Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

KUALITAS BRIKET ARANG DARI ARANG BATANG


SINGKONG (Manihot esculenta) DAN ARANG KAYU
KEBAKARAN HUTAN SEKUNDER BERDASARKAN
PERBEDAAN KADAR PEREKAT TAPIOKA

Oleh :

ROSDIANA
NIM.1604015007

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
KUALITAS BRIKET ARANG DARI ARANG BATANG
SINGKONG (Manihot esculenta) DAN ARANG KAYU
KEBAKARAN HUTAN SEKUNDER BERDASARKAN
PERBEDAAN KADAR PEREKAT TAPIOKA
Oleh :

ROSDIANA
NIM.1604015007

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Universitas


Mulawarman

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kualitas Briket Arang dari Arang Batang Singkong

(Manihot esculenta) dan Arang Kayu Kebakaran

Hutan Sekunder Berdasarkan Perbedaan Kadar

Perekat Tapioka

Nama : Rosdiana

NIM : 1604015007

Jurusan : Kehutanan
Program Studi : Kehutanan

Menyetujui

ii
Pembimbing I Pembimbing II

Ir.Agung Priyo Hutomo, M.S Rindayatno, S.Hut., M.P


NIP : 19561209 198103 1004 NIP : 19740902 200012 2001

Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman

Prof. Dr. Rudianto Amirta, S.hut., M.P.


NIP.197210251997 1 001
Tanggal Lulus Ujian : 20 Juni 2022

PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Rosdiana
NIM : 1604015007
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri
dengan arahan Pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai skripsi atau karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua data dan pernyataan
ilmiah dalam tulisan ini adalah buah pikir dan karya saya sendiri, bukan dari sumber
lain, sehingga kebenarannya menjadi tanggung jawab saya pribadi, kecuali data
dan/atau pernyataan ilmiah yang sumber rujukan/pustakanya saya cantumkan. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini secara akademis tidak benar atau
skripsi ini hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar
ilmiah yang saya peroleh dari karya ilmiah ini sesuai peraturan Fakultas Kehutanan
Unmul dan/atau Universitas Mulawarman.

iii
Dibuat di Samarinda
Pada tanggal

Yang menyatakan

Matrai

(Rosdiana)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rosdiana
NIM : 1604015007
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberi izin
kepada pihak Fakultas Kehutanan dan UPT. Perpustakaan Universitas Mulawarman
Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ( Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi
saya yang berjudul “Kualitas Briket Arang dari Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dan Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder Berdasarkan
Perbedaan Kadar Perekat Tapioka” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Fakultas Kehutanan dan UPT.
Perpustakaan Universitas Mulawarman berhak menyimpan, mengalih media atau
memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Samarinda
Pada tanggal

Yang menyatakan

Matrai

iv
Rosdiana

ABSTRAK

ROSDIANA. Kualitas Briket Arang dari Arang Batang Singkong (Manihot


esculenta) dan Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder Berdasarkan Perbedaan Kadar
Perekat Tapioka. Di bawah bimbingan Agung Priyo Hutomo dan Rindayatno.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan


permintaan energi semakin meningkat pula. Briket arang adalah produk bahan bakar
ramah lingkungan yang dapat diperbaharui. Briket arang juga merupakan salah satu
jenis energi alternatif yang dapat memanfaatkan limbah biomassa sebagai bahan baku.
Pemanfaatan limbah dari batang singkong belum optimal karena hanya 10% tinggi
batang singkong yang dapat dimanfaatkan untuk ditanam kembali dan 90% sisanya
merupakan limbah. Batang singkong bisa digunakan menjadi briket arang.
Pemanfaatan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dimanfaatkan dengan nilai
ekonominya menjadi briket arang, arang aktif, dan masih banyak lainnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komposisi perekat
terhadap kualitas briket arang dari arang batang singkong (Manihot esculenta) dan
arang kayu kebakaran hutan sekunder. Proses pembuatan briket arang dapat dilakukan
dengan arang digiling/dihancurkan menjadi serbuk, disaring untuk memperoleh
ukuran kehalusan, dicampur perekat (kanji), dimasukkan dalam cetakan, dikempa
dengan sistem hidrolik, dan briket yang diperoleh dikeringkan. Pengelolaan data
dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan
kombinasi komposisi serbuk arang 50% serbuk arang batang singkong dan 50%
serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder dengan komposisi bahan perekat 2%,
4%, 6%, 8% dan 10% dengan masing-masing 5 kali ulangan. Perlakuan jumlah
perekat terbaik briket arang terdapat pada perlakuan E (10% perekat). Hasil rataan E
(10% perekat) yaitu kerapatan 0,54 g/cm3, kadar air 4,97%, keteguhan tekan 28,43
kg/cm2, kadar zat mudah menguap 36,02%, kadar abu 6,36%, kadar karbon terikat
56,45% dan nilai kalor 6.195 kal/g. Hasil pengujian briket arang sebagian besar
memenuhi standar menurut SNI (No. 01-6235-2000) dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan (P3HH).

Kata Kunci : Briket arang, Arang Batang singkong dan Arang kebakaran hutan

v
ABSTRACT

ROSDIANA. Quality of charcoal briquettes from cassava trunk charcoal (Manihot


esculenta) and wood charcoal for secondary forest fired based on differences in
tapioca adhesive content. Under the guidance of Agung Priyo Hutomo and
Rindayatno.

The increasing population growth causes the demand for energy to increase as
well. Charcoal briquettes are an environmentally friendly renewable fuel product.
Charcoal briquettes are also one type of alternative energy that can utilize biomass
waste as raw material. Utilization of waste from cassava stems is not optimal because
only 10% of cassava stem height can be used for replanting and the remaining 90% is
waste. Cassava stems can be used as charcoal briquettes. Utilization of wood charcoal
from secondary forest fires can be utilized with economic value into charcoal
briquettes, activated charcoal, and many others. This study aims to determine and
analyze the effect of adhesive composition on the quality of charcoal briquettes from
cassava stem charcoal (Manihot esculenta) and wood charcoal from secondary forest
fires. The process of making charcoal briquettes can be done with charcoal being
ground/crushed into powder, filtered to obtain a fineness measure, mixed with
adhesive (starch), put in a mold, compressed with a hydraulic system, and the
briquettes obtained are dried. Data management in this study used a completely
randomized design with 5 combination treatments of charcoal powder composition of
50% cassava stem charcoal and 50% wood charcoal powder secondary forest fires
with adhesive composition of 2%, 4%, 6%, 8% and 10% with each 5 replicates. The
treatment of the best amount of adhesive for charcoal briquettes was found in
treatment E (10% adhesive). The results of the average E (10% adhesive) are density
0.54 g/cm3, moisture content 4.97%, compressive strength 28.43 kg/cm2, volatile
matter content 36.02%, ash content 6.36%, content bonded carbon is 56.45% and
calorific value is 6,195 cal/g. The test results for charcoal briquettes mostly meet the
standards according to SNI (No. 01-6235-2000) and the Center for Research and
Development of Forest Products (P3HH).

Keywords: Charcoal briquettes, cassava stems charcoal and charcoal from forest
fired

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

vi
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tahap pendidikan

sarjana di Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman dengan judul skripsi

“Komposisi Perekat Terhadap Kualitas Briket Arang dari Arang Batang

Singkong (Manihot esculenta) dan Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

selama proses penelitian hingga selesainya skripsi ini kepada :

1. Bapak Ir.Agung Priyo Hutomo, M.S Selaku Pembimbing I dan Bapak

Rindayatno, S.Hut., M.P selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Agus Nur Fahmi, M.P selaku dosen penguji I dan Ibu Kusno Yuli Widiati,

M.P. selaku dosen penguji II.

3. Bapak Prof. Dr. Rudianto Amirta, S.Hut., M.P. selaku Dekan Fakultas

Kehutanan Universitas Mulawarman.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H Bandi Supraptono, M.Agr selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan, dan dukungan kepada penulis mulai dari awal masuk

perkuliahan. Yang saat ini yang telah diambil alih oleh bapak Ir.Agung Priyo

Hutomo,M.S.

5. Bapak Dr. H Yuliansyah S.Hut., M.P. selaku Ketua Program Studi Kehutanan

6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis

serta seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Kehutanan yang telah banyak

membantu dan mempermudah segala keperluan administrasi penulis.

vii
7. Ibu Dr. Isna Yuniar Wardhani , Bapak Hendra dan Bapak Syamsul selaku dosen

dan laboran di Laboratorium Industri Hasil Hutan dan Laboratorium Fisika dan

Mekanika Kayu yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan arahan

mulai dari persiapan penelitian hingga akhir penelitian.

8. Bapak Hendra Winata, S.P. Pranata Laboratorium Pendidikan di Laboratorium

Industri dan Pengujian Hasil Hutan, dan Bapak Samsul Bahri Pranata

Laboratorium Pendidikan di Laboratorium Sosial Ekonomi Politik

9. Ibu Farida Aryani S.Hut, M.P. selaku Analisis Laboratorium Sifat Kayu dan

Analisis Produk Politani.

10. Bapak, Ibu dan Saudara tercinta yang telah banyak berkorban tanpa pamrih,

selalu memahami dan membimbing penulis, terima kasih atas doa, nasehat dan

segala kasih sayangnya.

11. Sahabatku Murni yang sama-sama berjuang untuk masa depan kita, terima kasih

atas kerja samanya dan bantuannya.

12. Teman seperjuangan (Maria Magdalena Ogeq, Apriyanti, Nuraeni) dan semua

teman-teman di Laboratorium Industri dan Pengujian Hasil Hutan terima kasih

atas saat-saat yang tak terlupakan.

13. Irwana, S.M, Nurul Hikma S.Pd, Rahma, Halija dan Kamila Sari yang telah

memberikan semangat, nasehat dan doa atas terselesainya skripsi ini.

14. Diri sendiri karena tidak pernah memutuskan untuk menyerah sesulit apapun

prosesnya penyusunan skripsi ini.

15. Serta teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas

bantuannya.

viii
Semoga segala kebaikan dan ketulusan hati mendapat limpah rahmat dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat

bagi mereka yang memerlukannya.

Samarinda, 14 April 2022

ROSDIANA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vi
ABSTRACT...............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL....................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xvi
I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.4 Hasil Yang Diharapkan....................................................................................4
1.5 Hipotesis...........................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1 Arang................................................................................................................5

ix
2.2 Briket Arang.....................................................................................................6
2.3 Risalah Bahan Baku........................................................................................10
III. METODE PENELITIAN...................................................................................16
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian........................................................................16
3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian......................................................................16
3.3 Prosedur Penelitian.........................................................................................17
3.4 Analisis Data...................................................................................................27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................29
4.1 Kerapatan Briket Arang..................................................................................30
4.2 Kadar Air......................................................................................................34
4.3 Keteguhan Tekan............................................................................................38
4.4 Kadar Zat Mudah Menguap............................................................................42
4.5 Kadar Abu.......................................................................................................45
4.6 Kadar Karbon Terikat.....................................................................................49
4.7 Nilai Kalor......................................................................................................51
V. PENUTUP.............................................................................................................57
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................57
5.2 Saran...............................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................59
LAMPIRAN...............................................................................................................63
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................104

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

2. 1 Sifat atau Kualitas Briket Arang Import Berdasarkan SNI serta Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan .......................... 9

2. 2 Karakteristik Kimia Limbah Batang Singkong................................ 11

3. 1 Komposisi Campuran Berat Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot


esculenta),Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder dan
Bahan Perekat ................................................................................. 21

3. 2 Analisis Sidik Ragam ..................................................................... 28


x
4. 1 Nilai Pengujian Kerapatan dan Kadar Air Bahan Baku ................. 29

4. 2 Nilai Kerapatan Briket Arang pada Campuran Serbuk Arang Batang


Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang
Kayu Kebakaran Hutan Sekunder (g/cm3) ..................................... 30

4. 3 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Kerapatan Briket Arang ................................................. 31

4. 4 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kerapatan


Briket Arang ................................................................................... 32

4. 5 Nilai Kadar Air Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang


Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder .................................................. 34

4. 6 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Kadar Air Briket Arang.................................................. 35

4. 7 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kadar Air


Briket Arang ................................................................................... 36

4. 8 Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang dari Campuran Serbuk


Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk
Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ....................................... 38

4. 9 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Keteguhan Tekan Briket Arang .................................... 39

4. 10 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Keteguhan


Tekan Briket Arang ........................................................................ 40

4. 11 Nilai Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang dari Campuran Serbuk
Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder.......................... 42

4. 12 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kadar


Zat Mudah Menguap Briket Arang ..................... 44

4. 13 Nilai Kadar Abu Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang


Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder .................................................. 46

4. 14 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Kadar Zat Abu Briket Arang .......................................... 47

4. 15 Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang dari Campuran Serbuk


Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk

xi
Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ....................................... 49

4. 16 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Kadar Karbon Terikat Briket Arang .............................. 50

4. 17 Nilai Kalor Briket Arang dari Campuran Arang Serbuk Batang


Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ........................................................... 51

4. 18 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat


Terhadap Kalor Briket Arang......................................................... 53

4. 19 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kalor Briket


Arang .............................................................................................. 53

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

2. 1 Batang Singkong ............................................................................... 12

2. 2 Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder .......................................... 14

2. 3 Perekat Tepung Tapioka ................................................................... 15

3. 1 Bagan alur proses pembuatan arang batang singkong dan arang


kayu kebakaran hutan sekunder ........................................................ 17

3. 2 Tungku Pengarangan ......................................................................... 19

3. 3 Bentuk Cetakan Briket Arang ........................................................... 21

4. 1 Nilai Rataan Kerapatan Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ............................................................................................ 31

4. 2 Nilai Rataan Kadar Air dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder . 35

4. 3 Nilai Rataan Keteguhan Tekan dari Campuran Serbuk Arang Batang


Singkong dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ............................................................................................ 39

xii
4. 4 Nilai Rataan Kadar Zat Mudah Menguap dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ................................................................................. 43

4. 5 Nilai Rataan Kadar Abu dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder . 47

4. 6 Nilai Rataan Kadar Karbon Terikat dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ............................................................................................ 50

4. 7 Nilai Rataan Kalor dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ................. 52

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Tubuh Utama Halaman

7. 1 Perhitungan Komposisi Serbuk Arang, Perekat dan Air dalam Pembuatan Briket
Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dan Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ................... 64

7. 2 Kerapatan dan Kadar Air Bahan Baku .............................................. 72

7. 3 Nilai Kerapatan Briket Arang pada Campuran Serbuk Arang


Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder (g/cm3) ................................................. 72

7. 4 Perhitungan Kerapatan Briket Arang Campuran Serbuk Arang


Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder (g/cm3) ................................................. 73

7. 5 Nilai Kadar Air Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder .............................................................. 74

7. 6 Perhitungan Kadar Air Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang


Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder .............................................................. 75

xiii
7. 7 Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang
Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder .............................................................. 76

7. 8 Perhitungan Keteguhan Tekan Briket Arang Campuran Serbuk


Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder ..................................................... 77

7. 9 Nilai Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang
Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder.............................. 78

7. 10 Perhitungan Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang Campuran


Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk
Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder .......................................... 79

xvii

7. 11 Nilai Kadar Abu dan Kadar Terikat Karbon Briket Arang dari Campuran
Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk
Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ................. 81

7. 12 Perhitungan Kadar Abu dan Kadar Karbon Terikat Briket Arang Campuran
Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang
Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ....................... 82

7. 13 Nilai Kalor Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong


(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder ............................................................................................ 92

7. 14 Nilai Pengujian Kalor Briket Arang Campuran Serbuk Arang


Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder .............................................................. 92

7. 15 Proses Persiapan Bahan Baku Batang Singkong .............................. 93

7. 16 Sampel Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder ............................. 94

7. 17 Proses Penjemuran Bahan Baku Batang Singkong dan Arang Kayu


Kebakaran Hutan Sekunder .............................................................. 94

7. 18 Proses Pengarangan Batang Singkong .............................................. 95

7. 19 Proses Penghancuran Sampel Batang Singkong dan Arang Kayu

xiv
Kebakaran Hutan Sekunder .............................................................. 96

7. 20 Proses Pengayakan Serbuk Arang ..................................................... 97

7. 21 Proses Pembuatan Briket Arang........................................................ 97

7. 22 Proses Pencetakan Briket Arang ....................................................... 98

7. 23 Proses Pengempaan Briket Arang ..................................................... 99

7. 24 Briket Arang ......................................................................................... 99

7. 25 Proses Pengujian Kerapatan Briket Arang ........................................ 100

7. 26 Proses Pengujian Kadar Air Briket Arang ........................................ 100

7. 27 Proses Pengujian Keteguhan Tekan Briket Arang ............................ 101

7. 28 Proses Pengujian Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang ............ 101

xviii

7. 29 Proses Pengujian Kadar Abu Briket Arang ....................................... 103

xv
xvi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan

permintaan energi semakin meningkat pula. Sektor energi memiliki peran penting

dalam rangka mendukung kelangsungan proses pembangunan nasional (Lubis dan

Sugiyono, 1996).

Di Indonesia kebutuhan dan konsumsi energi terfokus kepada penggunaan

bahan bakar minyak yang cadangannya kian menipis sedangkan pada sisi lain terdapat

sejumlah energi biomassa yang kualitasnya cukup melimpah namun belum

dioptimalkan penggunaannya.

Biomassa secara umum lebih dikenal sebagai bahan kering mineral organik

atau bahan yang tersisa setelah suatu tanaman atau mineral organik dihilangkan kadar

airnya. Biomassa sangat mudah ditemukan dari aktivitas pertanian, peternakan,

kehutanan, perkebunan, perikanan dan limbah-limbah lainnya. Limbah biomassa dan

sampah biasa menjadi salah satu pilihan sumber energi alternatif. Contoh nyata

pemanfaatan energi biomassa yang berasal dari produk limbah aktivitas kehutanan dan

perkebunan yang telah banyak dilaksanakan yaitu kayu bakar dan arang (Patabang,

2012).

Briket arang menjadi salah satu alternatif bahan bakar yang murah dan aman

dengan harga terjangkau dan dalam pembuatannya briket dapat menggunakan

bahanbahan limbah, baik limbah pertanian maupun limbah kayu yang dapat dari
2

kegiatan pemungutan hasil hutan, dapat pula menggunakan bahan baku dari limbah

batang singkong dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dipandang sebagai

bahan baku alternatif yang relatif mudah dicari dan murah untuk dimanfaatkan

sebagai salah satu sumber bahan baku (Kejura, 2005).

Briket arang adalah produk bahan bakar ramah lingkungan yang dapat

diperbaharui. Briket arang juga merupakan salah satu jenis energi alternatif yang dapat

memanfaatkan limbah biomassa sebagai bahan baku (Gultom, dkk., 2017).

Pembuatan briket arang biasanya ditambahkan perekat untuk membantu

tekstur yang padat ataupun menggabungkan antara dua bahan yang akan direkat.

Berdasarkan bahan perekat yang digunakan, briket dapat dibedakan atas briket arang

yang tidak/kurang berasap dan banyak berasap. Pemakaian ter, pitch dan molase

sebagai bahan perekat menghasilkan briket arang yang tinggi kekuatannya tetapi

memberikan banyak asap jika dibakar. Bahan perekat tersebut kurang cocok untuk

pembuatan briket arang yang digunakan sebagai bahan bakar dalam rumah tangga.

Bahan perekat dari pati, dekstrin dan tepung beras menghasilkan briket arang yang

tidak berasap dan tahan lama, kalorinya tidak setinggi arang kayu. Selain itu, bahan

perekat tapioka yang mengandung pati mempunyai beberapa kelebihan, yaitu

mempunyai daya rekat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung-tepung yang

lain, murah, mudah didapat dan tidak beracun (Hartoyo, dkk., 1978).

Limbah pengolahan kayu dapat digunakan untuk beberapa keperluan dan dapat

dibedakan menjadi kulit kayu, potongan kayu, serpihan dan serbuk hasil

3
gergajian. Sebagai contoh penggunaan limbah batang singkong untuk bahan bakar dan

kayu bekas kebakaran hutan sekunder dapat dibuat menjadi arang (Malik, 2012).

Singkong (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi

dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini tumbuh sepanjang tahun di

daerah tropis dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi berbagai tanah

(Soehardi, 2004). Pemanfaatan limbah dari batang singkong belum optimal

karena hanya 10% tinggi batang singkong yang dapat dimanfaatkan untuk

ditanam kembali dan 90% sisanya merupakan limbah. Batang singkong bisa

digunakan menjadi briket arang (Santy, dkk., 2019).

Kayu bakar sebagai sumber energi terbarukan memiliki peran yang penting

bagi masyarakat pedesaan di Indonesia dalam menunjang kesinambungan pemenuhan

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kayu bakar digunakan untuk memasak makanan, air

dan pemanasan (pendinginan). Kayu bakar bagi masyarakat pedesaan belum akan

tergantikan secara total oleh jenis energi seperti minyak tanah dan gas karena

kemampuan daya belinya yang rendah dan sulitnya memperoleh pekerjaan alternatif

di luar usahatani (Dwiprabowo, 2010).

Pemanfaatan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dimanfaatkan

dengan nilai ekonominya menjadi briket arang, arang aktif, dan masih banyak lainnya.

Arang kayu dapat dihaluskan kemudian dikempa menjadi briket arang dalam berbagai

bentuk. Briket arang lebih mudah dalam penggunaannya dari pada kayu bakar.

Beberapa hal yang mendasari penelitian ini yaitu banyak limbah batang

singkong dan arang hutan sekunder yang jarang digunakan oleh masyarakat, karena
4

masyarakat hanya membuang tanpa harus dilakukan pengolahan. Hal ini dikarenakan

masyarakat belum banyak mengetahui bahwa limbah tersebut dapat dimanfaatkan

contohnya menjadi briket arang yang biasa digunakan untuk menjadi bahan bakar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahannya apakah komposisi

perekat arang batang singkong dengan arang kayu kebakaran hutan sekunder

mempengaruhi kualitas briket arang dan bagaimana pengaruh komposisi campuran

perekat terhadap kualitas briket arang.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komposisi perekat terhadap

kualitas briket arang dari arang batang singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu

kebakaran hutan sekunder.

1.4 Hasil Yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui komposisi perekat yang optimal

untuk mendapatkan kualitas briket arang yang terbaik.

1.5 Hipotesis

Semakin banyak perekat yang digunakan diduga dapat memberikan kualitas

yang baik untuk pembuatan briket arang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arang

2.1.1 Pengertian Arang

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan dari pembakaran pada

suhu tinggi dengan proses karbonisasi, yaitu proses pembakaran tidak sempurna,

sehingga bahan hanya terkarbonisasi dan masih tertutup dengan hidrogen, ter dan

senyawa organik lainnya (Siahaan, dkk., 2013).

Arang bermanfaat sebagai sumber energi terutama jika dikembangkan menjadi

briket dengan teknologi pengepresan. Penggunaan briket sebagai bahan bakar sangat

menguntungkan, terutama pada saat ini sedang terjadi krisis bahan bakar. Arang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi bakar. Arang juga dapat dimanfaatkan sebagai

pembangun kesuburan tanah. Di samping itu, arang juga dapat ditingkatkan mutunya

dengan cara aktivitas menjadi arang aktif (Mutsuzawa, dkk., 2007).

2.1.2 Proses Pengarangan

Karbonisasi/pengarangan merupakan proses pirolisis yang ekstrim dimana

terjadi pembakaran tidak sempurna yang dilakukan dengan oksigen yang terbatas dan

hanya meninggalkan karbon sebagai residu (Thoha dan Fajrin, 2010).

Menurut (Siahaan, dkk., 2013) proses pengarangan atau karbonisasi terbagi

menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap penguapan air terjadi pada suhu 100-105oC.

2. Tahap penguraian hemiselulosa dan selulosa pada suhu 200-240oC menjadi

larutan pirogalol.

3. Tahap proses depolimerisasi dan pemutusan ikatan C-O dan C-C pada suhu 240-
6

400oC. Selain itu lignin mulai terurai menghasilkan ter.

4. Tahap pembentukan lapisan aromatik terjadi pada suhu lebih dari 400oC dan

lignin masih terus terurai sampai suhu 500oC, sedangkan pada suhu lebih dari

600oC terjadi proses pembesaran luas permukaan arang. Selanjutnya arang dapat

dimurnikan atau dijadikan arang aktif pada suhu 500-1000oC.

2.2 Briket Arang

2.2.1 Pengertian Briket Arang

Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket

(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang biasa digunakan untuk keperluan

sehari-hari. Pembuatan briket arang dapat dilakukan dengan cara bahan baku

diarangkan, kemudian dihaluskan, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik,

selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002 dalam Darvina dan Asma, 2011).

Hartoyo (1983) mengemukakan bahwa briket arang adalah kayu yang diubah

bentuk, ukuran dan kerapatan menjadi produk yang lebih efisien dalam

penggunaannya sebagai bahan bakar. Bahan baku untuk pembuatan briket arang dapat

menggunakan limbah kayu dengan berbagai jenis, ukuran dan bentuk. Macam limbah

berdasarkan bentuknya berupa serbuk gergaji, sebetan core, serutan dan lain-

lain.
7

2.2.2 Kegunaan Briket Arang

Kegunaan briket arang yang banyak digunakan oleh masyarakat antara lain

untuk membakar daging (di hotel, restoran, atau konsumsi kelompok masyarakat

tertentu). Di Negara yang memiliki 4 musim, briket arang biasa digunakan sebagai

pemanas ruangan. Industri skala kecil dan menengah yaitu sebagai sumber energi

misalnya pada pembuatan plat baja, keramik, kaca dan pengrajin pandai besi

(Balitbang, 1994 dalam Jannah 2018).

Nadapda, dkk., (1993) dalam Julian (1998), menjelaskan bahwa penggunaan

briket arang dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu:

1. Industri

a. Ketel uap (steam boiler)

b. Tungku pengering (brick kiln)

c. Penyulingan (distilling)

d. Pengasapan tembakau (tobacco curing)

e. Pengolahan bahan bakar (oil mill)

2. Rumah tangga

a. Energi memasak (cooking fuel)

b. Ketel uap (water boiler)

c. Pemanas ruangan (fire place)

2.2.3 Sifat-Sifat Briket Arang

Sifat-sifat briket arang meliputi nilai kadar air, zat terbang, karbon terikat, kadar

abu, nilai kalor, kerapatan dan keteguhan tekan. Jenis kayu, perekat dan tekanan
8

pengempaan sangat berpengaruh terhadap keteguhan tekan, kerapatan, kadar air,

kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor briket

arang. Persyaratan umum standar kualitas briket arang meliputi karbon terikat tinggi

(˃ 60%), zat terbang kecil (˂30%), abu kecil (8%), nilai kalor tinggi (˃6.000 kal/g),

kerapatan tinggi (˃0,7 g/cm3) dan keteguhan tekan tinggi (˃12,0 kg/cm2) (Sudrajat,

1982).

2.2.4 Kelebihan Briket Arang

Ada beberapa kelebihan briket arang dibandingkan dengan bahan bakar padat

lain yaitu lebih hemat dan irit, panas lebih tinggi, nyala bara cukup lama dan tidak

berjelaga sehingga peralatan masak tetap bersih, aman (tidak beracun dan tidak

meledak), dan abu briket dapat dimanfaatkan sebagai pupuk (Setiowati dan Tirino,

2014).

2.2.5 Kualitas Briket Arang

Kualitas briket arang yang baik adalah briket arang yang memiliki nilai

kerapatan, keteguhan tekan, nilai kalor dan kadar karbon terikat yang tinggi tetapi

kadar abu, kadar zat mudah menguap dan kadar airnya rendah.

Acuan kualitas diperlukan sebagai bahan perbandingan untuk mengetahui baik

tidaknya kualitas briket arang, dimana kualitas briket arang tersebut dapat dinilai

dengan membandingkan hasil pengujian percobaan dengan nilai acuan kualitas yang

ditetapkan, baik standar hasil pengujian briket arang impor Jepang, Inggris, dan

Amerika (Sudrajat, 1983 dalam Sari, 2010) maupun Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan (Sudrajat, 1982) serta SNI 01-6235-2000.


9

Tabel 2. 1 Sifat atau Kualitas Briket Arang Import Berdasarkan SNI serta Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan
SNI* P3HH**
Kerapatan (gr/cm3) - ˃0,7
Kadar air (%) 8 ˂8
Keteguhan tekan (kg/cm1) - ˃12
Kadar zat mudah menguap (%) 15 ˂30
Kadar abu (%) 8 ˂8
Karbon terikat (%) - ˃60
Nilai kalor (kal/gr) 5.000 ˃6.000
Standar Briket Arang Sifat-
Sifat Briket Arang

Sumber. *SNI 01-6235-2000


**Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Sudrajat (1982)

2.2.6 Biomassa Sebagai Sumber Energi

Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang

bekerja sebagai sel surya, menyerap energi matahari yang dikonversi dioksida karbon

dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Senyawa ini dapat

dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu

1 .2.7 Proses Pembuatan Briket Arang

Menurut Hendra dan Pari (2009) proses pembuatan briket arang dapat

dilakukan dengan arang digiling/dihancurkan menjadi serbuk, disaring untuk

memperoleh ukuran kehalusan, dicampur perekat (kanji), dimasukkan dalam cetakan,

dikempa dengan sistem hidrolik, dan briket arang yang diperoleh dikeringkan.
10

produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon,

alkohol kayu, ter dan lain sebagainya. Energi yang disimpan dapat dimanfaatkan

dengan langsung membakar kayu itu, panas yang dihasilkan digunakan untuk

memasak atau untuk keperluan lainnya (Ndraha, 2009).

Stan, dkk., (1953) dalam Hartoyo, dkk., (1978) mengemukakan, ada empat

cara pembuatan briket arang yaitu:

1. Pengempaan serbuk gergaji menjadi briket arang kemudian disusul dengan

karbonisasi pada tekanan sedang.

2. Pengempaan dan karbonisasi serbuk secara serentak.

3. Pengempaan campuran arang dan serbuk kayu menjadi briket, disusul dengan

karbonisasi.

4. Pengempaan campuran serbuk arang dan bahan perekat menjadi briket kemudian

disusul dengan pengeringan dan kadang-kadang dikarbonisasi kembali.

2.3 Risalah Bahan Baku

2.3.1 Singkong

Singkong merupakan tanaman yang memiliki potensi hasil produksi tinggi.

Tingginya potensi produksi singkong menjadikan tanaman singkong menjadi salah

satu komoditas yang mampu memenuhi kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat.

Singkong dapat diolah sebagai bahan baku tepung mocaf, tapioka dan berbagai

pangan olahan lainnya. Selain itu singkong juga biasa dibuat sebagai bahan energi

terbarukan atau biofuell. Peranan singkong dalam masyarakat sangat besar baik dari
11

segi memenuhi kebutuhan industri. Singkong dapat memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat sebagai pengganti beras (Muizah, dkk., 2013 dalam Kristanto, 2019).

Pohon singkong dapat tumbuh hingga 1-4 meter dengan daun besar yang menjari

dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Batangnya memiliki pola percabangan yang

jelas, yang keragamannya tergantung pada kultivar. Bagian dari ubi singkong yang

dapat dimakan mencapai 80-90%. Bentuknya dapat berupa silinder, kerucut atau oval.

Panjang ubi berkisar 15 hingga 100 cm dan diameter 3 hingga 15 cm. Bobot ubi kayu

berkisar beberapa ratus hingga 15 kg. Tanaman singkong umumnya menghasilkan

sekitar 5-10 ubi (Wahyu, 2009).

Sebagian biomassa, kandungan utama limbah batang singkong adalah lignin dan

selulosa. Menurut Sumada, dkk., (2011) limbah batang singkong memiliki kandungan

lignoselulosa yang cukup tinggi, yaitu terdiri dari 56,82% a-selulosa,

21,72% lignin, 21,45% Acid Detergent Fiber (ADF), dan 0,05-0,5 cm panjang serat.

Secara umum, limbah batang singkong mengandung nilai kalor, kadar air dan kadar

bahan mudah menguap yang relatif tinggi, kadar karbon terikat relatif rendah, serta

kadar abu yang sangat rendah. Selain itu, limbah batang tanaman singkong

mempunyai kandungan nitrogen dan belerang yang rendah (Pattiya, dkk., 2007).

Tabel 2. 2 Karakteristik Kimia Limbah Batang Singkong


No Komposisi Kandungan
1. Kadar air (%) 15,54
2. Kadar abu (%) 6,01
3. Kadar bahan menguap (%) 79,90
4. Kadar karbon terikat (%) 14,09
5. Karbon (C) (%) 51,12
6. Hidrogen (H) (%) 6,87
12

7. Nitrogen (N) (%) 0,67


8. Sulfur (S) (%) ˂0,1
9. Oksigen (O) (%) 41,34
Sumber. (Pattiya, dkk., 2007)

Limbah batang singkong merupakan biomassa yang berasal dari sisa bibit panen

penanaman pohon singkong. Limbah batang singkong yang baik dalam pembuatan

biobriket harus memiliki kadar air yang rendah dan dalam kondisi belum lapuk.

Limbah batang singkong termasuk bahan yang paling mudah didapatkan dan kurang

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Untuk itu, limbah batang singkong sangat

berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biobriket. Limbah batang singkong ini

sebagian kecil dipergunakan untuk penanaman kembali dan sisanya dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan karbon (bahan bakar briket arang), karbon aktif

(media penyerap), bioetanol dan menghasilkan alpha selulosa (Ariyani, dkk., 2017).

Gambar 2. 1 Batang Singkong


13

2.3.2 Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya

alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Rusdiana dan Lubis, 2012).

Hutan sekunder merupakan hutan yang sedang mengalami regenerasi akibat

kerusakan signifikan, pada umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia maupun

kebakaran hutan. Sepanjang ada pohon sumber benih jenis primer di sekitar kawasan

itu, dalam masa suksesi mungkin saja berbagai spesies pohon primer secara simultan

ikut masuk. Jika demikian halnya, spesies pohon primer ini lambat laun akan

menggantikan pohon-pohon hutan sekunder yang sebelumnya telah mempersiapkan

lahannya. Secara alami dan tanpa gangguan manusia, proses pergantian seperti itu

memerlukan waktu berpuluh tahun bahkan beratus tahun. Saat ini tercatat kurang

lebih ada sekitar 4,5 juta km 2 hutan sekunder, hampir setengahnya terdapat di hutan

tropik basah (Mansur, 2011).

Arang merupakan residu dari proses penguraian panas terhadap bahan yang sebagian

besar komponennya adalah mengandung karbon. Proses penguraian panas ini dapat

dilakukan dengan cara memanasi bahan langsung atau tidak langsung di dalam

timbunan, kiln atau tanur (Lembang, 2014). Pada proses terjadinya karbonisasi

menjadi arang dapat menghilangkan senyawa volatil dan kelembaban yang

terkandung sehingga menghasilkan karbon yang lebih tinggi. Pemanfaatan arang dari

kayu lebih baik dibandingkan dengan pembakaran biomassa secara langsung, hal

tersebut karena selain tanpa asap dan emisi yang berlebihan, juga karena nilai kalor
14

(pembakaran) yang tinggi (Gebresas, dkk., 2015).

Gambar 2. 2 Lokasi Kebakaran Hutan Sekunder

2.3.3 Perekat Tapioka

Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Perekat adalah zat atau

bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda ikatan permukaan.

Penggunaan bahan perekat dimaksud untuk menarik air dan membentuk tekstur padat

atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya bahan perekat maka

susunan partikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses

pengempaan keteguhan tekan dan arang briket akan semakin baik. Dalam

penggunaan bahan perekat harus diperhatikan faktor ekonomis maupun non

ekonomisnya (Setiowati dan Tirino, 2014).

Menurut Brown, dkk,. (1952) dalam Ramlah, (1998) menyatakan berdasarkan

asalnya perekat dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu :

1. Perekat berasal dari binatang terutama dibuat dari kulit, tulang, kuku dan tanduk.

2. Perekat yang berasal dari albumin darah yang didapat dari penyembelihan

binatang.
15

3. Perekat yang berasal dari keju, campuran lem dan bahan kimia lainnya.

4. Perekat yang berasal dari protein nabati, dibuat dari kacang kedelai, kacang tanah

dan protein lainnya.

5. Perekat yang terbuat dari pati nabati, biasanya dibuat dari pati ubi kayu.

6. Perekat yang berasal dari ikan yang dibuat dari kepala, sisik, tulang dan sirip.

7. Perekat yang diproduksi dari industri kimia, seperti kombinasi urea atau fenol

dengan formaldehida dan bentuk lainnya.

Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang

ampasnya. Ubi kayu tergolong polisakarida yang mengandung pati dengan

kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu

amilopektin 83% dan amilosa 17% sedangkan buah-buahan termasuk polisakarida

yang mengandung selulosa dan pektin Winarno (2004) dalam Mustafa, (2015).

Gambar 2. 3 Perekat Tepung Tapioka


16

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan terdiri dari 2 bulan untuk studi

literatur dan persiapan bahan baku, 2 bulan untuk pembuatan dan pengujian dan 2

bulan untuk pengolahan data dan penyusunan skripsi.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri dan Pengujian Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Laboratorium Rekayasa dan Pengujian

Bahan Berkayu Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dan Laboratorium

Hasil Hutan Non Kayu Jurusan Teknologi Pertanian Politani Pertanian Negeri

Samarinda.

3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari arang batang singkong

yang diperoleh dari kawasan Bendungan Benanga Lempake Samarinda dan arang

kayu kebakaran hutan sekunder yang diperoleh dari Kecamatan Kembang Janggut

Kutai Kartanegara dan tepung tapioka digunakan sebagai perekat.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian pembuatan briket arang ini terdiri

dari parang, tungku pengarangan, sendok, korek api, alat penumbuk, saringan 40

mesh dan 60 mesh, timbangan digital, gelas kimia 250 ml, mangkok, oven, cetakan

briket arang, alat pengempa, pembungkus plastik, alat tulis dan kertas label.
17

Sedangkan pada pengujian kualitas briket arang peralatan yang digunakan terdiri dari,

penyeimbangan panas (desikator), jangka sorong, universal testing machine (UTM),

alat pengabuan (thermolyne furnace), pengukuran nilai kalor (peroxide bomb

calorimeter), timbangan digital, cawan pengabuan, penjepit cawan, kalkulator dan

kertas label.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Bagan proses pembuatan briket arang

Bagan alur pembuatan briket arang secara garis besar adalah sebagai berikut:
Arang Batang Arang Kayu Kebakaran Hutan Tapioka Air
Singkong Sekunder

Pengeringan Pengeringan

Pembuatan Bahan Perekat


karbonisasi karbonisasi

Penghancuran Penghancuran
Arang Arang Bahan Perekat

Pengayakan Pengayakan

Pencampuran kedua Serbuk Arang dengan Bahan Perekat

Pencetakan Briket

Pengempaan

Briket Arang Pengeringan Pengkondisian Pengujian


18

Gambar 3. 1 Bagan alur proses pembuatan arang batang singkong dan arang kayu kebakaran
hutan sekunder
A. Persiapan bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sisa limbah dari tanaman

singkong yang diperoleh bagian batang dari kawasan Bendungan Benanga Lempake

Samarinda dan arang kayu kebakaran hutan sekunder yang diperoleh dari Kecamatan

Kembang Janggut Kutai Kartanegara. Untuk menghasilkan arang yang baik, pada

proses pengarangan bahan baku yakni batang singkong dan arang bekas kebakaran

hutan sekunder dikumpulkan dan dilakukan pengeringan secara terpisah dengan cara

dikeringkan degan penjemuran di bawah sinar matahari.

Sebelum dilakukan penjemuran bahan baku batang singkong dipotong terlebih

dahulu dilakukan pemotongan dengan ukuran 10 cm – 15 cm. Batang singkong yang

digunakan yaitu bebas dari tangkai daun dan yang tersisa hanya batang singkong.

Sedangkan bahan baku arang kayu kebakaran hutan sekunder langsung dilakukan

penjemuran karena arang tersebut sudah terbagi menjadi beberapa bagian. Batang

singkong dilakukan penjemuran selama ±7 hari lebih, hingga kadar air mencapai

˂16% apabila belum mencapai kadar air tersebut maka penjemuran akan ditambah

sampai kadar air sesuai dengan yang diinginkan.

B. Pengarangan bahan baku

Bahan baku yang telah diproses pengeringan, kemudian dilakukan proses

pengarangan secara terpisah dengan menggunakan tungku pengarangan dan

menggunakan metode pembakaran secara tidak langsung. Batang singkong yang telah
19

kering kemudian dimasukkan ke dalam tungku pengarangan selama 8 jam. Batang

singkong yang dimasukkan ke dalam tungku pengarangan sesuai dengan volume

tungku pengarangan. Pada proses pembakaran, batang singkong akan terbakar dan

setelah terlihat bara api muncul maka ventilasi udara dibiarkan terbuka agar asap

yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat keluar melalui ventilasi tersebut.

Tutup beberapa lubang ventilasi pada beberapa sisi tungku saat bara api mulai banyak

agar arang yang dihasilkan nantinya maksimal dan tidak menghasilkan banyak abu.

Kemudian tutup kembali semua lubang ventilasi dengan rapat jika asap yang keluar

telah sedikit. Arang yang telah jadi, diambil setelah dalam keadaan dingin selama ±4

hari. Sedangkan untuk pengarangan arang kayu kebakaran hutan sekunder hanya

dilakukan pembakaran selama ±30 menit. Mengingat bahwa bahan tersebut berupa

arang maka pengarangan tersebut dilakukan dengan tujuan agar bagian-bagian dari

arang hutan sekunder yang masih bertekstur keras dapat terbakar sempurna agar

memudahkan dalam proses penumbukan arang tersebut. Kemudian arang tersebut

diambil setelah didinginkan selama ±4 hari.


20

Gambar 3. 2 Tungku Pengarangan


C. Pembuatan serbuk arang

Arang batang singkong dan arang kayu kebakaran hutan sekunder yang

dihasilkan kemudian dihancurkan menjadi serbuk arang dengan cara menumbuk

arang hingga diperoleh serbuk arang. Penumbukan arang menggunakan alat

penumbuk berupa lumping dan alu.

D. Pengayakan serbuk arang

Pengayakan serbuk arang dilakukan untuk mendapatkan ukuran serbuk arang

yang seragam, menggunakan alat penyaring ukuran 40 mesh dan 60 mesh. Serbuk

arang yang digunakan yakni serbuk yang lolos di 40 mesh dan yang tertahan di 60

mesh.

E. Komposisi bahan baku dan perekat

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk

arang kayu kebakaran hutan sekunder adalah 50 : 50, dimana pada komposisi tersebut

akan ditambahkan perekat tapioka dengan perbandingan 1 : 10 terhadap air,

sedangkan komposisi perekat yang digunakan sebesar 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% dari

berat serbuk arang kering tanur.

F. Pembuatan briket arang

Komposisi campuran serbuk arang batang singkong dan arang kayu kebakaran

hutan sekunder, tepung tapioka dan air menggunakan komposisi yang disajikan dalam

tabel dibawah ini:


21

Tabel 3. 1 Komposisi Campuran Berat Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot


esculenta),Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder dan Bahan Perekat

Komposisi campuran berat serbuk arang batang singkong, arang


kayu kebakaran hutan sekunder dan bahan perekat (g)
Perlakuan Arang Kayu
Tepung
Arang Batang
Kebakaran Hutan Air
Singkong
Tapioka
Sekunder
A (2%) 18,30 18,36 0,71 7,10
B (4%) 17,95 18,01 1,40 14,00
C (6%) 17,61 17,01 2,05 20,50
D (8%) 17,28 17,32 2,69 26,90
E (10%) 16,97 17,03 3,30 33,00
Selanjutnya tepung tapioka dan air dicampurkan terlebih dahulu kemudian

dipanaskan hingga menjadi gel. Kemudian campuran serbuk arang dan perekat

dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter

kurang lebih 3,8 cm dan tinggi 4 cm sebanyak 50 cetakan, lalu dilakukan pengempaan

dengan menggunakan alat pres yang diberi tekanan sebanyak 40 bar selama 10 menit.

d = 3,8 cm

t = 4 cm
22

Gambar 3. 3 Bentuk Cetakan Briket Arang


G. Pengeringan briket arang

Briket arang yang telah jadi masih dalam keadaan basah dan mudah hancur,

untuk itu perlu dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 60 oC selama ±24

jam dan untuk mengurangi kadar air pada briket arang.

H. Pengkondisian

Briket arang kemudian dimasukkan ke dalam ruang konstan dengan suhu

(20±2)ºC dan kelembapan relatif (65±5)% sampai berat briket arang dalam keadaan

stabil (konstan) yang dicapai setelah penyimpanan 21 hari, kemudian dimasukkan

dalam plastik dan diberi kode selanjutnya dapat dilakukan pengukuran kerapatan,

kadar air dan pengujian lainnya.

3.3.2 Pengujian Briket Arang

Pengujian briket arang yang dilakukan meliputi kerapatan, kadar air, keteguhan

tekan, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor. Pengujian

kerapatan, kadar air, uji tekan, kadar zat mudah menguap, kadar abu, dan kadar

karbon dilakukan sebanyak 5 kali ulangan, untuk nilai kalor dilakukan sebanyak 3

kali ulangan.

Pengujian dan pengukuran yang dilakukan sesuai dengan standar ASTM

(American Society for Testing and Material) serta prosedur yang biasa dilakukan oleh

Lembaga Penelitian Hasil Hutan (Sari, 2010).


23

A. Kerapatan

Briket arang ditimbang dengan neraca analitik untuk mengetahui massa briket

arang dan diukur dimensinya menggunakan micrometer untuk mengetahui volume

briket arang. Pengujian kerapatan dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai berat

dan volume briket arang. Kerapatan dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Kerapatan dinyatakan dengan rumus (ASTM D 2395-83) :

ρ=

Dimana : ρ = kerapatan (g/cm3)

m = massa (g) v=

volume silinder briket (cm3)

B. Kadar air

Langkah-langkah penentuan nilai kadar air sebagai berikut :

1. Briket arang dikeringkan dalam oven pada temperatur (103±2) oC selama 6

jam.

2. Kemudian didinginkan dalam desikator ±30 menit kemudian timbang hingga

konstan.

Kadar air dinyatakan dengan rumus (ASTM D 2016-74) :

Kadar air (%) = x 100%

Dimana:

BB = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)


24

BKT = Berat sampel sesudah dikeringkan (g)

C. Keteguhan tekan

Briket arang di uji kerapatan digunakan kembali untuk pengujian keteguhan

tekan dengan menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) dan dinyatakan

dengan rumus Sudrajat (1982) dalam Sari, (2010) :

Keteguhan tekan (kg/cm2) =

Dimana :

P = Beban penekanan (kg)

A = Luas bidang dasar (cm2)

D. Kadar zat mudah menguap

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan zat mudah menguap adalah :

1. Penimbangan sampel serbuk arang sebanyak 2 gram, kemudian masukkan ke

dalam oven dengan suhu 105oC selama 24 jam untuk mendapatkan kondisi

kering tanur.

2. Pendinginan sampel dalam desikator selama ±30 menit.

3. Penimbangan cawan kosong.

4. Penimbangan cawan dan 2 gram sampel kering tanur.

5. Letakkan cawan berisi sampel ke dalam alat pengabuan (thermolyne

furnace).

6. Memanaskan pada suhu temperature 950oC dalam 6 menit.


25

7. Mengeluarkan sampel dan pendinginan sampel dalam desikator selama ± 30

menit, kemudian di timbang.

Kadar zat mudah menguap dinyatakan dengan rumus (ASTM D 1762-64)

VM (%) = x 100%

Dimana :

VM = Kadar zat mudah menguap (%)

L = Kehilangan berat sampel (g)

W = Berat sampel kering tanur (g)

E. Kadar abu

Cara penentuan kandungan kadar abu adalah :

1. Sampel uji kadar zat menguap digunakan kembali untuk pengujian kadar abu

dengan memasukkan sampel ke dalam furnace pada suhu 750oC selama 6

jam.

2. Pendinginan di dalam desikator selama ± 30 menit, kemudian di timbang.

Kadar abu dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Kadar Abu (%) = x 100%

Dimana :

S = Berat sisa sampel (g)

W = Berat sampel kering tanur (g)


26

F. Kadar karbon terikat

Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon terikat arang, selain dari fraksi air, zat

mudah menguap dan abu. Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan

rumus Sudrajat (1982) dalam Sari, (2010) :

Kadar karbon terikat (%) = (100 -VM – ash)%

Dimana :

VM = Kadar zat mudah menguap

ash = Kadar abu

G. Nilai kalor

Nilai kalor dipengaruhi oleh jenis dan kadar air kayu. Diukur berdasarkan kalor

reaksi pada volume tetap. Contoh uji briket arang sebanyak ± 1 g dimasukkan ke

dalam alat pengukur nilai kalor yaitu peroxide bomb calorimeter bersama dengan

kawat (fuse) kemudian diukur panas yang ditimbulkan menggunakan termometer.

Selanjutnya panjang kawat yang terbakar akibat panas diukur. Berikutnya dilakukan

titrasi terhadap contoh uji dan dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut

(Parr, 1261 dalam Sari, 2010) :

Hg (kal/g) =

Dimana :
Hg = Nilai kalor (kal/g)

Δt = Selisih temperatur (°C)

W = 2417 (kal/°C) sesuai sertifikasi alat


27

е1 = Titrant yang dipakai (ml)

е2 = 13,7 × 1,02 × berat contoh (g)

е3 = 2,3 × panjang fuse yang terbakar

m = Berat contoh uji (g)


3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah menggunakan

Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan untuk pengujian

kerapatan, keteguhan tekan, kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu dan

kadar karbon terikat dan untuk pengujian nilai kalor dilakukan sebanyak 5 perlakuan

dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam pembuatan briket arang tersebut adalah:

1. Perlakuan A : Jumlah perekat 2%

2. Perlakuan B : Jumlah perekat 4%

3. Perlakuan C : Jumlah perekat 6%

4. Perlakuan D : Jumlah perekat 8%

5. Perlakuan E : Jumlah perekat 10%

Menurut Yitnosumarto. S, (1993) model matematika yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :
28

Yi = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ke-j µ = Nilai rataan

populasi τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Kesalahan percobaan pada

perlakuan ulangan ke-i dan ulangan ke-j Untuk membandingkan ada

atau tidaknya pengaruh perlakuan komposisi

bahan baku terhadap kualitas (tahap pengujian) briket arang, dilakukan analisis sidik

ragam (Analysis of Variance/ ANOVA)

Tabel 3. 2 Analisis Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel Variasi


Bebas Kuadrat Rataan F Hitung
(SV) (DB) (JK) (KR) 0,05 0,01

(t-1) t JKP JKP / DBP KRP / KRG


Perlakuan
(r-1)
Galat JKG JKG / DBG -
Total (tr-1) JKT - -

Pengaruh perlakuan perbedaan masing-masing konsentrasi perekat dapat

diketahui dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan membandingkan antara

Fhitung dan Ftabel apabila uji F signifikan (F Hitung ˃ F Tabel) maka uji dilakukan

dengan uji beda terkecil LSD (Least Significant Difference) dengan rumus sebagai

berikut (Siahaya dan Jemes 1987) :


LSD = t (a/2.db) ×
dimana :
29

LSD = Beda nyata terkecil tingkat nyata 5% dan 1%

t (a/2.db) = Nilai t dapat dicari pada tabel t dua arah

KRE = Kuadrat Tataan Error n

= banyaknya ulangan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini hasil yang diperoleh dari pengujian yang terdiri dari sampel arang

batang singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Nilai Pengujian Kerapatan dan Kadar Air Bahan Baku


Ulangan Arang Batang Singkong Arang Kayu Kebakaran Hutan
(Manihot esculenta)* Sekunder**
Kerapatan Kadar Air (%) Kerapatan Kadar Air (%)
(g/cm3) (g/cm3)
1 0,23 9,89 0,92 1,52
2 0,22 8,11 0,91 1,52
3 0,42 8,70 0,72 2,04
Total 0,87 26,69 2,55 5,08
Rataan 0,29 8,90 0,85 1,69
Sumber : *Subiyanto, 2022
**Nuraeni, 2020

Nilai kerapatan arang batang singkong dengan rataan 0,29 (g/cm3) dengan nilai kadar

air 8,90% dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dengan rataan 0,85 (g/cm3)

dengan nilai kadar air 1,69%.

Pengujian sifat fisika dan kimia briket arang dari campuran serbuk arang singkong

(Manihot esculenta) dengan serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder yang diteliti

meliputi kerapatan, kadar air, keteguhan tekan, kadar zat mudah menguap, kadar abu,

kadar karbon terikat dan nilai kalor adalah sebagai berikut :


31

4.1 Kerapatan Briket Arang

Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat volume briket arang. Tinggi

rendahnya dipengaruhi oleh ukuran dan kombinasi penyusunan briket arang tersebut.

Hasil perhitungan rata-rata kerapatan briket arang dengan persentase perekat yang

berbeda dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4. 2 Nilai Kerapatan Briket Arang pada Campuran Serbuk Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder
(g/cm3)
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kerapatan Koefisien Variasi
Perekat (g/cm3) (%)
A (2%) 0,49 4,24
B (4%) 0,50 3,21
C (6%) 0,51 2,88
D (8%) 0,52 1,84
E (10%) 0,54 1,63
Keterangan : SNI = Tidak ada (Badan Standardisasi Nasional, 2000) P3HH
= ˃0,7 g/cm3 (Sudrajat, 1982)

Nilai kerapatan tertinggi briket arang diketahui sebesar 0,54 g/cm 3 dari

perlakuan E (10% perekat), sedangkan kerapatan terendah 0,49 g/cm3 terdapat pada

perlakuan A (2% perekat). Dari koefisien variasi pada nilai kerapatan briket arang

campuran serbuk arang batang singkong dan serbuk arang kayu kebakaran hutan

sekunder, apabila semakin kecil nilai koefisien variasinya maka semakin seragam data

kerapatan briket arang terlihat pada perlakuan A, B, D, dan E dibandingkan dengan

perlakuan A yang menunjukkan nilai koefisien variasi lebih tinggi. Nilai rataan

kerapatan perlakuan ditunjukkan pada grafik gambar 4.1 dibawah ini.


32

Grafik Nilai Kerapatan


0,54
0,54

0,53
0,52
0,52 0,51

0,51 0,50

0,50
0,49
0,49

0,48

0,47

0,46
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10 % Perekat

Gambar 4. 1 Nilai Rataan Kerapatan Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4. 3 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kerapatan


Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
Perlakuan 4 0,0063 0,0016 7,5048** 2,87 4,43
Galat 20 0,0042 0,0002 - - -
Total 24 0,0105 - - -
33

F Hitung

Keterangan : * = Sangat Signifikan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01. Pengaruh

masing-masing perlakuan terhadap kerapatan dapat dilihat melalui uji LSD seperti

pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kerapatan Briket Arang
Selisih Perlakuan LSD Perlakuan Rataan A B
C D E 0,05 0,01
A 0,49 - 0,01 0,01ns
ns
0,03 0,05*
ns 0 , 02 0 , 03
B 0,50 - - 0,01ns 0,01ns 0,03* - -
C 0,51 - - - 0,01 0,04* -
ns
-
D 0,52 - - - - 0,02 -
ns
-
E 0,54 - - - - - - -

Keterangan : * = Signifikan
ns = Tidak signifikan

Berdasarkan hasil uji lanjut LSD diperoleh bahwa pada selisih rataan perlakuan A

signifikan terhadap perlakuan E. Perlakuan B selisih nilai rataan signifikan terhadap

perlakuan E. perlakuan C selisih nilai rataan signifikan terhadap perlakuan E.

Kerapatan briket arang yang dihasilkan tidak memenuhi target. Ada beberapa faktor

yang menyebabkan nilai kerapatan tidak memenuhi target yaitu waktu tekan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan 40 bar selama 10 menit. Dimana

tekanan tersebut dan waktu tekan yang diberikan kurang optimal digunakan untuk

perlakuan dari campuran arang batang singkong dan arang kayu kebakaran hutan

sekunder. Ada juga faktor yang disebabkan karena adanya pengembangan balik
34

(springback) pada saat briket arang dikeluarkan dari cetakan briket arang. Sehingga

kerapatan briket arang yang diinginkan tidak mencapai target yaitu 0,8 g/cm3.

Dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan semakin tinggi jumlah perekat

yang diberikan maka akan semakin tinggi kerapatan briket arang yang dihasilkan. Hal

ini disebabkan semakin tinggi jumlah perekat maka akan semakin banyak perekat

yang mengisi pori-pori briket arang sehingga mengakibatkan ikatan antara perekat

dengan serbuk arang akan semakin baik karena partikel-partikel arang dapat menyatu,

solid dan lebih rapat satu sama lain (Ramlah, 1998).

Pati tapioka mengandung amilopektin yang dapat mempengaruhi kekuatan ikatan

perekat dengan serbuk arang di mana semakin tinggi kandungan amilopektin pati

maka akan bersifat lekat dan lengket. Perekat tapioka mempunyai kandungan

amilopektin yang cukup tinggi yaitu sekitar 83% sehingga semakin tinggi jumlah

perekat maka semakin tinggi pula kandungan amilopektin yang akan mengikat serbuk

sehingga daya rekatnya relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah perekat yang lebih

rendah (Ramlah, 1998).

Dalam penelitian Ramlah (1988), yang menggunakan bahan baku dari campuran

serbuk arang kayu kapur (Dryobalanops, spp) dengan sekam padi (Oryza sativa Linn)

menghasilkan nilai kerapatan 0,71 g/cm3 pada perlakuan A (5% perekar), 0,73 g/cm3

pada perlakuan B (7,5% perekat) dan 0,75 g/cm 3 pada perlakuan C (10% perekat).

Sedangkan dalam penelitian ini yang menggunakan bahan baku dari arang batang

singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder

menghasilkan nilai kerapatan 0,49 g/cm3 pada perakuan A (2% perekat), 0,50 g/cm3
35

pada perlakuan B (4% perekat), 0,51 g/cm3 pada perlakuan C (6% perekat), 0,52 g/cm3

pada perlakuan D (8% perekat) dan 0,54 g/cm3 pada perlakuan E (10%

perekat).

4.2 Kadar Air

Nilai rataan kadar air briket arang dengan campuran serbuk arang batang singkong

dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Nilai Kadar Air Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kadar Air (%) Koefisien Variasi


Perekat (%)
A (2%) 9,50 1,14
B (4%) 9,38 0,74
C (6%) 9,37 0,82
D (8%) 8,19 21,32
E (10%) 4,97 19,98
Keterangan : SNI = 8% (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = ˂8% (Sudrajat, 1982)

Data di atas menunjukkan bahwa kadar air paling tinggi terdapat pada briket arang

dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 9,50% dan kadar air paling rendah terdapat

pada perlakuan E (10%) perekat sebesar 4,97. Nilai kadar air perlakuan ditunjukkan

pada gambar 4.2.


36

Grafik Nilai Kadar Air

9,50 9,38 9,37


10,00
8,19
9,00
8,00
7,00
6,00 4,97
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10 % Perekat

Gambar 4. 2 Nilai Rataan Kadar Air dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4. 6 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kadar Air
Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
Perlakuan 4 95,4388 23,8597 21,1583** 2,87 4,43
Galat 20 22,5535 01,1277 - - -
Total 24 117,9923 - - -
37

F Hitung

Keterangan : ** = Sangat Signifikan


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap nilai kadar air briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01. Pengaruh

masing-masing perlakuan terhadap kadar air dapat dilihat melalui uji LSD seperti

pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kadar Air Briket Arang
Selisih Perlakuan LSD Perlakuan Rataan A
B C D E 0 ,05 0 ,01
A 17,95 - 0,12 0,11 1,40* 5,12** B 17,83 - - 0,01 1,28 5,00** 1-,40
ns ns ns ns
- 1,91
C 17,84 - - - 1,29ns 5,01** - -
D 16,55 - - - - 3,72** -
E 12,83 - - - - - - -

Keterangan : ** = Sangat Signifikan


* = Signifikan
ns = Tidak signifikan

Hasil uji lanjut LSD perbandingan setiap sampel diketahui pada selisih rataan

perlakuan A signifikan terhadap perlakuan D. Perlakuan A selisih nilai rataan sangat

signifikan terhadap perlakuan E. Perlakuan B selisih nilai rataan sangat signifikan

terhadap perlakuan E. Perlakuan C selisih nilai rataan sangat signifikan terhadap

perlakuan E. Pada perlakuan D selisih nilai rataan sangat signifikan terhadap

perlakuan E.

Nilai-nilai yang diperoleh bila dibandingkan dengan standar briket arang dari

SNI (8%) dan P3HH (˂8%) perlakuan jumlah perekat 2%, 4% dan 6% belum

memenuhi persyaratan tetapi perlakuan jumlah perekat 8% dan 10% sudah memenuhi

persyaratan. Hasil penelitian menunjukkan tinggi pemakaian bahan perekat maka


38

semakin kecil kadar air briket arang yang dihasilkan. Hal ini adanya perbedaan

persentase bahan perekat yang ditambahkan (2%, 4%, 6%, 8% dan 10%) sedangkan

pemakaian serbuk arang batang singkong dan serbuk arang kayu kebakaran hutan

sekunder adalah konstan (50%:50%).

Kadar air juga dipengaruhi oleh kerapatan briket semakin tinggi kerapatan briket

semakin rendah kadar airnya, karena rongga yang ada dalam briket semakin sedikit

dan kecil sehingga uap air yang masuk mengisi rongga tersebut lebih sedikit.

Semakin tinggi jumlah perekat yang diberikan pada volume yang tetap menyebabkan

kadar air briket arang semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tinggi jumlah

perekat maka akan semakin banyak perekat yang mengisi pori-pori briket arang yang

kosong sehingga air bebas akan terdesak dan mengalir ke permukaan briket arang.

Terisinya pori-pori briket arang tersebut akan menyebabkan kemampuan briket arang

untuk mengikat atau menyerap air akan berkurang sehingga kadar air briket arang

akan semakin rendah (Ramlah, 1998).

Dalam penelitian Ramlah (1998), yang menggunakan bahan baku dari campuran

serbuk arang kayu kapur (Dryobalanops, spp) dengan sekam padi (Oryza sativa Linn)

menghasilkan nilai kadar air 8,15% pada perlakuan A (5% perkakat), 7,61% pada

perlakuan B (7,5% perekat) dan 7,39% pada perlakuan C (10% perekat). Sedangkan

dalam penelitian ini yang menggunakan bahan baku dari arang batang singkong

(Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder menghasilkan nilai

kadar air 9,50% pada perakuan A (2% perekat), 9,38% pada perlakuan B (4%

perekat), 9,37% pada perlakuan C (6% perekat), 8,19% pada perlakuan D (8% perekat)

dan 4,97% pada perlakuan E (10% perekat).


39

4.3 Keteguhan Tekan

Nilai rataan keteguhan tekan briket arang dengan campuran serbuk arang batang

singkong dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Keteguhan Tekan Koefisien Variasi
Perekat (kg/cm2) (%)
A (2%) 12,67 12,52
B (4%) 20,02 5,24
C (6%) 24,53 5,69
D (8%) 27,12 11,78
E (10%) 28,43 5,12
Keterangan : SNI = Tidak ada (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = >12 kg/cm2 (Sudrajat, 1982)

Data di atas menunjukkan bahwa keteguhan tekan paling rendah terdapat pada briket

arang dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 12,67 kg/cm2 dan keteguhan tekan

paling tinggi terdapat pada perlakuan E (10%) perekat sebesar 28,43 kg/cm2.

Nilai keteguhan tekan perlakuan ditunjukkan pada gambar 4.3.


40

Grafik Nilai Keteguhan Tekan

28,43
30,00 27,12
24,53
25,00
20,02
20,00

15,00 12,67

10,00

5,00

0,00
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10 % Perekat

Gambar 4. 3 Nilai Rataan Keteguhan Tekan dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong

dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4. 9 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Keteguhan


Tekan Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
Perlakuan 4 817,0560 204,2640 56,9537** 2,87 4,43
Galat 20 71,7298 3,5865 - - -
Total 24 888,7858 - - -
41

F Hitung

Keterangan : ** = Sangat Signifikan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap nilai keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01. Pengaruh

masing-masing perlakuan terhadap keteguhan tekan dapat dilihat melalui uji LSD

seperti pada tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang
Selisih Perlakuan LSD
Perlakuan Rataan A B C D E 0,05 0,01
3,06 - - 3,41
A 12,67 - 7,35** 11,86** 14,45** 15,76** B 20,02 - - 4,51* 7,10** 8,41**
C 24,53 - - - 2,59 ns
3,90* - -
D 27,12 - - - - 1,31ns -
E 28,43 - - - - - - -

Keterangan : ** = Sangat Signifikan


* = Signifikan
ns = Tidak signifikan

Hasil uji lanjut LSD perbandingan setiap sampel diketahui pada selisih rataan

perlakuan A menunjukkan hasil yang sangat signifikan pada perlakuan B, C, D dan E.

Pada perlakuan B nilai selisih rataan signifikan terhadap perlakuan C dan sangat

signifikan terhadap perlakuan D dan E. Pada perlakuan C nilai selisih rataan

signifikan terhadap perlakuan E.

Nilai-nilai yang diperoleh, bila dibandingkan dengan standar briket arang dari P3HH

(<12 kg/cm2) nilai keteguhan tekan sudah memenuhi persyaratan.

Semakin tinggi jumlah perekat yang diberikan pada persatuan volume yang tetap

menyebabkan ikatan antara serbuk arang dengan perekat lebih rapat dan kompak. Hal
42

ini disebabkan semakin tinggi jumlah perekat yang diberikan semakin banyak perekat

yang mengikat partikel arang sehingga kekuatan ikatan perekat yang terjadi antara

partikel arang semakin meningkat pula. Dengan semakin meningkatnya ikatan antara

partikel arang akan meningkatkan nilai kerapatan di mana kemampuan briket arang

untuk menahan beban yang mengenainya semakin tinggi sehingga nilai keteguhan

tekan yang diperoleh semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan kemampuan daya rekat

tapioka sebagai perekat akan semakin tinggi sehingga kekuatan dari briket arang juga

semakin tinggi (Ramlah, 1998).

Dalam penelitian Ramlah (1998), yang menggunakan bahan baku dari campuran

serbuk arang kayu kapur (Dryobalanops, spp) dengan sekam padi (Oryza sativa Linn)

menghasilkan nilai keteguhan tekan 26,95 kg/cm2 pada perlakuan A (5% perkakat),

53,89 kg/cm2 pada perlakuan B (7,5% perekat) dan 63,01 kg/cm2 pada perlakuan C

(10% perekat). Sedangkan dalam penelitian ini yang menggunakan bahan baku dari

arang batang singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder

menghasilkan nilai keteguhan tekan 11,87 kg/cm 2 pada perakuan A (2% perekat),

20,02 kg/cm2 pada perlakuan B (4% perekat), 24,53 kg/cm2 pada perlakuan C (6%

perekat), 27,12 kg/cm2 pada perlakuan D (8% perekat) dan 28,43 kg/cm 2 pada

perlakuan E (10% perekat).

Keteguhan tekan yang rendah juga disebabkan oleh jumlah serbuk arang yang lebih

banyak daripada jumlah perekat, yang menyebabkan pada saat proses pencampuran

banyak serbuk arang yang tidak terkena perekat, sehingga campuran kurang lengket
43

dan cepat mengering dan pada saat pencetakan sebagian besar briket arang yang

dihasilkan mudah rapuh dan tidak utuh.

4.4 Kadar Zat Mudah Menguap

Nilai rataan kadar zat mudah menguap briket arang dengan campuran serbuk arang

batang singkong dan arang kayu hutan kebakaran sekunder dapat dilihat pada tabel

4.11.

Tabel 4. 11 Nilai Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang
Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kadar Zat Mudah Koefisien Variasi
Perekat Menguap (%) (%)
A (2%) 39,04 22,61
B (4%) 38,87 4,89
C (6%) 38,51 6,86
D (8%) 37,66 16,12
E (10%) 36,02 8,26
Keterangan : SNI = 15% (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = <30% (Sudrajat, 1982)

Data di atas menunjukkan bahwa kadar zat mudah menguap paling tinggi terdapat

pada briket arang dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 39,04% dan kadar zat

mudah menguap paling rendah terdapat pada perlakuan E (10%) perekat sebesar

36,02%. Nilai kadar zat mudah menguap perlakuan ditunjukkan pada gambar 4.4.
44

Grafik Nilai Kadar Zat Mudah Menguap

39,50 39,04
38,87
39,00 38,51

38,50
37,66
38,00
37,50
37,00
36,50 36,02

36,00
35,50
35,00
34,50
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10 % Perekat

Gambar 4. 4 Nilai Rataan Kadar Zat Mudah Menguap dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4. 12 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kadar Zat
Mudah Menguap Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
Perlakuan 4 10,6999 2,6750 0,2900ns 2,87 4,43
Galat 20 184,473 9,2239 - - -
Total 24 195,1772 - - -
45

F Hitung

Keterangan : ns = Tidak Signifikan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap nilai kadar zat mudah menguap briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01,

sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut LSD.

Nilai kadar zat mudah menguap briket yang dihasilkan jika dibandingkan

dengan standar briket arang yang dihasilkan belum memenuhi standar karena

dipengaruhi oleh bahan baku pada saat pengarangan suhunya kurang maksimal, proses

pembakaran ini menggunakan perkiraan kisaran dengan perkiraan suhu ±250 oC. Hal

ini dikarenakan pada saat proses pengarangan menyebabkan bahan baku yang tidak

terbakar sempurna menyebabkan semua kadar zat mudah menguap dapat tertinggal

sehingga zat mudah menguap yang tertinggal akan banyak.

Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap ditentukan oleh suhu dan

pengarangan serta kadar zat ekstraktif bahan baku dimana semakin tinggi suhu dan

lamanya karbonisasi maka semakin banyak pula zat-zat yang menguap pada proses

tersebut sehingga kadar zat mudah menguapnya semakin kecil (Badri, 1987 dalam

Kejura, 2005).

Penurunan kadar zat mudah menguap seiring dengan penambahan perekat, hal

ini disebabkan pati dari perekat mempunyai kemampuan untuk mengikat serbuk arang

sehingga sulit untuk menjadi kadar zat mudah menguap karena pati merupakan

senyawa polimer, pati merupakan karbohidrat yang memiliki struktur rantai C yang
46

panjang. Semakin panjang struktur rantai C maka proses degradasi menjadi kadar zat

mudah menguap sulit terjadi (Kejura, 2005).

Dalam penelitian Kejura (2005), yang menggunakan bahan baku dari

campuran serbuk arang kayu laban (Vitex pubescens vahl) dengan serbuk arang

bamboo patung (Dendrocalamus asper) menghasilkan nilai kadar zat mudah menguap

50,22 % pada perlakuan A (5% perkakat), 37,26 % pada perlakuan B (7,5% perekat)

dan 32,85 % pada perlakuan C (10% perekat). Sedangkan dalam penelitian ini yang

menggunakan bahan baku dari arang batang singkong (Manihot esculenta) dan arang

kayu kebakaran hutan sekunder menghasilkan nilai kadar zat mudah menguap 39,04

% pada perakuan A (2% perekat), 38,87 % pada perlakuan B (4% perekat), 38,51 %

pada perlakuan C (6% perekat), 37,66 % pada perlakuan D (8% perekat) dan 36,01 %

pada perlakuan E (10% perekat).

4.5 Kadar Abu

Nilai rataan kadar abu briket arang dengan campuran serbuk arang batang singkong

dan arang kayu hutan sekunder dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Nilai Kadar Abu Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kadar Koefisien Variasi


Perekat Abu(%) (%)
A (2%) 7,16 8,98
B (4%) 6,96 4,74
C (6%) 6,86 7,64
D (8%) 6,57 3,62
E (10%) 6,36 13,74
Keterangan : SNI = 8% (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = ˂8% (Sudrajat, 1982)
47

Data di atas menunjukkan bahwa kadar abu paling tinggi terdapat pada briket arang

dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 7,16% dan kadar abu paling rendah terdapat

pada perlakuan E (10%) perekat sebesar 6,36%. Nilai kadar abu perlakuan

ditunjukkan pada gambar 4.5.


48

Grafik Nilai Kadar Abu


7,16
7,20
6,96
7,00 6,86

6,80
6,57
6,60
6,36
6,40

6,20

6,00

5,80
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10% Perekat

Gambar 4. 5 Nilai Rataan Kadar Abu dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4. 14 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kadar Zat
Abu Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01

Perlakuan 4 2,6738 0,6684 1,5126ns 2,87 4,43


Galat 20 8,8381 0,4419 - - -
Total 24 11,5119 - - -
F Hitung

Keterangan : ns = Tidak Signifikan


49

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap nilai kadar zat abu briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01, sehingga

tidak perlu dilakukan uji lanjut LSD.

Nilai-nilai yang diperoleh, bila dibandingkan dengan standar briket arang hasil

penelitian ini belum memenuhi persyaratan. Karena kadar abu biasanya dipengaruhi

oleh kandungan mineral dalam kayu, semakin besar kandungan mineral dalam kayu

semakin tinggi persentase kadar abu yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah perekat

yang diberikan maka semakin rendah nilai kadar abu briket arang yang dihasilkan, hal

ini disebabkan semakin tinggi jumlah perekat maka kandungan karbonnya akan

semakin meningkat. Meningkatnya nilai karbon maka akan meningkatkan nilai kalor

sehingga proses pembakaran briket arang akan semakin sempurna pula. Hal ini akan

mengakibatkan abu yang tertinggal dalam briket arang akan semakin sedikit (Ramlah,

1998).

Dalam penelitian Ramlah (1998), yang menggunakan bahan baku dari

campuran serbuk arang kayu kapur (Dryobalanops, spp) dengan sekam padi (Oryza

sativa Linn) menghasilkan nilai kadar abu 21,58 % pada perlakuan A (5% perkakat),

20,95% pada perlakuan B (7,5% perekat) dan 20,38 % pada perlakuan C (10%

perekat). Sedangkan dalam penelitian ini yang menggunakan bahan baku dari arang

batang singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder

menghasilkan nilai kadar abu 7,16 % pada perakuan A (2% perekat), 6,98 % pada

perlakuan B (4% perekat), 6,86 % pada perlakuan C (6% perekat), 6,58 % pada

perlakuan D (8% perekat) dan 6,36 % pada perlakuan E (10% perekat).


50

Nilai kadar abu dipengaruhi oleh nilai kerapatan, komponen kimia dari bahan

baku, kandungan mineral dan tekanan kempa. Semakin rendah nilai kualitas kadar abu

maka kualitas briket arang semakin baik (Sari, 2010).

4.6 Kadar Karbon Terikat

Nilai rataan kadar karbon terikat briket arang dengan campuran serbuk arang batang

singkong dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4. 15 Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kadar Karbon Koefisien Variasi
Perekat Terikat(%) (%)
A (2%) 53,80 16,69
B (4%) 54,17 3,09
C (6%) 54,63 4,08
D (8%) 55,77 10,63
E (10%) 56,45 6,27
Keterangan : SNI = Tidak ada (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = ˃60% (Sudrajat, 1982)

Data di atas menunjukkan bahwa kadar karbon terikat paling rendah terdapat pada

briket arang dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 53,80% dan kadar karbon

terikat paling tinggi terdapat pada perlakuan E (10%) perekat sebesar 56,45%. Nilai

kadar karbon terikat perlakuan ditunjukkan pada gambar 4.6.


51

Grafik Nilai Kadar Karbon Terikat


56,45
56,50
55,77
56,00

55,50
54,63
55,00
54,17
54,50
53,80
54,00

53,50

53,00

52,50

52,00
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10% Perekat

Gambar 4. 6 Nilai Rataan Kadar Karbon Terikat dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.16 berikut ini.

Tabel 4. 16 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kadar


Karbon Terikat Briket Arang

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
Perlakuan 4 8,3819 2,0955 0,2303ns 2,87 4,43
Galat 20 181,9411 9,0971 - - -
Total 24 190,3230 - - -
52

F Hitung

Keterangan : ns = Tidak Signifikan


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap nilai kadar karbon terikat briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01,

sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut LSD.

Menurut Hartoyo dan Nurhayati, (1976) dalam Malat, (2003) menyatakan

kadar karbon terikat dipengaruhi pada proses karbonisasi dan kadar zat mudah

menguap bahan baku. Jika proses karbonisasi berjalan sempurna maka bahan baku

yang akan digunakan akan menguapkan zat mudah menguap sebanyak-banyaknya

sehingga kadar zat mudah menguap yang tertinggal sedikit dan akibatnya kadar

karbon terikat akan meningkat.

4.7 Nilai Kalor

Nilai rataan kalor briket arang dengan campuran serbuk arang batang singkong dan

arang kayu kebakaran hutan sekunder dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4. 17 Nilai Kalor Briket Arang dari Campuran Arang Serbuk Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kalor Koefisien Variasi


Perekat (kal/g) (%)
A (2%) 5.654 0,92
B (4%) 5.861 0,30
C (6%) 6.065 1,09
D (8%) 6.152 0,09
E (10%) 6.195 0,35
Keterangan : SNI = 5.000 kal/g (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
P3HH = ˃6.000 kal/g (Sudrajat, 1982)

Data di atas menunjukkan bahwa nilai kalor paling rendah terdapat pada briket arang

dengan perlakuan A (2%) perekat sebesar 5.654 kal/g dan nilai kalor paling tinggi
53

terdapat pada perlakuan E (10%) perekat sebesar 6.195 kal/g. Nilai kalor perlakuan

ditunjukkan pada gambar 4.7.

Grafik Nilai Kalor


6.195
6.200 6.152
6.056
6.100
6.000
5.861
5.900
5.800
5.654
5.700
5.600
5.500
5.400
5.300
A B C D E
A = 2% Perekat
B = 4% Perekat
C = 6% Perekat
D = 8% Perekat
E = 10 % Perekat

Gambar 4. 7 Nilai Rataan Kalor dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dengan
Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Pengaruh perbedaan persentase perekat pada briket arang dapat diketahui

dengan melakukan analisis sidik ragam seperti pada tabel 4.18 berikut ini.

Tabel 4. 18 Analisis Keragaman Pengaruh Perlakuan Komposisi Perekat Terhadap Kalor


Briket Arang
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel
F Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Rataan 0,05 0,01
3,48 5 , 99
Perlakuan 4 605978,0090 151494,5022 96,2812**
Galat 10 15734,5842 1573,4584 - - -
54

Total 14 621712,5932 - - -

Keterangan : ** = Sangat Signifikan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan pada taraf 0,01. Pengaruh

masingmasing perlakuan terhadap kalor dapat dilihat melalui uji LSD seperti pada

tabel

4.19.

Selisih Perlakuan LSD


Perlakuan Rataan B C D E 0,05 0,01
72,16 102,65

Tabel 4. 19 Nilai Uji LSD Komposisi Perekat Terhadap Nilai Kalor Briket Arang

A
A 5.653 - 206,54** 402,84** 497,55** 541,01**
B 5.860 - - 195,95** 291,01** 334,47** -
-
C 6.056 - - - 95,06* 138,52** - -
D 6.151 - - - - 42,46ns
-
E 6.194 - - - - - - -

Keterangan : ** = Sangat Signifikan


* = Signifikan
ns = Tidak signifikan

Hasil uji lanjut LSD perbandingan setiap sampel diketahui pada selisih rataan

perlakuan A sangat signifikan terhadap perlakuan B, C, D dan E. Pada perlakuan B

nilai selisih rataan sangat signifikan terhadap perlakuan C, D dan E. Pada perlakuan C

nilai selisih rataan signifikan terhadap perlakuan D dan sangat signifikan terhadap

perlakuan E.
55

Nilai-nilai yang diperoleh bila dibandingkan dengan standar briket arang Jepang

(6.000-7.000 kal/g) dan P3HH (˃6.000) perlakuan jumlah perekat 6%, 8% dan 10%

yang telah memenuhi persyaratan dan standar dari SNI (˃5.000 kal/g) perlakuan

jumlah perekat 2% dan 4% yang telah memenuhi persyaratan.

Perbedaan nilai kalor briket yang dihasilkan dari tiap perlakuan disebabkan oleh

adanya perbedaan nilai kadar karbon terikat briket arang. Semakin tinggi nilai kadar

karbon terikat maka semakin tinggi nilai kalor briket arang. Menurut Sudrajat, (1982)

yang menyatakan nilai karbon terikat berhubungan erat dengan nilai kalor briket

arang.

Menurut Hartoyo dan Pangloli, (1992) dalam Ramlah, (1998) menunjukkan nilai

kalor pati tapioka sebesar 362 kalor/100 g. Berdasarkan hal dapat diduga nilai kalor

dari pati tapioka sebagai perekat ikut mempengaruhi nilai kalor briket arang. Dengan

demikian, semakin tinggi jumlah perekat tapioka semakin tinggi pula nilai kalor briket

arang karena nilai kalor pada tapioka yang ditambahkan semakin bertambah pada

persatuan volume yang tetap.

Tinggi rendahnya nilai kalor briket arang banyak disebabkan oleh komposisi

kandungan kimia dari bahan baku. Penambahan perekat pati yang merupakan polimer

rantai C (karbon) yang panjang dan bercabang akan menyebabkan jumlah rantai C

(karbon) pada briket arang bertambah sehingga nilai kalor pun bertambah

(Supraptono, dkk., 1995) dalam (Ramlah,1998).

Dalam penelitian Ramlah (1998), yang menggunakan bahan baku dari campuran

serbuk arang kayu kapur (Dryobalanops, spp) dengan sekam padi (Oryza sativa Linn)
56

hasilkan nilai kalor 5.477 kal/g pada perlakuan A (5% perkakat), 6.252 kal/g pada

perlakuan B (7,5% perekat) dan 6.672 kal/g pada perlakuan C (10% perekat).

Sedangkan dalam penelitian ini yang menggunakan bahan baku dari arang batang

singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu kebakaran hutan sekunder

menghasilkan nilai kalor 5.654 kal/g pada perakuan A (2% perekat), 5.861 kal/g pada

perlakuan B (4% perekat), 6.064 kal/g pada perlakuan C (6% perekat), 6.152 kal/g

pada perlakuan D (8% perekat) dan 6.195 kal/g pada perlakuan E (10% perekat).
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian briket arang berdasarkan kualitas briket arang dari arang batang

singkong (Manihot esculenta) dan arang kayu bekas kebakaran hutan sekunder

berdasarkan perbedaan kadar perekat tapioka dapat disimpulkan bahwa :

1. Briket arang hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata kerapatan 0,49-0,54

g/cm3, kadar air 4,97-9,50%, keteguhan tekan 12,67-28,43 kg/cm 2, kadar zat

mudah menguap 36,01-39,04%, kadar abu 6,36-7,16%, kadar karbon terikat

53,80-56,42% dan nilai kalor 5.654-6.195 kal/g.

2. Perlakuan jumlah perekat terbaik briket arang terdapat pada perlakuan E (10%

perekat), dengan nilai rataan yaitu kerapatan 0,54 g/cm3, kadar air 4,97%,

keteguhan tekan 28,43 kg/cm2, kadar zat mudah menguap 36,01%, kadar abu

6,36%, kadar karbon terikat 56,42% dan nilai kalor 6.195 kal/g.

3. Perlakuan jumlah perekat memberikan perlakuan yang sangat signifikan pada

nilai kadar air, keteguhan tekan dan nilai kalor. Perlakuan yang signifikan pada

nilai kerapatan, sedangkan yang tidak signifikan pada nilai zat mudah menguap,

kadar abu dan kadar karbon terikat.

4. Berdasarkan data hasil pengujian kerapatan, kadar air, keteguhan tekan, kadar zat

mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan kalori briket arang yang
59

dihasilkan telah memenuhi acuan kualitas briket arang menurut Pusat Penelitian

dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) dan SNI.

5.2 Saran

1. Penggunaan komposisi perekat 10% dapat digunakan dalam pembuatan briket

arang dari campuran arang batang singkong dan arang kayu kebakaran hutan

sekunder.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai campuran arang

batang singkong dan arang kayu kebakaran hutan sekunder dengan variasi

komposisi yang lebih beragam sebagai bahan baku briket arang.

3. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh besar dan

waktu tekanan terhadap briket arang untuk melengkapi target yang belum

tercapai.

4. Disarankan untuk mengarangkan kembali bahan baku arang kayu kebakaran

hutan sekunder, karena belum sepenuhnya menjadi arang.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, A.R Putri., R.P Eka., R Fathoni. 2017. Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai
Bahan Baku Arang Aktif Dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Suhu.
Program Studi Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Standar Nasional Indonesia (SNI) Briket
Arang Kayu. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Samarinda. Samarinda
60

Darvina, Y. dan N. Asma. 2011. Upaya Peningkatan Kualitas Briket Dari Arang
Cangkang dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Melalui Variasi
Tekanan Pengepresan. Fakultas Matematika dan Ipa Jurusan Fisika.
Universitas Negeri Padang.
Dwiprabowo, H. 2010. Kajian Kebijakan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi Di
Pedesaan Pulau Jawa. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Kehutanan. Bogor.
Gebresas, A., H Asmelash., H Berhe., T Tesfay. 2015. Briquetting of Charcoal from
Sesame Stalk. Journal of Energy, 2015:1-6

Gultom, N.R., R Sulaeman., dan E.S Budiani. 2017. Pemanfaatan Limbah Kayu
Jabon dan Limbah Serat Sawit Sebagai Bahan Baku Briket Arang.
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau.
Hartoyo, J Ando., dan H Roliadi. 1978. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima
Jenis Kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan dan Badan Penelitian
Pengembagan Pertanian. Bogor.
Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk
Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.
Hendra, D., dan G Pari. 2009. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang. Laporan
Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Jannah, R. 2018. Pengaruh Jenis Perekat Terhadap Nilai Kalor Briket Arang
Tempurung Kawista (Limonia acidissima) Teraktivasi NaOH. Jurusan Kimia.

Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik


Ibrahim. Malang.
Julian. 1998. Pengaruh Komposisi Serbuk Arang Limbah Kayu Meranti Merah
(Shorea leprosula) Dalam Serbuk Arang Sekam Pada Terhadap Kualitas
Briket Arang. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman.
Samarinda (Tidak Diterbitkan).
Kejura, N. 2005. Persentase Perekat Tapioka Terhadap Kualitas Briket Arang Dari
Campuran Serbuk Arang Kayu Laban (Vitex pubescens vahl) Dengan Serbuk
Arang Bambu Patung (Dendrocalamus asper). Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman. Samarinda

Kristanto, A. 2019. Sifat Kimia Tanah Pada Sistem Pemupukan Tanaman Singkong
Di Lahan Pasir Pantai Selatan Kabupaten Jember. Program Studi
Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
61

Lembang, M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian


Kehutanan Makassar. Makassar.
Lubis, A. dan A. Sugiyono. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia.
Technical Committee Meeting to Assess and Compare the Potential Rule of
Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environmental
Impacts Electricity Generation, 14-16 October, Vienna, Austria.
Malat, E. 2003. Variasi Komposisi Campuran Serbuk Arang Kayu Laban (Vitex
pubescens Vahl) dan Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) Terhadap
Kualitas Briket Arang. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Malik, U. 2012. Penelitian Berbagai Jenis Kayu Limbah Pengolahan Untuk
Pemilihan Bahan Baku Briket Arang. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Riau
Mansur, M. 2011. Laju Fotosintesis Jenis-Jenis Pohon Pionir Hutan Sekunder Di
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. Bidang Botani. Pusat
Penelitian Biologi-LIPI.
Matsuzawa, Y., K Mae., I Hasegawa., K Suzuki., H Fujiyoshi., M Ito., M Ayabe.
2007. Characterization of Carbonizen Municipal Waste as Substitute Coal
Fuel, 86. 264-272. Japan.
Mustafa, A. 2015. Analisis Proses Pembuatan Pati Ubi Kayu (Tapioka) Berbasis
Neraca Massa. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Ndrana, N. 2009. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa
dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan. Departemen Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Nuraeni. 2021. Kualitas Briket Arang Berdasarkan Komposisi Campuran Serbuk
Arang Batang Jagung (Zea mays) dan Serbuk Arang Kayu Bekas Kebakaran
Hutan Sekunder. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Patabang, D. 2012. Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi
Bahan Perekat. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
Palu.
Pattiya, A., O.J Titiloye., and V.A Bridgwater. 2007. Fast Pyrolysis of Agricultural
Residues From Cassava Plantation For Bio-Oil Production. Asian Journal on
Energy and Environment. 8 (2) : 496-502.

Ramlah. 1998. Pengaruh Jumlah Perekat terhadap Kualitas Briket arang dari
Campuran Serbuk Arang Kayu Jenis Kapur (Dryobalanops, spp) dengan
Sekam Padi (Oryza sativa Linn). Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas
Mulawarman. Samarinda (Tidak Diterbitkan).
62

Rusdiana, O. dan R.S Libus. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah
terhadap Cadangan Karbon (Carbon Stock) pada Hutan Sekunder.
Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. IPB.
Santy, K. G., O.Y Belak., T Iskandar., S.P.A Anggraini. 2019. Proses Pembuatan
Briket Arang dari Limbah Batang Singkong dengan Menggunakan Perekat
Organik. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Tribhuwana Tunggadewi. Malang
Sari, M.K. 2010. Kualitas Briket Arang berdasarkan Komposisi Campuran Arang dari
Kayu Meranti Merah (Shore sp.) dengan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera
L.). Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda (Tidak
Diterbitkan)
Setiowati, R. dan M. Tirino. 2014. Pengaruh Variasi Tekanan Pengepresan dan
Komposisi Bahan Terhadap Sifat Fisis Briket Arang. Jurusan Fisika. Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN Maliki. Malang
Siahaan, S., M Hutapea., dan R Hasibuan. 2013. Penentuan Kondisi Optimum Suhu
dan Waktu Karbonisasi Pada Pembuatan Arang Dari Sekam Padi. Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Kampus USU
Medan. Medan.
Siahaya dan James. 1987. Statistik I (Dasar-Dasar Statistik). Fakultas Kehutanan.
Universitas Mulawarman. Samarinda.
Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB. Bandung.
Subiyanto, D. A. 2022. Kualitas Briket Arang Berdasarkan Komposisi Serbuk Arang
dari Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Cangkang Biji Ketapang
(Terminalia catappa L). Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Sudrajat, R. 1982. Produksi Arang dan Briket Arang Serta Prospek Pengusahaannya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Sumada, K., E.P Tamara,. dan F Alqani. 2011. Kajian Proses Isolasi A-Selulosa dari
Limbah Batang Tanaman Manihot esculenta Crantz. yang efisien. Jurnal
Teknik Kimia. 5(2) : 434-438.

Thoha, M.Y. dan D.E Fajrin. 2010. Pembuatan Briket Arang Dari Jati Dengan Sagu
Arang Sebagai Pengikat. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
Sriwijaya.
Wahyu, M.K. 2009. Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Edible Film.
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Jurusan Teknologi Industri Pangan.
Bandung.
63

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan Analisis dan Interpretasi. PT.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 7. 1 Perhitungan Komposisi Serbuk Arang, Perekat dan Air dalam Pembuatan
Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong dan Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder

Diketahui:

1. Perlakuan A= Jumlah perekat 2%

2. Perlakuan B= Jumlah perekat 4%

3. Perlakuan C= Jumlah perekat 6%

4. Perlakuan D= Jumlah perekat 8% 5. Perlakuan E= Jumlah perekat 10%


Diameter cetakan briket arang = 3,8 cm

Tinggi briket arang = 4 cm

Kerapatan briket arang yang diharapkan = 0,8 g/cm3


64

Perhitungan:

Volume briket arang = ¼ × π × d2 × t

= ¼ × 3,14 × (2,8)2 × 4 cm

= 45,34 cm3

Berat briket arang = Volume × Kerapatan

= 45,34 cm3 × 0,8 g/cm3

= 36,27 g

Perlakuan A (2%) :

Berat briket arang = Berat serbuk arang (KT) + Berat perekat

36,27 g = Berat serbuk arang (KT) + (Berat serbuk arang × 2%)

36,27 g = (1 + 2%) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = ( 1 + 0,02) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = 1,02 × Berat serbuk arang

Berat serbuk arang (KT) = Berat briket : 1,02

= 36,27 g : 1,02

= 35,56 g

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk arang kayu

kebakaran hutan sekunder adalah 50 : 50

Berat serbuk arang batang singkong (KT) = 35,56 g : 2

= 17,78 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder (KT) = 35,56 g : 2

= 17,78 g

Berat serbuk arang batang singkong (KU; KA=2,91%) = (1+2,91%) x Berat serbuk
65

arang batang singkong (KT)

= (1+0,0291) x 17,78 g

= 1,0291 x 17,78 g

= 18,30 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder = (1+3,27%) x Berat serbuk

(KU; KA=3,27%) arang kayu kebakaran hutan

sekunder (KT)

= (1+0,0327) x 17,78 g

= 1,0327 x 17,78 g

= 18,36 g

Berat perekat = 2% × Berat serbuk arang (KT)

= 0,02 × 35,56 g

= 0,71 g

Perhitungan air dengan bahan perekat adalah 10:1

Air yang digunakan = 10 × 0,71 g

= 7,10 g

Perlakuan B (4%) :

Berat briket arang = Berat serbuk arang (KT) + Berat perekat

36,27 g = Berat serbuk arang (KT) + (Berat serbuk arang × 4%)

36,27 g = (1 + 4%) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = ( 1 + 0,04) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = 1,04 × Berat serbuk arang

Berat serbuk arang (KT) = Berat briket : 1,04


66

= 36,27 g : 1,04

= 34,88 g

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk arang kayu

kebakaran hutan sekunder adalah 50 : 50

Berat serbuk arang batang singkong (KT) = 34,88 g : 2

= 17,44 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder (KT) = 34,88 g : 2

= 17,44 g

Berat serbuk arang batang singkong (KU; KA=2,91%) = (1+2,91%) x Berat serbuk

arang singkong (KT)

= (1+0,0291) x 17,44 g

= 1,0291 x 17,44 g

= 17,95 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder = (1+3,27%) x Berat serbuk

(KU; KA=3,27%) arang kayu kebakaran hutan

sekunder (KT)

= (1+0,0327) x 17,44 g

= 1,0327 x 17,44 g

= 18,01 g

Berat perekat = 4% × Berat serbuk arang (KT)

= 0,04 × 34,88 g

= 1,40 g

Perhitungan air dengan bahan perekat adalah 10:1


67

Air yang digunakan = 10 × 1,40 g

= 14 g

Perlakuan C (6%) :

Berat briket arang = Berat serbuk arang (KT) + Berat perekat

36,27 g = Berat serbuk arang (KT) + (Berat serbuk arang × 6%)

36,27 g = (1 + 6%) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = ( 1 + 0,06) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = 1,06 × Berat serbuk arang

Berat serbuk arang (KT) = Berat briket : 1,06

= 36,27 g : 1,06

= 34,22 g

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk arang kayu

kebakaran hutan sekunder adalah 50 : 50

Berat serbuk arang batang singkong (KT) = 34,22 g : 2

= 17,11 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder (KT) = 34,22 g : 2

= 17,11 g

Berat serbuk arang batang singkong (KU; KA=2,91%) = (1+2,91%) x Berat serbuk

arang batang singkong

(KT)

= (1+0,0291) x 17,11 g

= 1,0291 x 17,11 g

= 17,61 g
68

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder = (1+3,27%) x Berat serbuk

(KU; KA=3,27%) arang kayu kebakaran hutan

sekunder (KT)

= (1+0,0327) x 17,11 g

= 1,0327 x 17,11 g

= 17,67 g

Berat perekat = 6% × Berat serbuk arang (KT)

= 0,06 × 34,22 g

= 2,05 g

Perhitungan air dengan bahan perekat adalah 10:1

Air yang digunakan = 10 × 2,05 g

= 20,50 g

Perlakuan D (8%) :

Berat briket arang = Berat serbuk arang (KT) + Berat perekat

36,27 g = Berat serbuk arang (KT) + (Berat serbuk arang × 8%)

36,27 g = (1 + 8%) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = ( 1 + 0,08) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = 1,08 × Berat serbuk arang

Berat serbuk arang (KT) = Berat briket : 1,08

= 36,27 g : 1,08

= 33,58 g
69

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk arang

hutan sekunder adalah 50 : 50

Berat serbuk arang batang singkong (KT) = 33,58 g : 2

= 16,79 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder (KT) = 33,58 g : 2

= 16,79 g

Berat serbuk arang batang singkong (KU; KA=2,91%) = (1+2,91%) x Berat serbuk

arang singkong (KT)

= (1+0,0291) x 16,79 g

= 1,0291 x 16,79 g

= 17,28 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder = (1+3,27%) x Berat serbuk

(KU; KA=3,27%) arang kayu kebakaran hutan

sekunder (KT)

= (1+0,0327) x 16,79 g

= 1,0327 x 16,79 g

= 17,34 g

Berat perekat = 8% × Berat serbuk arang (KT)

= 0,08 × 33,58 g

= 2,69 g

Perhitungan air dengan bahan perekat adalah 10:1

Air yang digunakan = 10 × 2,69 g

= 26,90 g
70

Perlakuan E (10%) :

Berat briket arang = Berat serbuk arang (KT) + Berat perekat

36,27 g = Berat serbuk arang (KT) + (Berat serbuk arang × 10%)

36,27 g = (1 + 10%) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = ( 1 + 0,1) × Berat serbuk arang (KT)

36,27 g = 1,1 × Berat serbuk arang

Berat serbuk arang (KT) = Berat briket : 1,1

= 36,27 g : 1,1

= 32,97 g

Perbandingan bahan baku antara serbuk arang batang singkong dan serbuk arang

hutan sekunder adalah 50 : 50

Berat serbuk arang batang singkong (KT) = 32,97 g : 2

= 16,49 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder (KT) = 32,97 g : 2

= 16,49 g

Berat serbuk arang batang singkong (KU; KA=2,91%) = (1+2,91%) x Berat serbuk

arang singkong (KT)

= (1+0,0291) x 16,49 g

= 1,0291 x 16,49 g

= 16,97 g

Berat serbuk arang kayu kebakaran hutan sekunder = (1+3,27%) x Berat serbuk

(KU; KA=3,27%) arang kayu kebakaran hutan

sekunder (KT)
71

= (1+0,0327) x 16,49 g

= 1,0327 x 16,49 g

= 17,03 g

Berat perekat = 10% × Berat serbuk arang (KT)

= 0,1 × 32,97 g

= 3,30 g

Perhitungan air dengan bahan perekat adalah 10:1

Air yang digunakan = 10 × 3,30 g

= 33 g

Lampiran 7. 2 Kerapatan dan Kadar Air Bahan Baku

Ulangan Arang Batang Singkong (Manihot Arang Kayu Kebakaran


esculenta) Hutan Sekunder
Kerapatan (g/cm3) Kadar Air Kerapatan Kadar Air
(%) (g/cm3) (%)

1 0,23 9,89 0,92 1,52


2 0,22 8,68 0,91 1,52
3 0,42 8,70 0,72 2,04
Total 0,87 26,69 2,55 5,08
Rataan 0,29 8,90 0,85 1,69
Sumber : (Subiyanto, 2022) dan (Nuraeni, 2020)

Lampiran 7. 3 Nilai Kerapatan Briket Arang pada Campuran Serbuk Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder
(g/cm3)
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kerapatan Koefisien Variasi
Perekat (g/cm3) (%)
A (2%) 0,49 4,24
B (4%) 0,50 3,21
C (6%) 0,51 2,88
D (8%) 0,52 1,84
E (10%) 0,54 1,63
72
73

Lampiran 7.
4 Perhitungan Kerapatan Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder (g/cm3)

Perlakuan A (2% Jumlah Perekat)


No Diameter Tinggi Volume Kerapatan
Massa (g)
Sampel (cm) (cm) (cm3) (g/cm3)
1 4,08 5,72 74,75 36,71 0,49
2 4,14 5,72 76,96 36,03 0,47
3 4,10 5,86 77,33 36,14 0,47
4 4,08 5,62 73,44 36,50 0,50
5 4,03 5,51 70,25 36,26 0,52
Jumlah 372,72 181,64 2,44
rataan 74,54 36,33 0,49
Perlakuan B (4% Jumlah Perekat)
No Diameter Tinggi Volume Kerapatan
Massa (g)
Sampel (cm) (cm) (cm3) (g/cm3)
1 4,08 5,59 73,05 38,63 0,53
2 4,07 5,67 73,73 36,91 0,50
3 4,10 5,52 72,84 36,83 0,51
4 4,12 5,45 72,62 35,79 0,49
5 4,10 5,69 75,08 36,56 0,49
Jumlah 367,32 184,72 2,51
Rataan 73,46 36,94 0,50
Perlakuan C (6% Jumlah Perekat)
No Diameter Tinggi Volume Kerapatan
Massa (g)
Sampel (cm) (cm) (cm3) (g/cm3)
1 4,03 5,30 67,57 36,12 0,53
2 4,14 5,40 72,65 36,11 0,50
3 4,03 5,94 75,73 37,77 0,50
4 4,08 5,35 69,91 36,36 0,52
5 4,09 5,53 72,62 38,04 0,52
Jumlah 358,48 178,40 2,57
Rataan 71,70 35,68 0,51

Perlakuan D (8% Jumlah Perekat)


74

No Diameter Tinggi Volume Kerapatan


Massa (g)
Sampel (cm) (cm) (cm3) (g/cm3)
1 4,13 5,12 68,56 35,00 0,51
2 4,11 5,11 67,76 35,97 0,53
3 4,13 5,31 71,10 35,97 0,51
4 4,08 5,35 69,91 36,18 0,52
5 4,07 5,40 70,22 36,49 0,52
Jumlah 347,54 179,61 2,58
Rataan 69,51 35,92 0,52
Perlakuan E (10% Jumlah Perekat)
No Diameter Tinggi Volume Kerapatan
Massa (g)
Sampel (cm) (cm) (cm3) (g/cm3)
1 4,13 4,48 59,99 31,93 0,53
2 4,12 4,50 59,96 32,39 0,54
3 4,07 4,33 56,30 31,11 0,55
4 4,10 4,38 57,80 31,18 0,54
5 4,11 4,55 60,33 32,05 0,53
Jumlah 294,38 158,66 2,70
Rataan 58,88 31,73 0,54
Lampiran 7. 5 Nilai Kadar Air Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong
(Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Kadar Air Koefisien Variasi


Perekat (%) (%)
A (2%) 9,50 1,14
B (4%) 9,38 0,74
C (6%) 9,37 0,82
D (8%) 8,19 21,32
E (10%) 4,97 19,98

6 Perhitungan Kadar Air Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang


Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder

Perlakuan A (2% Jumlah Perekat)


Berat Awal Berat Akhir Kadar Air ArcSin Kadar
No Sampel
(g) (g) (%) Air
75

Lampiran 7.
1 31,82 29,07 9,46 17,91
2 32,27 29,46 9,54 17,99
3 30,99 28,28 9,58 18,03
4 31,09 28,37 9,59 18,04
5 31,98 29,25 9,33 17,79
Jumlah 47,50 89,76
Rataan 9,50 17,95
Perlakuan B (4% Jumlah Perekat)
Berat Awal Berat Akhir Kadar Air ArcSin Kadar
No Sampel
(g) (g) (%) Air
1 35,76 32,69 9,39 17,85
2 35,22 32,17 9,48 17,93
3 35,84 32,77 9,37 17,82
4 36,15 33,06 9,35 17,80
5 36,47 33,37 9,29 17,75
Jumlah 46,88 89,15
Rataan 9,38 17,83
Perlakuan C (6% Jumlah Perekat)
Berat Awal Berat Akhir Kadar Air ArcSin Kadar
No Sampel
(g) (g) (%) Air
1 36,09 33,01 9,33 17,79
2 36,02 32,93 9,38 17,84
3 31,58 28,84 9,50 17,95
4 36,33 33,23 9,33 17,78
5 38,04 34,80 9,31 17,77
Jumlah 46,85 89,13
Rataan 9,37 17,83

Perlakuan D (8% Jumlah Perekat)


Berat Awal Berat Akhir Kadar Air ArcSin Kadar
No Sampel
(g) (g) (%) Air
1 38,53 35,36 8,96 17,42
2 37,58 35,76 5,09 13,04
3 36,57 33,66 8,65 17,10
4 35,69 32,69 9,18 17,63
76

5 36,49 33,45 9,09 17,55


Jumlah 40,97 82,74
Rataan 8,19 16,55
Perlakuan E (10% Jumlah Perekat)
Berat Awal Berat Akhir Kadar Air ArcSin Kadar
No Sampel
(g) (g) (%) Air
1 33,52 32,30 3,78 11,21
2 34,56 32,96 4,85 12,73
3 34,00 32,00 6,25 14,48
4 34,25 32,42 5,64 13,74
5 33,60 32,21 4,32 11,99
Jumlah 24,84 64,15
Rataan 4,97 12,83
Lampiran 7. 7 Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder
Perlakuan Jumlah Nilai Rataan Keteguhan Koefisien Variasi
Perekat Tekan (kg/cm2) (%)
A (2%) 12,67 12,52
B (4%) 20,02 5,24
C (6%) 24,53 5,69
D (8%) 27,12 11,78
E (10%) 28,43 5,12

8 Perhitungan Keteguhan Tekan Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang


Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder
Perlakuan A (2% Jumlah Perekat)
Keteguhan
Diameter Luas Bidang Beban
Ulangan r2
Tekan
(cm) Dasar (cm2) Penekan (kg)
(kg/cm2)
1 4,08 2,04 13,067 177 13,55
2 4,10 2,05 13,196 154 11,67
3 4,11 2,06 13,260 138 10,41
4 4,05 2,03 12,876 173 13,44
5 4,03 2,02 12,749 182 14,28
77

Lampiran 7.
Jumlah 63,33
Rataan 12,67
Perlakuan B (4% Jumlah Perekat)
Keteguhan
Diameter Luas Bidang Beban
Ulangan r2
Tekan
(cm) Dasar (cm2) Penekan (kg)
(kg/cm2)
1 4,08 2,04 13,07 277 21,20
2 4,09 2,05 13,13 271 20,64
3 4,07 2,04 13,00 240 18,46
4 4,08 2,04 13,07 256 19,59
5 4,10 2,05 13,20 267 20,23
Jumlah 100,12
Rataan 20,02
Perlakuan C (6% Jumlah Perekat)
Keteguhan
Diameter Luas Bidang Beban
Ulangan r2 Tekan
(cm) Dasar (cm2) Penekan (kg)
(kg/cm2)
1 4,04 2,02 12,81 316 24,66
2 4,11 2,06 13,26 310 23,38
3 4,08 2,04 13,07 330 25,25
4 4,08 2,04 13,07 345 26,40
5 4,08 2,04 13,07 300 22,96
Jumlah 122,65
Rataan 24,53
Perlakuan D (8% Jumlah Perekat)
Keteguhan
Diameter Luas Bidang Beban
Ulangan r2
Tekan
(cm) Dasar (cm2) Penekan (kg)
(kg/cm2)
1 4,05 2,03 12,88 288 22,37
2 4,04 2,02 12,81 373 29,11
3 4,01 2,01 12,62 325 25,75
4 4,02 2,01 12,69 388 30,59
5 4,09 2,05 13,13 365 27,80
Jumlah 135,61
Rataan 27,12
Perlakuan E (10% Jumlah Perekat)
78

Keteguhan
Diameter Luas Bidang Beban
Ulangan r2
Tekan
(cm) Dasar (cm2) Penekan (kg)
(kg/cm2)
1 4,09 2,05 13,13 385 29,32
2 4,08 2,04 13,07 350 26,78
3 4,05 2,03 12,88 384 29,82
4 4,07 2,04 13,00 350 26,92
5 4,08 2,04 13,07 383 29,31
Jumlah 142,15
Rataan 28,43
Lampiran 7. 9 Nilai Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang dari Campuran Serbuk Arang
Batang Singkong (Manihot esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder
Perlakuan Nilai Rataan Kadar Zat Mudah Koefisien Variasi
Jumlah Perekat Menguap (%) (%)
A (2%) 39,04 22,61
B (4%) 38,87 4,89
C (6%) 38,51 6,86
D (8%) 37,66 16,12
E (10%) 36,02 8,26

10 Perhitungan Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang Campuran Serbuk


Arang Batang Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan A (2% Jumlah Perekat)


Berat Berat
Selisih/
Cawan+ Serbuk
Berat Kehila
Berat Serbuk Setelah
Serbuk ngan Vm
Cawan Setelah Dioven ArcSin
Ulangan Kering Berat (%) =
Kosong Dioven (D)=(C Vm
Tanur Serbuk E/B
(A) 950 -A)
(B) (E)=(B
Celcius
-D)
(C)
1 11,40 2,00 12,71 1,31 0,69 34,50 35,97
2 11,25 2,01 12,52 1,27 0,74 36,82 37,36
3 10,45 2,01 11,36 0,91 1,10 54,73 47,71
4 11,04 2,02 12,36 1,32 0,70 34,65 36,06
79

Lampiran 7.
5 11,17 2,00 12,48 1,31 0,69 34,50 35,97
Total 195,20 193,07
Rataan 39,04 38,61
Perlakuan B (4% Jumlah Perekat)
Berat
Selisih/
Cawan+ Berat
Berat Kehila
Berat Serbuk Serbuk
Serbuk ngan Vm
Cawan Setelah Setelah ArcSin
Ulangan Kering Berat (%) =
Kosong Dioven Dioven Vm
Tanur Serbuk E/B
(A) 950 (D)=(C
(B) (E)=(B
Celcius -A)
-D)
(C)
1 11,27 2,02 12,52 1,25 0,77 38,12 38,13
2 11,37 2,00 12,53 1,16 0,84 42,00 40,40
3 12,03 2,02 13,28 1,25 0,77 38,12 38,13
4 12,71 2,02 13,94 1,23 0,79 39,11 38,71
5 11,99 2,00 13,25 1,26 0,74 37,00 37,46
194,3
Total 192,82
5
Rataan 38,87 38,56
Perlakuan C (6% Jumlah Perekat)

Berat
Selisih/
Cawan+ Berat
Berat Kehila
Berat Serbuk Serbuk
Serbuk ngan Vm
Cawan Setelah Setelah ArcSin
Ulangan Kering Berat (%) =
Kosong Dioven Dioven Vm
Tanur Serbuk E/B
(A) 950 (D)=(C
(B) (E)=(B
Celcius -A)
-D)
(C)
1 11,40 2,02 12,69 1,29 0,73 36,14 36,95
2 11,25 2,02 12,45 1,20 0,82 40,59 39,58
3 10,45 2,00 11,70 1,25 0,75 37,50 37,76
4 11,04 2,01 12,32 1,28 0,73 36,32 37,06
5 11,17 2,00 12,33 1,16 0,84 42,00 40,40
192,5
Total 191,75
5
80

Rataan 38,51 38,35


Perlakuan D (8% Jumlah Perekat)
Berat
Selisih/
Cawan+ Berat
Berat Kehila
Berat Serbuk Serbuk
Serbuk ngan Vm
Cawan Setelah Setelah ArcSin
Ulangan Kering Berat (%) =
Kosong Dioven Dioven Vm
Tanur Serbuk E/B
(A) 950 (D)=(C
(B) (E)=(B
Celcius -A)
-D)
(C)
1 11,27 2,00 12,64 1,37 0,63 31,50 34,14
2 11,37 2,03 12,77 1,40 0,63 31,03 33,85
3 12,03 2,03 13,26 1,23 0,80 39,41 38,89
4 12,71 2,01 13,87 1,16 0,85 42,29 40,56
5 11,99 2,02 13,12 1,13 0,89 44,06 41,59
188,2
Total 189,03
9
Rataan 37,66 37,81
81

Perlakuan E (10% Jumlah Perekat)


Berat
Selisih/
Cawan+ Berat
Berat Kehila
Berat Serbuk Serbuk
Serbuk ngan Vm
Cawan Setelah Setelah ArcSin
Ulangan Kering Berat (%) =
Kosong Dioven Dioven Vm
Tanur Serbuk E/B
(A) 950 (D)=(C
(B) (E)=(B
Celcius -A)
-D)
(C)
1 11,29 2,02 12,56 1,27 0,75 37,13 37,54
2 11,38 2,02 12,77 1,39 0,63 31,19 33,95
3 12,05 2,01 13,27 1,22 0,79 39,30 38,82
4 11,04 2,01 12,32 1,28 0,73 36,32 37,06
5 11,40 2,02 12,69 1,29 0,73 36,14 36,95
180,0
Total 184,33
8
Rataan 36,02 36,87
Lampiran 7. 11 Nilai Kadar Abu dan Kadar Terikat Karbon Briket Arang dari
Campuran Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot esculenta)
dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder
Perlakuan Nilai Rataan Koefisien Nilai Rataan Koefisien
Jumlah Kadar Variasi Kadar Karbon Variasi
Perekat Abu(%) (%) Terikat(%) (%)
A (2%) 7,16 8,98 53,80 16,69
B (4%) 6,96 4,74 54,17 3,09
C (6%) 6,86 7,64 54,63 4,08
D (8%) 6,57 6,75 55,77 10,63
E (10%) 6,36 14,38 56,45 6,27
82

Lampiran 7. 12 Perhitungan Kadar Abu dan Kadar Karbon Terikat Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot
esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan A (2% Jumlah Perekat)


Berat
Berat
Cawan+S Karbon
Berat Sisa Kadar
Berat erbuk Kadar Terikat
Serbuk Serbuk Zat ArcSin ArcSin
Cawan Setelah Abu (%)= 100-
Ulangan Kering Setelah Mudah Kadar Karbon
Kosong Dioven (%) = Vm-
Tanur Dioven Terbang Abu Terikat
(A) 750 D/B Kadar
(B) (D)=(C- (%)
Celcius Abu
A)
(C)
1 11,40 2,00 11,53 0,13 6,50 34,50 59,00 14,77 50,18
2 11,25 2,01 11,38 0,13 6,47 36,82 56,71 14,73 48,86
3 10,45 2,01 10,60 0,15 7,46 54,73 37,81 15,85 37,94
4 11,04 2,02 11,20 0,16 7,92 34,65 57,43 16,35 49,27
5 11,17 2,02 11,32 0,15 7,43 34,50 58,07 15,81 49,65
Total 35,78 269,02 77,52 235,90
Rataan 7,16 53,80 15,50 47,18
83

Perlakuan B (4% Jumlah Persen)


Berat
Berat
Cawan+S Karbon
Berat Sisa Kadar
Berat erbuk Kadar Terikat
Serbuk Serbuk Zat ArcSin ArcSin
Cawan Setelah Abu (%)= 100-
Ulangan Kering Setelah Mudah Kadar Karbon
Kosong Dioven (%) = Vm-
Tanur Dioven Terbang Abu Terikat
(A) 750 D/B Kadar
(B) (D)=(C- (%)
Celcius Abu
A)
(C)
1 11,27 2,02 11,42 0,15 7,43 38,12 54,45 15,81 47,56
2 11,37 2,00 11,50 0,13 6,50 42,00 51,50 14,77 45,86
3 12,03 2,02 12,17 0,14 6,93 38,12 54,95 15,26 47,84
4 12,71 2,02 12,85 0,14 6,93 39,11 53,96 15,26 47,27
5 11,99 2,00 12,13 0,14 7,00 37,00 56,00 15,34 48,45
Total 34,79 270,86 76,45 236,97
Rataan 6,96 54,17 15,29 47,39

Perlakuan C (6% Jumlah Persen)


84

Berat
Berat
Cawan+S Karbon
Berat Sisa Kadar
Berat erbuk Kadar Terikat
Serbuk Serbuk Zat ArcSin ArcSin
Cawan Setelah Abu (%)= 100-
Ulangan Kering Setelah Mudah Kadar Karbon
Kosong Dioven (%) = Vm-
Tanur Dioven Terbang Abu Terikat
(A) 750 D/B Kadar
(B) (D)=(C- (%)
Celcius Abu
A)
(C)
1 11,40 2,02 11,55 0,15 7,43 36,14 56,43 15,81 48,70
2 11,25 2,02 11,39 0,14 6,93 40,59 52,48 15,26 46,42
3 10,45 2,00 10,59 0,14 7,00 37,50 55,50 15,34 48,16
4 11,04 2,01 11,18 0,14 6,97 36,31 56,72 15,30 48,86
5 11,17 2,00 11,29 0,12 6,00 42,00 52,00 14,18 46,15
Total 34,32 273,14 75,90 238,29
Rataan 6,86 54,63 15,18 47,66

Perlakuan D (8% Jumlah Persen)


85

Berat
Berat
Cawan+S Karbon
Berat Sisa Kadar
Berat erbuk Kadar Terikat
Serbuk Serbuk Zat ArcSin ArcSin
Cawan Setelah Abu (%)= 100-
Ulangan Kering Setelah Mudah Kadar Karbon
Kosong Dioven (%) = Vm-
Tanur Dioven Terbang Abu Terikat
(A) 750 D/B Kadar
(B) (D)=(C- (%)
Celcius Abu
A)
(C)
1 11,27 2,00 11,41 0,14 7,00 31,50 61,50 15,34 51,65
2 11,37 2,01 11,50 0,13 6,47 31,03 62,50 14,73 52,24
3 12,03 2,00 12,16 0,13 6,50 39,41 54,09 14,77 47,35
4 12,71 2,01 12,84 0,13 6,47 42,29 51,24 14,73 45,71
5 11,99 2,02 12,12 0,13 6,44 44,05 49,51 14,70 44,72
Total 32,87 278,85 74,27 241,67
Rataan 6,57 55,77 14,85 48,33

Perlakuan E (10% Jumlah Persen)


86

Berat
Berat
Cawan+S Karbon
Berat Sisa Kadar
Berat erbuk Kadar Terikat
Serbuk Serbuk Zat ArcSin ArcSin
Cawan Setelah Abu (%)= 100-
Ulangan Kering Setelah Mudah Kadar Karbon
Kosong Dioven (%) = Vm-
Tanur Dioven Terbang Abu Terikat
(A) 750 D/B Kadar
(B) (D)=(C- (%)
Celcius Abu
A)
(C)
1 11,29 2,02 11,43 0,14 6,93 37,13 55,94 15,26 48,41
2 11,38 2,02 11,52 0,14 6,93 31,19 61,88 15,26 51,87
3 12,05 2,01 12,15 0,10 4,98 39,30 55,72 12,89 48,29
4 11,04 2,01 11,18 0,14 6,97 36,31 56,72 15,30 48,86
5 11,17 2,00 11,29 0,12 6,00 42,00 52,00 14,18 46,15
Total 31,80 282,27 72,90 243,58
Rataan 6,36 56,45 14,58 48,72
92

Lampiran 7. 13 Nilai Kalor Arang dari Campuran Serbuk Arang Batang Singkong (Manihot
esculenta) dengan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Perlakuan Jumlah Nilai RataanKalor Koefisien Variasi (%)


Perekat (kal/g)
A (2%) 5.654 0,92
B (4%) 5.861 0,30
C (6%) 6.065 1,09
D (8%) 6.152 0,09
E (10%) 6.195 0,35
Lampiran 7. 14 Nilai Pengujian Kalor Briket Arang Campuran Serbuk Arang Batang
Singkong (Manihot esculenta) dan Serbuk Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder

Kode Sampel Parameter Nilai Kalor (kal/g)

2% Perekat 5.713

2% Perekat 5.619

2% Perekat 5.628

4% Perekat 5.872

4% Perekat 5.868

4% Perekat 5.840

6% Perekat 6.157

6% Perekat 6.150

6% Perekat 6.146

8% Perekat 5.872

8% Perekat 5.868

8% Perekat 5.840

10% Perekat 6.210

10% Perekat 6.203

10% Perekat 6.170


93

Lampiran 7. 15 Proses Persiapan Bahan Baku Batang Singkong

Pengambilan Sampel Batang Singkong Hasil Pengambilan Batang Singkong

Pemotongan Sampel Batang Singkong Hasil Pemotongan Batang Singkong


94

Lampiran 7. 16 Sampel Arang Kayu Kebakaran Hutan Sekunder

Sampel Arang Kayu Kebakaran Hutan Sampel Arang Kayu Kebakaran Hutan
Sekunder Sekunder

Lampiran 7. 17 Proses Penjemuran Bahan Baku Batang Singkong dan Arang Kayu
Kebakaran Hutan Sekunder

Penjemuran Sampel Batang Singkong Penjemuran Batang Singkong


95

Penjemuran Sampel Arang Kayu Penjemuran Sampel Arang Kayu


Kebakaran Hutan Sekunder Kebakaran Hutan Sekunder

Lampiran 7. 18 Proses Pengarangan Batang Singkong

Persiapan Pembakaran Sampel Batang Persiapan Bahan Bakar


Singkong
96

Persiapan Bahan Bakar Proses Pembakaran Batang Singkong

Lampiran 7. 19 Proses Penghancuran Sampel Batang Singkong dan Arang Kayu Kebakaran
Hutan Sekunder

Penggilingan Batang Singkong Penghancuran Arang Kayu Kebakaran


Hutan Sekunder
97

Lampiran 7.
20 Proses Pengayakan Serbuk Arang

Pengayakan Serbuk Arang Pengayakan Serbuk

Lampiran 7. 21 Proses Pembuatan Briket Arang

Penimbangan Air Penimbangan Tepung Tapioka


98

Pembuatan Bahan Perekat Pencampuran Perekat Dan Serbuk


Arang

Lampiran 7. 22 Proses Pencetakan Briket Arang

Pencetakan Briket Arang Pencetakan Briket Arang


99

Lampiran 7.

23 Proses Pengempaan Briket Arang

Pengempaan Briket Arang Pengeluaran Briket Dari Cetakan

Lampiran 7. 24 Briket Arang

Briket Arang Yang Telah Jadi Briket Arang Yang Telah Jadi
100
101

Lampiran 7.
25 Proses Pengujian Kerapatan Briket Arang

Pengukuran Briket Arang Menggunakan Penimbangan Briket Arang


Kaliper

Lampiran 7. 26 Proses Pengujian Kadar Air Briket Arang

Pengovenan Briket Arang Briket Dimasukkan Ke Dalam


Desikator
102

27 Proses Pengujian Keteguhan Tekan Briket Arang

Pengujian Keteguhan Tekan Pengujian Keteguhan Tekan

Lampiran 7. 28 Proses Pengujian Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang

Pengovenan Sampel Pengahancuran Sampel


103

Lampiran 7.

Penimbangan Sampel Pengujian Kadar Zat Mudah Terbang

Penegluaran Sampel Pengovenan Sampel


104

29 Proses Pengujian Kadar Abu Briket Arang

Pengujian Kadar Abu Pengeluaran Sampel Kadar Abu


105

Lampiran 7.
RIWAYAT HIDUP

Rosdiana lahir di Binalawan pada tanggal 30 Juli 1997

sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak H.

Muh Yunus dan Ibu Hj. Jusmania (Almh). Memulai

Pendidikan pada tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri 004

Sebatik Barat dan lulus pada tahun 2010. Selanjutnya menempuh pendidikan ke

jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sebatik Barat dan lulus pada

tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah

Kejuruan di SMK Negeri 1 Nunukan dan lulus pada tahun 2016.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi di mulai pada tahun

2016 di Fakultas Kehutanan melalui jalur Seleksi Negeri Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menempuh pendidikan di bangku kuliah telah mengikuti

berbagai kegiatan antara lain Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru (PAMB), Liga

Fahutan dan Malam Keakraban Fahutan (MKR).

Pengalaman organisasi internal dan eksternal kampus yaitu Himpunan

Mahasiswa Sebatik (HIPMAS). Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 46 pada tahun

2020 di Desa Kelinjau Ilir, Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur.
106

Sedangkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa, Samarinda, Kalimantan Timur pada

tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai