Anda di halaman 1dari 8

Teori Kombinatorik

A. Kombinatorik

Kombinatorial merupakan cabang matematika yang mempelajari pengaturan


objek-objek. Solusi yang ingin kita peroleh dengan perlakuan pengaturan objek-objek
dengan kombinatorial adalah jumlah cara pengaturan objek-objek tersebut di dalam
himpunannya.

Di dalam kombinatorial terdapat kaidah dasar menghitung (kaidah dasar


perhitungan), yang dipergunakan untuk menghitung semua kemungkinan pengaturan
objek-objek.

1. Kaidah Perkalian (rule of product)


Bila percobaan 1 mempunyai p hasil percobaan yang mungkin terjadi (atau
menghasilkan p kemungkinan jawaban), percobaan 2 mempunyai q hasil
percobaan yang mungkin terjadi (atau menghasilkan q kemungkinan jawaban),
maka bila percobaan 1 dan percobaan 2 dilakukan, maka terdapat p q hasil
percobaan (atau menghasilkan p x q kemungkinan jawaban).
Contoh :
Sebuah rumah makan menyediakan menu makanan pagi yang terdiri atas nasi,
telur, kerupuk, dan minum. Nasi terdiri dari nasi putih, nasi kuning dan nasi
goreng. Telur terdiri dari telur dadar, telur ceplok, telur asin dan telur rebus.
Kerupuk terdiri dari kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk melinjo. Minum
terdiri dari air putih, air kopi, air susu, air kopi susu dan teh.
Berapa banyak susunan menu makanan pagi yang bisa dihidangkan?
Jawab: Dalam hal ini, prosesnya berupa menu makan pagi.
• Tahap pertama berupa Nasi yang terdiri dari nasi putih, nasi kuning dan
nasi goreng, sehingga 𝑛1 = 3
• Tahap kedua berupa Telur yang terdiri dari telur dadar, telur ceplok, telur
asin dan telur rebus, sehingga 𝑛2= 4
• Tahap ketiga berupa Kerupuk terdiri dari kerupuk udang, kerupuk ikan,
kerupuk melinjo, sehingga 𝑛3 = 3
• Tahap keempat berupa air putih, air kopi, air susu, air kopi susu dan teh,
sehingga 𝑛4 = 5
• Jadi banyaknya susunan menu makan pagi yang bisa dihidangkan ada
(3×4×3×5) cara = 180 cara

2. Kaidah Penjumlahan (rule of sum) Bila percobaan 1 mempunyai p hasil


percobaan yang mungkin terjadi (atau menghasilkan p kemungkinan jawaban),
percobaan 2 mempunyai q hasil percobaan yang mungkin terjadi (atau
menghasilkan q kemungkinan jawaban), maka bila hanya satu percobaan saja
yang dilakukan (percobaan 1 atau percobaan 2 dilakukan), maka terdapat p + q
kemungkinan hasil percobaan (atau menghasilkan p + q kemungkinan jawaban)
yang mungkin terjadi.
Contoh :
Jabatan ketua himpunan dapat diampu oleh mahasiswa angkatan 2015 atau
angkatan 2016. Jika terdapat 45 orang mahasiswa angkatan 2015 dan 52 orang
mahasiswa angkatan 2016 yang mingikuti himpunan mahasiswa, berapa cara
memilih ketua himpunan?
Jawab: Jabatan yang ditawarkan hanya ada satu, yang dapat diampu oleh dua
angkatanyang ada. Dalam kombinatorial , dari kedua kejadian, hanya satu dari
dua kejadian yang dilakukan, sehingga menggunakan kaidah penjumlahan, jumlah
cara memilih ketua himpunan tersebut sama dengan jumlah mahasiswa pada
kedua angkatan, yaitu 45+52 = 97 cara.

B. Permutasi dan Kombinasi

Banyak masalah menghitung dapat diselesaikan dengan mencari banyaknya cara


untuk menyusun sejumlah elemen-elemen berbeda yang ditentukan dari suatu himpunan
dengan ukuran tertentu, dimana urutan cara penyusunan dari elemen-elemen tersebut
diperhatikan. Banyak juga masalah menghitung yang lain dapat diselesaikan dengan
mencari banyaknya cara memilih sejumlah elemen tertentu dari elemenelemen dari suatu
himpunan dengan ukuran tertentu, dimana urutan cara memilih elemen-elemen tersebut
tidak diperhatikan.

• Permutasi
Permutasi dari suatu himpunan objek adalah suatu urutan dari objek-objek pada
himpunan tersebut. Seringkali kita juga tertarik untuk menyusun beberapa objek dari
suatu himpunan. Susunan dari 𝑟 elemen dari suatu himpunan disebut suatu 𝑟 –
permutasi.
Teorema 1
Jika 𝑛 adalah bilangan bulat positif dan 𝑟 adalah bilangan bulat dengan 1 ≤ 𝑟 ≤ ,
maka terdapat
𝑃 (𝑛, 𝑟) = (𝑛 – 1)(𝑛 – 2) … (𝑛 − 𝑟 + 1)
𝑟 − permutasi dari suatu himpunan dengan 𝑛 anggota yang berbeda
Akibat dari teorema 1
n!
Jika 𝑛 dan 𝑟 adalah bilangan bulat dengan 0 ≤ 𝑟 ≤ 𝑛 maka (𝑛, 𝑟) = (𝑛−𝑟)!
• Kombinasi
Suatu 𝑟 − kombinasi dari suatu himpunan adalah pemilihan 𝑟 elemen dari
himpunan tersebut yang tidak diurutkan . Jadi sebenarnya 𝑟 − kombinasi bisa kita
lihat sebagai banyaknya himpunan bagian beranggotakan 𝑟 anggota Banyaknya 𝑟 −
kombinasi dari suatu himpunan yang beranggotakan 𝑛 anggota dinotasikan dengan 𝐶
𝑛, . Adakalanya 𝐶 (𝑛, 𝑟) juga dinotasikan dengan 𝑛 𝑟 dan disebut sebagai koefisien
binomial.

Teorema 2

Banyaknya 𝑟 − kombinasi dari himpunan dengan 𝑛 elemen , dimana 𝑛 bilangan bulat


non negatif dan 𝑟 adalah bilangan bulat yang memenuhi 1 ≤ 𝑟 ≤ 𝑛 , adalah
n!
𝐶 (𝑛, 𝑟) = r!(n−r)!

Akibat Teorema 2

Misal 𝑛 dan 𝑟 adalah bilangan non negatif dengan 𝑟 ≤ , maka berlaku

𝐶 (𝑛, 𝑟) = 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑟)

C. Permutasi dan Kombinasi yang Diperumum


• Permutasi dengan pengulangan
Banyak r-permutasi dari himpunan dengan 𝑛 elemen jika pengulangan
diperbolehkan diberikan pada Teorema 1 berikut:
Teorema 1
Banyaknya 𝑟 −permutasi dari suatu himpunan yang beranggotakan 𝑛 objek dengan
repetisi diperbolehkan adalah n 𝑟

• Kombinasi dengan pengulangan


Teorema 2
Terdapat 𝐶 (𝑛 + 𝑟 − 1, )= 𝐶 (𝑛 + 𝑟 − 1, 𝑛 − 1) banyaknya 𝑟 − permutasi dari
himpunan dengan 𝑛 elemen jika pengulangan diperbolehkan
• Permutasi dengan objek yang tidak dapat dibedakan
Teorema 3
Banyaknya permutasi dari himpunan dengan 𝑛 objek, dengan 𝑛1 tidak dapat
dibedakan jenis 1, 𝑛2 tidak dapat dibedakan jenis 2 , … , dan 𝑛𝑘 tidak dapat
dibedakan jenis 𝑘 adalah
n!
n1! n2! … nk!
• Mendistribusikan objek ke kotak-kotak
Banyak masalah menghitung dapat diselesaikan dengan mencacah banyaknya
cara objek-objek dapat diletakkkan ke dalam kotak-kotak ( dimana urutan dari objek-
objek ditempatkan pada kotak-kotak tidak diperhatikan ). Objek-objek tersebut dapat
dibedakan (berbeda satu sama lain) atau tidak dapat dibedakan ( ditinjau sama ).
Objekobjek yang dapat dibedakan seringkali disebut sebagai dilabeli, sedangkan yang
tidak dapat dibedakan disebut sebagai tidak dilabeli. Demikian juga dengan kotak-
kotaknya, ada yang dapat dibedakan ada yang tidak dapat dibedakan. Jika
menyelesaikan masalah menghitung menggunakan model distribusi objek ke kotak-
kotak, harus ditentukan apakah objeknya atau kotaknya dapat dibedakan atau tidak
dapat dibedakan.
Kita akan melihat bahwa terdapat rumus yang tertutup untuk menghitung
banyaknya cara mendistribusikan objek-objek, dapat dibedakan atau tidak dapat
dibedakan ke kotak-kotak yang dapat dibedakan. Tapi tidak ada rumus yang tertutup
untuk menghitung banyaknya cara mendistribusikan objek yang dapat dibedakan atau
tidak dapat dibedakan pada kotak yang tidak dapat dibedakan.
D. Prinsip Inkulusi-Ekslusi

Prinsip penjumlahan digunakan untuk mencari banyaknya unsur-unsur dari


himpunan yang lepas. Untuk mencari banyaknya unsur-unsur dari himpunan-himpunan
yang tidak lepas (disjoint, saling asing) digunakan prinsip inklusi – eksklusi, atau disebut
juga metode saringan (sieve method).

• Jika A dan B adalah himpunan-himpunan bagian terhingga dari himpunan semesta S


dan A  B ≠ , maka

A B

|A ∪ B| = |𝐴| + |𝐵| |A ∩ B|

• Jika A, B, dan C adalah himpunan-himpunan bagian terhingga dari himpunan semesta


S dan ketiganya tidak saling asing, maka:
A B

|A ∪ B ∪ C| = |𝐴| + |𝐵| + |𝐶| − |A ∩ B| − |A ∩ C| − |B ∩ C| + |A ∩ B ∩ C|


• Jika diketahui dua himpunan A, B, C, dan D, maka banyaknya anggota AUBUCUD
adalah

| AUBUCUD| = | A| + | B| + | C| + | D| - | A∩B| - | A∩C| - | A∩D| - | B∩C| -


| B∩D| - | C∩D| + | A∩B∩C | + | A∩B∩D| + | A∩C∩D| + | B∩C∩D| -
|A∩B∩C∩D|

Berikut ini akan disajikan prinsip inkluasi dan eksklusi secara umum

Alternatif dari Bentuk Inklusi-Eksklusi

Terdapat bentu alternatif dari prinsip inklusi-ekluasi yang berguna dalam masalah
menghitung. Khususnya, bentu ini dapat digunakan untu menyelesaiakn masalah
menghitung banyanya anggota himpunan yang tidak memiliki sifat P1, P2, ..., Pn

Misal Ai adalah himpunan bagian yang memuat objek-objek yang bersifat Pi.
Banyaknya anggota yang memiliki semua sifat Pi1, Pi2, ... Pin dapat dinyatakan dengan N(Pi1,
Pi2, ... Pin). Jika ditulis dalam istilah himpunan, diperoleh :

| Ai1 ∩ Ai2 ∩.....∩Aik | = N(Pi1, Pi2, ... Pin)

Jka banyaknya anggota yang tidak memiliki sifat P1, P2, ... Pn dinyatakan dengan N(P1’,
P2’, ... Pn’) dan banyanya anggota himpunan dalam himpunan itu N, maka

N(P1’, P2’, ... Pn’) = N - | A1 U A2 U ..... U An|

E. Relasi Berulang

Suatu relasi berulang dari barisan {𝑎𝑛 } adalah suatu persamaan yang menyatakan
𝑎𝑛 dalam suku-suku dari satu atau lebih suku sebelumnya dari barisan tersebut, sebutlah
𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛−1 , untuk semua bilangan bulat 𝑛0, dengan 𝑛0adalah bilangan bulat non
negatif. Suatu barisan dikatakan penyelesaian dari suatu relasi berulang jika suku-
sukunya memenuhi relasi berulang tersebut ( relasi berulang tersebut secara rekursif
mendefinisikan barisan ).

Syarat awal barisan yang didefinisikan secara rekursif menentukan suku-suku


yang mendahului suku pertama di mana relasi berulang mulai berlaku. Misalnya pada
contoh pertama syarat awalnya adalah 𝑎0= 2 dan pada contoh kedua syarat awalnya 𝑎0=
3 dan 𝑎1= 5

Pemodelan Relasi Berulang

o Menara Hanoi
Teka-teki Menara Hanoi adalah masalah teka-teki yang ditemukan pada akhir abad 19
oleh matematikawan Prancis Edourad Lucas. Yang dimaksud Menara Hanoi sendiri
adalah alat bermain yang terdiri dari 3 tiang yang dipasang pada sebilah papan dan
sejumlah cakram dalam berbagai ukuran Aturan teka-teki Menara Hanoi, membolehkan
cakram dipindahkan dari satu tiang ke tiang yang lain selama cakram tidak pernah
diletakkan di atas cakram yang lebih kecil. Target dari permainan ini adalah semua
cakram berada di tiang kedua dalam urutan cakram yang paling besar ada pada bagian
paling bawah. Misal 𝐻𝑛 menyatakan banyaknya perpindahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah Menara Hanoi dengan 𝑛 cakram. Susun relasi berulang untuk
barisan 𝐻𝑛
Metode Iterasi

Banyak metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan relasi berulang. Pada
perkuliahan ini, hanya akan membahas dua cara yakni metode iterasi dan metode akar
persamaan karakteristik .

F. Menyelesaikan Relasi Berulang


Relasi berulang sering muncul dalam model matematika untuk menyelesaikan masalah.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk mencari penyelesaian dari relasi berulang. Salah
satunya adalah dengan menggunakan metode iterasi seperti yang sudah dibahas pada
pertemuan sebelumnya. Berikut ini kita akan meninjau suatu metode lain untuk mencari
penyelesaian relasi berulang , khususnya untuk relasi berulang yang dinyatakan sebagai
kombinasi linier dari suku-suku sebelumnya. Pertama kita lihat dulu untuk kasus relasi berulang
linier yang homogen.
Suatu relasi berulang linier homogen dengan derajat 𝑘 dengan koefisien konstan adalah
relasi berulang dalam 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘 dimana 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑘 adalah
bilangan riil dan 𝑐𝑘 ≠ 0

Mencari penyelesaian Relasi Linier Homogen dengan koefisien konstan

Pendekatan yang paling mendasar dalam menyelesaikan relasi berulang linier homogen
adalah mencari penyelesaian dalam bentuk 𝑎𝑛 = 𝑟 𝑛 , dengan 𝑟 konstan. Barisan 𝑎𝑛 dengan 𝑎𝑛 =𝑟 𝑛
, adalah penyelesaian dari relasi berulang 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘 jika dan hanya
jika 𝑟 adalah penyelesaian dari persamaan Persamaan tersebut disebut persamaan karakteristik
dari relasi berulang. Penyelesaian dari persamaan karakteristik di sebut akar karakteristik dari
relasi berulang. Akar karakteristik ini dapat digunakan untuk memberikan rumus eksplisit untuk
relasi berulang linier homogen.

TEOREMA 1

Misal 𝑐1 dan 𝑐2 bilangan riil. Misal 𝑟 2 − 𝑐1 𝑟− 𝑐2 = 0 memiliki dua akar yang berbeda 𝑟1 dan
𝑟2 , maka barisan 𝑎𝑛 adalah penyelesaian dari relasi berulang 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 jika dan
hanya jika 𝑎𝑛 = 𝑎1 𝑟1 𝑛 + 𝑎2 𝑟2 𝑛 untuk 𝑛 = 0,1,2, … untuk suatu 𝑎1 dan 𝑎2 konstanta

TEOREMA 2

Misal 𝑐1 dan 𝑐2 bilangan riil. Misal Misal 𝑟 2 − 𝑐1 𝑟− 𝑐2 = 0 hanya memiliki satu akar yang
berbeda 𝑟0 , maka baraisan 𝑎𝑛 adalah penyelesaian dari relasi berulang 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2
jika dan hanya jika 𝑎𝑛 = 𝑎1 𝑟 𝑛 + 𝑎2 𝑛𝑟 𝑛 , untuk 𝑛 = 0,1,2, … dengan 𝑎1 dan 𝑎2 konstanta

Mencari penyelesaian Relasi Linier Homogen dengan koefisien konstan


Suatu relasi berulang linier nonhomogen dengan koefisien konstan adalah relasi
berulang dalam bentuk

Definisi

𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘 + 𝐹(𝑛)

dimana 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑘 adalah bilangan riil dan 𝐹(𝑛) adalah fungsi tak nol dan hanya
bergantung pada 𝑛 Relasi berulang 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘 disebut relasi
berulang homogen yang bersesuaian.

Setiap penyelesaian relasi berulang linier non homogen adalah jumlah dari penyelesaian
khusus dan penyelesaian dari persamaan linier homogen yang bersesuaian , seperti yang
ditunjukkan teorema berikut:

Teorema 5

Jika {𝑎𝑛 𝑝 }adalah penyelesaian khusus relasi berulang linier non homogen dengan
koefisien konstan

𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘

maka setiap penyelesaian dalam bentuk {𝑎𝑛 (𝑝) + 𝑎𝑛 (ℎ) } dengan 𝑎𝑛 (ℎ) adalah
penyelesaian dari relasi berulang linier homogen adalah penyelesaian dari relasi berulang linier
homogen

𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘

Teorema 6

Misal 𝑎𝑛 memenuhi relasi berulang linier non homogen


𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘

Dengan 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑘 adalah bilangan riil𝑠

(𝑛) = (𝑏𝑡 𝑛𝑡 + 𝑏𝑡−1 𝑛𝑡−1 + ⋯ + 𝑏1 𝑛 + 𝑏0 ) 𝑠 𝑛 dimana 𝑏0 , 𝑏1 , … , 𝑏𝑡 dan 𝑠 adalah bilangan


riil. Jika 𝑠 bukan akar dari persamaan karakteristik dari relasi berulang linier homogen, terdapat
penyelesaian khusus dalam bentuk

(𝑝𝑡 𝑛𝑡 + 𝑝𝑡−1 𝑛𝑡−1 + ⋯ + 𝑝1 𝑛 + 𝑝0)𝑠 𝑛

Jika 𝑠 adalah akar dari persamaan karakteristik dan muncul sebanyak , terdapat
penyelesaian khusus dalam bentuk

𝑛𝑚 (𝑝𝑡 𝑛𝑡 + 𝑝𝑡−1 𝑛𝑡−1 + ⋯ + 𝑝1 𝑛 + 𝑝0 )𝑠 𝑛

Anda mungkin juga menyukai