2018
D121191013
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
HALAMAN PERNYATAAN
Nim : D121191013
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas yang telah saya kerjakan merupakan hasil
karya sendiri dengan tidak mengutip pernyataan dan tugas dari yang lainnya. Jika
dikemudian hari tugas yang saya kerjakan terbukti sebuah hasil copy + paste maupun
plagiarisme maka saya siap menanggung semua resiko serta hukuman yang berlaku.
Surat ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
4
9. JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT BORNEO: PELURUSAN
PEMAHAMAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BUDIDAYA
KEPITING BAKAU DI KALIMANTAN UTARA /ISSN 2615-4323/2019...16
10. JURNAL MANUSIA & LINGKUNGAN: MODEL PENGELOLAAN
KEPITING BAKAU UNTUK KELESTARIAN HABITAT MANGROVE DI
TAMAN NASIONAL KUTAI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR / ISSN
0854-5510 / 2017..............................................................................................18
Jurnal 1 (ISSN 2087-9423 Tahun 2015)
Tujuan penelitian dari jurnal ini yaitu untuk mengkaji kondisi kualitas ekologi habitat
kepiting di ekosistem mangrove Teluk Bingtan. Kepiting bakau merupakan salah satu
komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dimanfaatkan nelayan
kecil sebagai penyangga hidup mereka. Pada dasarnya kosistem mangrove merupakan
habitat alami dari kepiting bakau, namun seiring berjalannya waktu kualitas dan
kuantitas dari ekosistem mangrove menurun. Hal itu menimbulkan dampak yang serius
pada populasi kepiting bakau. Metode penelitian yang di gunakan pada penelitian jurnal
ini terbagi dua. Pada pengumpulan data ekologi dengan metode transek dan petak,
sedangkan pengumpulan data kepiting bakau menggunakan metode survey hasil
tangkapan nelayan. Dalam pengumpulan data ekologi digunakan delapan stasiun
sampling, dengan metode penentuan titik stasiun menggunakan purposive sampling,
sedangkan dalam pengumpulan data kepiting, survey hasil tangkapan nelayan di
kelompokkan menjadi tiga berdasarkan lokasi penangkapannya.
Dalam penelitian ini kondisi ekosistem mangrove bagi habitat kepiting bakau di Teluk
Bintan dibatasi beberapa parameter, yaitu kualitas air (suhu, salinitas, pH air dan pH
subtract, dan oksigen terlarut), tekstur subtract, pasang surut, jenis dan kerapatan
vegetasi mangrove. Kialitas air di ekosistem mangrove Teluk Bintan sangat baik untuk
menunjang siklus hidup kepiting bakau jenis Scylla serrata. Untuk salinitas pada air di
ekosistem mangrove Teluk Bintan termasuk pada kisaran salinitas yang dapat
menunjang pertumbuhan kepiting bakau. Kandungan oksigen terlarut di ekosistem
mangrove pun masig memenuhi kriteria untuk kehidupan kepiting bakau. Hasil analisis
tekstur substrat, ekosistem mangrove Teluk Bintan di dominasi oleh lempung berdebu,
lempung berpasir, sedangkan untuk yang bersubtrat lempung hanya satu stasiun.
Tekstur substrat yang mendukung habitat kepiting bakau hanya pada bersubtrat
lempung dan lempung berdebu, sedangkan lempung berpasir kurang mendukung habitat
kepiting bakau. Teluk Bintan merupakan tempat yang cocok untuk habitat kepiting
bakau mencari makan dengan adanya vegetasi mangrove jenis Rhizophora apiculate
1
(bakau) dan jenis Xylocarpus granatum. Dengan adanya kedua jenis vegetasi mangrove
tersebut, akan sering dijumpai kepiting bakau karena sangat cocok sebagai habitat
kepiting. Kualitas habitat sangat penting terhadap kepiting bakau, kualitas habitat yang
tinggi akan menghasilkan lebar karapas dan bobot tubuh kepiting yang tinggi pula.
2
Jurnal 2 ( ISSN 2089-8630 Tahun 2016 )
Penelitian pada jurnal ini memiliki tujuan untuk mengetahui struktur komunitas kepiting
di hutan mangrove di pesisir pantai Desa Pinotu Kecamatan Toribulu Kabupaken Parigi
Moutung, dan merancang media serta pemanfaatannya dalam pembelajaran Biologi bagi
mahasiswa. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian jurnal ini yaitu
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan purposive
sampling dan penelitian pengembangan. Metode kualitatif adalah metode penelitian
yang menggali informasi lebih dalam mengenai objek penelitian dengan tidak
bergantung pada pengukuran secara numerik dan berfokus pada informasi berbentuk
narasi. Pengambilan sampel, dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali
pengambilan di waktu yang berbeda. Selain itu, dilakukan juga penelitian survei
mengenai pengembangan sebuah produk media pembelajaran.
Hasil dan pembahasan jurnal ini yaitu, berdasarkan hasil analisis perhitungan kepadatan,
nilai kepadatan yang tinggi untuk jenis kepiting diperoleh pada malam hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kepiting beraktivitas lebih banyak pada malam hari. Tingkat
kepadatan jenis kepiting di anggap mampu beradaptasi dengan baik dengan
lingkungannya. Bahkan dapat bertahan hidup pada permukaan pohon mangrove, dan
juga mentolerir salinitas dengan rentang lebar. Stasiun III dimana kepadatan kepiting
memiliki nilai paling tinggi, merupakan kawasan dimana aktivitas dari masyarakat
adalah bertani. Hal ini memungkinkan keadaan hutan mangrove semakin gundul hingga
waktu demi waktu, jenis kepiting yang tersisa hanya jenis kepiting yang memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi dan jenis kepiting yang tidak mampu beradaptasi akan
punah. Kondisi lingkungan yang mendukung untuk kehidupan jenis kepiting tertentu
akan mrngakibatkan pertambahan jenis kepiting yang membuat jumlah jenis semakin
beragam. Dengan keanekaragaman yang tinggi, suatu komunitas dan ekosistem dapat
digambarkan keadaannya berupa karakteristik sifat dari suatu komunitas. Selain itu,
pola penyebarannya pun dapat di perhitungkan. Pola distribusi jenis kepiting ada pada
hutan mangrove. Pola distribusi yaitu pola pergerakan jenis ke dalam atau keluar suatu
3
komunitas. Berdasarkan survei, pemanfaatan media pembelajaran berupa buku saku
kalufikasi layak untuk digunakan. Hasil ini di validasi oleh ahli isi, ahli media, ahli
desain dengan mahasiswa sebagai responden.
4
Jurnal 3 ( ISSN 2614-6142 Tahun 2018 )
Penelitian jurnal ini memiliki tujuan untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau
(Scylla spp.) dan mengetahui parameter habitat kepiting bakau di Kawasan rehabilitas
mangrove Setapuk, Singkawan. Kepiting bakau merupakan komoditas perikanan yang
memiliki cita rasa dan kandungan gizi yang tinggi. Pada dasarnya, ekosistem mangrove
merupakan habitat alami kepiting bakau. Setapuk merupakan kawasan pesisir dengan
hutan mangrove yang kaya akan sumber daya alam di Kecamatan Singkawan Utara.
Ekosistem mangrove di Kawasan pesisir setapuk merupakan kawasan yang baru di
rehabilitasi (pada saat penelitian ini dilakukan). Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian jurnal ini yaitu metode purposive sampling. Metode penelitian dengan cara
purposive sampling ini cukup sering di gunakan. Purposive sampling sendiri merupakan
metode pengambilan sampel namun memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Naumn, dalam jurnal tidak menjelaskan hal apa yang menjadi syarat pengambilan
sampel.Hasil dan pembahasan jurnal ini menunjukkan hasil penemuan kepiting bakau
pada tiga stasiun dimana pada stasiun satu tidak ditemukan kepiting bakau sama sekali.
Sedangkan pada stasiun dua, ditemukan satu kepiting bakau jenis Scylla olivacea.
Stasiun tiga merupakan lokasi dengan jumlah kepiting bakau tertinggi di bandingkan
dua stasiun sebelumnya yaitu 12 kepiting bakau, yang terbagi atas sembilan dari jenis
Scylla olivacea dan tiga dari jenik Scylla serrata. Jumlah populasi kepiting bakau ini
dipengaruhi banyak hal, seperti kerapatan mangrove. Kerapatan mangrove yang tinggi
dapat meningkatkan jumlah bobot serasah yang akan menjadi sumber makanan makrozo
bentos. Kedua hal tersebut, bobot serasah dan makrozo bentos dapat meningkatkan
populasi kepiting bakau. Namun, populasi kepiting bakau di tiga stasiun tersebut sangat
sedikit, walaupun memiliki kerapatan mangrove yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari
eksploitasi yang di lakukan oleh penduduk setempat. Penangkapan kepiting bakau,
khususnya di stasiun satu sangat sering dilakukan sehingga berdampak pada
menurunnya populasi kepiting bakau di tempat tersebut. Selain itu, parameter fisika dan
kimia ekosistem mangrove juga turut mempengaruhi kehidupan kepiting bakau, seperti
pH, salinitas, dan temperature.
5
6
Jurnal 4 ( ISSN 2337-7771 Tahun 2006 )
Jurnal ini membahas tentang kegiatan ipteks bagi masyarakat (IbM). Tujuan kegiatan
dalam jurnal ini yaitu 1) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok
pembudidaya ikan tentang pembesaran kepiting bakau dengan system silvofisher; 2)
memanfaatkan sumber daya hutan mangrove secara optimal dan lestari; dan 3)
meningkatkan nilai tambah peluang kerja bagi masyarakat pesisir. Metode kegiatan IbM
ini meliputi: 1) sosialisasi atau penyampaian materi dan demonstrasi; 2) pemantauan
dan evaluasi meliputi tahap awal, pertengahan, dan akhir pelaksanaan program.
Penyampaian materi yang dilakukan antara Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas
Kehutanan, kelompok mitra serta Tim Pengabdi Masyarakat LPM Universitas Lambung
ini disampaikan dengan cara sederhana dan udah dipahami yang nantinya akan di
perjelas pada kegiatan demonstrasi. Hasil dan pembahasan dari jurnal ini dapat di
jabarkan sebagai berikut:
Pihak mitra menyediakan tambak, sementara bibit kepiting bakau yang berasal
dari jenis Rhizophora apiculate dan Rhizophora mucronate dibeli dari mitra.
Keramba yang digunakan adalah keranjang plastic buah yang di bagi menjadi
dua bagian. Kedua bagian tersebut dibatasi oleh kasa nilon, sehingga dalam satu
7
keranjang terdapat dua kepiting. Penyekatan ini dilakukan agar nantinya mereka
tidak saling memangsa saat kekurangan makanan.
4. Penebaran Benih
Benih kepiting yang di tebar merupakan benih yang di bawah standar, untuk
alasannya sendiri tidak di jabarkan dalam jurnal.
8
Jurnal 5 ( ISSN: 2442-7845 Tahun 2019 )
Jurnal penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kesiapan masyarakat
sebagai actor budidaya kepiting bakau. Kepiting bakau merupakan komoditas ikan
yang memiliki cita rasa tinggi dan kandungan gizi yang tinggi. Hal itu membuat
kepiting bakau ini sangat di minati orang banyak. Kepiting bakau ini juga memiliki nilai
ekonomi tinggi yang di manfaatkan nelayan sebagai penyangga hidup mereka. Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang menggali informasi lebih dalam mengenai objek
penelitian dengan tidak bergantung pada pengukuran secara numerik dan berfokus pada
informasi berbentuk narasi. Penelitian ini juga menggunakan kuisioner dan wawancara
dengan sumber daya manusia serta aspek sosial lainnya yang mendukung berjalannya
program pemerintah yaitu budidaya kepiting bakau (Scylla serrata) berbasis
minamangrove. Minamangrove adalah suatu pola pertanian dimana pohon dan lahan
pertanian di kombinasikan kemudian digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan
sosial di kawasan hutan mangrove.
Hasil dan pembahasan dari jurnal menunjukkan bahwa selama ini kepiting bakau yang
di hasilkan dari Desa Pulau Cawan masih merupakan kepiting bakau hasil tangkapan
nelayan yang kesesuaian standar pasarnya tidak dapat di prediksi. Desa Pulau Cawan
dinilai sudah dapat menerapkan budidaya kepiting bakau dengan metode minamangrove
karena SDM (Sumber Daya Manusia) yang sudah memenuhi. Kegiatan budidaya ini
memberikan keuntungan kepada nelayan karena dapat mengontrol kualitas, kesehatan,
dan ukuran dari kepiting bakau sehingga dapat meningkatan pendapatan nelayan.
Adapun peran perempuan dalam hal ini sangat penting, khususnya dalam pengelolaan
pasca panen dan pemasaran hasil perikanan. Setiap daerah memiliki sumber daya yang
dapat mereka manfaatkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam
pemanfaatan sumber daya alam masih sangat kurang ataupun kadang pemanfaatannya
terlalu berlebihan hingga berdampak pada ekosistem yang menjadi rusak. Hal itu
tentunya akan mengancam keberlangsungan system kehidupan. Pelatihan dalam
9
pengelolaan sumber daya alam sangat di butuhukan guna membentuk sumber daya
manusia yang nantinya akan diberi modal usaha. Jika masyarakat setempat memiliki
sifat pekerja keras, maka pemberian bantuan berupa modal merupakan tindakan yang
sangat bijak.
10
Jurnal 6 ( ISSN: 2339-2835 Tahun 2019 )
Tujuan dari penelitian yang dilakukan jurnal ini yaitu untuk mengetahui bentuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa Eat Mayang Sekotong Timur Lombok
Utara. Selain itu, mengetahui pemanfaatan hutan mangrove juga merupakan bagian dari
tujuan penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
menggali informasi lebih dalam menganai objek penelitian dengan tidak bergantung
pada pengukuran secara numerik dan berfokus pada informasi berbentuk narasi. Dalam
menentukan subjek penelitian, di gunakan metode purposive sampling. Purposive
sampling merupakan metode pengambilan sampel namun memperhatikan syarat-syarat
yang harus di penuhi. Namun, dalam jurnal tidak dipaparkan hal apa yang menjadi
syarat pemilihan sampel. Hasil dan pembahasan jurnal bercerita mengenai
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir desa Eat Mayang Sekotong Timur Lombok
Utara dengan cara pembudidayaan kepiting bakau. Desa ini meiliki potensi sumber daya
alam yang melimpah, akan sangat disayangkan jika masyarakat setempat tidak dapat
mengelola potensi-potensi sumber daya alam tersebut. Di situlah letak pentingnya
pemberdayaan masyarakat, demi meningkatkan kemampuan mengelola sumber daya
alam yang ada. Upaya pemberdayaan yang dilakukan di desa ini meliputi pelatihan
budidaya dan pembagian kelompok budidaya. Upaya ini cukup memberikan hasil
dengan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari serta meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di Desa Eat Mayang Timur Lombok Utara. Desa Eat Mayang ini merupakan
daerah kawasan ekosistem hutan mangrove. Hal ini sangat memberikan keuntungan
untuk warga setempat dalam melakukan budidaya kepiting bakau karena hutan
mangrove merupakan habitat asli dari kepiting bakau. Selain budidaya kepiting bakau,
budidaya ikan bandeng juga di lakukan oleh penduduk setempat sebagai pemanfaatan
hutan mangrove. Pemanfaatan yang dilakukan warga yaitu dengan membuat tambak di
hutan mangrove yang berada di pesisir pantai karena dinilai dapat menjaga salinitas air
dan juga dapat mengatur datangnya air pasang. Pemberdayaan ekonomi dan
pemanfaaatan hutan mangrove yang dilakukan penduduk Desa Eat Mayang memiliki
11
prospek ke depan yang bagus untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat di desa
tersebut.
12
Jurnal 7 ( E- ISSN: 2684-7396 Tahun 2015 )
Penelitian dalam jurnal ini memiliki tujuan untuk menentukan lahan budidaya kepiting
bakau di Desa Likupang II Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara sesuai atau
tidak dan menentukan strategi pengembangan budidaya kepiting bakau di Desa
Likupang II Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara. Kepiting bakau
merupakan komoditas ikan yang memiliki cita rasa tinggi dan kandungan gizi yang
tinggi. Hal itu membuat kepiting bakau ini sangat di minati orang banyak. Kepiting
bakau ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dengan melakukan
budidaya kepiting bakau. Untuk itu, dilakukan kajian kelayakan mengenai lahan untuk
budidaya kepiting bakau di Desa Likupang II Kabupaken Minahasa Utara. Penelitian ini
bersifat deskriptif yang memiliki tujuan untuk membuat objek secara sistematis, factual,
dan akurat. Untuk analisis datanya, metode yang digunakan terdiri dari analisis
kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif, dan analisis SWOT.
Hasil pembahasan dari jurnal ini meliputi pengecekan lokasi dan kualitas air di Desa
Likupang II, kemudian menentukan langkah strategi untuk meningkatkan kapasitas
produksi kepiting bakau, meningkatkan dan mempertahankan mutu produk kepiting
bakau. Mengenai kesesuaian lahan budidaya, kisaran suhu di lokasi merupakan kisaran
suhu yang optimal untuk pemeliharaan kepiting bakau, kandungan oksigen terlarut dan
pH air pun sangat layak untuk kehidupan kepiting bakau. Berdasarkan analisis SWOT,
terdapat dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang harus di
pertimbangkan dalam pembudidayaan kepiting bakau, khususnya di Desa Likupang II
ini. Kelebihan dari faktor internal, Desa Likupang ini dalam pembudidayaa kepiting
bakau yaitu kualitas air yang bagus di desa tersebut, adanya dukungan pemerintah
dalam memberikan bantuan modal untuk menjalankan usaha budidaya kepiting bakau,
dan sumber daya manusia yang melimpah di Desa Likupang II. Untuk kekurangan dari
faktor internal yaitu benih kepiting bakau yang belum mampu di produksi sendiri dan
masih di peroleh dari alam, sumber daya manusia yang ada belum terampil dalam
pembudidayaan kepiting bakau dan juga keterbatasan dana. Nilai jual kepiting bakau,
peluang usaha yang besar, dan kebijakan pemerintah daerah yang memberikan peluang
13
yang luas dalam mengelola potensi daerah merupakn suatu kelebihan dari faktor
eksternal. Adapun ancaman dari faktor eksternal yaitu masalah iklim dan pencurian.
Unrtuk mengatasi kekurangan dan ancaman tersebut maka disusun strategi yaitu
dengan mulai memproduksi benih kepiting bakau, dan memberikan pelatihan mengenai
pembudidayaan kepiting bakau, serta menjaga keamanan tambak.
14
Jurnal 8 ( ISSN 1979-4991 Tahun 2017 )
Jurnal penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui prapasca panen usaha tambak
rakyat kepiting bakau dan ikan bandeng di kelurahan Padang Serai yaitu mulai dari
pemilihan lokasi yaitu mulai dari pemilihan lokasi tambak, pembuatan tambak,
penyiapan alat dan perlengkapan tambak, penyiapan tambak penyiapan bibit dan
penebaran bibit, pemeliharaan usaha tambak rakyat kepiting bakau dan ikan bandeng,
dan pascapanen udaha tambak rakyat kepiting bakau dan ikan bandeng di Kelurahan
Padang Serai. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Dalam penentuan lokasi penelitian yaitu purposive dengan melihat Kelurahan
Padang Serai sebagai salah satu sentra budidaya kepiting bakau dan ikan bandeng.
Untuk repondennya, seluruh petani akan menjadi responden.
Hasil dan pembahasan jurnal ini meliputi karakteristik penambak dan prapasca panen.
Karakteristik petambak di Kelurahan Padang Serai rata-rata berumur 35 tahun sampai
64 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata merupakan tamatan SD (Sekolah Dasar).
Rata-rata petambak di kelurahan ini memiliki pengalaman sebagai petambak 4 tahun.
Prapasca panen adalah istilah untuk masa sebelum melakukan pemanenan. Tahap-tahap
prapasca panen yaitu penentuan lokasi usaha tambak polikultur kepiting bakau dan ikan
bandeng yaitu di Kelurahan Padang Serai Kota Bengkuli. Lokasi ini dipilih karena
memiliki lahan kosong yang cukup luas dan dekat dengan sungau sehingga pemasokan
air lancar untuk budidaya kepiting bakau. Selanjutnya, adalah pembuatan tambak yang
dibentuk perpetak, kemudian menyiapkan peralatan dan perlengkapannya yaitu mesin
pompa, pipa paralon, cangkul, arco, bub, saringan halus, saringan kasar, keranjang
panen, jala bandeng, ember, tali, dan bola lampu. Setelah penyiapan peralatan dan
perlengkapan, dilakukan pengisian air ke dalam tambak. Pengisiannya dibagi dua tahap
yaitu tahap pertama dimana air disi setengah tambak kemudian di isi lagi sampai hampir
penuh menggunakan pompa dan penyaringan. Setelah itu, dilakukan pemupukan
menggunakan pupuk kendang kemudian penebaran benih kepiting bakau dan ikan
bandeng. Tahap sel anjutnya adalah pemeliharaan dan pemberian pakan. Pemanenan
15
kepiting bakau dilakukan setelah 3 sampai enam bulan. Setelah itu adalah tahap pasca
panen, dimana dilakukan penjualan kepiting dengan system pembeli yang datang sendiri
membeli kepiting bakau di Kelurahan Padang Serai.
16
Jurnal 9 ( ISSN: 2615-4323 Tahun 2019 )
Provinsi Kalimantan Utara memiliki beberapa pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni
yang isinya hanya berupa hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan ekosistem bagi
kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau sehingga komoditi ini berlimpah. Hal ini
dimanfaatkan oleh petani tambak di Provinsi Kalimantan Utara menjadikan kepiting
bakau sebagai sumber daya alam yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
petani tambak. Kepitng bakau memiliki cita rasa dan gizi yang tinggi, sehingga
membuat harga jual kepiting bakau ikut tinggi. Namun, dengan adanya peraturan
menteri KKP no 56/ 2016 yaitu tentang larangan penangkapan kepiting dengan ukuran
tertentu dan penangkapan kepiting bertelur di alam. Untuk itu, dilakukan pengabdian
masyarakat. Latar belakang yang mendasari lahirnya peraturan Menteri ini tidak lain
untuk menjaga keberadaan dan ketersediaan lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla
spp.), dan rajungan (Portunus pelagicus spp.) yang dalam perkembangannya semakin
lama semakin mengalami penurunan populasi, sehingga perlu dilakukan pembatasan
penangkapan. Namun, peraturan tersebut harus sejalan dengan dasar hukum Undang –
Undang No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang - Undang No.31 Tahun
2004 yang menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk
proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisi, perencanaan, konsultasi,
alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
perundang-undangan dibidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas
lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati. Berdasarkan ketentuan tersebut, pada
17
dasarnya Nelayan yang membudidayakan kepiting akan diberikan perlindungan secara
hukum dan melakukan penangkapan dan pengeluaran kepiting dengan syarat kepiting
tersebut berasal dari hasil usaha budidaya petani yang dapat dibuktikan dengan Surat
Keterangan Asal.
18
Jurnal 10 ( ISSN 0854-5510 Tahun 2017 )
Hutan mangrove merupakan habitat asli dari kepiting bakau (Scylla serrata).
Kehilangan habitat akan memberikan dampak yang serius terhadap populasi kepiting
bakau karena keberlanjutan pengembangan budidaya kepiting sangat memerlukan
integrasi antara perikanan dengan pengelolaan mangrove. Kepiting bakau merupakan
komoditas ikan yang memiliki cita rasa tinggi dan kandungan gizi yang tinggi. Hal itu
membuat kepiting bakau ini sangat di minati orang banyak. Kepiting bakau ini juga
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dengan melakukan budidaya kepiting
bakau. Untuk itu, penelitian dalam jurnal ini ingin merancang model pengelolaan
sumber daya kepiting bakau untuk pengelolaan hutan mangrove. Tujuan dari
dilaksanakannya penelitian dalam jurnal ini yaitu untuk merancang suatu scenario
model pengelolaan sumber daya kepiting bakau untuk pengelolaan hutan mangrove di
Taman Nasional Kutai (TNK) yang lebih berkelanjutan. Skenario merupakan suatu
alternative rancangan kebijakan yang di terapkan pada kondisi di lapangan dengan
tujuan untuk mempengaruhi perilaku parameter pada suatu system pemodelan, dalam
hal ini merujuk pada bagian zona pemanfaatan mangrove, stok untuk benih budidaya,
alokasi dana pendidikan, dan harga kepiting bakau. Kawasan mangrove di Taman
Nasional Kutai (TNK) ini sangatlah luas, sehingga akan sangat disayangkan apabila
potensi sumber daya tersebut di sia-siakan. Untuk metode penelitiannya, jurnal ini
menggunakan metode analisis system dinamik. Pada penelitian dalam jurnal ini, disusun
model pengelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove di kawasan TNK yang berbasis
pada pemanfaatan sumber daya kepiting bakau, sebagai biota yang mempunyai
keterkaitan dengan hutan mangrove. Hasil dan pembahasan jurnal ini yaitu melakukan
simulasi pengelolaan sumber daya kepiting bakau dengan tiga scenario, yaitu skenario
pesimistik, skenario moderat, dan skenario optimistic. Diantara ketiga scenario tersebut,
scenario optimistic menunjukkan kinerja model yang lebih berkelanjutan untuk
pengelolaan hutan mangrove di Taman Kutai Nasional (TNK) bila dilakukan
pendekatang dengan optimasi pemanfaatan sumber daya kepiting bakau. Pada
penerapan scenario optimistic, mangrove mengalami penurunan luas, namun setelah itu
19
terjadi peningkatan lagi dan penurunan kepiting bakaunya lebih lambat di bandingkan
scenario lainnya. Sehingga, scenario optimistic ini sangat efektif untuk di terapkan.
20