Anda di halaman 1dari 72

KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG KEMIRI

(Aleurites moluccana) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT


TAPIOKA DARI EKSTRAKSI AMPAS UBI KAYU DAN
PENAMBAHAN GETAH PINUS

SKRIPSI

SAMSUL SAMRIN
105950060815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG KEMIRI
(Aleurites moluccana) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT
TAPIOKA DARI EKSTRAKSI AMPAS UBI KAYU DAN
PENAMBAHAN GETAH PINUS

SAMSUL SAMRIN

105950060815

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)


Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana)


dengan Menggunakan Perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi
Kayu dan Penambahan Getah Pinus

Nama : Samsul samrin

Nim : 105950060815

Jurusan : Kehutanan

Makassar, Desember 2019

Telah diperiksa dan disetujui;

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut,M.Si,IPM. Ir. Muhammad Daud, S.Hut.,M.Si.,IPM


NIDN: 0909073602 NIDN: 0929118502

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hikmah, S. Hut., M.Si., IPM.
NIDN:0912066901 NIDN:0011077101
HALAMAN KOMISI PENGUJI

Judul : Karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana)


dengan Menggunakan Perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi
Kayu dan Penambahan Getah Pinus

Nama : Samsul samrin

Nim : 105950060815

Jurusan : Kehutanan

Susunan Tim Penguji

Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si., IPM.


( Pembimbing I ) (..............................)

Ir. Muhammad Daud, S.Hut., M.Si., IPM.


( Pembimbiing II ) (..............................)

Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM.


( Penguji I ) (..............................)

Ir. Muhammad Tahnur, S.Hut., M.Hut., IPM.


( Penguji II ) (..............................)

Lulus: 21 Desember 2019


PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :Samsul Samrin


NIM :105950060815
Program Studi :Kehutanan
Fakultas :Pertanian

Dengan ini saya, Samsul Samrin menyatakan dengan sungguh-sungguh:

1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dalam bentuk yang


dilarang oleh undang-undang, termasuk pembuatan karya ilmiah oleh
orang lain dengan suatu imbalan, atau mengambil karya orang lain, ad alah
tindakan kejahatan yang harus dihukum menurut undang-undang yang
berlaku.
2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tulisan saya sendiri, bukan karya
orang lain atau karya plagiat, atau karya jiplakan dari karya orang lain.
3. Bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat atau pendapat yang pernah atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah saya ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersediah
tanpa mengajukan banding menerima sanksi:
1. Skripsi ini beserta nilai-nilai hasil ujian skripsi saya di batalkan
2. Pencabutan kembali gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh, serta
pembatalan dan penarikan ijazah sarjana dan transkrip nilai yang telah saya
terimah.

Makassar, Desember 2019


Yang Menyatakan

Samsul Samrin
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ilmu Itu Bagaikan Binatang Buruan, Sedangkan Pena Adalah Pengikatnya.


Maka Ikatlah Binatang Buruanmu Dengan Ikatan Yang Kuat”
(Imam Syafi’i)

“Bukanlah Ilmu Yang Mendatangimu, Tetapi Kamulah Yang Harus


Mendatangi Ilmu Itu”
(Imam Malik)

“Kebiasaan Adalah Kualitas Jiwa”


(Ibnu Khaldun)

“Sesali Masa Lalu Karena Ada Kekecewaan Dan Kesalahan-Kesalahan,


Tetapi Jadikan Penyesalan Itu Sebagai Senjata Untuk Masa Depan Agar
Tidak Terjadi Kesalahan Lagi”

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Kepada Kedua Orang Tuaku Yang


Tercinta, Saudaraku Dan Seluruh Keluargaku.
ABSTRAK

Samsul Samrin ,105950060815. Karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri


(Aleurites moluccana) Dengan Menggunakan Perekat Tapioka Dari Ekstraksi
Ampas Ubi Kayu Dan Penambahan Getah Pinus. Dibawah bimbingan Husnah
Latifah dan M. Daud.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik briket arang yang


dibuat dari cangkang kemiri dengan menggunakan perekat tepung tapioka dari
ekstraksi ampas ubi kayu dan penambahan getah pinus. Penelitian ini
dilaksanakan Balai Penalitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar, Sulawesi
Selatan serta berlangsung selama dua bulan dari bulan Agustus hingga bulan
September 2019. Penelitian menggunakan rancangan factorial 2 faktor dengan
rancangan dasar rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah komposisi
perekat tapioka dengan konsentrasi 8%, 12%, dan 16%, sedangkan faktor kedua
adalah penambahan getah pinus 0% dan 5% dari berat serbuk kering tanur.
Pengamatan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan. Untuk perlakuan yang
berpengaruh terhadap respon dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ ) atau
Tukey Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Briket arang yang dihasilkan
dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan perekat tapioka hasil ekstraksi
ampas ubi kayu dan penambahan getah pinus memberikan nilai kadar air berkisar
antara 3.8 – 7.1 %, kadar zat menguap (volatile meter) 35.30 – 40.82 %, kadar abu
2.1 – 3.92 %, kadar karbon terikat (fixed carbon) 55.2 – 62.52 %, kerapatan 0.61 –
0.68 g/cm3, uji tekan 6.8 – 8.4 kg/cm3 dan uji penyalaan 94 – 150 detik. Semua
kombinasi perlakuan telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang
kecuali kadar zat mudah menguap. Komposisi perekat tapioka dan getah pinus
yang bervariasi pada perlakuan tiap briket arang mempengaruhi jumlah kadar air,
kadar zat menguap (volatile meter), kadar abu, kadar karbon terikat (fixed
carbon), kerapatan, uji tekan dan uji nyala. Kombinasi pemberian getah pinus
sangat mempengaruhi cepatnya uji nyala briket arang cangkang kulit kemiri dan
briket yang paling cepat membara ketika dinyalakan yaitu briket dengan
penambahan getah pinus. Kecepatan penyalaan pada briket yang menggunakan
getah pinus karena didalamnya terdapat kandungan minyak terpentin yang mudah
terbakar. Kombinasi perlakuan serbuk arang 87%, perekat limbah tapioka 8% dan
getah pinus 5% (A1B2) merupakan perlakuan optimal dalam meningkatkan
kualitas briket arang limbah cangkang kemiri dengan penambahan perekat dan
aditif berbasis limbah. Kualitas briket arang cangkang kemiri yang dihasilkan dari
hasil pengujian beberapa variabel sangat dipengaruhi oleh komposisi perekat dan
getah pinus yang bervariasi.

Kata Kunci: Bioenergi, Cangkang kemiri, Briket Arang, Limbah Tapioka, Getah
Pinus
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu

wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan hasil penelitian dengan judul “Karakteristik Briket Arang

Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana) dengan Menggunakan Perekat Tapioka

dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dan Penambahan Getah Pinus”.

Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita

baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau yang menjadi surih

tauladan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwasanya mungkin dalam

penulisan hasil ini masih banyak perbaikan dan kekeliruan yang disebabkan

keterbatasan penulis, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dan

kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Pada

kesempatan kali ini pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, tak henti – hentinya memanjatkan doa untuk

keberasilan dan keselamatan penulis dunia akhirat, kemudian dukungan moral

serta materi demi keberhasilan studi dari penulis.

2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibunda Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si, IPM selaku pembimbing I dan

Ayahanda Ir. Muhammad Daud, S.Hut., M.Si., IPM selaku pembimbing II,
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala motivasi dan

masukannya demi tersusunnya Skripsi ini dengan baik dan benar.

5. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku penguji I dan Ayahanda Ir.

Muhammad Tahnur, S.Hut., M.Hut., IPM selaku penguji II yang telah

memberikan masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun skripsi

ini dengan benar.

6. Ibunda Muthmainnah, S.Hut., M.Hut selaku penasehat akademik yang tak

henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan selama penulis menempuh

perkuliahan hingga menyelesaikan masa studinya.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama

mengikuti kegiatan perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman – teman dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan dorongan dan motivasi yang besar.

Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh

Allah subhanahu wata’ala. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

Makassar, Desember 2019

Samsul Samrin
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4. Kegunaan .......................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Deskripsi Tanaman Kemiri .............................................................. 5
2.2. Karbonasi ......................................................................................... 6
2.3. Perekat .............................................................................................. 7
2.4. Getah Pinus ...................................................................................... 8
2.5. Briket Arang ..................................................................................... 9
2.6. Kerangka Pikir.................................................................................. 13

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 15
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 15
3.3. Prosedur Penelitian ............................................................................ 15
3.4. Variabel yang Diamati ...................................................................... 17
3.5. Rancangan Percobaan........................................................................ 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB V . PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 40
5.2. Saran ................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kehutanan .............................................. 13

2. Rata-rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka ......................................................................... 23

3. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka. .... 24

4. Rata-rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Kemri


Menggunakan Perekat Tepung Tapioka ................................................. 24

5. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 25

6. Rata-rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka ......................................................................... 25

7. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 26

8. Rata-rata Kadar Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) Briket Arang


Cangkang Kemri Menggunakan Perekat Tepung Tapioka ..................... 26

9. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 27

10. Rata-rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka ......................................................................... 28

11. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 28

12. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka ......................................................................... 29

13. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 30

14. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka ......................................................................... 30

15. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 31
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................... 14

2. Grafik Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemiri ............................ 24

3. Grafik Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Kemiri ............ 26

4. Grafik Kadar Abu Briket Arang Cangkang Kemiri ........................... 28

5. Grafik Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Kemiri ........ 31

6. Grafik Kerapatan Briket Arang Cangkang Kemiri ............................ 33

7. Grafik Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemiri ............................ 36

8. Grafik Uji Nyala Briket Arang Cangkang Kemiri ............................. 38


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahan bakar saat ini masih bersumber dari bahan bakar fosil

yaitu bahan bakar minyak, batu bara dan gas yang memiliki banyak dampak bagi

lingkungan disamping itu juga tidak terbarukan dan berkelanjutan, maka dari itu

dibutuhkan sumber bahan bakar yang mudah dan banyak tersedia di alam atau

dengan memanfaatkan limbah. Sebagai negara agraris yang terletak di daerah

tropis, Indonesia kaya akan sumber energi biomassa.

Menurut Supriyatno & Crishna (2010), biomassa merupakan bahan-bahan

organik yang berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan, hewan, produk dan

limbah industri budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan

perikanan). Kristanto (2013) menyatakan bahwa biomassa merupakan salah satu

sumber energi yang paling umum dan mudah diakses yang dapat diolah menjadi

bioenergi. Biomassa memiliki jumlah yang melimpah karena dihasilkan dari

aktivitas manusia ataupun proses alam dan juga memiliki potensi sumber daya

energi yang besar. Potensi energi biomassa 50.000 MW akan tetapi hanya 320

MW atau 0,64% yang sudah dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi

biomassa belum dimanfaatkan secara optimal. Biasanya hanya dibuang begitu saja

dan dibiarkan menumpuk sebagai limbah. Salah satu limbah biomassa yang

keberadaannya melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara optimal adalah

limbah biomassa tempurung kemiri.

Tempurung kemiri diperoleh dari hasil pengolahan biji kemiri. Dari setiap

kilogram biji kemiri akan dihasilkan 30% inti dan 70% tempurung (Gianyar,
Nurchayati & Padang, 2012). Sedangkan prosentase masa buah kemiri menjadi

tempurungnya sebesar 64,57% dan tergolong sangat tinggi bila dibandingkan

dengan tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit yang tidak lebih dari 30%

(Prabarini & Okadyana, 2012).

Jumlah tempurung kemiri yang dihasilkan dari tiap pengolahan biji kemiri

sangat banyak tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan

suatu usaha pemanfaatan tempurung agar tidak menjadi limbah. Paimin (1994)

menjelaskan bahwa proses pemisahan tempurung kemiri biasanya dilakukan

secara manual. Awalnya biji kemiri direbus sekitar 30 menit, lalu dikeringkan dan

dipecahkan dengan dipukul menggunakan palu atau benda keras lain. Tempurung

kemiri yang pecah bisa membahayakan pejalan kaki yang tidak menggunakan alas

kaki karena teksturnya sangat kaku dan keras. Oleh karena itu diperlukan suatu

upaya untuk mengolah limbah tempurung kemiri menjadi lebih bernilai positif.

Tekstur kaku dan keras pada tempurung kemiri ini dikarenakan tempurung kemiri

mengandung holoselulosa 49,22% dan lignin 54,46% (Lempang, Syafi’i & Pari,

2011). Kandungan lignin yang tinggi berpotensi untuk dibuat arang yang

menghasilkan nilai kalor yang tinggi.

Menurut Saleh (2013) untuk mengatasi limbah dan mengoptimalkan

penggunaan bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah perlu adanya

optimalisasi dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari bahan bakar

alternatif tersebut yaitu dengan cara mengolah limbah menjadi briket arang.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian berupa

pembuatan briket arang dari limbah tempurung kemiri. Briket merupakan suatu
bahan bakar padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami

pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket adalah bahan bakar yang

potensial dan dapat diandalkan untuk rumah tangga. Briket mampu menyuplai

energi dalam jangka panjang, harganya relatif murah. Seperti yang kita ketahui,

bahwa pemenuhan kebutuhan energi kita sebagian besar berasal dari pembakaran

bahan bakar fosil yang berumur jutaan tahun yang tidak dapat diperbarui.

Indonesia yang semula adalah net-exporter BBM telah menjadi net-importer BBM

sejak tahun 2000. Padahal cadangan minyak bumi Indonesia hanya sekitar 9

miliar barel dan produksi Indonesia hanya sekitar 500 juta barel per tahun. Ini

artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan untuk meningkatkan

recovery minyak bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis

dalam waktu dua puluh tiga tahun mendatang (Hambali, dkk., 2007). Salah satu

contoh kelangkaan BBM yang terjadi adalah semakin menipisnya minyak tanah

dan LPG. Padahal sebagian besar pemenuhan kebutuhan energi rumah tangga

berasal dari minyak tanah dan LPG. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat harus

mulai mencari bahan bakar alternatif yang bersifat renewable, salah satunya

dengan pemanfaatan limbah biomassa tempurung kemiri menjadi briket arang.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah penelitian ini yaitu:

1. Adakah pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dan

kadar Getah Pinus terhadap Karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri

(Aleurites moluccana)?

2. Adakah perbedaan karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri (Aleurites

moluccana) pada berbagai kombinasi kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi

Ampas Ubi Kayu dengan kadar Getah Pinus?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu

dan kadar Getah Pinus terhadap Karakteristik Briket Arang Cangkang

Kemiri (Aleurites moluccana)

2. Mengetahui perbedaan karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri

(Aleurites moluccana) pada berbagai kombinasi kadar perekat Tapioka dari

Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dengan kadar Getah Pinus.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah

tempurung kemiri, sebagai bahan dasar pembuatan briket arang dengan

menggunakan perekat tapioka yang diekstarksi limbah ampas pengolahan ubi

kayu
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Kemiri

Kemiri (Aleurites moluccana L) adalah tanaman yang bijinya dimanfaatkan

sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat

dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Tidak diketahui

dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari india dan

china, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia

Baru. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawai. Di Indonesia,

kemiri dikenal dengan banyak nama. Diantaranya, kembiri, gambiri, hambiri

(Batak), kemili (Gayo), kemiling (Lampung), buah kareh (Minangkabau, Nias),

keminting (Dayak), juga muncang (Sunda), miri (Jawa) .

Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana

Pohonya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang

diekstrak dari bijinya berguna dalam industri digunakan sebagai bahan campuran

cat. Pohonya dapat hidup pada ketinggian 150 -1000 meter. Tinggi tanman

mencapai sekitar 15-40 meter. Daunnya berwarna hijau pucat, bertangkai panjang,
helai daunnya berbentuk bulat telur, bentuknya lanset dan hanya pada bagian

pangkal bertulang daun menjari. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4-6 cm,

buahnya buah batu bentuknya bulat telur bola yang lebar dan berdaging, bijinya

berjumlah 1-2 dengan kulit. (Supriadi, 2009).

2.2 Karbonisasi

Karbonisasi adalah istilah untuk konversi dari zat organik menjadi karbon

atau residu yang mengandung karbon melalui pirolisis atau destilasi destruktif.

Hal ini sering digunakan dalam kimia organik dengan mengacu pada generasi gas

batubara serta aspal batubara dari batubara mentah. Bahan bakar fosil umumnya

merupakan produk dari karbonisasi sayuran. Istilah karbonisasi juga diterapkan

pada pirolisis batubara untuk memproduksi kokas. Karbonisasi juga merupakan

suatu tahap dalam proses pembuatan arang, dan dianggap sebagai langkah yang

paling penting dari semuanya karena memiliki kekuatan untuk mempengaruhi

seluruh proses mulai dari pohon yang tumbuh hingga distribusi akhir arang ke

berbagai sumber (Heygreen dan Bowyer, 1996 dalam Achmad 2008).

Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endotermik atau eksotermik

tergantung pada suhu dan proses reaksi kimia yang sedang terjadi. Secara umum

hal ini dipengaruhi oleh hubungan suhu karbonisasi, sifat reaksi, dan perubahan

fisik/kimiawi yang terjadi. Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara, pertama

dengan pemanasan secara langsung dalam tungku yang berbentuk kubah.

Pemanasan menggunakan tungku merupakan cara yang paling tua dimana

batubara dibakar pada kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja

yang akan terbakar. Jika zat terbang terbakar habis, proses pemanasan dihentikan.
Kelemahannya antara lain terdapat produk samping berupa gas dan cairan yang

tidak dapat dimanfaatkan atau habis terbakar, disamping itu produktivitas sangat

rendah.

Cara kedua adalah karbonisasi batubara dengan pemanasan tak langsung

atau sistem distilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak

sempit dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Melalui dinding baja,

panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang berisi batubara. Pada suhu sekitar 375

°C - 475 °C, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di

sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 °C - 600 °C, terlihat munculnya cairan

tar (aspal) dan senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan

massa plastis menjadi semi-kokas. Pada suhu 600 °C - 1100 °C, proses stabilitas

kokas dimulai.

Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa

aspal, amonia, gas metana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa aspal, amonia

dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia,

umumnya berupa senyawa aromatik.

2.3 Perekat

Sutigno (1986) dalam Latifah (1997) bahwa perekat adalah suatu bahan

yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas,

perekat dapat didefenisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk

menempel atau melekat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan

beberapa material satu sama lain dengan pengikatan permukaan.


Perekat dibuat dari tepung tapioka ditambah dengan air. Perekat tapioka

umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang, karena banyak terdapat

di pasaran dan harga relatif murah. Perekat ini dalam penggunaannya

menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan bahan yang lainnya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa briket arang dengan tepung kanji sebagai bahan

perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai

kalor kayu dalam bentuk aslinya. (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Triono, 2006).

2.4 Getah Pinus

Pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung

dalam marga Pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan

pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries). Pinus kebanyakan

bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ

jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah

berumah dua (sub-dioecious) (Jungh.& De Vries, 2012).

Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Coniferophyta

Kelas : Pinopsida

Ordo : Pinales

Famili : Pinaceae

Genus : Pinus

Spesies : Pinus merkusii


Getah pinus dihasilkan pada bagian gubal yang didalamnya terdapat sel –

sel yang merupakan gudang pati dan persediaan bahan lainnya untuk diubah

menjadi persenyawaan baru dalam pembentukan sel – sel kayu dan getah. Getah

pinus termasuk golongan oleoresin (perpaduan resin dan minyak pohon) yang

mengandung senyawa terpenoid, hidrokarbon dan senyawa netral bila

didestilasikan akan menghasilkan 15 – 25 % terpentin (CH10H16) dan 70 – 80 %

gondorukem dan 5 – 10 % kotoran. Riwayati (2005) dalam Kencanawati (2017).

Kandungan getah pinus yang mudah terbakar adalah minyak terpentin, minyak

terpentin merupakan cairan tidak berwarnah, bau khas (keras), pedas dan mudah

terbakar. Sastrohamidjojo (1981) dalam Kurniawan (2016).

2.5 Briket Arang

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi

alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Pembuatan briket bertujuan untuk

memperoleh suatu bahan bakar yang berkualitas yang dapat digunakan untuk

semua sector sebagai sumber energy pengganti. Budiman (2010) dalam Mirnawati

(2012).

1. Teknik Pembuatan Briket Arang

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam

Masturin (2002) mengemukakan bahwa proses pembuatan briket arang

meliputi empat cara yaitu:

a. Pengempaan serbuk gergaji menjadi briket kemudian disusul dengan

karbonisasi pada tekanan sedang.


b. Pengempaan dan proses karbonisasi serbuk kayu dilakukan secara

serentak.

c. Pengempaan campuran arang kayu dan serbuk kayu menjadi briket

disusul dengan proses karbonisasi.

d. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat menjadi briket

disusul dengan proses pengeringan yang kadang dikarbonisasi kembali.

Proses yang umum dilakukan adalah proses yang tercantum pada butir

a dan d. Briket yang baru dibentuk dengan tekanan tertentu dikeringkan

didalam oven bersuhu 60 0C selama 24 jam atau dijemur di udara terbuka

sampai mencapai kadar air lingkungan.

Menurut Herman (1989) dalam Masturin (2002), tekanan pengempaan

diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat

dengan bahan perekat. Semakin tinggi tekanan pengempaan, maka

semakin tinggi kerapatan briket dengan mengikuti persamaan regresi

linier. Penambahan tekanan pada suatu batas tertentu akan menyebabkan

bahan perekat ikut terbuang. Briket yang terlalu padat akan sulit terbakar,

sedangkan briket yang kurang padat akan mengakibatkan briket mudah

terurai pada saat penggunaannya seperti ditunjukkan oleh percikan bara

dan mengakibatkan kesan kurang bersih meskipun laju pembakarannya

cepat. Dengan demikian dibutuhkan tekanan densifikasi yang tepat, hal

tersebut ditentukan oleh jenis bahan yang didensifikasi. Menurut Pari et al.

(1990) dalam Triono (2006) menyatakan bahwa pada umumnya semakin

tinggi tekanan yang diberikan akan memberikan kecenderungan


menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan tekanan yang

semakin tinggi pula.

Menurut Suryani (1986) dalam Achmad (2008) pengempaan dalam

pembuatan briket dapat dilakukan dengan alat-alat pengepres type

cmpression atau extrussion. Tekanan yang diberikan untuk pembentukan

briket arang dibedakan menjadi dua cara yaitu batas elastisitas bahan baku

sehingga struktur sel akan runtuh dan belum melampaui batas elastisitas

bahan baku. Beberapa alat atau mesin pengempa yang dapat digunakan

untuk densifikasi dibedakan atas empat jenis, yaitu:(1) Piston press yang

digerakkan oleh piston mekanis dan hidroulik, (2) Conical screw press, (3)

Screw press dengan mantel pemanas, (4) Rotary ring disc press.

2. Mutu Briket Arang

Persyaratan briket arang tidak berbeda jauh dengan persyaratan arang.

Menurut Millstein dan Morkved (1960) dalam Achmad (2008),

persyaratan briket arang yang baik yaitu: bersih, tidak berdebu dan berbau,

mempunyai kekerasan yang merata, kadar abu serendah mungkin, nilai

kalor sepadan dengan bahan bakar lain, serta menyala dengan baik dan

memberikan panas yang merata, harganya dapat bersaing dengan bahan

bakar lain.

Kualitas briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku arang yang

digunakan, komposisi perekat serta tingkat pengempaan. Ukuran serbuk

arang yang halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi

ketahanan briket arang yang semakin meningkat. Ukuran yang besar dan
tidak seragam akan menyebabkan proses perekatan briket tidak maksimal

dan keteguhan tekan briket yang dihasilkan rendah (Nurhayati, 1983

dalam Achmad, 2008).

Sudrajat (1982) dalam Latifah (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat

briket arang meliputi kadar air, zat mudah menguap, karbon terikat, kadar

abu, nilai kalor, kerapatan dan keteguhan tekan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa persyaratan umum standar kuaitas briket arang meliputi karbon

terikat tinggi (>60%), zat mudah menguap (<30%), abu kecil (<8%), nilai

kalor tinggi (>6000 kal/g), kerapatan tinggi (>0,7 g/cm³), dan keteguhan

tekan tinggi (>12,0 kg/cm2). Untuk mengetahui standar kualitas secara

bahan baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-

6235-2000) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Sifat-Sifat Briket Arang Satuan SNI (BPPK)
Kadar air (moisture content) % Maksimum 8 7,57
Kadar zat mudah terbang
% Maksimum 15 16,14
(volatile matter content)
Kadar abu (ash content) % Maksimum 8 5,51
Kadar karbon terikat (fixed
% - 78,35
carbon content)
Kerapatan (density) g/cm3 - 0,4407
2
Keteguhan tekan g/cm - -
Nilai kalor (caloriffic value) cal/g Minimum 5000 6814,11
Sumber: Standarisasi Nasional Indonesia, 2000 dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, 1994.
2.6 Kerangka Pikir

Hutan

Hasil Hutan Bukan Kayu

Kemiri

Limbah Cangkang Kemiri

Limbah Ampas ubi Kayu Arang Getah Pinus

Briket Arang

Karakteristik Briket Arang Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana) dengan


Menggunakan Perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dan Penambahan
Getah Pinus

Gambar 1. Kerangka Pikir

Hasil hutan yang banyak dimanfaatkan berupa hasil hutan bukan kayu, salah

satunya adalah Kemiri (Aleurites moluccana). Bagian kemiri yang dimanfaatkan

berupa buahnya dan dari buah kemri ini menghasilkan limbah berupa cangkang

yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan energi. Dalam penelitian ini cangkang

Kemiri akan dibuat menjadi briket arang dengan mengunakan campuran perekat

tapioka dari limbah ampas ubi kayu dan ditambahkan getah Pinus, kemudian
dilakukan pengujian dan analisis karakteristik briket arang cangkang Kemiri

tersebut.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2019,

pengujian karakteristik briket dilakukan di Balai Penalitian dan Pengembangan

Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain: alat

penggiling, alat pengempa, cetakan briket, ayakan 60 mesh, wadah plastik,

pemanas atau kompor, termometer, desikator, oven, kuas, gelas ukur, timbangan

analitik, cawan porselin, universal testing gebruder amsler dan perioxide bomb

calorimeter. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang

biji kemiri yang telah jadi arang, air, bahan perekat tapioka dan getah pinus.

3.3 Prosedur Penelitian

1. Perlakuan Bahan Baku

Cangkang kemiri dibersihkan dan dikeringkan kemudian diarangkan

dengan menggunkan tungku kiln drum selama ±4 -6 jam. Arang cangkang

kemiri dibersihkan dari kotoran, setelah itu bahan baku arang cangkang

kemiri dihancurkan atau dihaluskan.

2. Pengayakan Serbuk Arang

Serbuk arang yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan

60 mesh sebelum diproses menjadi briket. Serbuk arang yang digunakan

adalah serbuk yang lolos dari saringan 60 mesh.


3. Pembuatan Briket Arang

a. Kerapatan target briket arang yang akan dibuat adalah 0.7 g/cm3.

Diameter cetakan briket arang memiliki diameter dalam 5.5 cm dan

tinggi 3.5 cm, sehingga total volume cetakan adalah 83.11 cm2,

sehingga untuk memenuhi target kerapatan maka dibutuhkan berat

campuran bahan baku briket setiap cetakan adalah 58.18 g. Sehingga,

pembuatan briket arang dalam penelitian ini menggunakan serbuk

arang, perekat tapioka dan getah pinus pada berbagai komposisi dengan

berat keseluruhan campuran 58.18 g. Penelitian ini menggunakan

rangkangan faktorial 2 faktor yaitu faktor kadar perekat tepung tapioka

dari ekstraksi ampas ubi kayu dan faktor kadar getah pinus.

b. Adonan campuran serbuk arang, perekat dan getah pinus dimasukkan

dalam alat cetakan yang dilengkapi alat penekan, kemudian dilakukan

pengempaan.

4. Pengeringan

Briket arang yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada

temperatur 60 0C selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam

kantong plastik dan ditutup rapat-rapat untuk menjaga agar briket arang

tetap dalam keadaan kering.

3.4 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati untuk menentukan sifat arang meliputi sifat kimia dan

sifat fisik yang terdiri atas: (1) pengujian dan pengukuran kadar air, zat mudah

menguap, kadar abu sesuai standar SNI 01-6235-2000, (2) pengujian nilai kalor
yang disesuaikan dengan standar yang berlaku di PT. Superitending Company of

Indonesia (Sucopindo), (3) pengujian dan pengukuran karbon terikat, kerapatan

dan keteguhan tekan sesuai dengan standar ASTM 1984 No. D 1762 – 84.

1. Kadar Air.

Kadar air ditentukan dengan menimbang 1 gram contoh dalam cawan

porselin yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam

oven pada suhu 115 0C selama ± 3 jam. Kemudian didinginkan dalam

desikator selama 1 jam lalu ditimbang kembali. Rumus perhitungan kadar

air yang digunakan sebagai berikut:

Ba - Bkt
Kadar air (%) = x 100%
Bkt

Di mana:

Ba = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)

Bkt = Berat sampel kering tanur (g)

2. Kadar Zat Menguap (Volatile)

Cawan porselin yang berisi 2 g contoh uji yang sudah diketahui

beratnya, dimasukkan ke dalam oven pada suhu ±90 0C selama 7 menit.

Setelah penguapan

selesai, lalu didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya

ditimbang. Kadar zat mudah menguap dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut:

(X1 - X2)
Kadar zat mudah menguap = x 100%
X1
Di mana:

X1 = Bobot awal (g)

X2 = Bobot akhir (g)

3. Kadar Abu

Cawan porselin yang berisikan 2 g contoh uji dimasukkan dalam oven

pada suhu ± 900 0C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan

ditimbang. Kadar abu dinyatakan dengan rumus :

Bobot abu
Kadar abu (%) = x 100%
Bobot contoh

4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)

Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus:

Kadar Karbon Terikat = 100 – (Kadar abu + kadar zat menguap) %

5. Kerapatan

Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu

dengan cara menimbang briket arang dan mengukur volumenya.

Perhitungan volume briket arang dihitung dengan menggunakan rumus:

Vsilinder = 1 πd2 . t2
4

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Kerapatan briket

arang dihitung dengan menggunakan perhitungan:

Bobot briket arang (g)


Kerapatan (g/cm3) =
Volume (cm3)
6. Keteguhan Tekan

Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan menggunakan alat

Universal Testing Gebruder Amsler. Penekanan yang diberikan dilakukan

secara perlahan-lahan sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala

dikonversikan dalam satuan kg/cm2 merupakan besar keteguhan tekan

briket persatuan luas. Penentuan keteguhan tekan dihitung dengan

menggunakan perhitungan:

Beban penekanan (kg)


Keteguhan tekan (kg/cm3) =
Luas permukaan briket (cm2)

7. Uji Penyalaan

Uji penyalaan dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang

dibutuhkan hinggah briket arang dapat menyala hingga membara. Pada uji

penyalaan ini dilakukan dengan membakar briket menggunakan lilin

kemudian mencatat berapa lama waktu yang dibutuhkan sehingga briket

arang dapat membara.

3.5 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan rancangan

dasar rancangan acak lengkap (RAL). Faktor kadar perekat tepung tapioka dari

ekstraksi ampas ubi kayu masing-masing terdiri atas 3 taraf yaitu 8% (A1), 12%

(A2) dan 16% (A3) dan faktor kadar getah pinus masing-masing terdiri atas 2

taraf yaitu 0% (B1) dan 5% (B2). Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3

kali. Adapun campuran masing kombinasi sebagai berikut:


a. A1B1: Serbuk arang sebanyak 92 % (53.52 g), ditambah perekat tapioka

8 % ( 4.65 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus).

b. A1B2: Serbuk arang sebanyak 87 % (50.61 g), ditambah perekat tapioka

8 % (4.65 g) dan getah pinus 5 % (2.90 g)

c. A2B1: Serbuk arang sebanyak 88 % (51.20 g), ditambah perekat tapioka

12 % (6.98 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus)

d. A2B2: Serbuk arang sebanyak 83 % (48.29 g), ditambah perekat tapioka

12 % (6.98 g) dan getah pinus 5 % (2.90 g)

e. A3B1: Serbuk arang sebanyak 84 % (48.87 g), ditambah perekat tapioka

16 % (9.30 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus)

f. A3B2: Serbuk arang sebanyak 79 % (45.96 g), ditambah perekat tapioka

16 % (9.30 g) dan getah pinus 5 % (2.90 g)

Setiap kombinasi perlakuan diulang masing-masing sebanyak 3 kali yang

terdiri atas 2 faktor, yaitu:

a. Kadar perekat tepung tapioka dari eksraksi ampas ubi kayu yang terdiri atas
3 taraf:
A1 = Kadar perekat 8%

A2 = Kadar perekat 12%

A3 = Kadar perekat 16%

b. Kadar getah pinus yang terdiri atas 2 taraf:


B1 = kadar getah pinus 0% (tanpa getah pinus)

B2 = kadar getah pinus 5%


Model matematis untuk rancangan faktorial menurut Gaspertz (1991)

sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Єijk

Dengan,
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k

yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf

ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B dan

taraf ke-k faktor C).

Μ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang

sesungguhnya)

αi = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A.

βj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B.

(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-

j faktor B.

Єijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi ijk.

Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh antara

masing-masing perlakuan pada berbagai perbedaan komposisi, maka

dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

sebagai berikut:
BNJ = ω = qα (p,n2). SY

Dimana:

ω = Nilai uji Tukey

qα = Nilai tabel Tukey

p = Jumlah perlakuan

n2 = Derajat bebas galat

SY = √{(KT Galat) / r}

Dimana r = Jumlah ulangan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kadar Air

Hasil pengamatan kadar air briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan

penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat

pada Lampiran A.1 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran

B.1. Rata-rata nilai kadar air pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 2

dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Rata-rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka.

No Perlakuan Rata-rata (%)


1 A1B1 3,803
2 A1B2 4,527
3 A2B1 4,893
4 A2B2 6,007
5 A3B1 6,760
6 A3B2 7,140

Rata-rata kadar air hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2 diatas

menunjukkan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan

menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar

air antara 3.09 % dan 7.52 %. Kadar air terendah dijumpai pada kombinasi A1B1

dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar air tertinggi

pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Jika

dibandingkan dengan kadar air briket Standar Nasional Indonesia (SNI)

maksimum 8 %, maka kadar air briket arang cangkang kemiri yang dihasilkan

memenuhi Standar Nasional Indonesia. Hasil analisis sidik ragam bahwa


perlakuan komposisi perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukkan

pengaruh nyata terhadap kadar air briket arang cangkang kemiri.

Tabel 3. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (%)
(1.76)
1 A1B1 3,803 a
2 A1B2 4,527 ab
3 A2B1 4,893 ab
4 A2B2 6,007 bc
5 A3B1 6,760 c
6 A3B2 7,140 c
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Pada Tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji lanjut BNJ kadar air

briket arang cangkang kemiri menunjukkan perlakuan A1B1 berbeda nyata

dengan A2B2, A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2 dan

A2B1.

Kadar Air
8
Rata-rata kadar air

6
4
2
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 2. Grafik Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat

memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar air briket arang tempurung kemiri,

semakin tinggi kadar perekat maka kadar air akan semakin tinggi, seperti yang

tersaji pada Gambar Grafik diatas Pada penelitian ini kadar air dari briket arang
sudah memenuhi standar. Kadar air mempengaruhi kualitas briket arang yang

dihasilkan. Semakin rendah kadar air maka nilai kalor dan daya pembakarannya

akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya briket yang memiliki kadar air tinggi

akan sulit dinyalakan, mudah rapuh dan ditumbuhi jamur. Penambahan perekat

yang semakin tinggi menyebabkan air yang terkandung dalam perekat akan masuk

dan terikat dalam pori arang, pori-pori briket akan semakin kecil dan pada saat

dikeringkan air yang terperangkap di dalam pori briket arang sukar menguap dan

semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan panas yang

tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan atau

menguapkan air yang terperangkap dalam briket sebelum kemudian menghasilkan

panas yang digunakan sebagai panas pembakaran (Ismayana & Afriyanto, 2012

dalam Budi Utami, 2015).

b. Kadar Zat Menguap (Volatile Meter)

Hasil pengamatan kadar zat menguap (volatile matter) briket arang cangkang

kemiri yang dibuat dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan

getah pinus dapat dilihat pada Lampiran A.2 dan hasil analisis sidik ragam yang

disajikan pada Lampiran B.2. Rata-rata nilai kadar zat menguap pada briket

cangkang kemiri disajikan pada Tabel 4 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada

Tabel 5.
Tabel 4. Rata-rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 A1B1 35,307
2 A1B2 36,713
3 A2B1 37,827
4 A2B2 38,777
5 A3B1 39,680
6 A3B2 40,823

Pada Tabel 4 diatas dapat dilihat hasil pengujian kadar zat menguap

menunjukkan briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan

menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar

zat menguap antara 35.26 % dan 40.87 %. Kadar zat menguap terendah dijumpai

pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus,

sedangkan kadar zat menguap tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar

perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan

kombinasi perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata

terhadap nilai kadar zat mudah menguap briket arang cangkang kemiri.

Tabel 5. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata %
(0.17)
1 A1B1 35,307 a
2 A1B2 36,713 b
3 A2B1 37,827 c
4 A2B2 38,777 d
5 A3B1 39,680 d
6 A3B2 40,823 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 5 diatas menunjukkan

perlakuan kombinasi perekat tapioka dengan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu

sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

Kadar Zat Menguap


Rata-rata kadar zat

42
40
menguap

38
36
34
32
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 3. Grafik Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 3 yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa jumlah

kadar perekat yang digunakan semakin besar maka kadar zat menguapnya juga

semakin tinggi. Kadar zat menguap merupakan zat yang menguap dari hasil

dekomposisi senyawa - senyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air.

Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap pada briket disebabkan oleh

kesempurnaan proses karbonisasi, waktu dan suhu. Semakin lama waktu

pembakaran dan semakin tinggi suhu karbonisasi maka semakin banyak zat

menguap yang terbuang serta semakin banyak kadar perekat maka semakin

banyak kandungan mineral dari bahan perekat akibatnya kadar zat menguap briket

arangnya juga makin bertambah. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi

dalam briket arang akan menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket

dinyalakan. Kandungan asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antar
karon monoksida dengan turunan alkohol (Hendra dan Pari, 2000 dalam Diah

Sundari Wijayanti, 2009).

c. Kadar Abu

Hasil pengamatan kadar abu briket arang cangkang kemiri yang dibuat

dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat

dilihat pada Lampiran A.3. dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada

Lampiran B.3. Rata-rata nilai kadar abu pada briket cangkang kemiri disajikan

pada Tabel 6 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Rata-rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 A1B1 2,170
2 A1B2 2,690
3 A2B1 3,093
4 A2B2 3,350
5 A3B1 3,707
6 A3B2 3,927

Pada Tabel 6 diatas rata-rata kadar abu menunjukkan bahwa briket arang

yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan perekat tapioka dan

penambahan getah pinus memiliki nilai kadar abu menguap antara 2.1 % dan 3.98

%. Kadar abu terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8 %

dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar abu tertinggi pada kombinasi A3B2

dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Jika dibandingkan dengan kadar

abu briket Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 8 %, maka kadar abu

briket arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi Standar Nasional

Indonesia. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan kombinasi perekat dan
getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar abu

briket arang cangkang kemiri.

Tabel 7. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (%)
(0.23)
1 A1B1 2,170 a
2 A1B2 2,690 b
3 A2B1 3,093 c
4 A2B2 3,350 d
5 A3B1 3,707 e
6 A3B2 3,927 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.

Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa

perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain

dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

Kadar Abu
5
Rata-rata kadar abu

4
3
2
1
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 4. Grafik Kadar Abu Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat

memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar abu briket arang cangkang kemiri.

Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari kadar abu yang dimiliki oleh

perekat. Tepung tapioka memiliki kandungan kadar abu sebesar 0.1 – 0.8 % (Kirk
dan Othmer, 1967 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009). Abu merupakan bagian

yang tersisa dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi.

Kadar abu briket dapat dipengaruhi oleh kandungan abu dari bahan perekat atau

bahan baku. Salah satu unsur utama penyusun abu adalah silika dan pengaruhnya

kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Semakin tinggi

kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi

dapat menurunkan nilai kalor briket arang (Rahmawati, 2013 dalam Budi Utami,

2015).

d. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)

Hasil pengamatan kadar karbon terikat (Fixed Carbon) briket arang cangkang

kemiri yang dibuat dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan

getah pinus dapat dilihat pada Lampiran A.4 dan hasil analisis sidik ragam yang

disajikan pada Lampiran B.4. Rata-rata nilai kadar karbon terikat pada briket

cangkang kemiri disajikan pada Tabel 8 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada

Tabel 9.

Tabel 8. Rata-rata Kadar Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) Briket Arang
Cangkang Kemri Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 A1B1 62,523
2 A1B2 60,603
3 A2B1 59,080
4 A2B2 57,873
5 A3B1 56,637
6 A3B2 55,250

Pada Tabel 8 diatas rata-rata hasil pengujian kadar karbon terikat

menunjukkan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan

menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar
karbon terikat antara 55.3 % dan 62.47 %. Kadar karbon terikat terendah dijumpai

pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus,

sedangkan kadar karbon terikat tertinggi pada kombinasi A1B1 dengan kadar

perekat 16 % dan tanpa getah pinus . Jika dibandingkan dengan kadar karbon

terikat briket Standar Badan Penelitian dan Pengembangan kehutanan yaitu 78.35

%, maka kadar karbon terikat arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi

Standar BPPK. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan kombinasi perekat dan

getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar karbon

terikat briket arang cangkang kemiri.

Tabel 9. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata
(0.30)
1 A3B2 55,250 a
2 A3B1 56,637 b
3 A2B2 57,873 c
4 A2B1 59,080 d
5 A1B2 60,603 e
6 A1B1 62,523 f
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa

perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain

dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.


Kadar Karbon Terikat
65

Rata-rata kadar karbon


60

terikat
55

50
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 5. Grafik Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat

memberikan pengaruh terhadap kadar karbon terikat briket arang cangkang kemiri

yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah perekat yang diberikan maka semakin

rendah juga kadar karbon terikatnya. Karbon terikat (fixed carbon) yaitu fraksi

karbon (C) yang terikat di dalam arang selain fraksi air, zat menguap dan abu.

Keberadaan karbon terikat di dalam briket arang dipengaruhi oleh kadar air, kadar

abu dan kadar zat menguap. Kadarnya akan bernilai tinggi apabila kadar air, kadar

abu dan kadar zat menguap pada briket rendah. Karbon terikat berpengaruh

terhadap nilai kalor pembakaran briket arang. Nilai kalor briket arang akan tinggi

jika nilai karbon terikatnya juga tinggi. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada

briket arang maka menandakan bahwa briket arang tersebut adalah yang baik

(Abidin, 1973 dalam Diah Sundari wijayanti, 2009).


e. Kerapatan

Hasil pengamatan kerapatan briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan

penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat

pada Lampiran A.5 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran

B.5. Rata-rata nilai kerapatan pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel

10 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 11.

Tabel 10. Rata-rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan


Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (g/cm3)
1 A1B1 0,610
2 A1B2 0,617
3 A2B1 0,630
4 A2B2 0,640
5 A3B1 0,670
6 A3B2 0,683

Hasil uji kerapatan yang disajikan pada Tabel 10 diatas dari menunjukkan

bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan

perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kerapatan antara 0.61

g/cm3 dan 0.69 g/cm3. Kerapatan terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan

kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan kerapatan tertinggi pada

kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 % . Jika

dibandingkan dengan kerapatan briket Standar yaitu maksimum 0.7 g/cm3, maka

kerapatan arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi Standar. Hasil

analisis sidik ragam bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus yang

diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap kerapatan briket arang cangkang

kemiri.
Tabel 11. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata
(0.009)
1 A1B1 0,610 a
2 A1B2 0,617 a
3 A2B1 0,630 b
4 A2B2 0,640 c
5 A3B1 0,670 d
6 A3B2 0,683 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 11 diatas menunjukkan

bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu

sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

Kerapatan
0.7
Rata-rata kerapatan

0.65

0.6

0.55
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 6. Grafik Kerapatan Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat

memberikan pengaruh terhadap kerapatan briket arang cangkang kemiri yang

dihasilkan, semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi juga kerapatan dari

briket arang. Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume

briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan

arang penyusun briket arang tersebut (Diah Sundari Wijayanti, 2009).

Penambahan perekat akan menyebabkan luas permukaan kontak partikel briket


arang yang diselubungi oleh perekat tapioka meningkat, sehingga menyebabkan

daya rekat (adhesi) partikel dengan tepung tapioka juga meningkat. Hal ini

menyebabkan peningkatan kerapatan briket arang yang dihasilkan (Acmad, 2008).

f. Uji Tekan

Hasil pengamatan uji tekan briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan

penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat

pada Lampiran A.6 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran

B.6. Rata-rata nilai uji tekan pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 12

dan Hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 13.

Tabel 12. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan
Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (g/cm3)
1 A1B1 6,853
2 A1B2 6,917
3 A2B1 7,423
4 A2B2 7,687
5 A3B1 8,147
6 A3B2 8,403

Hasil pengujian tekan yang disajikan pada Tabel 12 diatas menunjukkan

bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan

perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai uji tekan antara 6.8

kg/cm3 dan 8.4 kg/cm3. Uji tekan terendah dijumpai pada kombinasi A1B2

dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan uji tekan tertinggi

pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 % . Jika

dibandingkan dengan nilai uji tekan briket Standar yaitu maksimum 12 kg/cm3,

maka uji tekan arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi Standar. Hasil
analisis sidik ragam bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus yang

diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap uji tekan briket arang cangkang

kemiri.

Tabel 13. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (g/cm3)
(0.78)
1 A1B1 6,853 a
2 A1B2 6,917 a
3 A2B1 7,423 abc
4 A2B2 7,687 bcd
5 A3B1 8,147 cd
6 A3B2 8,403 d
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa

perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata dengan A2B2,

A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2 dan A2B1.

Uji Tekan
10
Rata-rata uji tekan

8
6
4
2
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 7. Grafik Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat

memberikan pengaruh terhadap uji tekan briket arang cangkang kemiri yang

dihasilkan, semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi juga nilai hasil uji

tekan dari briket arang. Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket

untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau
hancurnya briket jika diberi beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai

keteguhan briket arang berarti daya tahan briket arang terhadap pecah semakin

baik (Triono, 2006 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009). Semakin seragam

serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang dengan keteguhan tekan yang

semakin tinggi (Nurhayati, 1983 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009).

g. Uji Penyalaan

Hasil pengamatan uji penyalaan briket arang cangkang kemiri yang dibuat

dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat

dilihat pada Lampiran A.7 dan analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran

B.7. Rata-rata nilai uji nyala pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 14

dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 15.

Tabel 14. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan
Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (detik)
1 A1B1 138
2 A1B2 94
3 A2B1 145
4 A2B2 98
5 A3B1 150,6
6 A3B2 121,6

Hasil pengujian penyalaan yang disajikan pada Tabel 14 diatas menunjukkan

bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan

perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai uji nyala antara 94

detik dan 150 detik. Uji Penyalaan terendah dijumpai pada kombinasi A1B2

dengan kadar perekat 8 % dan getah pinus 5%, sedangkan uji nyala tertinggi pada

kombinasi A3B1 dengan kadar perekat 16 % dan tanpa getah pinus. Dari
pengujian ini menunjukkan bahwa penambahan getah pinus dapat mempercepat

proses penyalaan pada briket.

Tabel 15. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (detik)
(7.96)
2 A1B2 94,00 a
4 A2B2 98,00 a
6 A3B2 121,6 b
1 A1B1 138,00 c
3 A2B1 145,00 cd
5 A3B1 150,6 d
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa

perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B2 berbeda nyata dengan A3B2,

A1B1, A2B1 dan A3B1 namun berbeda tidak nyata dengan A2B2 dan.

Uji Nyala
200
Rata-rata waktu uji nyala

150

100

50

0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan

Gambar 8. Grafik Uji Nyala Briket Arang Cangkang Kemiri.

Grafik pada gambar 8 di atas menunjukkan bahwa pemberian getah pinus dan

perekat dapat mempengaruhi uji penyalaan briket. jika briket menggunakan

komposisi getah pinus maka akan mempercepat uji penyalaan, hal ini disebabkan

karena pada getah pinus mengandung zat terpentin yang mudah terbakar dan jika
semakin tinggi kadar perekat maka lama waktu penyalaan akan semakin lama. Hal

ini disebabkan karena kandungan air yang terdapat pada perekat tapioka.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian yang dilakukan pada beberapa variabel pengamatan dapat

disimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit kemiri

dengan menggunakan perekat tapioka hasil ekstraksi ampas ubi kayu dan

penambahan getah pinus memberikan nilai kadar air berkisar antara 3,8 – 7,1 %,

kadar zat menguap (volatile meter) 35,3 – 40,8 %, kadar abu 2,1 – 3,9 %, kadar

karbon terikat (fixed carbon) 55,2 – 62,5 %, kerapatan 0,61 – 0,68 g/cm3, uji tekan

6,8 – 8,4 kg/cm3 dan uji nyala 94 – 150 detik. Semua kombinasi perlakuan yang

diuji telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat

mudah menguap.

Komposisi perekat tapioka dan getah pinus yang bervariasi pada perlakuan

tiap briket arang mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap (volatile

meter), kadar abu, kadar karbon terikat (fixed carbon), kerapatan, uji tekan dan uji

nyala. Kombinasi pemberian getah pinus sangat mempengaruhi cepatnya uji nyala

briket arang cangkang kulit kemiri dan briket yang paling cepat membara ketika

dinyalakan yaitu briket dengan penambahan getah pinus. Kualitas briket arang

cangkang kemiri yang dihasilkan dari hasil pengujian beberapa variabel sangat

dipengaruhi oleh komposisi perekat dan getah pinus yang bervariasi.


5.2 Saran

Saran untuk penelitian lanjutan dengan perlakuan pemberian komposisi

perekat dan getah pinus agar lebih bervariasi lagi untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kualitas briket arang cangkang kulit kemiri yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M. 2008. Kualitas Briket Arang Kulit Biji Kepayang (Pangium Edule)
dengan Penggunaan Perekat Tapioka. Skripsi Jurusan Teknologi
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994. Pedoman Teknis


Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan. Bogor.

Badan Standarisasi Nasional, 2000. SNI 01 – 6235 – 2000. Briket Arang Kayu.

Jungh & De Vries, 2012. Tanaman Pinus.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kencanawati. 2017. Karakteristik dan Analisis Awal Getah Pinus Merkusi dengan
Variasi Suhu Pemanasan Sebagai Alternatif Resin pada Komposit.
Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Udayana. Badung. Bali.

Kurniawan, R. 2016. Pengaruh Penambahan Minyak Terpentin dan Minyak


Cengkeh Pada Bahan Bakar Premium Terhadap Peporma dan Emisi
Kendaraan Bermotor. Skripsi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Latifah, H. 1997. Pengaruh Jenis Kayu dan Perekat Terhadap Kualitas Briket
Arang. Skripsi Studi Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan.
Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
Limbah Gergajian Kayu. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mirnawati. 2012. Pengaruh Konsentrasi Perekat Getah Pinus Terhadap Nilai


Kalor Pembakaran Pada Biobriket Sekam Padi dengan Tempurung
Kelapa. Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Supriadi, 2009. Bunga Rampai Kemiri Sunan Penghasil Biodiesel, Solusi Masalah
Energi Masa Depan. Tinjauaan Agroklimat Wilayah Pengembangan
di Jawa Barat. Balai penelitian Tanaman Rempah dan Aneka tanaman
Industri.

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian


Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa
(Cocos nucifera L). Skripsi Departemen Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Utami, B. 2015. Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang dari Limbah


Tempurung Kemiri (Aleurites moluccana) dengan Menggunakan
Variasi Jenis Bahan Perekat dan Jumlah Bahan Perekat. Program
Studi Pendidikan Kimia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret.

Wijayanti, D.S. 2009. Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergaji dengan
Penambahan Arang Cangkang Kelapa Sawit. Skripsi Departemen
Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran A Nilai Hasil Pengujian Briket Arang Cangkang Kemiri.

Lampiran A.1. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 3.09 4.16 4.16 11.41 3.803
2 A1B2 4.16 5.26 4.16 13.58 4.527
3 A2B1 5.26 5.26 4.16 14.68 4.893
4 A2B2 6.38 5.26 6.38 18.02 6.007
5 A3B1 6.38 6.38 7.52 20.28 6.760
6 A3B2 7.52 7.52 6.38 21.42 7.140
Total 32.79 33.84 32.76 99.39 33.130

Lampiran A.2. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Zat Menguap Arang Cangkang
Kemri Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 35.37 35.26 35.29 105.92 35.307
2 A1B2 36.79 36.66 36.69 110.14 36.713
3 A2B1 37.77 37.88 37.83 113.48 37.827
4 A2B2 38.79 38.8 38.74 116.33 38.777
5 A3B1 39.78 39.69 39.57 119.04 39.680
6 A3B2 40.83 40.87 40.77 122.47 40.823
Total 229.33 229.16 228.89 687.38 229.127
Lampiran A.3. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Abu Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 2.16 2.1 2.25 6.51 2.170
2 A1B2 2.85 2.65 2.57 8.07 2.690
3 A2B1 3.02 3.17 3.09 9.28 3.093
4 A2B2 3.38 3.27 3.4 10.05 3.350
5 A3B1 3.72 3.65 3.75 11.12 3.707
6 A3B2 3.98 3.87 3.93 11.78 3.927
Total 19.11 18.71 18.99 56.81 18.937

Lampiran A.4. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Karbon Terikat Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 62.47 62.64 62.46 187.57 62.523
2 A1B2 60.38 60.69 60.74 181.81 60.603
3 A2B1 59.21 58.95 59.08 177.24 59.080
4 A2B2 57.83 57.93 57.86 173.62 57.873
5 A3B1 56.57 56.66 56.68 169.91 56.637
6 A3B2 55.19 55.26 55.3 165.75 55.250
Total 351.65 352.13 352.12 1055.9 351.967
Lampiran A.5. Hasil Pengamatan Nilai Kerapatan Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 0.61 0.61 0.61 1.83 0.610
2 A1B2 0.62 0.62 0.61 1.85 0.617
3 A2B1 0.63 0.63 0.63 1.89 0.630
4 A2B2 0.64 0.64 0.64 1.92 0.640
5 A3B1 0.67 0.67 0.67 2.01 0.670
6 A3B2 0.68 0.68 0.69 2.05 0.683
Total 3.85 3.85 3.85 11.55 3.850

Lampiran A.6. Hasil Pengamatan Nilai Uji Tekan Cangkang Kemri


Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 6.95 6.78 6.83 20.56 6.853
2 A1B2 6.7 7.18 6.87 20.75 6.917
3 A2B1 7.89 6.93 7.45 22.27 7.423
4 A2B2 7.49 7.73 7.84 23.06 7.687
5 A3B1 7.76 8.21 8.47 24.44 8.147
6 A3B2 8.37 8.28 8.56 25.21 8.403
Total 45.16 45.11 46.02 136.29 45.430
Lampiran A.7. Hasil Pengamatan Nilai Uji Nyala Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 136 140 138 414 138.000
2 A1B2 90 95 97 282 94.000
3 A2B1 146 148 141 435 145.000
4 A2B2 97 98 99 294 98.000
5 A3B1 149 152 151 452 150.667
6 A3B2 123 125 117 365 121.667
Total 741 758 743 2242 747.333
Lampiran B. Hasil Analisis Sidik Ragam Briket Arang Cangkang Kemiri.

Lampiran B.1. Analisa Sidik Ragam Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 26.176 5 5.235 12.702** 3.11 5.06
A 23.315 2 11.657 28.285** 3.89 6.93
B 2.457 1 2.457 5.961* 4.75 9.33
A*B 0.404 2 0.202 0.490 tn 3.89 6.93
G 4.946 12 0.412

Lampiran B.2. Analisa Sidik Ragam Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang
Cangkang Kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 60.375 5 12.075 2841.176** 3.11 5.06
A 54.092 2 27.046 6363.765** 3.89 6.93
B 6.125 1 6.125 1441.176** 4.75 9.33
A*B 0.158 2 0.079 18.588** 3.89 6.93
G 0.051 12 0.004

Lampiran B.3. Analisa Sidik Ragam Kadar Abu Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 6.384 5 1.277 180.254** 3.11 5.06
A 5.807 2 2.904 409.906** 3.89 6.93
B 0.497 1 0.497 70.165** 4.75 9.33
A*B 0.080 2 0.040 5.647* 3.89 6.93
G 0.085 12 0.007
Lampiran B.4. Analisa Sidik Ragam Kadar Karbon Terikat Briket Arang
Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 105.657 5 21.131 1701.858** 3.11 5.06
A 95.059 2 47.530 3827.879** 3.89 6.93
B 10.185 1 10.185 820.268** 4.75 9.33
A*B 0.413 2 0.207 16.631** 3.89 6.93
G 0.149 12 0.012

Lampiran B.5. Analisa Sidik Ragam Kerapatn Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 0.013 5 0.003 240.000** 3.11 5.06
A 0.012 2 0.006 553.846** 3.89 6.93
B 0.001 1 0.001 46.154** 4.75 9.33
A*B 0.00003 2 0.000015 1.385 tn 3.89 6.93
G 0.00013 12 0.000011

Lampiran B.6. Analisa Sidik Ragam Uji Tekan Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 6.008 5 1.202 15.042** 3.11 5.06
A 5.799 2 2.900 36.297** 3.89 6.93
B 0.170 1 0.170 2.129 tn 4.75 9.33
A*B 0.039 2 0.019 0.242 tn 3.89 6.93
G 0.959 12 0.080
Lampiran B.7. Analisa Sidik Ragam Uji Nyala Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 8783.111 5 1756.622 208.021** 3.11 5.06
A 1304.111 2 652.056 77.217** 3.89 6.93
B 7200.000 1 7200.000 852.632** 4.75 9.33
A*B 279.000 2 139.500 16.520** 3.89 6.93
G 101.333 12 8.444
Lampiran C. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran C.1. Proses Pengarangan dan Arang Hasil Pengarangan Cangkang


Kemiri.

Lampran C.2. Proses Pengayakan Serbuk Arang Cangkang Kemiri.


Lampiran C.3. Proses Penimbangan Serbuk Arang dan Perekat Tapioka.

Lampiran C.4. Getah Pinus dan Perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi Kayu
Lampiran C.5. Proses Pembuatan Perekat dari Tepung Tapioka

Lampiran C.6. Proses Pencampuran Serbuk Arang Cangkang Kemiri dengan


Perekat Tapioka.
Lampiran C.7. Briket Arang

Cangkang Kemiri yang Telah Dicetak

Lampiran C.8. Alat Cetak Briket dan Desikator Untuk Mendinginkan Sampel
Pengujian Briket Arang.
Lampiran C.9. Proses Pengujian Sampel Briket Arang Cangkang Kemiri.

Lampiran C.10. Proses Pendinginan Sampel Uji Briket Arang Cangkang Kemiri.
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tana Toraja 14 Oktober 1994. Penulis

merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara dan

merupakan buah hati dari pasangan almarhum Samrin dan

Nurhidayah. Jenjang pendidikan penulis yang ditempuh

yaitu masuk ke SDN 3 Baroko tahun 2002 sampai 2008.

Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Alla

dan tamat pada tahun 2011. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di SMAN 1 Alla (Sekarang SMAN 3 Enrekang) dan tamat pada tahun

2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis lulus pada Jurusan Kehutanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1).dan pada

tahun 2019, akan menyelesaikan studinya dengan judul skripsi: “Karakteristik

Briket Arang Cangkang Kemiri Dengan Perekat Tapioka Dari Ekstraksi Ampas

Ubi Kayu Dan Penambahan Getah Pinus”.


1

Anda mungkin juga menyukai