SKRIPSI
SAMSUL SAMRIN
105950060815
SAMSUL SAMRIN
105950060815
Nim : 105950060815
Jurusan : Kehutanan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hikmah, S. Hut., M.Si., IPM.
NIDN:0912066901 NIDN:0011077101
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Nim : 105950060815
Jurusan : Kehutanan
Samsul Samrin
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kata Kunci: Bioenergi, Cangkang kemiri, Briket Arang, Limbah Tapioka, Getah
Pinus
KATA PENGANTAR
Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita
penulisan hasil ini masih banyak perbaikan dan kekeliruan yang disebabkan
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Pada
besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, tak henti – hentinya memanjatkan doa untuk
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi
4. Ibunda Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si, IPM selaku pembimbing I dan
Ayahanda Ir. Muhammad Daud, S.Hut., M.Si., IPM selaku pembimbing II,
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala motivasi dan
5. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku penguji I dan Ayahanda Ir.
8. Teman – teman dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh
Allah subhanahu wata’ala. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Samsul Samrin
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4. Kegunaan .......................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
3. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka. .... 24
5. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 25
7. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 26
9. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 27
11. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 28
13. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 30
15. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka ..... 31
DAFTAR GAMBAR
Penggunaan bahan bakar saat ini masih bersumber dari bahan bakar fosil
yaitu bahan bakar minyak, batu bara dan gas yang memiliki banyak dampak bagi
lingkungan disamping itu juga tidak terbarukan dan berkelanjutan, maka dari itu
dibutuhkan sumber bahan bakar yang mudah dan banyak tersedia di alam atau
organik yang berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan, hewan, produk dan
sumber energi yang paling umum dan mudah diakses yang dapat diolah menjadi
aktivitas manusia ataupun proses alam dan juga memiliki potensi sumber daya
energi yang besar. Potensi energi biomassa 50.000 MW akan tetapi hanya 320
MW atau 0,64% yang sudah dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi
biomassa belum dimanfaatkan secara optimal. Biasanya hanya dibuang begitu saja
dan dibiarkan menumpuk sebagai limbah. Salah satu limbah biomassa yang
Tempurung kemiri diperoleh dari hasil pengolahan biji kemiri. Dari setiap
kilogram biji kemiri akan dihasilkan 30% inti dan 70% tempurung (Gianyar,
Nurchayati & Padang, 2012). Sedangkan prosentase masa buah kemiri menjadi
dengan tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit yang tidak lebih dari 30%
Jumlah tempurung kemiri yang dihasilkan dari tiap pengolahan biji kemiri
sangat banyak tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan
suatu usaha pemanfaatan tempurung agar tidak menjadi limbah. Paimin (1994)
secara manual. Awalnya biji kemiri direbus sekitar 30 menit, lalu dikeringkan dan
dipecahkan dengan dipukul menggunakan palu atau benda keras lain. Tempurung
kemiri yang pecah bisa membahayakan pejalan kaki yang tidak menggunakan alas
kaki karena teksturnya sangat kaku dan keras. Oleh karena itu diperlukan suatu
upaya untuk mengolah limbah tempurung kemiri menjadi lebih bernilai positif.
Tekstur kaku dan keras pada tempurung kemiri ini dikarenakan tempurung kemiri
mengandung holoselulosa 49,22% dan lignin 54,46% (Lempang, Syafi’i & Pari,
2011). Kandungan lignin yang tinggi berpotensi untuk dibuat arang yang
penggunaan bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah perlu adanya
alternatif tersebut yaitu dengan cara mengolah limbah menjadi briket arang.
pembuatan briket arang dari limbah tempurung kemiri. Briket merupakan suatu
bahan bakar padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket adalah bahan bakar yang
potensial dan dapat diandalkan untuk rumah tangga. Briket mampu menyuplai
energi dalam jangka panjang, harganya relatif murah. Seperti yang kita ketahui,
bahwa pemenuhan kebutuhan energi kita sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil yang berumur jutaan tahun yang tidak dapat diperbarui.
Indonesia yang semula adalah net-exporter BBM telah menjadi net-importer BBM
sejak tahun 2000. Padahal cadangan minyak bumi Indonesia hanya sekitar 9
miliar barel dan produksi Indonesia hanya sekitar 500 juta barel per tahun. Ini
artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan untuk meningkatkan
recovery minyak bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis
dalam waktu dua puluh tiga tahun mendatang (Hambali, dkk., 2007). Salah satu
contoh kelangkaan BBM yang terjadi adalah semakin menipisnya minyak tanah
dan LPG. Padahal sebagian besar pemenuhan kebutuhan energi rumah tangga
berasal dari minyak tanah dan LPG. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat harus
mulai mencari bahan bakar alternatif yang bersifat renewable, salah satunya
1. Adakah pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dan
(Aleurites moluccana)?
1. Mengetahui pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu
kayu
II. TINJAUAN PUSTAKA
dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari india dan
china, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia
Baru. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawai. Di Indonesia,
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Pohonya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang
diekstrak dari bijinya berguna dalam industri digunakan sebagai bahan campuran
cat. Pohonya dapat hidup pada ketinggian 150 -1000 meter. Tinggi tanman
mencapai sekitar 15-40 meter. Daunnya berwarna hijau pucat, bertangkai panjang,
helai daunnya berbentuk bulat telur, bentuknya lanset dan hanya pada bagian
pangkal bertulang daun menjari. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4-6 cm,
buahnya buah batu bentuknya bulat telur bola yang lebar dan berdaging, bijinya
2.2 Karbonisasi
Karbonisasi adalah istilah untuk konversi dari zat organik menjadi karbon
atau residu yang mengandung karbon melalui pirolisis atau destilasi destruktif.
Hal ini sering digunakan dalam kimia organik dengan mengacu pada generasi gas
batubara serta aspal batubara dari batubara mentah. Bahan bakar fosil umumnya
suatu tahap dalam proses pembuatan arang, dan dianggap sebagai langkah yang
seluruh proses mulai dari pohon yang tumbuh hingga distribusi akhir arang ke
tergantung pada suhu dan proses reaksi kimia yang sedang terjadi. Secara umum
hal ini dipengaruhi oleh hubungan suhu karbonisasi, sifat reaksi, dan perubahan
fisik/kimiawi yang terjadi. Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara, pertama
batubara dibakar pada kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja
yang akan terbakar. Jika zat terbang terbakar habis, proses pemanasan dihentikan.
Kelemahannya antara lain terdapat produk samping berupa gas dan cairan yang
tidak dapat dimanfaatkan atau habis terbakar, disamping itu produktivitas sangat
rendah.
atau sistem distilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak
sempit dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Melalui dinding baja,
panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang berisi batubara. Pada suhu sekitar 375
sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 °C - 600 °C, terlihat munculnya cairan
massa plastis menjadi semi-kokas. Pada suhu 600 °C - 1100 °C, proses stabilitas
kokas dimulai.
Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa
aspal, amonia, gas metana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa aspal, amonia
dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia,
2.3 Perekat
Sutigno (1986) dalam Latifah (1997) bahwa perekat adalah suatu bahan
yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas,
perekat dapat didefenisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk
menempel atau melekat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan
umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang, karena banyak terdapat
menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan bahan yang lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa briket arang dengan tepung kanji sebagai bahan
perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai
kalor kayu dalam bentuk aslinya. (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Triono, 2006).
dalam marga Pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan
bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ
jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
sel yang merupakan gudang pati dan persediaan bahan lainnya untuk diubah
menjadi persenyawaan baru dalam pembentukan sel – sel kayu dan getah. Getah
pinus termasuk golongan oleoresin (perpaduan resin dan minyak pohon) yang
Kandungan getah pinus yang mudah terbakar adalah minyak terpentin, minyak
terpentin merupakan cairan tidak berwarnah, bau khas (keras), pedas dan mudah
Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi
memperoleh suatu bahan bakar yang berkualitas yang dapat digunakan untuk
semua sector sebagai sumber energy pengganti. Budiman (2010) dalam Mirnawati
(2012).
serentak.
Proses yang umum dilakukan adalah proses yang tercantum pada butir
bahan perekat ikut terbuang. Briket yang terlalu padat akan sulit terbakar,
tersebut ditentukan oleh jenis bahan yang didensifikasi. Menurut Pari et al.
briket arang dibedakan menjadi dua cara yaitu batas elastisitas bahan baku
sehingga struktur sel akan runtuh dan belum melampaui batas elastisitas
bahan baku. Beberapa alat atau mesin pengempa yang dapat digunakan
untuk densifikasi dibedakan atas empat jenis, yaitu:(1) Piston press yang
digerakkan oleh piston mekanis dan hidroulik, (2) Conical screw press, (3)
Screw press dengan mantel pemanas, (4) Rotary ring disc press.
persyaratan briket arang yang baik yaitu: bersih, tidak berdebu dan berbau,
kalor sepadan dengan bahan bakar lain, serta menyala dengan baik dan
bakar lain.
Kualitas briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku arang yang
arang yang halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi
ketahanan briket arang yang semakin meningkat. Ukuran yang besar dan
tidak seragam akan menyebabkan proses perekatan briket tidak maksimal
briket arang meliputi kadar air, zat mudah menguap, karbon terikat, kadar
abu, nilai kalor, kerapatan dan keteguhan tekan. Lebih lanjut dijelaskan
terikat tinggi (>60%), zat mudah menguap (<30%), abu kecil (<8%), nilai
kalor tinggi (>6000 kal/g), kerapatan tinggi (>0,7 g/cm³), dan keteguhan
bahan baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Badan Penelitian
Hutan
Kemiri
Briket Arang
Hasil hutan yang banyak dimanfaatkan berupa hasil hutan bukan kayu, salah
berupa buahnya dan dari buah kemri ini menghasilkan limbah berupa cangkang
yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan energi. Dalam penelitian ini cangkang
Kemiri akan dibuat menjadi briket arang dengan mengunakan campuran perekat
tapioka dari limbah ampas ubi kayu dan ditambahkan getah Pinus, kemudian
dilakukan pengujian dan analisis karakteristik briket arang cangkang Kemiri
tersebut.
III. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain: alat
pemanas atau kompor, termometer, desikator, oven, kuas, gelas ukur, timbangan
analitik, cawan porselin, universal testing gebruder amsler dan perioxide bomb
calorimeter. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang
biji kemiri yang telah jadi arang, air, bahan perekat tapioka dan getah pinus.
kemiri dibersihkan dari kotoran, setelah itu bahan baku arang cangkang
a. Kerapatan target briket arang yang akan dibuat adalah 0.7 g/cm3.
tinggi 3.5 cm, sehingga total volume cetakan adalah 83.11 cm2,
arang, perekat tapioka dan getah pinus pada berbagai komposisi dengan
dari ekstraksi ampas ubi kayu dan faktor kadar getah pinus.
pengempaan.
4. Pengeringan
kantong plastik dan ditutup rapat-rapat untuk menjaga agar briket arang
Variabel yang diamati untuk menentukan sifat arang meliputi sifat kimia dan
sifat fisik yang terdiri atas: (1) pengujian dan pengukuran kadar air, zat mudah
menguap, kadar abu sesuai standar SNI 01-6235-2000, (2) pengujian nilai kalor
yang disesuaikan dengan standar yang berlaku di PT. Superitending Company of
dan keteguhan tekan sesuai dengan standar ASTM 1984 No. D 1762 – 84.
1. Kadar Air.
Ba - Bkt
Kadar air (%) = x 100%
Bkt
Di mana:
Setelah penguapan
berikut:
(X1 - X2)
Kadar zat mudah menguap = x 100%
X1
Di mana:
3. Kadar Abu
pada suhu ± 900 0C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan
Bobot abu
Kadar abu (%) = x 100%
Bobot contoh
5. Kerapatan
Vsilinder = 1 πd2 . t2
4
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Kerapatan briket
menggunakan perhitungan:
7. Uji Penyalaan
dibutuhkan hinggah briket arang dapat menyala hingga membara. Pada uji
dasar rancangan acak lengkap (RAL). Faktor kadar perekat tepung tapioka dari
ekstraksi ampas ubi kayu masing-masing terdiri atas 3 taraf yaitu 8% (A1), 12%
(A2) dan 16% (A3) dan faktor kadar getah pinus masing-masing terdiri atas 2
taraf yaitu 0% (B1) dan 5% (B2). Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3
a. Kadar perekat tepung tapioka dari eksraksi ampas ubi kayu yang terdiri atas
3 taraf:
A1 = Kadar perekat 8%
sebagai berikut:
Dengan,
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k
sesungguhnya)
j faktor B.
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
sebagai berikut:
BNJ = ω = qα (p,n2). SY
Dimana:
p = Jumlah perlakuan
SY = √{(KT Galat) / r}
a. Kadar Air
Hasil pengamatan kadar air briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan
penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat
pada Lampiran A.1 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran
B.1. Rata-rata nilai kadar air pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 2
Rata-rata kadar air hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2 diatas
menunjukkan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan
menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar
air antara 3.09 % dan 7.52 %. Kadar air terendah dijumpai pada kombinasi A1B1
dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar air tertinggi
pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Jika
maksimum 8 %, maka kadar air briket arang cangkang kemiri yang dihasilkan
Tabel 3. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (%)
(1.76)
1 A1B1 3,803 a
2 A1B2 4,527 ab
3 A2B1 4,893 ab
4 A2B2 6,007 bc
5 A3B1 6,760 c
6 A3B2 7,140 c
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Pada Tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji lanjut BNJ kadar air
dengan A2B2, A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2 dan
A2B1.
Kadar Air
8
Rata-rata kadar air
6
4
2
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar air briket arang tempurung kemiri,
semakin tinggi kadar perekat maka kadar air akan semakin tinggi, seperti yang
tersaji pada Gambar Grafik diatas Pada penelitian ini kadar air dari briket arang
sudah memenuhi standar. Kadar air mempengaruhi kualitas briket arang yang
dihasilkan. Semakin rendah kadar air maka nilai kalor dan daya pembakarannya
akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya briket yang memiliki kadar air tinggi
akan sulit dinyalakan, mudah rapuh dan ditumbuhi jamur. Penambahan perekat
yang semakin tinggi menyebabkan air yang terkandung dalam perekat akan masuk
dan terikat dalam pori arang, pori-pori briket akan semakin kecil dan pada saat
dikeringkan air yang terperangkap di dalam pori briket arang sukar menguap dan
semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan panas yang
panas yang digunakan sebagai panas pembakaran (Ismayana & Afriyanto, 2012
Hasil pengamatan kadar zat menguap (volatile matter) briket arang cangkang
kemiri yang dibuat dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan
getah pinus dapat dilihat pada Lampiran A.2 dan hasil analisis sidik ragam yang
disajikan pada Lampiran B.2. Rata-rata nilai kadar zat menguap pada briket
cangkang kemiri disajikan pada Tabel 4 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada
Tabel 5.
Tabel 4. Rata-rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 A1B1 35,307
2 A1B2 36,713
3 A2B1 37,827
4 A2B2 38,777
5 A3B1 39,680
6 A3B2 40,823
Pada Tabel 4 diatas dapat dilihat hasil pengujian kadar zat menguap
menunjukkan briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan
menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar
zat menguap antara 35.26 % dan 40.87 %. Kadar zat menguap terendah dijumpai
pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus,
sedangkan kadar zat menguap tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar
perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan
kombinasi perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata
terhadap nilai kadar zat mudah menguap briket arang cangkang kemiri.
Tabel 5. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata %
(0.17)
1 A1B1 35,307 a
2 A1B2 36,713 b
3 A2B1 37,827 c
4 A2B2 38,777 d
5 A3B1 39,680 d
6 A3B2 40,823 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 5 diatas menunjukkan
perlakuan kombinasi perekat tapioka dengan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu
42
40
menguap
38
36
34
32
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada Gambar 3 yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa jumlah
kadar perekat yang digunakan semakin besar maka kadar zat menguapnya juga
semakin tinggi. Kadar zat menguap merupakan zat yang menguap dari hasil
dekomposisi senyawa - senyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air.
Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap pada briket disebabkan oleh
pembakaran dan semakin tinggi suhu karbonisasi maka semakin banyak zat
menguap yang terbuang serta semakin banyak kadar perekat maka semakin
banyak kandungan mineral dari bahan perekat akibatnya kadar zat menguap briket
arangnya juga makin bertambah. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi
dalam briket arang akan menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket
dinyalakan. Kandungan asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antar
karon monoksida dengan turunan alkohol (Hendra dan Pari, 2000 dalam Diah
c. Kadar Abu
Hasil pengamatan kadar abu briket arang cangkang kemiri yang dibuat
dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat
dilihat pada Lampiran A.3. dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada
Lampiran B.3. Rata-rata nilai kadar abu pada briket cangkang kemiri disajikan
pada Tabel 6 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada Tabel 7.
Pada Tabel 6 diatas rata-rata kadar abu menunjukkan bahwa briket arang
yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan perekat tapioka dan
penambahan getah pinus memiliki nilai kadar abu menguap antara 2.1 % dan 3.98
%. Kadar abu terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8 %
dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar abu tertinggi pada kombinasi A3B2
dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 %. Jika dibandingkan dengan kadar
abu briket Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 8 %, maka kadar abu
Indonesia. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan kombinasi perekat dan
getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar abu
Tabel 7. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (%)
(0.23)
1 A1B1 2,170 a
2 A1B2 2,690 b
3 A2B1 3,093 c
4 A2B2 3,350 d
5 A3B1 3,707 e
6 A3B2 3,927 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain
Kadar Abu
5
Rata-rata kadar abu
4
3
2
1
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat
memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar abu briket arang cangkang kemiri.
Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari kadar abu yang dimiliki oleh
perekat. Tepung tapioka memiliki kandungan kadar abu sebesar 0.1 – 0.8 % (Kirk
dan Othmer, 1967 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009). Abu merupakan bagian
yang tersisa dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi.
Kadar abu briket dapat dipengaruhi oleh kandungan abu dari bahan perekat atau
bahan baku. Salah satu unsur utama penyusun abu adalah silika dan pengaruhnya
kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi
dapat menurunkan nilai kalor briket arang (Rahmawati, 2013 dalam Budi Utami,
2015).
Hasil pengamatan kadar karbon terikat (Fixed Carbon) briket arang cangkang
kemiri yang dibuat dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan
getah pinus dapat dilihat pada Lampiran A.4 dan hasil analisis sidik ragam yang
disajikan pada Lampiran B.4. Rata-rata nilai kadar karbon terikat pada briket
cangkang kemiri disajikan pada Tabel 8 dan hasil uji lanjut BNJ di sajikan pada
Tabel 9.
Tabel 8. Rata-rata Kadar Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) Briket Arang
Cangkang Kemri Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 A1B1 62,523
2 A1B2 60,603
3 A2B1 59,080
4 A2B2 57,873
5 A3B1 56,637
6 A3B2 55,250
menunjukkan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan
menggunakan perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar
karbon terikat antara 55.3 % dan 62.47 %. Kadar karbon terikat terendah dijumpai
pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus,
sedangkan kadar karbon terikat tertinggi pada kombinasi A1B1 dengan kadar
perekat 16 % dan tanpa getah pinus . Jika dibandingkan dengan kadar karbon
terikat briket Standar Badan Penelitian dan Pengembangan kehutanan yaitu 78.35
%, maka kadar karbon terikat arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi
Standar BPPK. Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan kombinasi perekat dan
getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar karbon
Tabel 9. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata
(0.30)
1 A3B2 55,250 a
2 A3B1 56,637 b
3 A2B2 57,873 c
4 A2B1 59,080 d
5 A1B2 60,603 e
6 A1B1 62,523 f
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain
terikat
55
50
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat
memberikan pengaruh terhadap kadar karbon terikat briket arang cangkang kemiri
yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah perekat yang diberikan maka semakin
rendah juga kadar karbon terikatnya. Karbon terikat (fixed carbon) yaitu fraksi
karbon (C) yang terikat di dalam arang selain fraksi air, zat menguap dan abu.
Keberadaan karbon terikat di dalam briket arang dipengaruhi oleh kadar air, kadar
abu dan kadar zat menguap. Kadarnya akan bernilai tinggi apabila kadar air, kadar
abu dan kadar zat menguap pada briket rendah. Karbon terikat berpengaruh
terhadap nilai kalor pembakaran briket arang. Nilai kalor briket arang akan tinggi
jika nilai karbon terikatnya juga tinggi. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada
briket arang maka menandakan bahwa briket arang tersebut adalah yang baik
Hasil pengamatan kerapatan briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan
penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat
pada Lampiran A.5 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran
B.5. Rata-rata nilai kerapatan pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel
Hasil uji kerapatan yang disajikan pada Tabel 10 diatas dari menunjukkan
bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan
perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai kerapatan antara 0.61
g/cm3 dan 0.69 g/cm3. Kerapatan terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan
kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan kerapatan tertinggi pada
dibandingkan dengan kerapatan briket Standar yaitu maksimum 0.7 g/cm3, maka
analisis sidik ragam bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus yang
kemiri.
Tabel 11. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata
(0.009)
1 A1B1 0,610 a
2 A1B2 0,617 a
3 A2B1 0,630 b
4 A2B2 0,640 c
5 A3B1 0,670 d
6 A3B2 0,683 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 11 diatas menunjukkan
bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu
Kerapatan
0.7
Rata-rata kerapatan
0.65
0.6
0.55
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat
dihasilkan, semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi juga kerapatan dari
briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan
daya rekat (adhesi) partikel dengan tepung tapioka juga meningkat. Hal ini
f. Uji Tekan
Hasil pengamatan uji tekan briket arang cangkang kemiri yang dibuat dengan
penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat dilihat
pada Lampiran A.6 dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran
B.6. Rata-rata nilai uji tekan pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 12
Tabel 12. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan
Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (g/cm3)
1 A1B1 6,853
2 A1B2 6,917
3 A2B1 7,423
4 A2B2 7,687
5 A3B1 8,147
6 A3B2 8,403
bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan
perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai uji tekan antara 6.8
kg/cm3 dan 8.4 kg/cm3. Uji tekan terendah dijumpai pada kombinasi A1B2
dengan kadar perekat 8 % dan tanpa getah pinus, sedangkan uji tekan tertinggi
pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5 % . Jika
dibandingkan dengan nilai uji tekan briket Standar yaitu maksimum 12 kg/cm3,
maka uji tekan arang cangkang kemiri yang dihasilkan memenuhi Standar. Hasil
analisis sidik ragam bahwa perlakuan komposisi perekat dan getah pinus yang
diberikan menunjukkan pengaruh nyata terhadap uji tekan briket arang cangkang
kemiri.
Tabel 13. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (g/cm3)
(0.78)
1 A1B1 6,853 a
2 A1B2 6,917 a
3 A2B1 7,423 abc
4 A2B2 7,687 bcd
5 A3B1 8,147 cd
6 A3B2 8,403 d
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata dengan A2B2,
A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2 dan A2B1.
Uji Tekan
10
Rata-rata uji tekan
8
6
4
2
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat
memberikan pengaruh terhadap uji tekan briket arang cangkang kemiri yang
dihasilkan, semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi juga nilai hasil uji
tekan dari briket arang. Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket
untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau
hancurnya briket jika diberi beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai
keteguhan briket arang berarti daya tahan briket arang terhadap pecah semakin
baik (Triono, 2006 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009). Semakin seragam
serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang dengan keteguhan tekan yang
g. Uji Penyalaan
Hasil pengamatan uji penyalaan briket arang cangkang kemiri yang dibuat
dengan penggunaan perekat tepung tapioka dan penambahan getah pinus dapat
dilihat pada Lampiran A.7 dan analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran
B.7. Rata-rata nilai uji nyala pada briket cangkang kemiri disajikan pada Tabel 14
Tabel 14. Rata-rata Uji Tekan Briket Arang Cangkang Kemri Menggunakan
Perekat Tepung Tapioka.
No Perlakuan Rata-rata (detik)
1 A1B1 138
2 A1B2 94
3 A2B1 145
4 A2B2 98
5 A3B1 150,6
6 A3B2 121,6
bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit kemiri dengan menggunakan
perekat tapioka dan penambahan getah pinus memiliki nilai uji nyala antara 94
detik dan 150 detik. Uji Penyalaan terendah dijumpai pada kombinasi A1B2
dengan kadar perekat 8 % dan getah pinus 5%, sedangkan uji nyala tertinggi pada
kombinasi A3B1 dengan kadar perekat 16 % dan tanpa getah pinus. Dari
pengujian ini menunjukkan bahwa penambahan getah pinus dapat mempercepat
Tabel 15. Hasil Uji BNJ untuk Briket Arang dengan Perekat Tepung Tapioka.
ω 0.05
No Perlakuan Rata-rata (detik)
(7.96)
2 A1B2 94,00 a
4 A2B2 98,00 a
6 A3B2 121,6 b
1 A1B1 138,00 c
3 A2B1 145,00 cd
5 A3B1 150,6 d
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ yang disajikan pada Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B2 berbeda nyata dengan A3B2,
A1B1, A2B1 dan A3B1 namun berbeda tidak nyata dengan A2B2 dan.
Uji Nyala
200
Rata-rata waktu uji nyala
150
100
50
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Perlakuan
Grafik pada gambar 8 di atas menunjukkan bahwa pemberian getah pinus dan
komposisi getah pinus maka akan mempercepat uji penyalaan, hal ini disebabkan
karena pada getah pinus mengandung zat terpentin yang mudah terbakar dan jika
semakin tinggi kadar perekat maka lama waktu penyalaan akan semakin lama. Hal
ini disebabkan karena kandungan air yang terdapat pada perekat tapioka.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit kemiri
dengan menggunakan perekat tapioka hasil ekstraksi ampas ubi kayu dan
penambahan getah pinus memberikan nilai kadar air berkisar antara 3,8 – 7,1 %,
kadar zat menguap (volatile meter) 35,3 – 40,8 %, kadar abu 2,1 – 3,9 %, kadar
karbon terikat (fixed carbon) 55,2 – 62,5 %, kerapatan 0,61 – 0,68 g/cm3, uji tekan
6,8 – 8,4 kg/cm3 dan uji nyala 94 – 150 detik. Semua kombinasi perlakuan yang
diuji telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat
mudah menguap.
Komposisi perekat tapioka dan getah pinus yang bervariasi pada perlakuan
tiap briket arang mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap (volatile
meter), kadar abu, kadar karbon terikat (fixed carbon), kerapatan, uji tekan dan uji
nyala. Kombinasi pemberian getah pinus sangat mempengaruhi cepatnya uji nyala
briket arang cangkang kulit kemiri dan briket yang paling cepat membara ketika
dinyalakan yaitu briket dengan penambahan getah pinus. Kualitas briket arang
cangkang kemiri yang dihasilkan dari hasil pengujian beberapa variabel sangat
perekat dan getah pinus agar lebih bervariasi lagi untuk mengetahui pengaruhnya
Achmad, M. 2008. Kualitas Briket Arang Kulit Biji Kepayang (Pangium Edule)
dengan Penggunaan Perekat Tapioka. Skripsi Jurusan Teknologi
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Badan Standarisasi Nasional, 2000. SNI 01 – 6235 – 2000. Briket Arang Kayu.
Kencanawati. 2017. Karakteristik dan Analisis Awal Getah Pinus Merkusi dengan
Variasi Suhu Pemanasan Sebagai Alternatif Resin pada Komposit.
Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Udayana. Badung. Bali.
Latifah, H. 1997. Pengaruh Jenis Kayu dan Perekat Terhadap Kualitas Briket
Arang. Skripsi Studi Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan.
Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
Limbah Gergajian Kayu. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijayanti, D.S. 2009. Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergaji dengan
Penambahan Arang Cangkang Kelapa Sawit. Skripsi Departemen
Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran A Nilai Hasil Pengujian Briket Arang Cangkang Kemiri.
Lampiran A.1. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 3.09 4.16 4.16 11.41 3.803
2 A1B2 4.16 5.26 4.16 13.58 4.527
3 A2B1 5.26 5.26 4.16 14.68 4.893
4 A2B2 6.38 5.26 6.38 18.02 6.007
5 A3B1 6.38 6.38 7.52 20.28 6.760
6 A3B2 7.52 7.52 6.38 21.42 7.140
Total 32.79 33.84 32.76 99.39 33.130
Lampiran A.2. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Zat Menguap Arang Cangkang
Kemri Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 35.37 35.26 35.29 105.92 35.307
2 A1B2 36.79 36.66 36.69 110.14 36.713
3 A2B1 37.77 37.88 37.83 113.48 37.827
4 A2B2 38.79 38.8 38.74 116.33 38.777
5 A3B1 39.78 39.69 39.57 119.04 39.680
6 A3B2 40.83 40.87 40.77 122.47 40.823
Total 229.33 229.16 228.89 687.38 229.127
Lampiran A.3. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Abu Arang Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 2.16 2.1 2.25 6.51 2.170
2 A1B2 2.85 2.65 2.57 8.07 2.690
3 A2B1 3.02 3.17 3.09 9.28 3.093
4 A2B2 3.38 3.27 3.4 10.05 3.350
5 A3B1 3.72 3.65 3.75 11.12 3.707
6 A3B2 3.98 3.87 3.93 11.78 3.927
Total 19.11 18.71 18.99 56.81 18.937
Lampiran A.4. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Karbon Terikat Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka.
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 62.47 62.64 62.46 187.57 62.523
2 A1B2 60.38 60.69 60.74 181.81 60.603
3 A2B1 59.21 58.95 59.08 177.24 59.080
4 A2B2 57.83 57.93 57.86 173.62 57.873
5 A3B1 56.57 56.66 56.68 169.91 56.637
6 A3B2 55.19 55.26 55.3 165.75 55.250
Total 351.65 352.13 352.12 1055.9 351.967
Lampiran A.5. Hasil Pengamatan Nilai Kerapatan Cangkang Kemri
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka
Ulangan
No Kombinasi Total Rata-rata
1 2 3
1 A1B1 0.61 0.61 0.61 1.83 0.610
2 A1B2 0.62 0.62 0.61 1.85 0.617
3 A2B1 0.63 0.63 0.63 1.89 0.630
4 A2B2 0.64 0.64 0.64 1.92 0.640
5 A3B1 0.67 0.67 0.67 2.01 0.670
6 A3B2 0.68 0.68 0.69 2.05 0.683
Total 3.85 3.85 3.85 11.55 3.850
Lampiran B.1. Analisa Sidik Ragam Kadar Air Briket Arang Cangkang Kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 26.176 5 5.235 12.702** 3.11 5.06
A 23.315 2 11.657 28.285** 3.89 6.93
B 2.457 1 2.457 5.961* 4.75 9.33
A*B 0.404 2 0.202 0.490 tn 3.89 6.93
G 4.946 12 0.412
Lampiran B.2. Analisa Sidik Ragam Kadar Zat Mudah Menguap Briket Arang
Cangkang Kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 60.375 5 12.075 2841.176** 3.11 5.06
A 54.092 2 27.046 6363.765** 3.89 6.93
B 6.125 1 6.125 1441.176** 4.75 9.33
A*B 0.158 2 0.079 18.588** 3.89 6.93
G 0.051 12 0.004
Lampiran B.3. Analisa Sidik Ragam Kadar Abu Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 6.384 5 1.277 180.254** 3.11 5.06
A 5.807 2 2.904 409.906** 3.89 6.93
B 0.497 1 0.497 70.165** 4.75 9.33
A*B 0.080 2 0.040 5.647* 3.89 6.93
G 0.085 12 0.007
Lampiran B.4. Analisa Sidik Ragam Kadar Karbon Terikat Briket Arang
Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 105.657 5 21.131 1701.858** 3.11 5.06
A 95.059 2 47.530 3827.879** 3.89 6.93
B 10.185 1 10.185 820.268** 4.75 9.33
A*B 0.413 2 0.207 16.631** 3.89 6.93
G 0.149 12 0.012
Lampiran B.5. Analisa Sidik Ragam Kerapatn Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 0.013 5 0.003 240.000** 3.11 5.06
A 0.012 2 0.006 553.846** 3.89 6.93
B 0.001 1 0.001 46.154** 4.75 9.33
A*B 0.00003 2 0.000015 1.385 tn 3.89 6.93
G 0.00013 12 0.000011
Lampiran B.6. Analisa Sidik Ragam Uji Tekan Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 6.008 5 1.202 15.042** 3.11 5.06
A 5.799 2 2.900 36.297** 3.89 6.93
B 0.170 1 0.170 2.129 tn 4.75 9.33
A*B 0.039 2 0.019 0.242 tn 3.89 6.93
G 0.959 12 0.080
Lampiran B.7. Analisa Sidik Ragam Uji Nyala Briket Arang Cangkang kemiri.
SUMBER F Tabel
JK db KT F Hit
KERAGAMAN 5% 1%
P 8783.111 5 1756.622 208.021** 3.11 5.06
A 1304.111 2 652.056 77.217** 3.89 6.93
B 7200.000 1 7200.000 852.632** 4.75 9.33
A*B 279.000 2 139.500 16.520** 3.89 6.93
G 101.333 12 8.444
Lampiran C. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran C.4. Getah Pinus dan Perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi Kayu
Lampiran C.5. Proses Pembuatan Perekat dari Tepung Tapioka
Lampiran C.8. Alat Cetak Briket dan Desikator Untuk Mendinginkan Sampel
Pengujian Briket Arang.
Lampiran C.9. Proses Pengujian Sampel Briket Arang Cangkang Kemiri.
Lampiran C.10. Proses Pendinginan Sampel Uji Briket Arang Cangkang Kemiri.
RIWAYAT HIDUP
Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Alla
dan tamat pada tahun 2011. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 1 Alla (Sekarang SMAN 3 Enrekang) dan tamat pada tahun
2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis lulus pada Jurusan Kehutanan, Fakultas
Briket Arang Cangkang Kemiri Dengan Perekat Tapioka Dari Ekstraksi Ampas