Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Pada saat masa kampanye PILKADA DKI Jakarta 2014, ada fenomena menarik yaitu
keterlibatan kaum muda dalam proses politik, yaitu adanya kelompok pemuda yang
menamakan ‘Teman Ahok’. Teman Ahok adalah sekelompok generasi milenial yang
mengusung pecalonan Basuki Tjahaya Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta melalui jalur
independen. Pola gerakan yang sangat massif melalui dunia maya menjadi ciri khas
kelompok yang digerakkan kaum pemuda tersebut. Pada bulan Mei-Juni 2017 media social
ada iklan yang dibuat oleh partai baru, yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang ketua
DPP nya adalah seorang mahasiswi yang baru berusia 21 tahun Tsamara Amany. Tsamara
mengkritik Politisi anggota DPRI Hahri Famzah terkait kasus E- KTP dan Hak Angket KPK
dan akhirnya menjadi viral di dunia maya. Sampai akhirnya diundang di media massa di
acara Indonesian Lawyer Club (ILC) sebagai salah satu narasumbernya. Dari dua contoh
peristiwa tersebut menggambarkan bagaimana munculnya komunikator politik mewakili
generasi milenial.

Sering kita mendengar kata komunikator politik atau lebih familiar dengan sebutan
sebagai politikus. Bahkan selama ini publik menganggap bahwa komunikator politik adalah
bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia politik saja. Sebagai contoh beberapa nama
seperti Ruhutv Sitompul, Jokowi, Prabowo, SBY, Anas Urbaningrum dan Megawati, tentu
semua yakin bahwa mereka adalah komunikator politik. Berbeda ketika menyebut nama si
fulan, bang Jali, bu Ijah, mpo Nori yang mungkin mereka dari berbagai profesi seperti
pengusaha, pegawai, mahasiswa, tukang ojek, tukang sayur, tukang es cendol dan
sebagainya.

Menurut buku komunikasi politik yang ditulis oleh Dan Nimmo (2001), ternyata kita
semua termasuk komunikator politik, mulai dari suara keluhan tukang ojek terhadap kenaikan
harga BBM, obrolan mahasiswa diruang kelas, sampai seorang presiden yang membuat
kebijakan publik. Komunikator politik tidak hanya disandang oleh mereka yang mempunyai
nama yang besar saja tetapi juga mereka yang tidak mempunyai nama sekalipun atau rakyat
biasa. Tapi bagaimanapun juga mereka mempunyai wilayah dan kapasitas masing-masing
sebagaimana profesi dan peran mereka di masyarakat.

Komunikasi politik adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan politik yang


berasal dari komunikator politik (source, encoder, sender, actor) sebagai pihak yang memulai
dan mengarahkan suatu tindakan komunikasi. Lalu pesan-pesan tersebut ditujukan kepada
khalayak (receiver,komunikan), dengan menggunakan media (channel, saluran) tertentu
untuk mencapai sautu tujuan yang telah ditentukan (political oriented). Dalam sistem politik
semua komponen-komponen tersebut merupakan proses atau kegiatan komunikasi politik
yang merupakan input yang menentukan output daripada sistem politik.Menurut Gurevitch
dan Blumler (1977), menjelaskan bahwa dalam arti yang luas, komponen-komponen utama
dari suatu sistem komunikasi politik ditemukan pada: (1) Lembaga-lembaga politik dalam
aspek-aspek komunikasinya, (2) Institusi-institusi media dalam aspek-aspekpolitiknya, (3)
Orientasi khalayak terhadap komunkasi politik, (4) Aspek-aspek budaya politikyang relevan
dengan komunikasi.Sehingga sistem komunikasi politik dapat dilihat dalam dua perspektif,
yaitu perangkatinstitusi politik dan organisasi media yang terlibat dalam persiapan pesan bagi
interaksi yang lebih horizontal satu sama lain, sedangkan dalam arah yang vertical institusi-
institusi tadi baiksecara terpisah maupun bersama-sama melakukan diseminasi dan
pengolahan informasi dangagasan dari dan untuk masyarakat.
1

1
Journal of Communication (Nyimak)
Vol. 1, No. 1, Juni 2017, pp. 33-48
P-ISSN 2580-3808, E-ISSN 2580-3832
Citation : Shahreza, Mirza. 2017. “Komunikator Politik Berdasarkan Teori Generasi”.
Journal of Communication

Anda mungkin juga menyukai