Anda di halaman 1dari 52

BAB I

MEMASANG PHB PENERANGAN

KOMPETENSI DASAR :
3.11 Menentukan jumlah bahan, tata letak dan biaya pada instalasi Perlengkapan Hubung
Bagi (PHB) Bangunan Industri Kecil
4.11 Menghitung jumlah bahan, tata letak dan biaya pada instalasi Perlengkapan Hubung
Bagi (PHB) Bangunan Industri Kecil.
3.12 Mengevaluasi instalasi penerangan tiga fasa bangunan gedung
4.12 Memeriksa instalasi penerangan tiga fasa bangunan gedung

A. TUJUAN
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan :
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan
fungsi PHB pada Bangunan Industri Kecil .
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat merancang
PHB pada bangunan industry kecil
3. Setelah berdiskusi siswa dapat menghitung biaya pemasangan PHB pada bangunan
industry kecil.
4. Setelah berdiskusi siswa dapat merakit PHB pada bangunan industry kecil
5. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan cara
memasang instalasi penerangan tiga fasa bangunan gedung
6. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan cara
pengujian instalasi penerangan tiga fasa bangunan gedung
7. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat memasang instalasi
penerangan tiga fasa sesuai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)/SNI
8. Setelah berdiskusi siswa dapat melakukan pengujian instalasi penerangan tiga fasa
bangunan gedung

B. URAIAN MATERI
1. MEMASANG PHB PENERANGAN
PHB adalah peralatan yang berfungsi menerima energil listrik dari APP dan
selanjutnya mendistribusikan dan sekaligus mengontrol penyaluran energi listrik
tersebut melalui sirkit cabang ke PHB cabang atau langsung melalui sirkit akhir ke
beban yang berupa beberapa titik lampu dan melalui kotak-kontak ke peralatan
pemanfaat listrik yang bearada dala ruangan
PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi dan tratur, dan
harus ditempatkan dalam ruangan yang cukup leluasa sehingga pemeliharaan dan
pelayanan mudah, aman dan mudah dicapai dan beberapa PHB yang letaknya
berdekatan dan disuplai oleh sumber yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu
kelompok.
Komponen PHB harus ditata dengan memperhatikan keadaan di Indonesia dan
dipasang sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat agar waktu kerja memerlukan
pelayanan, seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar harus dapat dilayani dengan
mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak lajim
lainnya.
Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus menggunakan
terminal sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan
mudah, teratur dan aman dan terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dengan
terminal saluran daya .
Semua mur baut dan komponen yang terbuat dari logam dan berfungsi sebagai
penghantar harus dilapisi logam pencegah karat untuk menjamin kontak listrik yang
baik, rel dari tembaga hanya memerlukan lapisan tersebut pada pemakaian arus
1000 A keatas. Dan sambungan dua jenis logam yang berlaianan harus menggunakan
konektor khusus misalnya konektor bimetal.

1.1 Ruang Pelayanan dan ruang bebas sekitar PHB


Disekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas dengan ketinggian pintu dan
lebar sekurang kurangnya 0,75 m dan tingginya harus sekurang kurangnya 2 m (PHB
tegangan rendah) dan 2,3 m (PHB tegangan rendah dengan rel telanjang melintang)
jika terdapat lorong yang sisi kiri dan kanan terdapat instalasi listrik tanpa dinding
pemisah lebar ruang bebas sekurang kurangnya 1,5 m, dilengkapi dengan tanda
pengenal seperlunya, dinding dan langit langit harus terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar, penerangan yang cukup, sehingga mudah terlihat dan mudah dicapai
agar pada saat pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan,pelayanan dan tidak boleh
diletakkan barang yang mengganggu kebebasan bergerak sehingga lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
Untuk PHB tegangan menengah lebar ruang pelayanan antara dua PHB jenis tertutup
dengan bahan yang tidak mudah terbakar yang berhadapan harus sekurang kurangnya
2
1,5 m dan antara PHB dengan dinding tembok harus sekurang kurangnya 1 m, lebar
ruang bebas untuk pemeliharaan antar sisi belakang dua PHB harus sekurang
kurangnya 1 m, dan antara sisi belakang PHB dengan dinding tembok harus sekurang
kurangnya 0,8 m yang diukur dari ujung tangkai (apabila PHB terpasang tangkai
penggerak menonjol keluar)

Gb. 1.1 Ruang pelayanan PHB


Jarak minimum antar bagian yang telanjang untuk phb yang ditata ditempat
pemasangan, jarak minimum antar setiap bagian bertegangan dan semua bagian
konduktif terbuka (bkt) yaitu bagian yang bersifat penghantar yang tidak termasuk
sirkit arus, bagian bertegangan lain dengan polaritas atau fase berbeda dan bagian
bertegangan lain dengan polaritas yang sama, yang dapat diputuskan hubungannya
secara bebas harus sekurang kurangnya 5 cm ditambah 2/3 cm untuk setiap kV
tegangan nominalnya

3
1.2 Pengelompokan Perlengkapan Sirkit
Pada PHB yang mempunyai banyak sirkit keluar fase tunggal, dan fase tiga, baik
untuk instalasi tenaga maupun instalasi penerangan, gawai proteksi, sakelar, dan
terminal yang serupa harus dikelompokan sehingga ;
a. Tiap kelompok melayani sebanyak banyaknya enam buah sirkit
b. Kelompok perlengkapan instalasi tenaga terpisah dari kelompok perlengkapan
instalasi penerangan.
c. Kelompok perlengkapan fase tunggal, fase dua dan fase tiga merupakan
kelompok sendiri sendiri yang terpisah.

1.3 Peralatan Yang Dipasang Pada PHB


Peraturan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu tindakan untuk
pencegahan tidak terjadi kecelakaan pada waktu melakukan pekerjaan yang mungkin
dapat terjadi pada pekerja atau kepada orang lain.

Peralatan atau material PHB penerangan dipasang sesuai spesifikasi rancangan,


standar dan persyaratan yang berlaku. Peralatan atau material PHB penerangan
dipasang sedemikian rupa dan tidak menurangi tingkat pengamanan (IP) yang telah
ditetapkan.

Pemeriksaan kualitas mutu pekerjaan dan kebenaran pengawatan dilakukan terus


menerus sesuai prosedur. Setiap titik pengukuran diuji untuk memastikan resistance
isolasi penghantar, pembumian dan polaritad sesuai persyaratan

1.4 Komponen – komponen PHB


a. Sakelar, Pemisah, Pengaman Lebur dan Pemutus
Sakelar, pemisah dan pemutus yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang
jumlahnya sekurang kurangnya sama dengan banyaknya fase yang digunakan, semua
kutub harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak. Dan dipasang sedemikian rupa
sehingga bagian yang bergerak tidak bertegangan dalam keadaan sakelar terbuka, dan
tidak dapat menutup sendiri oleh gaya berat bagian bergerak tersebut.
b. Instrumen ukur dan Indikator

4
Instrumen ukur dan indikator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus
ada petunjuk tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukan,
terhindar terhadap kemungkinan pengaruh induksi listrik sekitar, terlindung dari suhu
yang melampaui suhu kerja maksimum, bebas dari getaran mekanik atau pengaruh lain
yang dapat menurunkan mutu/akurasi instrumen ukur/indikator dan harus selalu
terpelihara kehandalannya secara berkesinambungan dapat menampilkan penunjukan
yang benar sesuai dengan peruntukannya
Pada pengawatan instrumen ukur dan indikator dalam PHB atau panel distribusi harus
menggunakan kabel fleksibel yang mempunyai pelindung elektrik yang dapat
dihubungkan dengan saluran pembumian.
c. Penghantar rel
Rel yang digunakan pada PHB harus terbuat dari tembaga atau logam lain yang
memenuhi persyaratan sebagai penghantar listrik dan besar arus yang mengalir dalam
rel tersebut harus diperhitungkan sesuai kemampuan rel sehingga tidak akan
menyebabkan suhu lebih dari 650 C (tabel ).
Lapisan yang digunakan untuk memberi warna rel dan saluran harus dari jenis yang
tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan\

d. Komponen gawai kendali


Komponen gawai kendali seperti tombol, sakelar, lampu, sinyal, sakelar magnet dan
kawat penghubung harus mempunyai kemampuan sesuai dengan penggunaannya dan
harus mempunyai tanda atau warna yang memudahkan operator untuk melayaninya,
untuk penghantar atau kabel yang digunakan pada gawai kendali harus sekurang
kurangnya 1.0 mm2 kecuali penghantar atau kabel yang sudah terpasang dalam gawai
kendali itu.

e. Terminal dan sepatu kabel


Teminal harus terbuat dari paduan tembaga atau logam lain yang memenuhi
persyaratan yang berlaku,dudukan terminal tersebut harus terbuat dari bahan isolasi
yang tidak mudah pecah atau rusak oleh gaya mekanis dan termis dari penghantar
yang disambung pada terminal tersebut atau sekurang kurangnya harus sama
kekuatannya dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan.

5
Sepatu kabel harus dibuat dari bahan yang sesuai dan kuat, dan ukurannya harus
sesuai dengan kabel yang akan dipasang, untuk sepatu kabel yang terbuat dari bahan
alumunium tidak boleh disambung dengan kabel tembaga atau sebaliknya kecuali
dengan menggunakan bimetal, dan pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat,
gaya tekan, dan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kabel yang akan dipasang sehinga
gaya-gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai listrik yang lain.
Dibawah ini contoh Instalasi sirkit, Pengawatan,Tabel Instalasi dan tabel
perlengkapan dari suatu PHB utama dan PHB cabang
Contoh gambar alur Instalasi Sirkit PHB utama dan cabang
Sirkit Akhir
Instalasi dalam rumah
Peranti Peranti
listrik listrik

Tiang
listrik

APP PHB PHB


utama Peranti cabang Peranti
listrik listrik

Sambungan Rumah Saluran Utama Pelanggan Sirkit Cabang Sirkit Akhir

Gb. 1.2 alur instalasi sirkit PHB utama dan cabang

6
Contoh 1.3 gambar Instalasi Pengawatan Sirkit PHB utama dan cabang Bangunan 2 tingkat

TABEL PERLENGKAPAN INSTALASI GEDUNG 2 LANTAI

NO NAMA JENIS UKURAN MCB FASE BEBAN


SIRKIT KABEL
KABEL (A) (TUNGGAL/3)
(mm2)

PHB UTAMA
1 Saluran Utama NYY 4 x 4 mm2 25 fase 3 total lantai 1&2
Pelanggan
(masuk)

2 Sirkit cabang 1 NYM 4 x 2,5 mm2 20 fase 3 Lantai 1,


tempat parkir,
(keluar)
dan taman

3 Sirkit cabang 2 NYM 4 x 2,5 mm2 20 fase 3 Lantai 2

(keluar)

PHB CABANG 1
4 Sirkit cabang 1 NYM 4 x 2,5 mm2 20 fase 3 total lantai 1

7
(masuk)

5 Sirkit akhir-R NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal KK1

(keluar)

6 Sirkit akhir-S NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal KK2

(keluar)

7 Sirkit akhir-T NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal Lampu

(keluar)

PHB CABANG 2

8 Sirkit cabang 2 NYM 4 x 2,5 mm2 20 fase 3 total lantai 2

(masuk)

9 Sirkit akhir-R NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal KK1

(keluar)

10 Sirkit akhir-S NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal KK2

(keluar)

11 Sirkit akhir-T NYM 3 x 1,5 mm2 10 fase tunggal Lampu

(keluar)

KABEL PERLENGKAPAN LISTRIK PHB

NO PHB PERLENGKAPAN JML SAT SPESIFIKASI

1 utama MCB fase 3 utama 1 Buah 25 A

MCB fase 3 2 Buah 20 A

Busbar tembaga

2 lantai 1 MCB fase 3 utama 1 Buah 20 A

MCB fase tunggal 3 Buah 10 A

8
Busbar tembaga

3 lantai 2 MCB fase 3 utama 1 Buah 20 A

MCB fase tunggal 3 Buah 10 A

Busbar tembaga

Gambar instalasi PHB gedung 3 lantai

Sirkit akhir
PHB lantai 1
2
1,5 mm
Sirkit cabang 1 10 A R
KK 1
2
20 A 1,5 mm
Saluran Utama Pelanggan 10 A S KK 2
2
2 1,5 mm
2,5 mm 10 A T
L

20 A Sirkit akhir
transformator PHB lantai 2
25 A 20 A 2
APP R
1,5 mm
10 A
4 mm
2
4 mm
2 KK 1
2 20 A 2
1,5 mm
2,5 mm 10 A S
20 A KK 2
2
10 A 1,5 mm
T
L
PHB utama

Sirkit cabang 2 Sirkit akhir


PHB lantai 3

10 A R
2,5 mm
2 2 KK 1
1,5 mm
20 A 10 A S KK 2
2
1,5 mm
Sirkit cabang 3 10 A T
2 L
1,5 mm

Gambar 1.4 instalasi PHB gedung 3 lantai


9
10
2. KOMPONEN UTAMA PHB
Komponen utamanya PHB ini jenisnya sangat banyak, karena untuk setiap PHB
dengan aplikasi berbeda akan membutuhkan komponen utama yang berbeda pula,
misalnya PHB distribusi dan PHB kontrol. Karena komponen utama PHB ditinjau dari
jenis dan konstruksinya sangat bervariasi, maka berikut ini hanya akan diberikan
beberapa contoh utama PHB secara umum.
1) Peralatan Pengaman Tegangan Rendah
Pengaman ini berfungsi untuk mengamankan sistem, yaitu dengan cara mendeteksi
kesalahan/gangguan dan pemutusan bagian sistem yang terganggu
a) Sekering
Sekering atau pengaman lebur ini umumnya digunakan untuk :
 Pengaman beban lebih pada hantaran dan peralatan listrik
 Pengaman hubung singkat pada hantaran dan peralatan listri
Pengaman lebur ini dapat bekerja dalam waktu yang lama apabila ada beban lebih
20% dan akan bekerja lebih cepat apabila arus kesalahannya lebih besar (hubung
singkat). Gambar dibawah menunjukkan sebuah gambar dari sekering jenis ulir.

Gb. 2.1. sekering jenis ulir


Dan pada gambar dibawah menunjukkan sebuah gambar dari pengaman sekering
pisau (HRC fuse). Jenis sekering ini mempunyai kapasitas pemutusan yang tinggi
(sampai 80 kA). Rating arus dari sekering ini berkisar antara 2-1200A pada
tegangan 415 volt.

Gb. 2.2 Pengaman sekering pisau (HRC fuse)


11
b) Pemutus tenaga
Pemutus tenaga ini dapat memutuskan rangkaian secara otomatis apabila terjadi
beban lebih (overload) atau hubung singkat.

Gambar dibawah adalah contoh pemutus tenaga MCB , MCCB dan NFB

Gb. 2.3 pemutus tenaga

2 Sakelar
a) Pemisah
Sakelar ini dipakai untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian dalam keadaan
tidak berarus (tidak berbeban), gambar dibawah menunjukkan konstruksi dari sakelar
pemisah tersebut

Gambar 2.4 saklar pemisah

b) Sakelar Beban
Sakelar beban ini boleh dioperasikan dalam keadaan rangkaian berarus (berbeban)
gambar dibawah menunjukkan salah satu jenis sakelar beban tersebut.

12
Gambar 2.5 saklar beban
3) Penopang Rel
Penopang rel ini adalah merupakan bagian atau komponen PHB yang penting, karena
komponen ini berfungsi kecuali sebagai dudukan rel dan sekaligus mengikat rel
tersebut agar tidak bergerak, sehingga jarak antar rel dan jarak antara rel dengan
bagian konduktif yang terdapat pada panel dapat terjaga dengan baik. Disamping itu
juga berfungsi sebagai isolator antara rel dengan bagian-bagian konduktif yang
terdapat pada panel.
Terdapat beberapa jenis desain konstruksi penopang rel, diantaranya adalah rel
penopang bentuk : silinder, persegi, tangga, jepit, dan sebagainya.
.

Gb. 2.6 desain konstruksi dari berbagai jenis penopang rel

4) Alat Ukur
Alat ukur untuk mengetahui pemakaian arus dan posisi tegangan yang terjadi

Gb. 2.7 Alat ukur arus dan alat ukur tegangan

3. ASESORI PHB
13
Asesories PHB adalah merupakan bagian dari komponen PHB disamping komponen
utama. Asesories PHB ini adalah merupakan bagian kelengkapan dari PHB, sedang
kita sendiri tahu bahwa terdapat pula berbagai macam jenis PHB, maka asesories PHB
ini jenis dan bentuknya pun sangat bervariasi. Mengingat jumlah dan bentuknya sangat
bervariasi, maka berikut ini akan diberikan contoh dari beberapa asesories PHB untuk
tegangan rendah yang dapat kita temui dipasaran.
1) Rel Penyambung
Rel penyambung ini berfungsi untuk menyambungkan secara listrik beberapa MCB
satu atau tiga fasa, panjang rel ini dapat dipotong sesuai dengan kebutuhan dan
biasanya panjang standar yang ada dipasaran adalah 2 m.

Gambar 3.1 menunjukkan contoh dari jenis rel penyambung MCB tersebut.

2) Penopang Terminal
Penopang ini digunakan untuk menempatkan terminal untuk pencabangan pada PHB.
Tentunya bentuk penopang terminal ini disesuaikan dengan kebutuhan,

Gambar 3.2 penopang terminal.


3) Terminal
Pada PHB ini tidak bisa dihindari bahwa pencabangan mesti ada, yang memerlukan
terminal untuk pencabangan.

14
Gambar 3.3 terminal pencabangan tersebut.
4) Rel Omega dan Rel C
Rel omega dan rel C ini ada terbuat dari cadmium dan alumunium, rel ini dalam
perakitan PHB biasanya dipasang pada dasar (base) panel atau pada rangkanya. Fungsi
dari rel ini adalah sebagai dudukan untuk komponenkomponen utama dari PHB
diantaranya MCB, sekering terminal kontaktor dsb.

Gambar 3.4 a dan b menunjukkan gambar dari rel omega dan rel C.
5) Penutup akhir dan Pengunci terminal blok
Penutup akhir dan pengunci terminal blok dapat dilihat pada gambar diatas masing-
masing fungsinya adalah sebagai penutup akhir untuk menutup bagian terminal akhir
dari suatu susunan beberapa terminal agar bagian yang bertegangan tidak tersentuh,
sedangkan pengunci adalah berfungsi untuk mencegah terminal blok tidak bergerak-
gerak dan pengunci dipasang di samping kiri dan kanan dari suatu susunan terminal.

4. MEMAHAMI INSTALASI PENERANGAN 3 FASA


Sebelum kita mempelajari PHB 3 Fasa terlebih dahulu kita mengetahui jaringan tiga
fasa dikarenakan pemasangan jaringan tiga fasa lain halnya dengan jaringan satu fasa.
Kelainan tersebut terletak pada :

15
Sesuai dengan PUIL 2000 untuk jaringan 1 fasa cukup pemasangannya dengan fasa
dan nol (0) atau P dan N dan dibedakan dengan warna kawat berlainan yang biasanya
warna merah dan hitam diperlengkapi kawat massa warna hijau setrip kuning
Untuk jaringan tiga fasa di bedakan dengan dengan huruf :
 Fasa R, kawat hantarannya warna merah
 Fasa S, kawat hantarannya warna kuning
 Fasa T, kawat hantarannya warna hitam
 Kawat nol warna biru, kawat massa warna hijau setrip kuning.
Sedangkan menurut PUIL 2011 pengaturan warna penghantar adalah sebagai berikut :
Untuk mempermudah mengidentifikasi warna kabel, berikut ini adalah tabel
rangkuman perbandingan dari beberapa standar internasional dan nasional seperti yang
dijelaskan di atas.

Tabel Warna Kabel

Standar Yang Protective


Fasa/Phase Netral/Neutral
Dipergunakan earth/grounding

IEC 60446 L1,

L2, L3

Kabel

AS/NZS

L1,

L2, L3
AS/NZS 3000

Standar Eropa

L1,

L2, L3

BS 7671

16
L1,

L2, L3

PUIL 2011 L1,

L2, L3

Pemakaian listrik 3 fasa untuk perumahan biasa jarang ditemukan kecuali perumahan-
perumahan, pabrik-pabrik, serta bengkel-bengkel industry.
Adapun aturan aturan pembagian beban sebagai berikut :
1. Untuk instalasi tiga fasa, bebannya harus dibagi serata mungkin atas fasanya.
2. Instalasi ruangan yang memerlukan aliran listrik dengan ganggun sekecil
mungkin, harus dihubungkan dengan lebih dari satu rangkaian titik akhir dan
sedapat mungkin dengan fasa yang berbeda.
3. Penerangan ruangan dengan lebih dari 6 titik lampu, penerangan harus dibagi
sekurang-kurangnya dua kelompok dan sedapat mungkin dengan fasa yang
berbeda.
Grup atau golongan-golongan adalah campuran golongan-golongan titik titik lampu
dan golongan-golongan kontak-kontak. Cara ini umumnya adalah cara yang paling
murah dan selain dari itu mempunyai keuntungan, bahwa kotak kotak itu dapat
dihubungkan bersamaan suatu alat pemakai yang lebih besar, seperti dapur-dapur
pemanas berpancar kecil.
Cara menentukan keseimbangan beban dilakukan dengan menghitung jumlah beban
tiap kelompok kemudian dimasukkan ketiap fasenya sehingga diperoleh
keseimbangan, sebisa mungkin dibuat tiap fasenya menggunakan daya yang sama /
hampir sama.
Pada jaringan tiga fasa, untuk pendistribusian beban harus dibuat seimbang mungkin
antara fasa dengan fasa. Dasarnya dalam setiap pembangkitan tenaga listrik tiga fasa,
dalam generatornya terdapat kumparan fasa R, fasa S dan fasa T. kumparan –
kumparan tersebut mempunyai kapasitas beban yang sama atau kuat arus yang
ditimbulkan oleh tiap fasa sama besarnya.

17
5. Perlengkapan Perangkat Hubung Bagi (PHB) 3 Fasa
Untuk pemakaian tenaga listrik system pembagianya arusnya berbeda dengan
pembagian arus pada rumah biasa untuk itu dipergunakan PHB 3 Fasa yang terdiri
dari satu grup atau lebih.
Perelngkapan PHB 3 Fasa terdiri dari.
1) Rumah PHB
2) Sakelar penghubung Utama
3) Sekering utama
4) Rel pembagi
5) Sakelar pembagi
6) Sekering pembagi
7) Sambungan tanah ( grounding)
8) Perlengkapan alat ukur listrik.
Perangkat hubung bagi menurut definisi PUIL, adalah suatu perlengkapan untuk
mengendalikan dan membagi tenaga listrik dan atau mengendalikan dan melindungi
sirkit dan pemanfaat tenaga listrik. Adapun bentuknya dapat berupa box, panel, atau
lemari.
Perangkat hubung bagi ini merupakan bagian dari suatu sistem suplai. Sistem suplai
itu sendiri pada umumnya terdiir atas : pembangkitan (generator), transmisi
(penghantar), pemindahan daya (transformator). Sebelum tenaga listrik sampai ke
peralatan konsumen seperti motor-motor, katup solenoid, pemanas, lampu-lampu
penerangan, AC dan sebagainya, biasanya melalui PHB terlebih dahulu.

6. Pemilihan Gawai Pengaman (MCB atau Miniatur Circuit Breaker)


MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Pada MCB
terdapat dua jenis pengaman, yaitu secara thermis dan elektromagnetis. Pengaman
thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih, sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat.
Macam-macam tipe MCB 9Miniatur Circuit Breaker) adalah sebagai berikut :
a) MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya
mempunyaidua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman
gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman
18
ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

Gambar 5.1 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker

b) ACB (Air Circuit Breaker)


ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah
dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai
peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

Gambar 5.2 ACB (Air Circuit Breaker


Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan
menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai
dipasaran seperti ditunjukkan pada data diatas. Pengoperasian pada bagian
mekanik ACB dapat dilakukan dengan bantuan solenoid motor ataupun
pneumatik. Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah :
- Over Current Relay (OCR)
- Under Voltage Relay (UVR)
c) OCB (Oil Circuit Breaker
19
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana
pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api
dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap
minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak
dan gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan
sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

d) VCB (Vacuum Circuit Breaker)


Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan
busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open), sehingga dapat mengisolir
hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan atau sengaja dilepas.
Salah satu tipe dari circuit breaker adalah recloser. Recloser hampa udara
dibuat untuk memutuskan dan menyambung kembali arus bolak-balik pada
rangkaian secara otomatis. Pada saat melakukan pengesetan besaran waktu
sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus yang kesekian
kalinya, maka recloser akan terkunci (lock out), sehingga recloser harus
dikembalikan pada posisi semula secara manual.

e) SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)

SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana
pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat
dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip
pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas
ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating
tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

20
7. Perhitungan Pencahayaan (Iluminasi)
Untuk menghitung kebutuhan tingkat kekuatan pencahayaan (iluminasi) di dalam
ruangan dapat menggunakan rumus di bawah ini:

Keterangan:
n =jumlah lampu
E =intensitas pencahayaan pada bidang kerja (lux)
A =luas bidang kerja (m2)
ɸ =fluk cahaya lampu (lumen)
ŋ =efisiensi pencahayaan, ditentukan dari tabel
efisiensi pencahayaan untuk lampu yang digunakan,
berdasarkan nilai, yaitu:
rp =factor refleksi langit-langit
rw =factor refleksi dinding
rm = factor refleksi lantai.

( )
p = panjang ruang
l = lebar ruang
h = tinggi ruang dari bidang kerja

( )

Contoh:
Sebuah kantin 10 x 20 m, tinggi 3,85 m diberi pencahayaan dengan intensitas rata-rata
225 lux. Warna dindingnya kuning muda, langit-langitnya putih. Armatur yang
digunakan TMX 200 dengan lampu (1 x 36 W). Fluk lampu 2500 lumen. Pengotoran
sedikit dan lampu dibersihkan tiap tahun. Armatur digantung 1,5 m di bawah langit-
langit. Faktor refleksi untuk langit-langit 0,7 dan untuk dinding 0,5. d = 0,85.

Tentukan jumlah armature yang diperlukan.

Jawab:

p = 20 m: l = 10 m: h = 3,85-0,8 = 3,05 m

rp = 0,7 : rw = 0,5 : rm = 0,1


21
( ) ( )

Dari tabel efisiensi pencahayaan:

Untuk k = 2---- 0,69 dan

Untuk k = 2,5---- 0,75

Efisiensi pencahayaan untuk k = 2,2, ditentukan dengan interpolasi, yaitu:

( )

Jumlah armature (bila dalam keadaan baru)

= = 25 buah armatur

Bila dalam keadaan terpakai setelah 2 tahun, depresiasi d = 0,85 maka


iluminasinya (E) akan berkurang menjadi

= 177,5 lux

Dalam tabel. Diberikan standar intensitas pencahayaan untuk berbagai jenis


ruangan dan tabel data berbagai jenis lampu.

8. PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK


Seorang praktisi listrik selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki
pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang
ahli listrik adalah kemampuan membaca gambar instalasi. Gambar instalasi memegang
peranan yang sangat vital dan menentukan dalam suatu perancangan instalasi, karena
hanya dengan bantuan gambar, suatu proyek pemasangan instalasi dapat dilaksanakan.
Gambar teknik merupakan perpaduan antara gambar seni dan gambar science yang
dapat dipergunakan untuk menyelesaikan beberapa persoalan keteknikan. Seni dalam
hal ini mengenai aspek keindahan bentuknya, sedangkan science menyangkut segi
ukuran,
kekuatan, ketahanan, bahan, efisiensi, cara mengerjakan dan sebagainya. Gambar
teknik berfungsi sebagai bahasa tertulis dalam bentuk gambar antara perencana dan
pelaksana, sebagai konsekuensinya kedua pihak harus betul-betul memahami dalam

22
arti harus dapat membuat, membaca dan mengoreksi gambar. Gambar teknik juga
mengandung
unsur seni, tetapi juga harus memperhatikan aturan-aturan tertentu, seperti di Indonesia
dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL (Persyaratan Umum
Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan
analisa. Gambar adalah bahasa teknik yang diwujudkan dalam kesepakatan simbol.
Gambar ini dapat berupa gambar sket, gambar perspektif, gambar proyeksi, gambar
denah serta gambar situasi. Gambar denah ruangan atau bangunan rumah (gedung)
yang
akan dipasang instalasi digambar dengan menggunakan lambanglambang
(simbol-simbol) yang berlaku untuk instalasi listrik.

Ada beberapa jenis gambar yang harus dikerjakan dalam tahap perancangan suatu
proyek pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga yang baku menurut PUIL
2000. Rancangan instalasi listrik terdiri dari:
1. Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar yang menunjukkan dengan jelas letak bangunan
instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan jaringan
listrik PLN.
2. Gambar instalasi
Gambar instalasi meliputi:
a. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak perlengkapan
listrik beserta sarana pelayanannya (kendalinya), seperti titik lampu, saklar, kotak
kontak, motor listrik, panel hubung bagi dan lain-lain.
b. Rancangan hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan pengendalinya.
c. Gambar hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir, serta
pemberian tanda yang jelas mengenai setiap peralatan atau pesawat listrik.
3. Gambar diagram garis tunggal
Yang tercantum dalam diagram garis tunggal ini meliputi:
a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran nominal
komponennya.
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembaginya.
c. Ukuran dan besar penghantar yang dipakai.
d. Sistem pembumiannya.

23
Gambar 8.1 Diagram Garis Tunggal
4. Gambar detail
Gambar detail meliputi :
a. Perkiraan ukuran fisik dari panel.
b. Cara pemasangan alat listrik.
c. Cara pemasangan kabel.
d. Cara kerja instalasi kontrolnya.

Selain gambar-gambar diatas, dalam merancang atau menggambar instalasi listrik


penerangan dan tenaga, juga dilengkapi dengan analisa data perhitungan teknis mengenai
susut tegangan, beban terpasang dan kebutuhan beban maksimum, arus hubung singkat
dan daya hubung singkat.
Disamping itu masih juga dilengkapi juga dengan daftar kebutuhan bahan instalasi, dan
uraian teknis sebagai pelengkap yang meliputi penjelasan tentang cara pemasangan
peralatan/bahan, cara pengujian serta rencana waktu pelaksanaan, rencana anggaran biaya
dan lama waktu pengerjaan.

9. MENGGAMBAR INSTALASI LISTRIK PENERANGAN


Bangunan gedung baik untuk rumah tinggal, kantor, sekolahan yang dilengkapi sarana
pendukung listrik dalam membangun agar dapat berfungsi dan dihuni dengan baik,
nyaman serta memenuhi keselamatan memerlukan perencanaan gambar instalasi listrik
yang cermat dengan mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam dunia teknik
listrik. Gambar instalasi listrik memegang peranan yang sangat vital dan menentukan

24
dalam suatu perencanaan instalasi, karena hanya dengan bantuan gambar suatu pekerjaan
pemasangan instalasi dapat dilaksanakan.
Daya Terpasang
Untuk instalasi penerangan yang kecil dengan nilai daya pasang 450 VA, disebut nstalasi
listrik penerangan 1 phase, 1 group dengan pengaman arus (MCB) 2 Ampere. Pelayanan
tenaga listrik dari tiang jaringan listrik ke pemakai (kwh + MCB) merupakan tugas dari
PLN sedangkan dari panel bagi (kotak sekering) sampai ke pemasangan titik nyala
(lampu dan kotak kontak) dan satu unit grounding (pentanahan) merupakan tugas Biro
Teknik Listrik (BTL).
Penempatan Saklar dan Kotak Kontak
Penempatan saklar dekat pintu dan mudah dicapai oleh tangan, arah tuas (kutub) saklar
harus sama baik saat di-on-kan maupun di-offkan, sedangkan pemasangan dan
penempatan kotak kontak disesuaikan dengan beban yang akan disambung. Tinggi
penempatan saklar dan kotak kontak 150 cm diatas lantai.
Penempatan Lampu Penerangan
Di dalam menggambar instalasi listrik penerangan, lampu penerangan merupakan bagian
yang sangat penting, pemilihan lampu disesuaikan dengan penggunaan ruang,
perhitungan iluminasi yang teliti tidak terlalu diperlukan dalam penerangan rumah
(gedung), namun dengan bantuan tabel sangat membantu dalam menentukan tata letak
pemasangan lampu yang tidak menyilaukan. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan variasi
lumen yang diperlukan per meter persegi (m2) dalam suatu ruangan.
Tabel 1. Variasi Besarnya Lumen dalam Ruangan

Area Lumen/m2
Ruangan keluarga 800
Ruangan makan 450
Dapur 800
Kamar mandi 650
Meja kerja 750

Gambar di bawah ini menunjukkan penempatan saklar, kotak kontak, dan lampu
penerangan.

25
Gb. 9.1 Tata letak komponen
9.1 Dasar perencanaan
Perencanaan instalasi gedung bertingkat, akan didasarkan kepada:
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000;
 Standar Nasional Indonesia (SNI);
 Standar Perusahaan Umum Listrik Negara (PT. PLN Persero);
 International Electrotechnical Commision (IEC),
dan lain-lain
9.2 Macam instalasi pada gedung bertingkat.
Pada gedung bertingkat sederhana, pada umumnya tidak menggunakan:
 Instalasi Building Automation System (BAS),
 Sistem antena parabola,
 Instalasi sistem panggilan/informasi, tata suara panggilan kendaraan,
9.3 Simbol
Simbol yang digunakan disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Sehingga jika antara yang merencakanan dan melaksanakan berbeda tidak menjadi
masalah tersendiri, demikian juga pada saat melaksanakan perawatan dan atau
perbaikan.

26
9.4 Sumber tenaga listrik
Sumber tenaga listrik berkaitan dengan daya yang tersedia dan besar tegangan serta
system sumber 1 phasa atau 3 phasa dan besar frekuensi sumber tenaga. Hal tersebut
berkaitan dengan daya beban, besar tegangan beban, sistem pada beban (1 phasa atau
3 phasa) dan besar frekuensi beban yang akan dipasang atau sudah terpasang.

9.5 Jumlah tingkat gedung


Gedung bertingkat yang ada jumlah tingkatnya bermacam-macam, ada yang bertingkat
2 dan seterusnya. Instalasi gedung bertingkat di bahas pada contoh.
Pada instalasi gedung bertingkat, distribusi tenaga merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Distribusi tenaga dimaksudkan agar beban masing-masing kelompok
mendekati sama atau seimbang, demikian juga jika instalasinya menggunakan sumber
3 phasa maka beban pada ke tiga phasa harus seimbang atau mendekati sama.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika memungkinkan pada suatu ruangan
menggunakan sumber dengan phasa yang berbeda dengan tujuan jika terjadi gangguan
pada salah satu phasa maka pemadaman tidak menjadi satu sehingga gelap.
Pada instalasi sebaiknya juga disiapkan kelompok atau group cadangan untuk
memenuhi pengembangan kebutuhan instalanya atau listrik pada gedung atau rumah,
khususnya pada gedung atau rumah bertingkat
Untuk menentukan penampang kabel, caranya sama dengan cara instalasi pada
pembahasan sebelumnya. Untuk penampang kabel pengaman dapat dibuat dengan dari
jenis bahan dan ukuran yang sama dengan kabel phasa dengan tetap memperhatikan
Kemampuan Hantar Arus (KHA).

27
Gambar 9.2 Diagram garis tunggal instalasi penerangan rumah tinggal

Bangunan rumah seperti tampak pada Gambar diatas rencanakan intalasi listrik
penerangan dari rumah tersebut.
Penyelesaian:
a) Pertama, perlu ditentukan jumlah dan letak lampu pada masing-masing ruang, jumlah
dan letak sakelar yang diperlukan, jumlah dan letak kotak-kotak.
b) Jumlah kelompok yang diperlukan
Instalasi dari rumah ini dijadikan tiga kelompok, masing-masing kelompok dengan
beban sebagai berikut:
Kelompok/group
1 = 7 titik cahaya
2 = 7 titik cahaya
3 = 7 titik cahaya
4 = 7 titik cahaya
5 = Cadangan
6 = Cadangan
Hubungan sakelar, lampu dan kotak-kotak seperti ditunjukkan pada Gambar

28
a) Gambar rekapitulasi
Gambar rekapitulasi dari instalasi 6 kelompok ditunjukkan pada Gambar 10.3.
b) Jumlah beban (daya) pada masing-masing kelompok :
Kelompok/Group 1:
Jumlah daya lampu :
1@ 25 W = 25 watt
2@ 40 W = 80 watt (TL)
2@ 60 W = 120 watt
Jumlah kotak-kotak = 2@ 200 W = 400 watt
Jumlah daya (P) = 625 watt
Kelompok/Group 2.
Jumlah daya lampu :
3@ 40 W = 120 watt
1@ 40 W = 40 watt
1@ 60 W = 60 watt
Jumlah kotak-kotak= 2@ 200 W = 400 watt
Jumlah daya (P) = 620 watt

Kelompok/Group 3 :
Jumlah daya lampu ;
1 @ 25 W = 25 watt
2 @ 40 W = 80 watt (TL)
2 @ 60 W = 120 watt
Jumlah kotak-kotak = 2 @ 200 W= 400 watt
Jumlah daya (P) = 625 watt
Kelompok/Group 4 :
Jumlah daya lampu :
1 @ 25 W = 25 watt
1 @ 40 W = 40 watt (P)
1 @ 40 W = 40 watt (TL)
2 @ 60 W = 120 watt
Jumlah kotak-kotak= 2 @ 200 W = 400 watt
Jumlah daya (P) = 625 watt
Daya (total) = 2.495 watt
29
e) Penampang kabel yang diperlukan pada masing-masing kelompok
Instalasi ini bekerja pada tegangan 220V, Sesuai dengan tabel 710-1 (PUIL),1987:263)
dapat digunakan penampang kabel (q) = 1 mm2, tetapi karena pada kelompok ini
terdapat KKB, maka digunakan penampang kabel (q) = 2,5 mm2. Untuk lampu-lampu
dapat digunakan (q) = 1,5 mm2
Kelompok/Group 3 :
Dengan cara yang sama dengan kelompok 1 dan 2, diperoleh penampang kabel (q) = 2,5
mm2 dan 1,5 mm2.
Kelompok/Group 4 :
Dengan cara yang sama dengan kelompok 1 dan 2, diperoleh penampang kabel (q) = 2,5
mm2 dan 1,5 mm2.
f) Besarnya pengaman yang diperlukan pada masing-masing kelompok
Sesuai dengan Tabel 710-1 (PUIL.1987 : 263). Besarnya pengaman yang diperlukan
untuk penampang (q) = 1,5 mm2, adalah 16 A. Dalam operasionalnya pengaman tersebut
sebaiknya 6 A saja, kecuali jika putus boleh diganti maksimal 16 A.
g) Besarnya sakelar utama pada PHB
Jumlah beban nominal (P) = 2.860 watt
Tegangan kerja (E) adalah 220 V
Besarnya arus minimal = P/E
= 2.495/220
= 11.34 Ampere
Cadangan diperhitungkan 30%, maka besarnya arus nominal adalah = 11,34 + (0.3 x
11.34) = 14,74 Ampere. Digunakan sakelar utama sebesar 15 Ampere. Akan lebih baik
jika digunakan sakelar 25 Ampere

h) Besarnya penampang hantaran hubung


Besarnya arus beban nominal adalah sebesar 14,74 Ampere. Sesuai Tabel 710-1
(PUIL,1987:263) dapat digunakan penampang kabel 1,5 mm2. Tetapi penampang
minimum hantaran hubung adalah 4 mm2, sehingga digunakan kabel NYM 3 x 4 mm2.
i) Besarnya penampang hantaran pentanahan:
Besarnya arus beban nominal adalah 14,74 Ampere.
Dengan demikian untuk hantaran pentanahan dapat digunakan BC 6 mm2 (penampang
minimum hantaran pentanahan).
30
LATIHAN

1. Jelaskan hal hal yang harus diperhatikan pada pemasangan PHB instalasi penerangan
2. Jelaskan tentang ruang pelayanan disekitar PHB
3. Berapa sirkit maksimal yang dapat dilayani tiap kelompok PHB?
4. Gambarkan contoh alur instalasi PHB utama dan cabang diawali dari penghantar
sambungan rumah
5. Gambarkan Instalasi pengawatan PHB utama dengan 2 PHB cabang
6. Sebutkan 3 hal yang harus diperhatikan dalan koordinasi pemasangan instalasi
penerangan 3 fasa
7. Jelaskan cara pembagian beban dalam instalasi penerangan 3 fasa
8. Instalasi terdiri dari 1lampu 25W, 2 TL 40W, 2lampu 60W, dan 2 kotak kontak maka
rekapitulasi dayanya adalah
9. Rekapitulasi daya tertulis 2.860W tegangan 220V berapa besarnya saklar yang dipakai
10. Berapa besarnya penghantar pentanahan yang dipakai dari soal no.9

31
BAB II
PENERANGAN JALAN UMUM

KOMPETENSI DASAR :

3.13 Menerapkan prosedur pengoperasian Penerangan Jalan Umum sesuai dengan PUIL

4.13 Mengoperasikan Penerangan Jalan Umum sesuai dengan PUIL

3.14 Menerapkan prosedur perakitan komponen Instalasi Penerangan Jalan Umum

4.14 Merakit komponen Instalasi Penerangan Jalan Umum.

TUJUAN PEMBELAJARAN :

9. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan definisi
penerangan jalan umum
10. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan prosedur
pengoperasian penerangan jalan umum sesuai dengan PUIL
11. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menunjukkan peralatan
APD standard K3 dalam pengoperasian penerangan jalan umum
12. Setelah berdiskusi siswa dapat mendemonstrasikan penggunaan peralatan dan APD
standard K3 dalam pengoperasian penerangan jalan umum sesuai dengan SOP
13. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan prosedur
perakitan komponen penerangan jalan umum
14. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan definisi
perakitan penerangan jalan umum
15. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat membaca gambar
pengawatan instalasi penerangan jalan umum
16. Setelah berdiskusi siswa dapat merancang instalasi penerangan jalan umum

MATERI :

Instalasi penerangan jalan umum adalah instalasi yang dirancang untuk menyediakan
power suplay untuk penerangan / lampu jalan umum dan instalasi PJU biasanya direncanakan
dan pasang dialam terbuka.

32
Gambar 2. 1 Penerangan Jalan Umum

A. PEMASANGAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM


PJU (Penerangan Jalan Umum) adalah instalasi yang dirancang untuk menyediakan power
supply untuk penerangan lampu jalan umum dan instalasi PJU biasanya direncanakan dan
dipasang di alam terbuka. Antara lain : sensor cahaya, alat dan bahan, komponen PHB, dan
keselamatan kerja.

Kondisi PJU bagi Pemerintah Daerah memiliki 2 sisi yang berbeda, di satu sisi memberikan
sumber pendapatan daerah berupa pajak penerangan jalan umum (PJU) yang dibayar oleh
semua konsumen pengguna listrik kecuali Pemerintah Daerah di suatu daerah berdasarkan UU
No. 28 Tahun 2009, yaitu salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup
penting bagi banyak Pemerintah Daerah. Besarnya pajak PJU ini untuk daerah-daerah tertentu
terutama daerah perkotaan merupakan sumber pendapatan yang cukup besar bahkan salah
satu yang terbesar dari pemerintah kabupaten dan kota.

Pemerintah Propvinsi dalam hal ini tidak memungut pajak PJU karena merupakan hak
Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009. Sementara di sisi yang lain,
pengeluaran yang harus dibayarkan untuk tagihan listrik lampu PJU cukup besar juga untuk
daerah-daerah tertentu terutama daerah perkotaan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya
tunggakan tagihan listrik Pemerintah Daerah untuk PJU di berbagai daerah.

1. Fungsi Penerangan Jalan Umum


33
Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi, antara lain :
a. Menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan
b. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan
c. Mengingkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada
malam hari
d. Mendukung keamanan lingkungan
e. Memberikan keindahan lingkungan jalan

2. Dasar Perencanaan Jalan Umum


Perencanan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :
a. Volume lalu lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan
seperti pejalan kaki dan pengayuh sepeda.
b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay out) jalan dan persimpangan jalan.
c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal.
d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya
lampu penerangan.
e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan
lokasi sumber listrik.
f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain lain, agar
perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.
g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya.
h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
Beberapa tempat yang membutuhkan perhatian khusus dalam perencanaan penerangan
jalan antara lain sebagai berikut :
a. Lebar ruan milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan
b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horizontal (tikungan) tajam.
c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, dan tempat parkir
d. Jalan-jalan berpohon
e. Jalan-jalan dengan lebar medium yang sempit, terutama pemasangan lampu di
bagian median.
f. Jembatan sempit/panjang, jalan layang, dan bawah tanah (terowongan).
g. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan
jalannya.

34
3. Jenis-jenis Penerangan Jalan Umum
Terdapat beberapa jenis lampu penerangan jalan umum yang sering digunakan selama ini,
yaitu :
a. Lampu HPL-N/Lampu Mercuri
HPL-N adalah nama produk lampu merkuri fluorescent yang berasal dari Eropa.
Biasanya di negara Inggris dan Australia dinamakan MBF, di Amerika sendiri disebut
sebagai DX dan X, sementara di Jepang dinamakan HF. Jenis lampu ini adalah lampu
jenis merkuri fluorescent yang bertekanan tinggi, sekaligus sebagai kelompok lampu
tabung. Prinsip kerja lampu ini sebenarnya sama seperti lampu tabung fluorescent,
dimana cahayanya didapatkan dari hasil percikan elektron dalam tabung.

Gb.2.2 a. lampu mercury fluorescent gb.2.2 b. Lampu mercury


reflektor

b. Lampu LVD
Lampu LVD merupakan lampu induksi yang memiliki efisiensi tinggi dan digunakan
sebagai pengganti lampu sorot dan PJU. Biasanya lampu ini memiliki daya listrik
yang kecil tapi bisa menghasilkan cahaya yang sama seperti lampu MHL (metal
halide) yang dayanya lebih besar. Sementara untuk usia pemakaiannya sendiri bisa
sampai 100.000 jam. Biasanya untuk lampu penerangan jalan umum digunakan jenis
lampu induksi LVD 80 watt yang memiliki efisiensi tinggi sama seperti pada lampu
merkuri 250 watt.

Dikarenakan lampu induksi tersebut tak memerlukan elektroda atau filamen untuk
menyala, sehingga usia pemakaiannya lebih lama dibandingkan lampu pijar, atau
lampu neon. Pengoperasian lampu jenis ini juga lebih efisien.

35
Gb.2.3 lampu LVD

c. Lampu SON-T
Lampu SON-T ini memiliki prinsip kerja yang sama seperti lampu SOX-E atau lampu
sodium yang bertekanan rendah. Sama seperti HPL-N, dimana lampu SON-T ini
membutuhkan ballast reactor yang bekerja dengan daya rendah. Pengoperasianya
menggunakan ignitor yang memicu tegangan dari yang awalnya 220 volt menjadi 0,5
kva. Adapun prinsipnya cahaya yang dihasilkan terdiri atas 2 tabung, diantaranya
tabung luar (bohlam) dan tabung gas.

Gb.2.4

d. Lampu Neon TL
Lampu fluorescent biasa disebut sebagai lampu TL. Lampu jenis ini banyak digunakan
karena memiliki daya pakai yang relatif kecil daripada lampu bohlam. Tak hanya itu,
lampu ini biasanya memiliki temperatur lebih dingin dengan penggunaan yang sama.
Jenis lampu TL sendiri sudah banyak digunakan di masyarakat luas untuk industri atau
perumahan. Walaupun lampu ini memiliki banyak keuntungan dalam hal penghematan
daya, namun tetap memiliki beberapa kerugian diantaranya ruang untuk satu setnya
lebih lebar, dan biaya pembelian satu set lampu TL lebih mahal.
36
Untuk mengatasi kelemahan lampu TL di atas, bisa memakai elektronik ballast dengan
ruang penggunaan lebih efisien, karenanya sama seperti ruang yang digunakan pada
lampu bohlam. Di samping itu, dengan memakai elektronik ballast bisa mengatasi
floker akibat frekuensi tegangan supply menurun.

Gb.2.5 lampu TL

4. Kelas Jalan
Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat
dari klasifikasi di Amerika Serikat [1] dan Canada.[2] Di atas arteri masih
ada Freeway dan Highway.

Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan[3][4] yang


berlaku adalah:

1) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani [angkutan]] utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna
2) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

B. ALAT PELINDUNG DIRI

37
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan :
a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang kuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja.
b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang ada
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,
bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena
itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi
bahaya potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun
dikendalikan.

a. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam
APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain:

1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

38
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh
mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau
keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya
mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat
pelindung kepala antara lain:

a) Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh,
benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap
pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat
gelas (fiberglass) maupun metal.

b) Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di


rambut dan kulit kepala petugas terhadap alatalat/ daerah steril dan percikan bahan-bahan
dari pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun. (PK3 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, 2006)

c) Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi
cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit
dan kain tahan air.

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia
korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar
matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll. Jenis alat pelindung mata antara lain:

39
a) Kaca mata biasa (spectacle goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elegtromagnetik.
b) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan larutan bahan
kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt
untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan
gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat
rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan
yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi
dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja
c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan
d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan
kulit
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup atau tidak, dll
b di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

1) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar
masuk kedalam saluran pernafasan.

2) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam,
asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:

a. Chemical Respirator
40
Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah.
Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan canister
digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap
logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk
menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau
partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol
dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda
tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik.
Jenis alat pelindung tangan antara lain:

1) Sarung tangan bersih

Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan
digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik
pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk
tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.

2) Sarung tangan steril


Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada
tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung
tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.

3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan :

a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan
dari api, panas dan dingin
b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik,
panas, luka dan lecet
41
c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk melindungi
tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.
d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan
dari kelembaban air, zat kimia.
e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC) untuk melindungi
tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.

5. Baju Pelindung (Body Potrection)


Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan
api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain:
1) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari
wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.
2) Celemek
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan
dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.
3) Apron
4) Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi
pengion.
6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-
benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus
listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:

1) Sepatu steril
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang
bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.
2) Sepatu kulit
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan
keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta kemungkinan tersandung,
tergelincir, terjepit, panas, dingin.
3) Sepatu boot
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan

42
keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis,
dan listrik.
7. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke
dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:

1) Sumbat telinga (Ear plug)


Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua telinga
dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat telinga (Ear plug) harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga
pemakainya. Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang
telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (Ear plug)
dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk Ear plug yang
terbuat dari kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai
(Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak dapat
digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20
dB.
2) Tutup telinga (Ear muff)
Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah
headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama,
efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan
mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada
permukaan kulit. Alat ini dapat mengurang intensitas suara sampai 30 dB dan juga
dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.

8. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh
dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan
konstruksi bangunan.

C. RANGKAIAN PEMASANGAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

43
Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah suatu sumber cahaya yang dipasang disamping
jalan, yang dinyalakan setiap malam. Penyalaannya dapat dilakukan secara otomatis
dengan Penerangan Jalan Umum (PJU) berbasis photovoltaik yang aktif apabila matahari
sudah berkurang cahayanya, sore, atau cuaca gelap. Dalam perkembangannya, penyalaan
PJU dapat dilakukan dengan menggunakan timer.
1. Pemilihan Jenis dan Kualitas Lampu Penerangan
Pemilihan dan jenis kualitas lampu penerangan didasarkan pada :
a. Nilai efisiensi
b. Umur rencana, serta
c. Kekontrasan permukaan jalan dan objek
2. Penempatan Lampu Penerangan
a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan :
a) Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan
b) Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan
c) Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan,
dibanding pada bagian jalan yang lurus, serta
d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki

b. Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan


Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan
adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara, sehingga efek kesilauan dan
ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi.

c. Perencanaan dan Penempatan Lampu Penerangan Jalan


Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu, tinggi
lampu, lebar jalan, dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang akan
digunakan. Jarak antara lampu penerangan secara umum dapat mengikuti batasa
(A Manual of
Road Lighting in Developing Countries). Terdapat dua tipe rumah lampu, yaitu
rumah lampu tipe A dan B. Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai penyebaran
sorotan cahaya/sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis gas sodium bertekanan rendah,
sedangkan tipe B mempunyai sorotan cahaya lebih ringan/kecil, terutama yang
langsung ke jalan, yaitu jenis lampu gas merkuri atau sodium bertekanan tinggi.

44
3. Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada
jalan-jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (. 4 lajur setiap arah) perlu
dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi.
Dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan
lampu penerangan jalan direncanakan sendiri-sendiri untuk setiap arah lalu lintas.

Gambar 2.6 Penempatan lampu PJU di kiri/kanan jalan di jalan dua arah

Gambar 2.7 Penempatan lampu PJU di kiri dan kanan jalan berselang seling di jalan
dua arah

45
Gambar 2.8 Penempatan lampu PJU di kiri kanan jalan berhadapan di jalan dua arah

Gambar 2.9 Penempatan lampu PJU di median jalan di jalur dua arah
4. Cara Pemasangan Instalasi Penerangan Jalan Umum
4.1. Cara pemasangan instalasi penerangan jalan umum (PJU) ada dua macam:
Pemasangan PJU dengan cara under ground (kabel bawah tanah)

pemasangan penghantar sistim under ground harus mengikuti ketentuan pemasangan


kabel tanah sesuai dengan PUIL 2000
NYY bisa ditanam dengan cara diberi pelindung (pipa, pasir + bata dan lain lain).
Tetapi sangat dihindari apabila di pasang di daerah yang rawan tekanan mekanis
(contoh penyeberangan jalan atau perempatan jalan)
NYFGBY bisa ditanam langsung ditanah, karena kabel jenis ini sudah dilengkapi
perisai baja yang bisa melindungi terhadap gangguan mekanis.

4.2. Pemasangan PJU dengan cara kabel udara


Pemasangan harus mengikuti ketentuan- ketentuan pemasangan kabel udara pada
PUIL 2000
TC ( Twistet cabel ) sebutan kabel udara yang sudah familier dilapangan. ( di PUIL
macam2 kabel udara NFY, NFAY, NF2X, NFA2X, dll )
Pada kabel TC untuk pengidetifikasian :
• Pada kabel TC ada garis / setrip satu digunakan untuk menandai fase = R
46
• Pada kabel TC ada garis / setrip dua digunakan untuk menandai fase = S
• Pada kabel TC ada garis / setrip tiga digunakan untuk menandai fase = T
• Pada kabel TC tidak ada garis / setrip digunakan untuk menandai Netral = N

Penyambungan kabel atau penghantar pada PJU


Sambungan Penghantar dengan sistem Under groun cabel (kabel tanah ) bisa dengan
cara disolder,diterminal , dipres atau cara lain yang sederajat dan dimasukan dalam
kotak sambung ( mof )
Sambungan penghantar dengan sistem kabel udara bisa dengan cara kotak box
terminal dan konektor.
2.5.4.4 Dua penghantar logam yang tidak sejenis (seperti tembaga dan aluminium
atau tembaga berlapis aluminium) tidak boleh disatukan dalam terminal atau
penyambung punter kecuali jika alat penyambung itu cocok untuk maksud dan
keadaan penggunaannya.
Penghantar aluminium tidak boleh dihubungkan dengan terminal dari kuningan atau
logam lain berkadar tembaga tinggi, kecuali bila terminal itu telah diberi lapisan yang
tepat atau telah diambil tindakan lain untuk mencegah korosi.
Sambungan kabel almunium dan tembaga bisa dilakukan dengan konektor, sekun,
terminal dari bahan bimetal
4.3. Perakitan PJU (Penerangan Jalan Umum)
Merangkai Lampu SON-T (70 W dan 150 W)
Komponen-komponen Lampu SON :

a. Lampu SON-T 150 W atau 70 W : 1 Buah


b. Trafo : 1 Buah
c. Ignitor : 1 Buah
d. Kabel NYM 2 x 2,5 mm : 1 Meter
e. Kabel NGA 2,5 : 1 Meter
f. Fitting : 1 buah
g. MCB :2A
h. Isolasi : 1 Buah
i. Baut dan Mur pada Stang : 2 Pasang
j. Stang lampu jalan : 1 Buah
k. Box MCB : 1 Buah
l. Begol : 1 Buah
m. Kap Lampu Jalan : 1 Buah

47
Langkah Kerja Pemasangan Lampu Jalan :
Kabel NYM 2 x 2,5 mm di potong sepanjang 1 meter, salah satu ujungnya di kupas,
untuk fasa digunakan warna biru sedangkan netral warna hitam, setelah itu kabel-
kabel fasa dihubungkan ke trafo, kemudian keluarlah fasanya dihubungkan ke ignitor
dengan menggunakan kabel NGA, pada ignitor kabel fasa di kopel untuk dihubungkan
ke fitting.
Untuk netral (N) nya langsung di hubungkan ke ignitor tanpa melalui trafo, pada
ignitor kabel netral di kopel untuk dihubungkan ke fitting. Setelah kabel fasa dan
netral sudah dihubungkan ke fitting hubungan salah satu kabel NGA keluaran dari
trafo ke ignitor.
Untuk Lebih jelasnya :
1. Masukkan kabel NYM 2 x 2,5 sepanjang 1 meter ke dalam lobang stang
tempat meletakkan kap lampu, lalu masukkan kap lampu ke ujung stang.
2. Buka penutup kap lampu tempat meletakkan trafo dan buka kaca kap lampu
tersebut, pasanglah fitting sesuai dengan ukuran lampu HPL yang akan di
gunakan.
3. Setelah selesai rangkailah trafo dengan menggunakan kabel sesuai dengan
gambar rangkaian yang ada.
4. Kemudian pasang baut trafo yang sudah ada di dalam kap lampu, kemudian
pasang lah bola lampu tipe HPL yang akan di gunakan,
5. Periksa kembali hasil pemasangan, lalu jika sudah benar tutuplah kap lampu
dengan baut yang telah ada dan pasang kaca kap lampu.
6. Periksakan rangkaian dengan menggunakan arus listrik jika telah menyala,
maka lampu siap di pasang di tiang listrik.
7. Letakkan begol, baut, dan mur di satang lampu tersebut tempat begol di atas
dan dibawah, dan jangan dipasang langsung agar pada saat di tiang tidak perlu
membukanya lagi
8. Apabila lampu jalan sudah di pasang dengan baik dan benar, maka gunakan
MCB 2A untuk menyalakan atau memadamkan lampu yang sudah tersambung
dengan kabel TR (Tegangan Rendah) dan MCBnya di pasang di tiang dengan
ketinggian 1,5 meter di atas tanah.

48
Gambar 2.10 Rangkaian pemasangan lampu SON 150 dan SON 70

PHB pada instalasi PJU

Pemasangan PHB untuk PJU harus mengikuti ketentuan Pemasangan PHB tutup
pasang diluar pada PUIL 2000.

Ketinggian PHB tidak boleh kurang 1.2 meter.

Inti pokok komponen PHB, Pada sisi penghantar masuk dari PHB yang berdiri sendiri
harus dipasang setidak-tidaknya satu saklar, sedangkan pada setiap penghantar keluar
setidak-tidak dipasang satu proteksi arus .

Pada komponen PHB seperti saklar utama dan MCB (Pengaman ),dll harus bertanda
SNI

Arde dan penghantar proteksi


Arde dan Penghantar proteksi mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu
instalasi, karena semua BKT seperti PHB, armatur, tiang, dll harus di groundingkan
untuk menghindari teganan sentuh terlalu tinggi.

Pada sistem TN-C-S semua BKT dihubungkan dengan Pembumian di PHB dengan
mengunakan penghantar proteksi ( PE ).

Pada sistem TT semua BKT dibumikan terpisah dengan Pembumian pada PHB
(dengan kata lain semua BKT dibumikan / digrounding sendiri )

49
50
LATIHAN

1. Jelaskan pengertian penerangan jalan umum.


2. Sebutkan fungsi lampu penerangan jalan umum di perkotaan !
3. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam merencanakan penempatan lampu
penerangan jalan umum ?
4. Bagaimana cara pemasangan PHB untuk PJU ? Jelaskan !
5. Bagaimana cara pemasangan PJU dengan cara under ground (kabel bawah tanah)?
Jelaskan

51
DAFTAR PUSTAKA

Sumardjati, Prih., dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sahisnu, T Radya dan Khibron, M. Zulfi. 2018. Instalasi Penerangan Listrik. ANDI,
Yogjakarta
Tim, Revisi PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Harten. P. Van, Setiawan. E. ir. Instalasi Listrik Arus Kuat I dan II. Binacipta,
Bandung
Yuliansyah. 2012. “Studi Instalasi Penerangan pada Gedung Tempat Tingga.
Karyawan PT. Rimba Raya Lestari”. Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Samarinda.

52

Anda mungkin juga menyukai