Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan bidang ekonomi Semasa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, kondisi ekonomi di

Indonesia tercatat mengalami kemajuan. Walaupun belum pulih sempurna, sejumlah indikator
ekonomi makro menunjukkan tanda-tanda membaik. Hal ini karena kebijakan ekonomi pada
masa pemerintahan Megawati yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi perekonomian
Indonesia. Misalnya dengan cara melakukan langkah stabilisasi fiskal, memulihkan fungsi
intermediasi perbankan, dan perbaikan ekonomi makro. Selain itu, Megawati juga menerapkan
kebijakan moneter yang dipraktikkan oleh Bank Indonesia dalam mengatasi inflasi dengan cara
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Di samping itu, kebijakan Megawati pada masa
Reformasi juga mendorong direalisasikannya investasi asing supaya pertumbuhan ekonomi
Indonesia meningkat. Baca juga: Syafruddin Prawiranegara: Biografi, Kebijakan, dan
Pemberontakan Investasi dipercaya mampu membuka kesempatan kerja baru dan merupakan
lokomotif bagi pertumbuhan perekonomian. Untuk mendorong peningkatan investasi, Megawati
membentuk Tim Nasional Pertumbuhan Investasi yang ia pimpin langsung. Pemerintah juga
melakukan peningkatan kepastian hukum lewat program reformasi hukum, supaya investor tidak
khawatir saat menanamkan modal di Indonesia. Usaha lain yang juga dilakukan Megawati
adalah menerapkan kebijakan imbal beli, guna mendorong peningkatan ekspor nonmigas di
Indonesia. Melalui strategi ini, volume eskpor nonmigas pun terus meningkat, mencapai 6 persen
atau senilai 50,7 miliar dollar AS. Baca juga: Dampak Reformasi dalam Bidang Politik

Krisis ekonomi yang dihadapi oleh pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri adalah
masalah instabilitas nilai tukar rupiah, defisit APBN, praktik KKN, disfungsi intermediasi
perbankan, dan tingginya utang luar negeri. Pada 2001 inflasi mencapai angka 12,55%, nilai
tukar rupiah Rp. 10.400 per-USD, defisit APBN sebesar Rp. 54 triliun, perbankan kekurangan
modal, dan utang negara sebanyak Rp. 1.273 triliun. Pemerintah menangani persoalan tersebut
dengan kebijakan privatisasi BUMN, pemberantasan KKN, restrukturisasi keuangan dan
perbankan, dan pengelolaan utang luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses penanganan krisis ekonomi Indonesia pada masa reformasi, dan penelitian
ditujukan dapat menjadi sumbangan tambahan pengetahuan bagi pendidik dan calon pendidik
mata pelajaran Sejarah Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah penetapan kebijakan
pemerintahan presiden Megawati Soekarnoputri dalam menangani krisis ekonomi Indonesia
tahun 2001-2004?; (2) bagaimanakah implementasi kebijakan pemerintahan presiden Megawati
Soekarnoputri dalam menangani krisis ekonomi Indonesia tahun 2001-2004?; dan (3)
bagaimanakah penetapan kebijakan pemerintahan presiden Megawati Soekarnoputri dalam
menangani krisis ekonomi Indonesia tahun 2001-2004?. Metode yang digunakan merupakan (1)
Heuristik, proses pengumpulan sumber untuk memperoleh data, materi, dan evidensi sejarah; (2)
Kritik, proses penulis mencari kebenaran informasi pada suatu sumber dengan cara kritik ekstern
dan kritik intern; (3) Interpretasi, proses mengkaitkan fakta-fakta sejarah agar dapat diberi
makna; dan (4) Historiografi, proses menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tertulis.
Historiografi yang dilaksanakan disokong dengan pendekatan ekonomi politik dan teori
kebijakan publik. Hasil dari penelitian ini adalah (1) pemerintah dalam menghadapi krisis
ekonomi selalu diawali dengan penetapan landasan kebijakan, privatisasi BUMN dengan
Privatisasi BUMN dengan Keppres RI Nomor 122 Tahun 2001 dan UU RI Nomor 19 Tahun
2003, pembentukan KPK melalui UU RI Nomor 20 Tahun 2001, restrukturisasi keuangan dan
perbankan UU RI Nomor 3 Tahun 2004 dan UU RI Nomor 24 Tahun 2004, serta memutus
hubungan dengan IMF ditetapkan melalui Inpres RI Nomor 5 Tahun 2003; (2) pelaksanaan
kebijakan privatisasi BUMN berhasil mengalihkan kepemilikan 16 BUMN, pemberantasan KKN
melahirkan KPK, restrukturisasi keuangan ditempuh dengan inflation targeting, restrukturisasi
perbankan terlaksana dengan standar modal perbankan, pembentukan LPS, dan divestasi 4 bank,
serta pengelolaan utang luar negeri ditempuh dengan negosiasi Paris Club dan memutus
kerjasama dengan IMF; (3) pengaruh dari kebijakan penanganan krisis ekonomi adalah inflasi
yang turun dari Rp. 10.400 menjadi Rp. 9.328 per-USD, inflasi turun dari 12,55% menjadi
6,40%, laju perekonomian berubah dari 3,4% menjadi 5,3%, defisit APBN berkurang dari Rp.
54,3 triliun menjadi Rp. 24 triliun. Penelitian ini menyimpulkan kebijakan Privatisasi BUMN,
pembentukan KPK, restrukturisasi keuangan dan perbankan, dan pengelolaan utang luar negeri
dimunculkan dengan diawali oleh penetapan UU. Implementasi privatisasi BUMN dan divestasi
perbankan digunakan untuk menambal defisit APBN dan mengangsur utang luar negeri,
restrukturisasi keuangan dan perbankan mampu meredam inflasi dan fluktuasi nilai tukar rupiah,
serta menyehatkan perbankan, sedangkan pengelolaan utang luar negeri memperoleh
penjadualan ulang utang yang mampu meringankan beban negara. Kebijakan-kebijakan yang
telah terlaksana tersebut mampu mengantarkan perekonomian Indonesia menjadi lebih stabil dan
kembali pulih.

BIDANG HUKUM

Kebijakan bidang hukum Pada masa pemerintahan Megawati, sistem hukum di Indonesia masih
belum bekerja maksimal. Hakim dan petugas pengadilan banyak yang bersikap korup, sehingga
sulit menemukan pejabat yang jujur. Untuk itu, Megawati berusaha membangun suatu
pemerintahan reformis, guna mewujudkan Indonesia yang adil. Beberapa kebijakan yang diambil
Megawati untuk mengatasi kekacauan hukum di Indonesia saat itu adalah sebagai berikut.
Merumuskan konsep reformasi hukum yang penuh Melakukan pengkajian terhadap perundangan
yang berlaku, merevisi, dan melakukan pembaruan Menerbitkan sejumlah ketentuan
perundangan yang baru Membarui ketentuan perundangan untuk mengoptimalkan peran dan
fungsi para pelaku hukum Menyelesaikan masalah-masalah hukum di masa lalu Meningkatkan
kapasitas lembaga peradilan Menerbitkan ketentuan perundangan tentang Hak Asasi Manusia
(HAM)
Pemerintahan Megawati Sukarnoputri dinilai gagal dalam penegakan hukum dan pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Demikian tanggapan fraksi-fraksi atas laporan Presiden
Megawati dan lembaga-lembaga tinggi negara dalam Rapat Paripurna Ketiga Sidang MPR Akhir
Masa Jabatan 2004 di Gedung MPR/DPR, Jakarta Pusat, Sabtu (25/9). Di sisi lain, fraksi-fraksi
juga memuji prestasi pemerintahan Megawati atas penyelenggaraan Pemilihan Umum 2004 yang
aman, damai, dan demokratis.

Lemahnya penegakan hukum di era pemerintahan Megawati dinilai telah menyebabkan


membudayanya korupsi di Indonesia. Fraksi Reformasi bahkan menyatakan, korupsi yang terjadi
sudah sangat parah. Laporan Badan Pengawas Keuangan menyebutkan, penyimpangan keuangan
negara di lingkungan pemerintah dan badan usaha milik negara mencapai Rp 167 triliun.

Selain korupsi, masalah keamanan juga mendapat sorotan dalam penilaian kepemimpinan
Megawati selama kurun waktu tiga tahun. Fraksi Perserikatan Daulat Umat menilai, Presiden
Megawati tidak mampu bertindak tegas sehingga aksi pengeboman dan anarkis berulang.

Berbeda dengan rapat sebelumnya, Rapat Paripurna MPR yang dipimpin Ketua MPR Amien
Rais ini tidak dihadiri presiden maupun wapres. Baik Amien maupun anggota MPR lain tidak
mempermasalahkan hal itu mengingat kehadiran mereka bukanlah kewajiban [baca: Presiden
Tak Menghadiri ST MPR Hari Ini].

Rapat kali ini juga diwarnai pembacaan puisi oleh perwakilan Fraksi TNI/Polri yang dihapuskan
dari MPR periode mendatang. Puisi berjudul Pamit dibacakan di akhir pandangan fraksinya.
Dalam puisi itu diisyaratkan TNI/Polri sudah rela meninggalkan dwi fungsi, meski pembahasan
Rancangan Undang-undang TNI beberapa waktu silam meragukannya. Menanggapi sikap Fraksi
TNI/Polri, para anggota MPR menunjukkan penghormatan dengan berdiri.

Sementara Fraksi Utusan Golongan (F-UG) yang juga dihapuskan berpamitan dengan cara
berbeda. F-UG memberikan bingkisan bagi pimpinan MPR. Dihapuskannya Fraksi TNI/Polri
dan F-UG dari MPR ini adalah konsekuensi dari Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Adapun komposisi MPR baru hanya terdiri dari anggota DPR dan Dewan Perwakilan Daerah
terpilih dalam Pemilu 2004.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/31/080000179/kebijakan-megawati-soekarnoputri-
pada-masa-reformasi?page=all

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/108657

Muchtar, Rusdi. (2002). Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia. Depok: PT


Rumpun Dian Nugraha.

Wahyuni, Kristitin. (2008). Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri Periode Tahun 2001-


2004. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.

https://www.liputan6.com/news/read/86809/pemerintahan-megawati-dinilai-lemah-dalam-
penegakan-hukum

Anda mungkin juga menyukai