Anda di halaman 1dari 47

PEWARNAAN ALTERNATIF TERHADAP UJI MIKROSKOPIK JAMUR

MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT KENARI

KARYA TULIS ILMIA

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Pada Diploma III Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate”

Oleh:

DEVITA M.Y NADA


NIM 18134530003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN TERNATE PROGRAM STUDI III
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Devita M.Y Nada

Nim : 18134530003

Judul Penelitian : Pewarnaan Alternatif terhadap uji Mikroskopik

Jamur menggunakan Kulit Kenari

Ternate, 1 April 2021

Tim Penguji

Samad Hi. Husen, SKM., M.Sc

Ketua

i
Erpi Nurdin, S.Si.,M.Kes
Anggota

Nikma, S.Si.,M.Kes

Anggota
Mengetahui

Ketua Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medis

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate

Rony Puasa, SKM.,M.Kes

NIP. 196209181987031006

ABSTRAK

DEVITA M.Y NADA. Pewarnaan alternatif terhadap uji mikroskopi jamur


menggunakan ekstrak kulit kenari (dibimbing oleh Erpi Nurdin)
Latar belakang: Kenari (canarium indicum) merupakan tanaman asli
Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti
Sulawesi Utara, Maluku dan pulau Seram. Selain digunakan sebagai
pengganti kuliner almond, kenari biasa digunakan sebagi bahan kosmetik
dan minyak nabati. Kandungan minyak dalam kenari berkisar 60- 70%
sehingga kenari memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara optimum.
Proses pengambilan minyak dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
pengepressan dan pelarut. Cara yang digunakan untuk minyak dengan
kandungan kadar melebihi 30% secara umum meggunakan pengepresan
dengan perlakuan pendahuluan pemanasan. Penelitian ini mempelajari
tentang “Pengaruh Perbedaan Temperatur Pemanasan dan Massa
terhadap Perolehan Minyak Kenari menggunakan Metode Pengepresan

ii
Hydrolik (Hydraulic Pressing)” Biji kenari dibersihkan dari pengotor
kemudian ditimbang dan dipanaskan sesuai dengan variabel. Variabel
massa (dengan suhu pemanasan 800C) 80 gr, 90 gr, 100 gr,110 gr, dan
120 gr. Dan Variabel suhu (dengan massa 100 gr) 600C, 700C, 800C,
900C, dan 1000C. Kemudian biji di press dengan tekanan 2000 psia atau
setara 140 kg/cm2 . Hasil dari penelitian ini diperoleh rendemen terbesar
dari variabel massa 90 gram dengan rendemen 58,11%. Sedangkan untuk
variabel suhu 900C dengan rendemen 52%. Tujuan : penelitian ini
bertujuan Untuk melihat jamur pada pewarnaan alternatif kulit kenari
dengan menggunakan uji mikroskopik.Lokasi pengambilan sampel
dilakukan di Kelurahan Bastiong Kota Ternate dan lokasi penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Ternate Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis. Metode : metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan teknik eksperimen. Hasil Penelitian:
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini . diidentifikasi sebanyak 3 sampel
(50%) Candida albicans dan 3 sampel (50%) Aspergillus sp.
Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diidentifikasi
sebanyak 3 sampel (50%) Candida albicans dan 3 sampel (50%)
Aspergillus sp.

ABSTRACT

Devita M.Y Nada. Alternative staining on fungal microscopy using walnut


shell extract (supervised by Erpi Nurdin)

Background : Walnuts (Canarium indicum) is an Indonesian native


plants that grow in the area of eastern Indonesia, such as North Sulawesi,
Maluku and Seram island. Besides being used as a culinary substitute
almonds, walnuts commonly used as a cosmetic ingredient and vegetable
oil. Walnut oil content in the range of 60-70% so that walnuts have the

iii
potential to be utilized optimally. The process of extracting the oil is done
in two ways by pressing and solvent. The means used to oil with a content
levels exceeding 30% in general used pressing with heating pretreatment.
This research study "Influence of Temperature Difference Heating and
Mass to the Acquisition of Oil Walnuts using hydraulic Pressing Method
(Hydraulic Pressing)". Canary seeds cleaned of impurities and then
weighed and heated in accordance with the variable. Variable mass (with
a heating temperature of 800C) 80 g, 90 g, 100 g, 110 g and 120 g. And
variable temperature (with a mass of 100 g) 600C, 700C, 800C, 900C and
1000C. Then the seeds pressed in 2000 psia or the equivalent of 140
kg/cm2 . The results of this study obtained the largest yield of variable
mass is 90 grams with a yield of 58.11%. As for the variable temperature
of 900C with a yield of 52%. Objective: This study aims to see the fungus
on alternative coloring of walnut shells using microscopic tests. The
location of the sampling was carried out in Bastiong Village, Ternate City
and the location of this research was carried out at the Integrated
Laboratory of Poltekkes, Ministry of Health, Ternate Department of
Medical Laboratory Technology. Method: the method used in this
research is using accidental experiment. Research Results: The results
obtained from this study. identified as many as 3 samples (50%) Candida
albicans and 3 samples (50%) Aspergillus sp. Conclusion: based on the
results of the research conducted, 3 samples (50%) of Candida albicans
were identified and 3 samples (50%) of Aspergillus sp.

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaraakatu....

iv
Segalah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penyususn karya tulis ilmia (KTI) ini

dapat terselesaikan walaupun ada banyak cobaan dan hambatan yang

penulis hadapi selama proses penelitian. Shalawat serta salam tidak lupa

penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

manusia ke alam penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini

Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmia (KTI) yang berjudul “ PEWARNAAN ALTERNATIF TERHADAP UJI

MIKROSKOPIK JAMUR MENGGUNAKAN KULIT KENARI ” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Teknologi Laboratorium

Medis (Amd.Kes) di poltekkes Kemenkes Ternate.

Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis

menghadapi banyak kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat teratasi. Penulis menyadari

bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) terdapat kekurangan dan kesalahan yang

perlu diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan serta saran

yang bersifat membangun Karya Tulis Ilmiah.

Penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) ini tidak lepas dari bantuan dan

dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

v
ingin mengucapkan rasa terima kasih, hormat, dan kasih sayang yang tak

terhingga dan teristimewa kepada orang tua Ayahanda tercinta Hairun

Nada dan ibunda Sriwahyuni S Subandi di, serta kakaku tercinta

Srifatmawati M.Y Nada, atas segala cinta dan kasih sayang serta

dorongan dan semangat yang tulus dan segala pengorbanan yang selama

ini diberikan pada penulis.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Rusny Muhammad, S.Pd.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Ternate yang telah memberikan kesempatan

sehingga penulis dapat belajar di Poltekkes Kemenkes Ternate .

2. Ibu Fatmah M.Saleh, S.Pd.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan

Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Ternate.

3. Pak Rony Puasa, SKM.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-III

Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Ternate.

4. Ibu Erpi Nurdin, S.Si.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah

sabar membimbing dan memotivasi penulis dalam penyusunan

Proposal KTI (Karya Tulis Ilmiah).

5. Pak Samad Hi. Husen, SKM.,M.Sc dan ibu Nikma, S.Si.,M.Kes,

selaku penguji yang sudah memberikan saran, masukan dan

motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmia.

vi
6. Ibu Riskawati Hasanuddin, S.ST, selaku koordinator kelas

angkatan 07, 2018 Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Poltekkes Kemenkes Ternate, Terima kasih atas semua yang telah

diberikan baik ilmu dan motivasi kepada penulis.

7. Kepada Teman-teman Seperjuangan D-III Teknologi

Laboratorium Medis angkatan 2018 yang ikut memberi dukungan

dan doa semoga kita semua sukses dan menjadi kebanggaan

keluarga.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan KTI (Karya Tulis

Ilmiah) ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ternate, Juli 2021

Penulis

Devita M.Y Nada

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................5

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................7

2.1. Tinjauan Umum Tentang Kenari..................................................7

2.2. Tinjauan Umum Tentang Pewarnaan..........................................10

2.3. Tinjauan Umum Tentang Jamur..................................................13

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengecatan..........................17

2.5. Kerangka Teori............................................................................20

viii
2.6. Kerangka Konsep........................................................................21

2.7. Definisi Operasional.....................................................................21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................22

3.1. Jenis Penelitian............................................................................22

3.2. Tempat Dan Waktu......................................................................22

3.3. Alur Penelitian..............................................................................22

3.4. Populasi dan Sampel...................................................................23

3.5. Prosedur Pengumpulan Data......................................................23

3.6. Prosedur Kerja.............................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

ix
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Canarium indicium ....................................10

Gambar 2. Candida albicans...........................................14

Gambar 3. Aspergillus niger ............................................. 15

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Subyek

Lampiran 3. Konsultasi Bimbingan

xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pohon kenari merupakan tanaman hutan dan belum banyak

dibudidayakan. Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang

banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian Timur, seperti Sulawesi

Utara, Maluku dan Pulau Seram. Tanaman ini berpotensi ekonomi,

kenari diambil buahnya terutama bagian dalam bijinya untuk

dimakan dan bijinya untuk diolah menjadi minyak. Kenari dapat

dijumpai sepanjang tahun karena biji kenari pada buah yang sudah

dikeringkan mempunyai umur yang relatif lama. Di Maluku, musim

kenari antara satu wilayah dengan wilayah lain berbeda sehingga

hal ini yang juga menyebabkan kenari dapat tersedia sepanjang

tahun (Anonym, 2018).

Kenari merupakan tanaman khas dari Maluku dan Papua.

Tanaman kenari merupakan tanaman dari kehutanan yang memiliki

banyak manfaat mulai dari daun, batang, dan buahnya. Di

Indonesia yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar merupakan

biji dari kenari sebagai bahan makanan. Makanan yang

mengandung biji kenari digemari karena konstribusi protein dan

lemaknya. Selain itu kenari pun dilansir merupakan jenis kacang-

1
2

kacangan yang bijinya memiliki kandungan antioksidan yang dapat

mengurangi risiko penyakit jantung korener (Widajati, 2013).

Permasalah yang terjadi pada perbanyakan melalui biji, biji

kenari memiliki kulit luar sangat keras yang menyerupai batok

kelapa yang mengakibatkan terhambatnya air dan oksigen masuk

dalam biji, sehingga kemampuan berkecambah sangat lambat.

Beberapa jenis benih tanaman tidak dapat berkecambah karena

adanya hambatan dari kulit benih yang impermeable terhadap air

dan gas, kulit benih yang tebal dan keras (Widajati, 2013).

Pelukaan pada kulit biji kenari dilakukan secara mekanik

dengan cara menggosok benih dengan gerinda pada bagian hilus

(pusar biji) sampai tipis dan tidak merusah endosperem pada biji.

Menurut Ismuhajaroh (2014).

Ada dua spesies kenari di Indonesia yaitu Canarium

vulgaree Leenh dan Canarium indicum Leenh. Canarium vulgaree

Leenh banyak terdapat di Sangihe, Talaud, Sulawesi, Flores,

Maluku, dan Maluku Utara, sedangkan Canarium indicum Leenh

banyak terdapat di Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara (Media

Informasi Kesehatan Indonesia, 2012).

Kacang kenari (Canarium Inidium L.) merupakan tanaman

asli indonesia bagian timur dan merupakan sumber pangan yang

dapat dimanfaatkan. Bijinya dimanfaatkan dalam pembuatan kue

sebagai bahan tambahan dan dikonsumsi sebagai cemilan.


3

Pengolahan kacang kenari sebelum dikonsumsi adalah dengan

cara penyangraian atau penggorengan, hal ini dilakukan untuk

menghasilkan aroma dan rasa yang khas dari kacang kenari.

Kacang kenari memiliki rasa gurih, aroma yang khas serta memiliki

tekstur yang renyah. Dalam bidang pangan, biji kacang kenari

dimanfaatkan untuk bahan pelengkap pembuatan roti, ice cream,

salad, puding, topping untuk kue, dan lain-lain (Djarkasi, 2016).

a. Kandungan kimia kulit kenari

Menurut Djarkasi dkk (2011) buah kenari spesies Canarium

indicium dan Spesies Canarium Vulgare mengandung senyawa

fenolik, karotenoid mengandung senyawa flavonoid. Kulit ari kenari,

diduga mengandung senyawa fenolik yang merupakan antioksida

alami. Senyawa fenolik dapat dipakai sebagai zat pengawet makan

karena fenol dapat menangkap radikal bebas.

Adanya antioksida alami dapat menghambat oksidasi lipid,

mencegah kerusakan kimia, perubahan komponen organik dalam

bahan makan sehingga dapat memperpanjang umur simpan.

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen

yang diinginkan dengan menambahkan suatu pelarut untuk

melarutkan komponen tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan secara

kimiawi, yaitu dengan pemanasan dan penggunaan pelarut. Pada


4

dasarnya bahan atau senyawa kimia akan mudah larut dalam

pelarut yang memiliki sifat polaritas yang sama.

Polaritas menunjukan tingkat kelarutan bahan dalam air dan

pelarut organik. Pelarut yang cenderung larut dalam air dianggap

memiliki sifat polar dan sebaliknya yang cenderung lebih larut

dalam peralut organik disebut nonpolar (Suryanto 2012).

Spesies kenari ini banyak dituliskan sebagai kenari yang

berasal dari kawasan timur Indonesia dan dimanfaatkan sebagai

salah satu sumber pangan lokal (Mogana & Wiart 2011; Bai dkk.

2017). Nama lain untuk Canarium indicium (CI) adalah Canariumm

amboinense Hochr, Canarium commune L., dan Canarium

moluccanum Blume. Menuliskan bahwa Canarium commune

dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan susu bayi. Hasil analisis

komposisi dan distribusi posisi asam lemak dalam trigliserida CI

(Rahmad dkk. 2016). Mendukung pemanfaatan kenari sebagai

bahan baku susu bayi karena memiliki kemiripan dengan trigliserida

dalam air susu ibu, yaitu komposisi asam amino palmitat yang

bermakna (Rahmad dkk. 2015). Asam lemak yang terbanyak dalam

biji CI adalah asam oleat (Djarkasih dkk adalah asam dkk 2011;

Rahmad dkk. 2015; dkk 2017).

Komposisis asam amino terbesar dalam biji kenari adalah

asam glutamat, lisin, asam aspartat dan arginin. Adanya asam

glutamat yang banyak memberikan rasa gurih dari biji kenari. Jenis
5

asam amino yang lengkap dalam biji kenari. Jenis asam amino

yang lengkap dalam biji CI (Djarkasi dkk 2011). Menujukan bahwa

CI dapat memanfaatkan amino memiliki aktivitas mengatur

metabolisme untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan (Wu

2013).

Asam olet yang banyak terdapat dalam minyak zaitun

diindikasihkan dapat mencegah penyakit kardiovaskuler. Komposisi

minyak yang cukup besar dalam biji kenari sehingga kenari

berpeluang sebagai sumber minyak pangan (edible oil). Bagian dari

biji kenari yang disebut kernel atau pulp juga dapat dikonsumsi

langsung sebagai pangan cemilan oleh masyarakat lokal penghasil

kenari, antara lain di kawasan timur Indonesia (Djarkasi dkk 2011),

di daerah Serawak Malaysia (Chew dkk, 2011).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat di rumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat jamur

pada pewarnaan alternatif pada kulit kenari dengan menggunakan

uji mikroskopik”?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk melihat jamur pada pewarnaan alternatif kulit kenari

dengan menggunakan uji mikroskopik.


6

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pewarnaan alternatif uji mikroskopik

jamur dengan menggunakan kulit kenari.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.4.1 Institusi Pendidikan

1. Dijadikan sebagai sumber refernsi mahasiswa khususnya,

mahasiswa Analis Kesehatan Kemenkes Ternate untuk

melakukan penelitian.

2. Diharapkan dapat menambah ragam pengetahuan serta

pedoman belajar dibidang ilmu Mikrobiologi bagi mahasiswa.

1.4.2 Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan tambahan informasi terkait pewarnaan

alternatif terhadap uji mikroskopik jamur menggunakan kulit

kenari.

1.4.3 Peneliti

Sebagai bahan pengalaman dan manambahan wawasan

dalam ilmu pengetahuan tentang pewarnaan alternatif

terhadap uji mikroskopik jamur menggunakan kulit kenari.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Kenari

1. Definisi Buah Kenari

Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh

di daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku

dan pulau Seram. Menyatakan bahwa tanaman kenari juga banyak

dijumpai di beberapa negara seperti Thailand, Filipina, Kepulauan

Fiji, dan Papua New Guinea. Di Indonesia, tanaman ini masih

merupakan tanaman hutan dan belum banyak dibudidayakan

(Djarkasi, 2016)

Kacang kenari (Canarium Inidium L.) merupakan tanaman asli

indonesia bagian timur dan merupakan sumber pangan yang dapat

dimanfaatkan. Bijinya dimanfaatkan dalam pembuatan kue sebagai

bahan tambahan dan dikonsumsi sebagai cemilan. Pengolahan

kacang kenari sebelum dikonsumsi adalah dengan cara

penyangraian atau penggorengan, hal ini dilakukan untuk

menghasilkan aroma dan rasa yang khas dari kacang kenari.

Kacang kenari memiliki rasa gurih, aroma yang khas serta memiliki

tekstur yang renyah (Djarkasi, 2016)

Dalam bidang pangan, biji kacang kenari dimanfaatkan untuk

bahan pelengkap pembuatan roti, ice cream, salad, puding, dan

7
8

topping untuk kue, karena kacang kenari merupakan makanan

yang kaya akan nutrisi, terdiri dari matriks kompleks dalam lemak

tak jenuh dan senyawa bioaktif lain seperti protein nabati, mineral,

serat, dan fenol (Ros, 2010) Spesies kenari ini banyak dituliskan

sebagai kenari yang berasal dari kawasan timur Indonesia dan

dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pangan lokal (Mogana &

Wiart 2011; Bai dkk. 2017). Nama lain untuk Canarium indicium (CI)

adalah Canariumm amboinense Hochr, Canarium commune L., dan

Canarium moluccanum Blume. Menuliskan bahwa Canarium

commune dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan susu bayi. Hasil

analisis komposisi dan distribusi posisi asam lemak dalam

trigliserida CI (Rahmad dkk. 2016). Mendukung pemanfaatan kenari

sebagai bahan baku susu bayi karena memiliki kemiripan dengan

trigliserida dalam air susu ibu, yaitu komposisi asam amino palmitat

yang bermakna (Rahmad dkk. 2015). Asam lemak yang terbanyak

dalam biji CI adalah asam oleat (Djarkasih dkk adalah asam dkk

2011; Rahmad dkk. 2015; dkk 2017).


9

2. Bagian-Bagian Kenari

Canarium indicium L : Biji (Antiinflamasi uji in-vitro);

antioksida (uji in-vitro) (Djarkasi dkk 2011)

a) Canarium adontophyllum: Daun, pericarp, buah (Antibakteri

antidiabetik, antiadabetik, antiaterosklerosis ,antioksida

(Khoo dkk 2014; Basri & Sandra 2016; Saari dkk 2017)

b) Canarium patentinervium: Daun, batang (Antimikroba,

antioksida antiinflamasi, pengobatan penyakit degeneratif

(Mogana dkk 2011; mogana dkk 2014)

c) Canarium ovatum Engl: Biji (Antioksidan uji in-vitro & in_vivo;

bahan pewarnaan alami untuk pangan

d) Canarium album L : Buah : Hepatoprotein (uji in-vitro & in-

vivo antidiabetik

e) Canarium schweinfurhii : Kulit batang buah (Antibakteri,

antilkanker, analgesik, antidiabetik, antioksida)


10

Canarium indicium asal Kepulauan Maluku


Djarkarsi et al, 2011)

2.2. Tinjauan Umum Tentang Pewarnaan

1. Pengertian Pewarnaan

Beragamnya selera konsumen terhadap warna suatu produk,


dengan berbagai variasi warna (Manurung, 2012). Zat pewarna
sinetis memiliki keunggulan dibandingkan dengan zat pewarna
menjadikan produsen menvariasikan warna produk yang dibuat.
Kemajuan teknologi mampu menciptakan zat pewarna sinetis alam
yaitu antara lain, mudah diperoleh di pasar, ketersediaan warna
terjamin, jenis warna beragam dan lebih praktis serta lebih mudah
digunakan (Suarsa dkk., 2011; Kartina dkk., 2013) dan lebih murah
(Paryanto, 2012; Kartina dkk., 2013). Di samping itu pewarnaan
sinetis, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi
lingkungan, daya mewarnainya lebih kuat memiliki rentang warna
yang lebih luas (Kartina dkk., 2013) serta tidak mudah luntur dan
berwarna cerah (Kant,2012)
Pengguna pewarnaan sintetis dapat menimbulkan masalah

kesehatan dan lingkungan. Pengguna pewarnaan sintetis seperti

Rhodamin B, Methanyl Yellow, dan Amaranth pada makan dan

minuman, sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu


11

terjadinya kanker keruakan ginjal dan hati (Reysa, 2013). Sankaya

et al. (2012) mela[orkan bahwa penambahan Amaranth 12,5; 25;

dan 50mg/ml menujukan hasil reaksi positif pada uji Somatic

Mutation and Recombination Test, atau dengan kata lain dapat

berpotensih menyebabkan genotoxcity Mamoto dkk. (2013) juga

menyatakan bahwa Rhodamin B seringkali digunakan untuk

mewarnai suatu produk makan, meminum, obat-obatan dan

kosmetik.

Rhodamin B merupakan bahan berbahaya, karena dapat

menyebabakan kerusakan hati, ginjal dan limfat diikuti perubahan

anatomi berupa pembesaran organ

Pewarna alami merupakan alternatif pewarna yang tidak toksik,

dapat diperbaruhi (renewable), mudah terdegradasi dan ramah

lingkungan (Yernisa, dkk., 2013).

2. Macam-Macam Pewarnaan

Warna alami adalah tumbuhan, bintang, dan mikroorganisme

(Aberoumnad, 2011; Rymbai et al., 2011; Gupta et al al., 2011)

Visalakshi and Jawaharlal (2013) menyetahkan bahwa pewarna

alami dapat di peroleh dari tumbuhan, binatang atau mineral. Dari

berbagai sumber tersebut hanya sedikit yang tersedia dalam

jumlah yang cukup untuk digunakan secara komersial sebagai

pewarna makan (Aberoumand, 2011; Rymbai et al., 2011; Gupta


12

et al., 2011), dari jumlah yang sedikit tersebut sebagian besar

berasal dari tumbuhan (Aberoumand, 2011; Rymbai et al., 2011).

Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat

menghasilkan zat warna, seperti: bunga, buah, daun, biji, kulit,

batang/kayu dan akar. Di antaranya adalah ekstrak kelopak bunga

risella (Hibiscus sabdariffa L) memberikan pigmen berwarna kuat

dan apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan warna merah,

jingga, ungu, dan biru (Hayati dkk., 2013). Ekstark buah manggis

menghasilkan warna merah (Wulaninggrum, 2013), dapat

digunakan untuk pewarna kain katun, menhasilkan warna coklat

muda sampai coklat kemerahan (Manurung, 2012). Ekstrak daun

jati menghasilkan warna yang stabilitas warnanya akan berubah

dengan adanya perubahan pH. Pada pH tinggi berwarna biru,

kemudian berwarna violet dan pH rendah akan merubah menjadi

berwarna merah (Harmayani dkk., 2013). Ekstrak biji kesumb dapat

memberikan warna dari kuning hingga merah, larut dalam pelarut

organik seperti klorofrom, aseton, etil asetat dan nantrium

hidroksida (Paryanto, 2013).

Mikroorganisme telah diketahui dapat memproduksi berbagai

macam pigmen. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai bagian

dari sumber pewarna alami. Pigmen utama yang dihasilkan oleh

mikrobia adalah merah, kuning dan biru.


13

2.3. Tinjauan Umum Tentang Jamur

Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak

mempunyai zat hijau, untuk hidup jamur berperan sebagai

parasite saprofil. Jamur hidup pada lingkungan yang beragam

namun sebagai besar jamur hidup ditempat yang lembah. Habitat

jamur berada didarat (terestrial) dan di tempat lembab dengan

suhu optimal berkisar antara 22oC sampai 35oC, suhu

maksimumnya berkisar anatara 27oC sampai 29oC, dan suhu

minimum kurang lebih 5OC. Mekipun demikian banyak pula jamur

yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau

di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam

(Smit,Hursepuny,2015)

Jamur adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak

memiliki klorofil, sehingga jamugikan hospesnyaur tidak mampu

membentuk makanannya sendiri. Jamur terdapat dalam filum

Thallopytha, yaitu tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang,

dan daun sejati, Jamur tidak mempunyai klorofil, yaitu zat warna

hijau yang terdapat dalam daun dan memelihara kehidupan

dengan bantuan sinar matahari. Sebagian besar parasit pada

tumbuhan, hewan, dan manusia bila merugikan hospesnya dan

dapat berkembang baik secara seksual, aseksual, dan beseksual

(Hasnawati dan Arwin, 2012.)


14

Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak

mempunyai klorofil sehingga bersifat hetertrof jamur ada yang

uniselurel dan multiselurel. Tubuhnya terdiri benag-benang yang

di sebut hifa. Reproduksi jamur ada yang dengan cara Vegetatif

ada juga dengan cara generatif (Buchana 2011)

Gamabar 2. Koloni Candida albicans pada Media SGA

Antibiotik(Sumber:Tuasikal,2016)

(Gambar 3. Candida albicans bentuk sel Oval (a)

Pseudohifa (b) (Sumber: Tuasikal, 2016)


15

Gambar 4. Biakan Aspergillus niger pada media selama 3

hari (Sumber: Murni dkk, 2011)

Jamur juga memiliki peranan yang merugikan dan

menguntungkan. Jamur dapat menimbulkan penyakit yang

dibedakan menjadi dua golongan yakni Mikosis infeksi kapang dan

Mikotoksikosis yaitu gejalah kerajunan yang disebakan tertelannya

suatu hasil beracun dari kapang atau jamur. Dari golongan tersebut

umumnya disebarkan melalui makanan pada Mikotoksikosis.

Senyawa beracun yang diproduksi oleh fungi disebut mikotoksin.

Toksin ini dapat menimbulkan gejalah sakit yang kadang-kadang

fatal dan beberapa diantaranya mempunyai sifat karsinogenik,

yakni dapat menimbulkan (Smit,Hursepuny,2015).

Jamur merupakan salah satu organisme eukariotik yang

berperan dalam mendekomposisi bahan-bahan organik di dalam

tanah. Kemampuannya dalam menghasilkan enzim sululase


16

menyebabkan organisme jamur dalam silkus biokimia khusunya

unsur C dan N serta mengurangi selulosa berasal dari tumbuhan

yang terdapat di lantai tumbuhan. Selain peran penting, jamur

memiliki nilai ekonomi sebagai agen biokontrol dan produser bagi

bidang industri lain, misalnya onstitusi pangan fermentasi (Santoso,

dkk., 2013).

Berdasarkan substrat tempat hidupnya jamur dibagi menjadi

dua parasit, hidup pada prganisme yang masih hidup sehingga

dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan. Diantara

Basidiomycota, sebagian besar spesies dari family Polyporacea

mrupakan parasit. Jamur membentuk saprofit hidup pada substrat

atau bahan-bahan organik seperti kayu, humus, tanah, rumput-

rumputan dan kotoran ternak. Beberapa jamur bersimbiosis dengan

akar tumbuhann. Kerusakan hutan seperti penebangan hutan,

kebakaran hutan, pengambilan humus pada permukaan tanah

dapat menyebabkan biodiversitas spesies jamur tertentu juga dapat

mengalami perubahan (Nurtjahja dan Retno, 2015).

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengecatan

1. Fiksasi

Sebelum mikrooraganisme, khususnya bakteri diwarnai

harus dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Cara yang paling

banyak digunakan adalah cara fisik dengan pemanasan atau

dengan freeze drying atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan


17

menggunakan agensia kimia. Agen kimia yang dapat dipakai

antara lain sabun, fenol, dan formalin. (Waluyo,2010).

Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan mikrobe berfungsi

untuk:

1. meretkatkan sel mikroba pada gelas objek,

2. Membunuh mikrooraganisme secara cepat dengan tidak

menyebabkan perubahan-perubahan bentuk dan

strukturnya,

3. Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna,

4. Membuat sel-sel mikroba lebih kuat (keras),

5. Melepaskan granular (butiran) protein menjadi gugus reaksi

(NH3+) yang akan bereaksi dengan gugus -OH dari zat

warna,

6. Menjaga otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan

oleh enzim-enzim kandungangnya sendiri,

7. Mempertinggi sifat reaksi gugus-gugus tertentu (gugus

karboksil, amino primer, sulfhidri). (Waluyo,2010).

Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam dalam

pewarnaan jamur adalah dengan membuat lapisan suspensi

tersebut dikeringkan-anginkan dan dilakukan beberapa kali

atasnya nyala lampu spiritus. Pewarnaaan biologi lainya

dapat digunakan agensia-agensia fiksasi kimia seperti

campuran asam cuka dengan asam pikrat, alkohol, dengan


18

aseton, asam kromat dengan asam asmiat, dan lain-lain.

(Waluyo,2010)

2. Peluntur Zat Warna

Peluntur zat warna adalah suatu senyawa yang

menghilangkan warna dari sel yang telah diwarnai. Peluntur

zat warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilkan

kontras yang baik pada bayangan mikroskopik. Pada

umunya sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah pula

dilunturkan warnanya. Adanya variasi di dalam kecepatan

dekolorisasi (pelunturan) zat warna inilah yang digunakan

untuk membedakan bermacam-macam jenis jamur dalam

pewarnaan Gram atau pewarnaan bertingkat (diferensial)

lainya. (Waluyo,2010).

Ditinjau dari kekuatan ikatan antara sel dengan zat

warna, maka dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam,

tahan alkohol, tahan air, dan lain-lain. Istilah tahan asam

digunakan bila zat warna telah diikat kuat oleh sel sehingga

tidak dapat dilunturkan warnanya oleh asam; demikian pula

tahan alkohol dan air. Bila sesuatu zat warna telah diikat

oleh suatu bagian sel, misalnya warna thionim oleh inti,

maka zat warna tersebut tidak dapat didekoloorisasi oleh

alkohol. Hal tersebut disebut alcohol fast. Analog yang lain

acid fast, water fast, dan lain-lainya (Waluyo,2010).


19

2.5. Kerangka Teori

Pewarnaan Jamur

Alternatif Reagen Kimia

Bahan Alam

Ekstrak Kulit Kenari

Karoteniod

Mikroskopik
20

2.6. Kerangka Konsep

Pewarnaan Jamur

Alternatif Reagen Kimia:

1. KOH
Ekstrak Kulit Kenari
2. Methylen blue

Karotinoid 3. Eosin

Mikroskopik Jamur

Pengamatan

2.7. Definisisi Operasional

1. Pewarnaan alternative adalah pewarnaan yang di lakukan pada

jambur dengan menggunakan bahan-bahan alternative seperti

ekstrak kulit kenari

2. Ekstrak kacang kenari adalah pewarnaan alternative yang dibuat

dari rendaman kulit kenari dan alcohol untuk mewarnai jamur

secara mikroskopik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif

dengan menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk

mengetahui pewarnan alternatif terhadap uji mikroskopik jamur

menggunakan kulit kenari.

3.2. Alur Penelitian

Ekstrak Kulit Kenari

Pewarnaan Alternatif

Jamur

Candida albicans Aspegillus niger

Pengamatan

Hasil

21
22

3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s/d Juli 2021

3.3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dan lokasi dilakukanya

penelitian ini yaitu di laboratorium Terpadu Poltekkes

Kemenkes Ternate Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

3.4. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penilitian ini adalah buah kulit kenari

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kulit

kenari

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari pengambilan saat penelitian

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari jurnal penelitian

sebelumnya, yang mendukung untuk penelitian ini terlaksanakan.


23

3.6. Prosedur Kerja

1. Alat dan Bahan :

a. Mikroskop

b. Objek gelas dan kaca penutup

c. Ose bulat

d. ose jarum

e. Cawan petri

f. Lampu spritusi

g. Penjepit tabung

h. Pipet tetes

i. Hot plate

j. Neraca analitik

k. Sendok tanduk

l. beaker glass

m. tabung ukur 50 ml

n. Aquadest

o. Alkohol 95%

p. Ekstrak kulit kenari

q. Candida albicans

r. Aspergillus sp
24

2. Cara Kerja:

Pembuatan cat ekstrak Kulit Kenari

1. di timbang ekstrak kulit kenari sebanyak 10 gram

menggunakan neraca analitik

2. di rendam kulit kenari ke dalam beaker glass lalu ditambahkan

aquadest sebanyak 50 ml

3. di biarkan selama 30 menit atau 1 jam

4. setelah itu tambahkan alkohol 95 % kedalam rendam kulit

kenari sebanyak 50 ml lalu

5. di panaskan ke hot plate sampai mendidi atau berubah warna

6. di saring rendaman ekstrak kulit kenari

7. di homogenkan dan

8. di masukan kedalam botol coklat dan berikan label serta siap

dipakai

Pembuatan preparat dan proses pengecaran

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Siapkan isolate Bakteri gram positif dan negative

3. Di ambil 1 sengkelit biakan Candida sp ke atas objek

glass dan fiksasi

4. Dan di ambil 1 sengkelit biakan Aspersillus sp ke atas

objek glass dan fiksasi

5. Di lumurkan cat ekstrak kulit kenari pada ke dua preparat

6. Diamkan selama 5 menit dan


25

7. Di cuci dengan air mengalir

8. Keringkan sampel tersebut selama 5 menit

9. Di amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x

dan di tambahkan oil emersi

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26

4.1 Gambaran Umum

Buah kenari spesies Canarium indicium dan Spesies

Canarium Vulgare mengandung senyawa fenolik, karotenoid

mengandung senyawa flavonoid. Kulit ari kenari, diduga

mengandung senyawa fenolik yang merupakan antioksida alami.

Senyawa fenolik dapat dipakai sebagai zat pengawet makan

karena fenol dapat menangkap radikal bebas.

1.1.1 Hasil Pemeriksaan

Table 4.1 Hasil pertumbuhan jamur (sampel %)

No. Esktrak Kulit Kenari Candida albicans Aspergillus sp Presentase (%)

1. Pemanasan Kulit Kenari 3(50%) 3(50%) 100%

(sumber : Data Primer, 2021)

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian pewarnaan alternatif terhadap uji

mikroskopik jamur menggunakan ekstrak kulit kenari


27

1a 1b

1b

1a

Gambar 5 pengamatan pertumbuhan makroskopik (1a) koloni Candida albicans


(1b) mikroskopik Candida albicans, dan (2a) makrskopik Aspergillus sp, (2b)
mikroskopik Aspergilus sp
28

4.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih

komponen yang diinginkan dengan menambahkan suatu pelarut

untuk melarutkan komponen. Ekstraksi dapat dilakukan secara

mekanik, yaitu dapat dengan penekanan atau proses dan dapat

dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan pemanasan dan

penggunaan pelarut pada dasarnya bahan atau senyawa kimia

akan mudah larut dalam pelarut yang memiliki sifat polaritas yang

sama. Polaritas menunjukkan tingkat kelarutan bahan dalam air

dan pelarut organik. Pelarut yang cenderung lebih larut dalam air

dianggap memiliki sifat nonpolar (Suryanto, 2012).

Karotenoid adalah pigmen yang memberikan warna kuning,

jingga hingga merah. Karotenoid merupakan pigmen pendamping

klorofil atau zat hijau daun yang menjalankan fungsi penyerapan

energi cahaya untuk fotosintesis. Sumber karotenoid utama

adalah tumbuhan, yang selanjutnya dikonsumsi dan

dimetabolisme atau terakumulasi dalam tubuh hewan.  Terdapat

lebih dari 3000 jenis karotenoid, dan beberapa jenis telah

diketahui memiliki manfaat bagi kesehatan. Beberapa studi

menyebutkan karotenoid berfungsi sebagai antioksidan,


29

antikanker, dan membantu memelihara kesehatan mata. Ekstrak

karotenoid telah diaplikasikan dalam berbagai produk pangan dan

nutrasetikal. Dengan demikian, perkembangan teknologi metode

ekstraksi karotenoid menjadi penting untuk diikuti.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil laporan pada penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit kenari spesies

Canarium indicium memiliki kandungan total fenolik dan antioksidan.

diidentifikasi sebanyak 3 sampel (50%) Candida albicans dan 3

sampel (50%) Aspergillus sp.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi peneliti selanjutnya

Kepada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dengan

formula yang berbeda


DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2018. http://www.scribd.com>document> makalah kenari


Diakses pada 08 Maret 2021

Aberoumand, A. 2012. A Review Articel on Edible Pigments Properties


and Sources as Natural Biocolorants in Foodsuff and Food Industry.
Work J Dairy Food Sci, 6(1): 71 – 78.

Djarkasih, G.S.S. 2016. Teknologi Pengelolah Minyak Kenari. Tropical


Plat Curriculum Project Sam Ratulangi University.

Djarkasi, G, S, S., Nurali, E, J, N., Sumual, M. F, dan Lalujan, L, E. 2011


Analysis of Bioactive Compound in Canarium Nut (Canarium
Indiciumm L) Laporan Penelitian Usaid-Texas A dan M university

Kant, R. Textile Dyeing Industry an Eviromental Hazard, Open Access


Journal Natural Science, 4(1), Aticle ID: 17027,5 pages, DOI:
10.4236/ns2012.41004.

Manurung, M. 2012. Aplikasi Kulit Buah Manggis (Garcina Mangostana L.)


Sebagai Pewarna Alamih pada Kain Katun secara Pre – Mordating.
Journal of Chemistry, 6(2): 183 – 190.

Media Informasi Kesehatan Indonesia, 2012. Buah Kenari pada


http://www.kesehatan 123.com.

Mogana, R., Adhikari, A., Debnath, S., Harza, S., Harza, B., Teng-Jin, K. &
Wiart, C., 2014 ‘The antiacetylcholinesterase and antilaseishmanial
activities of Canarium patentinervium Miq. BioMed Res Int.

Nurtjahja, K. Dan R. Widhiastuti. 2015. Biodiversitas Cendawan


Makroskopik di Taman Wisata Alam Sibolangi dan Sicikeh cikeh,
Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2011.
Departemen Biologi FMIPA USU. Medan.

Lim,D. 2011. Microbiology. Mc Graw Hill. New York

Paryanto P., Hermianto, H., dan Sanjaya, S.D.S 2013, Pembuatan Zat
Warna Alamih Dari Biji Kesumba Dalam Bentuk Konsentrat Tinggi
Untuk Pewarna Makanan Metana, 9(02): 41 – 42.
Qadir, 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Penerbit IPB Perss.
Bogor.

Ros, E., 2010. Health Benefits Of Nut Cunsumption, Nutrients.


Tyas, A.S.P., 2017. Identifikasi Kuliner Loka Indonesia UGM
Yogyakarta.

Rahmad, H., Tursino, Sitompul, J.P., Anggadiredja, K. & Gusdinar, T.,


2015, ‘The nutritional fatty acids profile and physicochemiacal J
pharmacogn Phytochem Res. 7, 1222-1226

Rahmad, H., Sitomapul, J.P., Anggadiredja, K., Lee, H.W. & Gusdinar, T.,
2016. ‘The stereospecific analysis of Canarium indicium nut oil’ Int J
Pharmacogn

Santosa, G.A.A., et. al. 2013. Identifikasi Jamur Makroskopik Cagar Alam.

Smith, Alwi dkk 2015. Isolasi Dan Identifikasi Jenis Jamur Pada Ubi Kayu
(Mathihot Esculenta Crants) Dalam Proses Pembuatan Ubi Kayu
Hitam Secara Tradisional Oleh Masyarakat Banda. Staf. Pengajar
Program Studi Pendidikan Biologi.

Suryanto, E 2012, Fitokimia Antioksidan. Putra Media Nusantara


Surabaya

Widjati, E.,E. Murnianti, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Dan Suhartanto, A.


Qadir, 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Penerbit IPB Perss.
Bogor.

Yernisa, Gumbira – Sa’id, E. Dan Syamsuh, K. 2013. Aplikasi Pewarnaan


Bubuk Alamih dari Ekstra Biji Pinang (Areca catechu L.) pada
Pewarnaan Sabun Transparan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian,
23 (3): 190 – 198).
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai