Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS MEDIA MASSA DALAM MENGUBAH OPINI PUBLIK

Contoh Kasus yang di analisis, yaitu : JOKOWI DI JADWALKAN AKAN MENONTON


LANGSUNG FORMULA E JAKARTA

Media Pemberitaan : Tempo, https://video.tempo.co/read/29348/jokowi-dijadwalkan-akan-


nonton-langsung-formula-e-jakarta

Analisis

Formula-e jakarta merupakan ajang otomotif yang diselenggaran diberbagai negara.


Penyelenggaraan formula-e ini seperti yang diketahui tidak hanya untuk kepentingan otomitif
semata tetapi citra bagi sebuah negara dalam memperhelatkan ajang berkelas internasional, tentu
hal ini bisa menjadi kebanggaan bagi indonesia tetapi bila mengikuti alur dari proses perhelatan
ini banyak sekali drama dan polemik yang dimainkan. Drama dan polemik itu dimainkan oleh
politis sehingga menimbulkan opini publik diberbagai flatfroam pemberitaan, opini publik itu
muncul karena adanya pro kontra terkait dukungan ajang penyelenggaraan formula-e. Awal dari
berkembang isu diruang publik ini dimotori oleh politisi yang bersebrangan dengan Gubernur
Dki Jakarta, yatu Anies Basweda. Anies Baswedan merupakan pelopor dalam pelaksaan
formule-e ini dengan mengluarkan Instruksi Gubernur Nomor 49 Tahun 2021 yang menyebutkan
bahwa Formula E menjadi satu dari 28 program prioritas yang harus terlaksana pada 2022.
Setelah intruksi ini keluar pada tanggal 21 Mei 2021 banyak isu bermunculan dari mulut politisi
atau tokoh publik yang menggiring dan memframing proyek formula-e ini korup dan banyak
menabrak aturan-aturan sehingga menjadi perdebatan dikalangan DPRD Dki Jakarta, sampai
pada tanggal 2 febuari 2022 Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dipanggil Badan
Kehormatan (BK) terkait dugaan pelanggaran Kode Etik dan Tatib dalam pelaksanaan paripurna
interpelasi Formula E. Ini menandakan banyak sekali politisi yang menjegal proyek formula-e
yang dilaksanakan oleh Anies Baswedan sebagai Gubernur Dki Jakarta, berbeda dengan ajang
perhelatan motor gp di mandalika yang adem ayem dan penuh sanjungan dari kalangan politisi
koalisi. Kentalnya nuasa politik dalam perhelatan formula-e ini semata-mata ingin merusak citra
Anies Baswedan yang digadang-gadang dilirik oleh partai yang bermain mata karena
elektabilitas nya sebagai capres 2024 terus meningkat. Anies Baswedan dan Joko Widodo terus
diadukan seolah-olah mereka bermusuhan/bersebrangan secara politik terutama oleh Pdip,
banyak sekali elit pdip yang tidak menyukai Anies Baswedan sehingga mereka memainkan cara
tradisional, yaitu mengadu domba Anies dan Jokowi lewat isu-isu atau kebijakan yang terlihat
mereka bersebrangan. Tetapi isu liar dalam Opini Publik ini ditepis dengan pemberitaan oleh
media massa, dengan pemberitaan : JOKOWI DI JADWALKAN AKAN MENONTON
LANGSUNG FORMULA E JAKARTA. Tidak hanya Jokowi yang akan menonton formula-e
tetapi elit Pdip, yaitu Puan Maharani ketua DPR dari fraksi mayoritas Pdip ikut menghadiri
perhelatan formula-e tetapi ada juga elit Golkar yang hadir, yaitu wakil MPR Bambang soesatyo.
Media massa dalam mengubah Opini Publik publik kembali pada teorinya, yaitu sebagai
penghantar sebuah pesan yang berkaitan dengan hajat hidup banyak orang. Media Massa pada
dewasa ini akan sulit untuk berimbang, karena kekuatan yang dikuasai pejabat dan politisi
mampu menjerat atau memotong kebebasan pers dengan aturan dan pasal-pasal yang tentunya
membuat pejabat dan politisi makin kuat serta seolah-olah ini dibungkus untuk kemaslahatan
masyarakat yang adil dan beradab. Jika media massa makin kritis kepada pemerintah tentu
memiliki resiko cukup besar, contohnya dijaman orde baru soeharto yang otoriter banyak sekali
media massa yang kritis lalu dibredel dengan dicabutnya izin usaha pemberitaan/IUP banyaknya
contoh pengalaman itu membuat perusaan media massa berpikir untuk tetap realistis dan
bertahan hidup dengan tidak melawan arus deras kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai