Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT BANK SYARIAH INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. MUHAMMAD AMRULLAH ARRAHMAN F0321152


2. MUHAMMAD CANDRA MAHARDIKA F0321153
3. MUHAMMAD DZULQARNAIN NABIL FAWWAZ F0321154
4. MUHAMMAD FADHIL WAHYU PURNOMO F0321155

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2023
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bank Syariah Indonesia (disingkat BSI) adalah bank di Indonesia yang bergerak di
bidang perbankan syariah. Bank ini diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13.00
WIB atau bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Akhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil
penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRIsyariah. Bank ini pun
menjadi bank syariah milik HIMBARA (Himpunan Bank Milik Negara). Komposisi
pemegang saham BSI adalah: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 50,83%, PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk 24,85%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25%. Sisanya
adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%.

BSI merupakan ikhtiar atas lahirnya bank syariah kebanggaan umat, yang diharapkan
menjadi energi baru pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat luas. Keberadaan BSI juga menjadi cermin wajah perbankan
Syariah di Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam
(Rahmatan Lil ‘Alamin).

Potensi BSI untuk terus berkembang dan menjadi bagian dari kelompok bank syariah
terkemuka di tingkat global sangat terbuka. Selain kinerja yang tumbuh positif, dukungan
iklim bahwa pemerintah Indonesia memiliki misi lahirnya ekosistem industri halal dan
memiliki bank syariah nasional yang besar serta kuat, fakta bahwa Indonesia sebagai negara
dengan penduduk muslim terbesar di dunia ikut membuka peluang.
B. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI

Program Pensiun Iuran Pasti

Iuran kepada dana pensiun sebesar persentase tertentu gaji pegawai yang menjadi
peserta program pensiun iuran pasti Bank. Iuran dicadangkan dan diakui sebagai biaya ketika
jasad telah diberikan oleh pegawai-pegawai tersebut dan pembayarannya dikurangkan dari
utang iuran. Iuran terutang dihitung berdasarkan jumlah yang tidak didiskontokan.

Kewajiban Imbalan Kerja Karyawan

Nilai kini atas imbalan kerja karyawan tergantung dari banyaknya faktor yang
dipertimbangkan oleh aktuaris berdasarkan beberapa asumsi. Perubahan atas asumsi-asumsi
tersebut akan mempengaruhi carrying amount atas imbalan kerja karyawan.

Asumsi yang digunakan dalam menentukan biaya atau pendapatan untuk imbalan
kerja termasuk tingkat diskonto. Bank menentukan tingkat diskonto yang tepat pada setiap
akhir tahun. Ini merupakan tingkat suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai kini
atas arus kas masa depan yang diestimasi akan digunakan untuk membayar imbalan kerja.
Dalam menentukan tingkat diskonto yang tepat, Bank mempertimbangkan tingkat suku
bunga atas Obligasi Pemerintah yang mempunyai jatuh tempo yang menyerupai jangka
waktu imbalan kerja karyawan.

Asumsi kunci liabilitas pensiun lainnya sebagian ditentukan berdasarkan kondisi


pasar saat ini.

Bank mempunyai Program Pensiun Iuran Pasti (“PPIP”) yang meliputi seluruh
karyawan tetap yang dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (“DPLK”) sebagai
berikut:

1. DPLK BRI yang telah mendapatkan pengesahan berdasarkan Keputusan


Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-19/NB.1/2022 tanggal 21 Maret 2022.
2. DPLK AXA Mandiri yang telah mendapatkan pengesahan berdasarkan
Keputusan Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-29/NB.01/2022 tanggal 18 April
2022.
3. DPLK BNI yang telah mendapatkan pengesahan berdasarkan Keputusan
Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-31/NB.01/2022 tanggal 13 Mei 2022.
Jumlah iuran yang dibayarkan Bank sebesar Rp44.771 dan Rp171.920 untuk tahun
yang berakhir pada 31 Maret 2023 dan 31 Desember 2022.Selain itu, Bank memiliki Program
Pensiun Untuk Kompensasi Pesangon ("PPUKP") untuk pegawai ex-legacy BRIS yang
dikelola oleh DPLK BRI. Perhitungan aktuaria per tanggal 31 Desember 2022 dilakukan oleh
KKA Steven & Mourits, aktuaris independen, dalam laporannya masing-masing tertanggal 9
Januari 2023. Perhitungan aktuaria tersebut menggunakan metode Projected Unit Credit serta
mempertimbangkan asumsi-asumsi utama sebagai berikut:

Bank terekspos beberapa risiko atas program imbalan kerja seperti risiko yang terekspos
pada program manfaat pasti adalah adanya tingkat hasil investasi di bawah asumsi discount
rate dan kenaikan gaji aktual yang lebih besar dari asumsi. Hal tersebut menimbulkan
peningkatan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun.

Untuk memastikan bahwa posisi investasi telah sesuai dengan kerangka Asset Liability
Matching (“ALMA”), Bank melakukan pemantauan terhadap investasi atas program pensiun
(baik iuran pasti maupun manfaat pasti) dan memastikan tingkat investasi dimaksud
mencapai tingkat diskonto yang digunakan. Selain itu, dilakukan implementasi kebijakan
penyesuaian gaji sesuai dengan asumsi yang telah digunakan dalam perhitungan aktuaria
untuk mengurangi selisih hasil perhitungan atas proyeksi imbalan kerja pasca kerja dengan
realisasinya.

Terkait adanya siaran pers DSAK IAI “Pengatribusian Imbalan pada Periode Jasa” pada
bulan April 2022, Bank mengubah kebijakan terkait atribusi imbalan pensiun pada periode
jasa sesuai ketentuan dalam PSAK No. 24 untuk pola fakta umum dari program pensiun
berbasis UU Cipta Kerja No. 11/2020 dan PP 35/2021. Dampak perubahan perhitungan
tersebut adalah tidak material terhadap Bank, sehingga dibukukan seluruhnya pada laporan
keuangan pada periode berjalan.

Cuti Besar

Imbalan pasca kerja dan imbalan kerja jangka panjang lainnya seperti cuti besar diakui
sebagai biaya ketika jasa telah diberikan oleh pegawai yang memenuhi syarat. Imbalan kerja
ditentukan berdasarkan peraturan Bank dan Undang-Undang Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020
tanggal 2 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai