir setengah tertutup, ia hanya berharap bisa cepat-cepat
meraih ranjang favoritnya. Ia segera menaiki anak tangga
dalam gelap, tanpa terlebih dahulu menyalakan satu atau dua
lampu untuk menerangi langkahnya. Saat ini ia hanya ingin
segara menemukan pegangan pintu dan lansung
menghamburkan diri ke ranjang.
12
“Apa........?“ Sahut Ferdinand.
13
tak nyaman. Bahkan saat Diandra mempermasalahkan hal itu,
Ferdinand hanya akan tetap bergeming dalam diamnya.
“...................“
14
Diandra benar-benar bisa menyembunyikan
kekecewaannya dengan senyuman, setiap ia menanggapi
argumen-argumen dari Anthonie. Ia memang kesal, tapi ia
berpikir tak ada gunanya berdiam diri di rumah bersama
Ferdinand yang selalu menyebalkan.
****
16
“Itu karena ia mendapat undangan sekolah di Roselord,
kau tahu kan, Roselord adalah sekolah terbaik sepanjang abad.“
17
kirinya terdapat jurang yang sangat curam, dan dapat
dipastikan siapapun yang terperosok, tak akan bisa selamat.
18
ladang mereka, mereka lebih senang mengerjakan semuanya
sendiri. Seberapapun sibuk aktifitas di luar rumah, mereka akan
tetap mngerjakannya sendiri.
****
19
Toko bunga dan cafe itu terletak di awal gerbang
masuk kompleks perumahan Morezsa. Yang disebelah
kanannya berdiri megah rumah keluarga Covan yang seluruh
bangunannya berwarna putih gading. Ayah Friz, Tuan Covan
memang sengaja mendesain rumahnya dengan warna putih
gading, agar setiap bunga warna-warni di taman maupun
disekeliling rumah tampak sangat jelas kecantikannya. Karena
background rumah yang berwarna putih akan menjadikan
bunga warna-warni yang ada semakin menampakkan berbagai
macam corak warnanya.
22
“Oh ya, dua hari lagi aku dan Ferdinand akan memulai
hari-hari baru yang......., kuharap akan menyenangkan di
Roselord.“ Diandra sedikit menegaskan sebuah kata harapan,
karena sebenarnya memang tak ingin satu sekolah dengan
Ferdinand.
23
“Diandra.” Jawabnya singkat, segera melepas telapak
tangan Oliver yang dirasanya cukup hangat di pagi awal musim
semi tahun ini.
****
25
Tentu saja ada, sekarang kan masih benar-benar pagi untuk
memulai aktifitas dihari libur. Batinnya, sedikit sebal karena
merasa aktifitasnya sedikit terganggu.
****
26
“Pagi Friz, apa kau sibuk hari ini?” Tanya Diandra
setelah memasuki sebuah ruang yang penuh sesak dengan
bunga mawar segar.
“Oh, pagi. Tidak, aku tidak ada acara hari ini, hanya
sedang menyelesaikan buket bunga ini. Ada apa? Ah,
sepertinya aku tahu, apakah kau menginginkan aku untuk
menemanimu ke suatu tempat, kunjungan, atau semacam
itulah!” Friz yang sudah mengerti arti senyum manis Diandra,
langsung mengatakannya tanpa sedikitpun kecanggungan.
27
memang hanya akan duduk di satu kursi dari sepasang kursi
yang disediakan, tapi kelopak gerbera putih berukuran kecil di
dalam sebuah wadah kaca yang menyerupai mengkuk, yang
berada di atas meja, benar-benar menarik perhatiannya. Ia tak
tahu mengapa dari sekian banyak meja yang ada, hanya meja
yang dipilihnya yang saat itu terdapat bunga gerbera putih di
atasnya. Kebanyakan meja yang ada, memiliki setangkai
mawar putih di atasnya.
28
segera bangkit dari kursi yang baru saja di dudukinya ketika
seseorang dirasa menyenggolnya.
29
DUA
“bisakah kepalsuan menjadi sebuah kekuatan untuk harapan
kebahagiaan? Kurasa setiap kepalsuan akan menemukan
masa berakhirnya, ketika sang pemilik kepalsuan menyadari
hadirnya sebuah kejujuran yang tak kan lekang olek waktu”
31
perasaan yang......, entahlah kata-kata apa yang mampu
mewakili peeasaan Meyra saat ini.
****
32
seluk beluk Roselord. Dan Diandra semakin tak memedulikan
Ferdinand yang berjalan tepat dibelakangnya ketika mereka
mulai berjalan di sebuah koridor, yang hanya kata-kata indah
yang mampu menggambarkan keindahan kridor ini. Di dinding
sebelah kiri koridor tertuliskan tulisan LABORATURIUM
SENI yang ditulis dengan huruf yang indah dengan paduan cat
yang menjadikannya semakin terlihat cantik.
35
“Sedang apa disini?” untuk kedua kalinya Ferdinand
tersentak, ia menoleh ke arah si pemilik suara, dan mendapati
Diandra telah berdiri tepat disampingnya.
36
“Mengapa kau tak pernah bisa mencoba tuk
menghargai seseorang? Kau selalu saja menomorsatukan
dirimu sendiri, apa kau tak pernah berpikir tentang hal itu?”
Diandra segera memburu pertanyaan kepada kakaknya.
Sekejap Ferdinand hanya bisa menatapnya bingung, dan
mencoba untuk membela diri tapi diurungkannya.
“Kau tahu kan? Ini adalah sekolah baru kita. Dua hari
lagi kita akan resmi menjadi bagian dari Roselord. Seharusnya
kau bisa sedikit saja menghargai usaha Mrs. Lucy yang
mencoba untuk membantu kita disini. Aku tahu, kau memang
tak menginginkan berada disini, tapi setidaknya berpikirlah
bahwa suatu hari nanti kau juga akan hidup dengan dunia
sekitarmu, yang membutuhkanmu, mencarimu, yang akan
mencoba tuk memercayaimu, jika kau sekarang saja sudah
bersikap seperti ini, bagaimana seseorang akan menghargaimu
esok nanti”.
38
Diandra segera memilih satu kursi kosong yang tepat
berada di sebelah kiri jendela kelasnya. Dari kursinya ia bisa
melihat taman belakang, gedung ruang kelasnya yang tertata
sangat rapi. Tak ada siswa yang berada di dalam kelas itu,
karena hari ini memang tak ada kegiatan belajar. Dan hal itu
memberikan sedikit kesempatan untuk mengenal lebih dulu
bagaimana kelas barunya. Karena jika ada pengajar, Diandra
sedikit merasa tak nyaman untuk memperkenalkan dirinya.
40
Tetapi satu pikiran masih berkelebat ringan dalam
benaknya. Seorang gadis yang sepertinya menjadi pimpinan
ketiga temannya langsung memburunya dengan berbagai
pertanyaan saat ia dan Kanza melewati sebuah kelas. Dan pada
saat yang bersamaan, seorang siswa yang belum pernah
ditemuinya menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam dari
seberang koridor dan sama sekali tak bisa menyembunyikan
semburat kebencian dari wajahnya.
41
TIGA
“biarkan setiap kisah yang telah usai, tersimpam dalam bait-
bait kehidupan yang telah lalu. dan uraikan bait-bait yang
telah menanti, dengan kebahagiaan di dalamnya”
42
Cat putih yang hampir mendominasi semua ruangan
terlihat sedikit kusam karena cahaya lampu temaram yang
menerpa sepanjang koridor. Memantulkan cahaya kesedihan,
harapan, cemas, takut, semua berbaur menjadi satu dalam
benak setiap kerabat pasien yang berjaga malam itu. Juga para
dokter yang menjadi perantara nasib setiap pasien di rumh sakit
besar itu.
43
untuk segera terpejam. Bayangan peristiwa yang dialaminya
dua tahun yang lalu, masih melekat utuh dalam benaknya.
****
45
EMPAT
“jika semua itu tak terjadi, apakah mungkin kita kan
bersama? tetapi satu hal yang kuyakini, bahwa tak ada
rencana buruk Tuhan untuk kita”
46
ditempati raja Ecancher sebagai kepala keluarga yang
merupakan putera pertama. Sedangkan gerbang ketiga
merupakan pavilium Ratu Ara, yang juga menjadi menjadi
seorang ratu di kerajaan Villenista . Dan gerbang keempat
merupakan pavilium legenda yang menjadi tempat tinggal Ratu
Lyana dan Raja Vorth. Pavilium ini memang merupakan
pavilium bersejarah, karena setiap pembaiatan pemimpin
dinasti harus dilakukan di pavilium ini, yang satu-satunya
memiliki ruang Abdi, tempat pembaiatan pemimpin dinasti.
****
Roselord
47
didiknya di kelas 4 Music-2. Terkecuali Ferdinand yang
dengan asal mencampur aduk berbagai warna cat, dan
kemudian tak tahu harus berbuat apa? Tampang dan gayanya
memang tak sebanding dengn kemampuannya, itulah
Ferdinand. “Ah, mengapa harus ada pelajaran menyebalkan
seperti ini?” Tanyanya lirih kepada Calista, tetapi mampu
membuat beberapa penghuni ruang itu menatapnya penuh
Tanya. “Kau akan terbiasa dengan semua pelajaran seni disini,
karena kau masih sepuluh hari di kelas ini, menurutku wajar
jika kau tak menyukainya”. Calista menjawab pertanyaan
bosan Ferdinand tanpa benar-benar menatapnya. “Jangan
mencampur sembarang warna, pilihlah beberpa warna yang
mewakili perasaanmu saat ini. Karena ini lukisan abstrak, kau
harus bisa membuat penikmat lukisanmu mengerti tentang
perasaanmu”. Tambah Calista, yang kini disertai dengan
senyuman. Ferdinand sedikit tercengang dengan jawaban bijak
Calista. Selama ia di Roselord, Calista adalah salah satu gadis
yang tak mencoba menarik perhatiannya, dari hampir semua
gadis yang mencoba mendekatinya.
48
dengan sedikit tertawa. “Mengapa kau tertawa?” Ferdinand
masih menginginkan jawaban gadis cantik yang tak tertarik
padanya itu. “Mungkin kau akan tahu arti perjuangan dan
kesabaran setelah kau meraih apa yang ingin kau raih. Seperti
cita-cita misalnya, kau akan melewati beberapa hal yang kau
membencinya, demi meraih satu, bahkan semua hal yang
benar-benar kau inginkan”. Ferdinand masih menatap lekat-
lekat gadis berparas ayu disisi kanannya itu, dan masih
mencoba menafsirkan makna tersirat yang terkandung di dalam
kalimat bijaknya.
51
Diandra beberapa kali membunyikan klakson.
Pagelaran seni memang baru akan dibuka pada pukul 16.00.
Tetapi tampaknya penduduk Salz sangat antusias dan bangga
terhadap budaya mereka. Diandra semakin memperlambat laju
mobilnya.“Sepertinya kau sedang bahagia? Bisa aku
mendengar ceritamu?” Diandra melihat Ferdinand yang terus-
terusan tersenyum dari kaca spion. “Ehmm, tidak ada.
Sudahlah, mengemudilah dengan benar”. “Ah, kau ini selalu
saja seperti itu!” Ferdinand hanya tertawa melihat raut muka
kecewa adiknya.
54
sekali tak ingin sedikitpun melambai kepada penghuni
pavilium, membuat situasi buruk, yang terasa semakin buruk.
56
mungkin akan menjadi salah satu moment penting dalam
hidupnya, jika ia bisa bersama Diandra tanpa ada pertengkaran
yang sebenarnya hanya memperdebatkan masalah tidak
penting.
57
LIMA
“satu pesan bagi para pemilik hati, keindahan hati mungkin
akan terpancar apabila sang hati tak bisa terayu oleh
indahnya pesona sesaat“
58
Ia meminimize proyek kerja adikya, dan membuka file
foto close up hasil jepretan Diandra.
59
Ferdinand mendongakkan kepala menjauh dari layar
laptop adiknya. Dan ia mendapati Diandra telah berada di
ambang pintu memperhatikannya, yang sedetik kemudian
tertawa jenaka melihatnya. Diandra menghampiri kakaknya
yang masih tengkurap di atas ranjang, yang sepasang matanya
kini telah berubah menjadi pandangan ingin melindungi kepada
adik semata wayangnya.
Oxylander
62
Di ruang pertemuan pavilium utama, semua anggota
keluarga berkumpul, kecuali Raja Ecancher dan Ratu Lyana.
Kepala bagian keamanan, penasihat Kaisar Agung, Tuan
Collins dan kepala bagian intel, Nn. Elis juga berada disana.
Raja Vorth terduduk lemah, tak ingin mendengar suatu hal
buruk yang sangat mungkin terjadi. Oliver tak henti-henti
menenangkan adiknya yang sejak dua jam yang lalu terus
menangis. Meskipun kini hanya nafas beratnya yang terdengar,
Oliver tetap ingin menenangkan adiknya sampai benar-benar
merasa semua akan baik-baik saja.
****
63
samping kanan kiri dan belakang juga merupakan anggota dari
kelompok pengawal bertopeng tersebut.
64
Nn. Elis berpikir keras menemukan jalan keluar
dengan otak super cepat dan jelinya, itulah mengapa meski
masih sangat muda ia telah diangkat menjadi kepala bagian
intel dinasti Randsisz. Tuan Bronthous dan Tuan Collins
masing-masing juga berunding dengan pikirannya. Sedang
anggota keluarga yang lain masih sangat terpukul, dan masih
belum sepenuhnya memepercayai terhadap kejadian yang
menimpa ratu Lyana adalah raja Ecancher yang begrada dibalik
semua.
65
“Semuanya akan baik-baik saja, aku berjanji. Dan
sebelum keadaan ini berubah menjadi lebih bak kuharap tak
ada satu pun yang meninggalkan kastil ini. Tuan Bronthous,
kurasa kau bisa memberi tahu semua kepala bagian untuk
memeberitahukan peraturan dadakan ini kepada bawahan
mereka”. Tuan Bronthous sedikit menunduk memberi hormat
sebelum meningalkan ruangan setelah menyatakan
kesanggupannya.
66
kekuatan untuk bisa mengerti pikiran dan perasaan semua
keturunannya.
68
ENAM
“bukan kita yang memilikiNya, tetapi kita yang dimilikiNya.
Kembalikan semua padaNya, maka semua akan baik-baik
saja. Karena Dia memberikan apa yang harus kita miliki,
bukan apa yang ingin kita miliki”
69
sebenarnya, bukan hanya ia dan Diandra. “Mengapa tak pergi
saja? Kau bisa pergi dengan teman-temanmu atau pacar-
pacarmu. Bukankah kau memiliki banyak pacar?” Ferdinand
terdiam, kesalahan baginya jika berbicara mengenai Evora
dengan adiknya.
72
kehadiran Jarvis. Dan harus benar-benar meyakini semua akan
bik-baik saja.
****
73
Hari sudah menunjukkan pukul 07.00 malam saat
Diandra mendapati dirinya berada di dalam mobil Ferdinand
yang kini melintasi keramaian Thenzwei, sebuah kota kecil
yang berada disebelah barat Salz. Thenzwei adalah kota
pemisah antara Salz dan Thorque, kota yang ditinggali
kakeknya. Ferdinand memang tak melewati Thorque saat
berangkat tadi, tapi memilih melewatinya saat pulang. Karena
Thorque akan ramai dan indah pada malam hari.
74
menunjukkan perhatiannya kepada adiknya. “Oke, tapi kau
harus menurutiku malam ini”. Ferdinand menjawab acuh.
“Apa?” “Malam ini aku tak ingin segera pulang, jadi kau juga
tak bisa segera pulang. Kau tahu kan aku begitu mengagumi
malam di Thenzwei? Aku ingin mengunjungi Ferdylous,
sebentar saja. Setelah itu kita bisa pulang”.
75
pilihannya. Ia seperti menggantikan posisi Demon sebagai
playboy.
76
“Hei duduklah, kenapa berdiri terus?” Diandra segera
duduk di samping Ferdinand. “Suasana hatiku sedang baik hari
ini. Taman ini indah sekali, jadi aku tidak keberatan jika kau
ingin berlama-lama disini”. “Tunggulah disini sebentar, aku
akan ke toilet. Takkan lama”. Diandra mengangguk patuh.
77
waktu itu. Jadi mungkin aku bisa sedikit menyimpulkan kalau
kau ini seorang playboy di Roselord”. Diandra tak bisa lagi
menahan tawanya, Oliver tersenyum simpul mendengar
penjelasan Diandra.
78
Oliver tak pernah lepas menghiasi wajah keduanya. Tak lama
kemudian dilihatnya Diandra mendekatkan wajahnya ke telinga
kiri Oliver, seperti sedang membisikkan sesuatu. Kemudian
mereka tertawa lagi. Percakapan mereka juga masih tetap
terlihat hangat sekali. Dilihatnya Oliver mengataka sesuatu
kepada Diandra sebelum mengacak-acak lembut rambut
Diandra.
****
80
TUJUH
“setiap lekuk peristiwa yang terjadi, kau harus meyakininya
jika semua kan menghadiahkan sebuah kebahagiaan”
81
Oxilander
86
Selama beberapa detik beberapa pasukan di
sekelilingnya menghentikan penyerangan, pasukan musuh pun
sebentar menghentikan penyerangan mencoba menikmati
detik-detik kematian salah seorang raja negaranya yang
seharusnya dihormati bukan malah berusaha untuk
memusnahkannya.
87
Pasukan pimpinan tuan Bronthous juga mendapat
kemenangan setelah salah satu pasukannya berhasil
menghunuskan pedang tepat pada jantung pemimpin pasukan
raja Ecancher. Selama beberapa saat pasukan lawan lengah,
dan merupakan kesempatan emas bagi pasukan pimpinan tuan
Bronthous untuk menumbangkan lawan.
88
Entah pada detik behagia keberapa, semua keindahan
rasa yang pernah ia rasakan tiba-tiba musnah. Berganti dengan
rasa benci juga marah yang kini bersatu memenuhi setiap ruang
hatinya. Raja Ecancher tiba-tiba melepas pegangannya
terhadap lengan kanan ratu Lyana dan memutar cepat tubuh
adiknya agar tepat berada di depannya. Kemudian dengan
beberapa kedipan mata saja sebilah pedang menghunus dada
adiknya yang langsung menghembuskan napas tuk terakhir
kali.
90
DELAPAN
“bisakah kau merasakan melodi-melodi cinta yang
memberiku keraguan untuk mengungkapkannya? Andai saja
tak ada tabir penghalang diantara kita, kan kuungkap semua
desah tangis, juga bahagia makna kehidupan rapuhku ini”
92
“Kau memang selalu mengerti pikiran semua orang”.
Jarvis sedikitpun tak memandang sepasang mata indah
Diandra. “Bukan semua orang, hanya keturunan dinasti
Randsisz yang tak memiliki kekutan sama sepertiku. Aku juga
tak bisa memahami pikiranmu, hanya menduga-duga saja”.
Diandra mengakhiri kalimatnya dengan sedikit senyum yang
tertahan. Semua kisah kelam yang mengisi salah satu lembaran
kisah hidupnya. Selalu berkelebat cepat saat memandang wajah
Jarvis, bahkan saat mendengar namanya saja semua kenangan
itu telah mampu menyiksa hatinya.
93
kalimatnya, dan segera berlalu meninggalkan Diandra yang
masih sebal karena Javis yang serba tahu.
****
94
berlama-lama di sekolah. Karena memang tak ada perlombaan
yang mengharuskannya turut berpartisipasi.
96
kubilang hariku sedang buruk. Jadi cepat habiskan ice
creammu, dan aku akan segera pulang”. “Kau tak akan segera
pulang, karena aku akan mengajakmu ke suatu tempat”.
Dengan cepat Oliver menarik lengan kanan Diandra dan
meninggalkan ice creamnya yang masih tersisa.
****
97
Dalam pertandingan kali ini Roselord menduduki
posisi kedua dibawah Whirslhem. Meskipun Ferdinand yang
menjadi perwakilan Roselord dalam pertandingan kali ini
hanya mampu menduduki posisi kedua, semua pendukung
Roselord tetap saja berteriak histeris, lebih-lebih saat melihat
dada bidang Ferdinand ketika mengangkat tubuhnya dari
kolam renang. Tentu para pendukung wanitanya.
98
****
99
Hanya beberapa menit saja Diandra menunggu,
sebelum Oliver yang kini sudah berada disampingnya dengan
sebuah album foto berukuran cukum besar.
101
mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Jika bisa
membuat setiap orang disekelilingnya merasa bahagia dengan
atau tanpa kehadirannya, atau hanya sekedar melihat semuanya
tersenyum bahagia, keduanya selalu bisa membuat Calista
merasakan keindahan tempat berpijaknya”.
102
“Tapi mengapa kau berkali-kali menghianatinya?”
Oliver sudah menebak jika Diandra akan menanyakan hali itu
padanya. “Aku hanya ingin tahu seberapa sakit hatiku jika
Calista meninggalkanku suatu hari nanti. Atau hanya sekedar
jika ia membenciku. Agar aku bisa segera mengetahui seberapa
indah kebahagiaan yang akan kuberikan untuknya, jika kita
memang tak ditakdirkan untuk bersama. Tapi setelah semua
penghianatan yang kulakukan, aku menjadi semakin mengerti,
tak ada kebahagiaan terindah dalam hidupku selain selalu bisa
bersamanya. Juga aku menjadi semakin mengerti, bahwa
semua kebahagiaan terindah dalam hidupku tak bisa mewakili
kebahagiaan yang seharusnya sudah kuhadiahkan untuk
Calista.”
103
SEMBILAN
“suatu keindahan akan bisa kau raih, jika kau
melakukannya dengan keindahan pula”
105
Minggu ketiga musim gugur
27 Desember, 24.03
****
30 Desember, 21.00
****
107
15 Januari, 23.10
****
20 Juni, 20.24
108
Ia memang tak mengucapkan selamat di hari
ulang tahunku. Tapi sebuah kamera keluaran terbaru
yang memang sedang kuinginkan, menjadi hadiah
ulang tahunku yang ke 16.
Terimakasih untukmu.
****
23.05
109
Tak bisakah sedikit saja ia memahami
perasaanku. Selalu saja membuat hatiku sakit, dengan
alasan yang tak pernah diungkapkannya.
****
****
110
berwarna fuchsia muda maupun garis vertikal berwarna fuchsia
tua.
111
SEPULUH
“siapa kita
113
menganggukkan kepala sebentar memandang Diandra,
kemudian memandang jenaka Ferdinand yang tiba-tiba
terlonjak dari sofa. “Ah, aku tak bermaksud seperti itu.
silahkan saja kalian pergi. Hati-hati.” Jarvis juga Diandra
segera meninggalkan ruang duduk, dan menghilang di balik
pintu rumah berdaun dua yang super besar.
****
****
114
dengan garasi rumah Diandra, dapat dipastikan garasi rumah
Diandra berukuran lebih luas jika dibandingkan dengan rumah
yang kini tepat berada di depannya.
115
Diandra memandang berkeliling, mencoba mencari-
cari sesuatu yang mungkin saja ia kenali. Tapi ia sama sekali
tak menemukan sesuatu yang ingin sekali ditemukannya itu.
117
ada lubang yang sama berukuran dengan ukuran Emerald yang
kau bawa. Seperti ini.” Diandra terdiam, takjub melihat sebilah
pedang yang sungguh indah.
****
119
menarik tubuhnya, tetapi kedua lengan Ferdinand
mendekapnya sangat erat, memberikan sensasi luar biasa yang
mampu membuatnya berada di ketinggian yang tak terhitung
berapa jarak jauhnya terhadap tempat berpijaknya. Nafasnya
terasa berat, tubuh Ferdinand terasa sangat hangat sekali
mendekap erat tubuhnya, memberikan kehangatan yang tak
biasa, juga memberikan sensasi luar biasa yang menjalari
seluruh ruang tubuhnya.
120
Diandra memalingkan muka, tak tahan dengan tatapan tak
terartikan Ferdinand, juga terus bergerak-gerak ingin
melepaskan kedua lengan Ferdinand yang melingkari
punggungnya erat. Wajah Diandra dirasakannya memanas.
121
Ferdinand merasakan nafasnya berat sekali, pipi halus
Diandra mampu melumpuhkan seluruh saraf psikomotoriknya.
Tapi Ferdinand merasakan semuanya indah. Ia hanya terdiam
menatap sepasang mata indah Diandra yang tak juga
memandangnya. Sekejap saja ia merasa seluruh ruang
tubuhnya semakin menghangat.
122
“Ferdinand, mau kemana kau? Tidakkah kau ingin
menjelaskan semua ini terlebih dahulu?” Diandra tak
merebahkan lagi tubuhnya, mencoba menegaskan nada
suaranya yang memang ketegasan yang ia utuhkan saat ini.
Oxylander
123
Malam yang hanya meninggalkan kenangan yang sama sekali
tak indah bila dikenang.
Rumah Ferdinand
125
semalam. Dan memutuskan semua itu hanyalah mimpi, karena
ia memang sudah sangat mengantuk malam itu.
128
teman-teman Ferdinand datang sejak pagi?” Bibi San berpikir
sejenak, “sepertinya tidak, beberapa datnag saat makan siang
dan yang lain sepertinya baru datang sore hari.” Bibi San
menyunggingkan senyum tidak suka. “Oh. Baiklah aku akan
menyantap semua sarapan yang bibi buat. Terimakasih.”
Diandra mengakhiri kalimatnya dengan senyum yang sangat
manis. “Tentu saja, kau harus melahap semuanya.” Mereka
berdua tertawa riang sebelum bibi San berlalu menuju dapur.
****
129
Meyra mendorong pelan pegangan pintu kamar
Ferdinand yang memang tak pernah terkunci, dan tak
menutupnya lagi.
130
Ferdinand merasakan telapak tangan lembut yang
terus-terusan menyentuh pipinya. Dan dengan cepat meraih
lengan yang mungkin sedang menyangga tubuh pemiliknya
yang berada di samping pinggang Ferdinand. Dalam hitungan
detik saja bibirnya telah menyentuh lembut bibir seseorang
yang terasa sedikit basah menyantuh bibirnya.
****
131
Diandra benar-benar tak tahan lagi untuk terus-terusan
melihat objek penglihatan yang menyesakkan dadanya. Degub
jantungnya tiba-tiba saja berhenti, seakan ada sesuatu maha
besar yang menimpa tubuhnya seketika. Kali ini ia benar-benar
merasa yakin, bahwa semua hal yang semalam terjadi hanyalah
mimpi atau bahkan ilusi semata.
133
SEBELAS
Pagi-pagi sekali, bahkan mentari sedikitpun belum
membagi sinar hangatnya, Jarvis sudah berada di depan
gerbang rumah Diandra juga Fedinand. Bahkan penjaga pintu
gerbang, tuan Nick masih tertidur pulas di dalam ruangannya.
Sepertinya ia sangat kelelahan karena terus berjaga. Suara
Diandra yang terdentar dari interkom menyambutnya saat
Jarvis masih akan menekan tombol interkom.
135
benar bisa kita percaya saat ini selain orang yang benar-benar
sudah lama kita kenal?” Diandra mengangguk pelan, ia
memang harus bisa membagi antara masalah pribadi dan
keluarga. Saat ini ia bukan anak usia 8 tahun lagi, yang
bersembunyi dari masalah seperti tujuhbelas tahun yang lalu
saat ia harus pergi bersama tuan Collins, bibi Carlotte juga
Ferdinand yang sekarang menjadi keluarga angkatnya. Saat itu
ia memang tak bisa berbuat apa-apa, tapi kini ia harus bisa. Ia
harus bisa meneruskan kejayaan dinasti Randsisz yang menjadi
penguasa tunggal di negara besar Cambira. Setidaknya hal ini
adalah langkah awak kepemimpinannya. Kaisar Agung
memang memiliki empat nyawa, tapi jika sudah waktunya, ia
akan mengalihkan kekuasaannya kepada penerus dinasti
Randsisz selanjutnya.
****
136
Baru saja Anthonie menutup ponselnya, Diandra menceritkan
semuanya dengan cepat. Membuat Anthonie juga harus bersiap
dengan cepat. Ia memutuskan untuk tak memberitahu siapapun
di rumahnya, karena tak ingin membuat semuanya khawatir.
Meski kakeknya sudah pasti mengetahuinya.
****
137
****
138
kepada Jarvis untuk menyimpannya, juga Emerald yang sudah
lama disembunyikannya.
139
biasanya akan menyimpan sesuatu yang berharga di suatu
tempat yang sulit dijangkau, jadi kita jangan melakukan hal itu.
Kita bisa menyembunyikannya di dua tempat yang berbeda.
Jadi jika salah satunya dapat ditemukan, raja Ecancher masih
harus mencari lagi yang lain.” Nona Elis mengakhiri
kalimatnya yang disambut setuju oleh semua penumpang mobil
Audi R8 V10 milik Jarvis.
****
141
cukup mendalam. Ia juga tak tahu bagaimana
menyembunyikan perasaan ini, tapi ia berusaha untuk meyakini
bahwa cucu-cucunya pasti bisa.
****
142
menyandarkan kepalanya di bahu kanan Ferdinand yang
membuat Ferdinand benar-benar terkejut karena itu.
144
Ferdinand yang membuat semuanya harus mencari jawaban
untuk pertanyaan itu.
145
keras mencoba mencari jalan keluar atas penyerangan yang
sama sekali tak mereka duga akan datang secepat ini.
146
Anthonie juga terduduk pasrah menerima segala hal
terburuk yang mungkin saja terjadi. Jarvis terlihat sangat
kebingungan di balik kemudi, berkali-kali ia menginjak pagas
mobil, tapi selalu urung untuk dijalankan.
****
148
Raja Ecancher sangat marah, ia sangat kecewa
terhadap semua orang bayarannya. Benar-benar tak bisa
berpikir dengan cepat. Raja Ecancher memutar otak untuk
segera menemukan cara merebut Oryxone juga Emerald.
****
152
yang tak berguna ini.” Diandra menahan geram atas apa yang
baru saja memenuhi indera pendengarannya.
154
DUABELAS
“dan semua akan berakhir indah, jika melakukannya dengan
penuh keindahan yang terpatri indah pula”
155