Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN PERPAJAKAN, PENERAPAN

E-FILLING, SANKSI ADMINISTRASIDAN KESADARAN WAJIB PAJAK

TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN

ORANG PRIBADI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi : S1 Akuntansi

Disusun Oleh:

HIBRID CHRISDHA NATALIA

20023000223

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Hibrid Chrisdha Natalia

Nomor Pokok : 20023000223

Universitas : Universitas Merdeka Malang

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : S1 Akuntansi

Judul Skripsi :

Pengaruh Tingkat Pemahaman Perpajakan, Penerapan Efilling, Sanksi

Administrasi, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Pelaporan

SPT Tahunan Orang Pribadi

Malang, 24 Juli 2022

DISETUJUI DAN DITERIMA

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Ekonomi dan Bisnis

(Dr. Rudy Wahyono., SE., MSi) (Wahyu Setiorini, SE,

MM)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3

ISI SKRIPSI........................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 4

B. Perumusan Masalah........................................................................................... 5

C. Tujuan penelitian............................................................................................... 6

D. Kegunaan penelitian.......................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan teori................................................................................................... 7

B. Pengembangan Hipotesis..................................................................................

25

BAB III METODE PENELITIAN

1. Definisi operasional variabel.........................................................................

26

2. Lingkup penelitian........................................................................................

32

3. Lokasi penelitian...........................................................................................

32

3
4. Populasi dan teknik penarikan sample..........................................................

32

5. Jenis dan Sumber data...................................................................................

32

6. Teknik pengumpulan data.............................................................................

33

7. Teknik analisis data.......................................................................................

33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian................................................................................................. 7

B. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................

25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan....................................................................................................... 7

B. Saran..................................................................................................................

25

C. Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di Indonesia berlaku Self Assesment

System yaitu sistem pemungutan yang wewenangnya ada pada wajib pajak

sehingga wajib pajak berhak untuk menghitung, membayar dan melaporkan

sendiri jumlah pajak yang terutang.

5
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan

sudah dilakukan beberapa penelitian. Faktor yang pertama yaitu tingkat

pemahaman pajak. Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan pajak,

maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan pajak dan

semakin mudah pula Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajaknya. Argumen

tersebut didukung oleh penelitian terdahulu (Jihin, Sulistyowati, & Salta, 2021)

yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman perpajakan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan menurut penelitian (Saragih, 2017)

menyatakan bahwa tingkat pemahaman perpajakan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Faktor yang kedua yaitu penerapan e-filling. Aplikasi e-filing adalah suatu

cara menyampaikan SPT pada website Direktorat Jenderal Pajak. Penyampaian

SPT melalui e-filing dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan batas waktu yang

telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga Wajib Pajak akan lebih

mudah dalam melaporkan kewajibannya. Didukung oleh penelitian terdahulu

(Firdaus, 2019) yang menyatakan bahwa penerapan e-filling berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun penelitian yang dilakukan oleh

(Solekhah & Supriono, 2018) memperoleh kesimpulan yang bertolak belakang

yaitu penerapan e-filling tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

perpajakan.

Faktor yang ketiga yaitu Sanksi Administrasi. Jika Wajib Pajak telat dalam

membayarkan dan melaporkan kewajibannya maka akan dikenakan

sanksi.Menurut penelitian (Jihin, Sulistyowati, & Salta, 2021) menyatakan bahwa

6
Sanksi Administrasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak tetapi

menurut penelitian (Putri & Agustin, 2018) Sanksi Administrasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib.

Faktor yang keempat yaitu Kesadaran Wajib Pajak. Semakin tinggi kesadaran

wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak orang pribadi semakin meningkat. Hal

ini sesuai dengan penelitian (Afifah, 2020) yang menyatakan bahwa kesadaran

wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa tidak semua penelitian

menyatakan bahwa Tingkat Pemahaman Perpajakan, Penerapan Efilling, Sanksi

Administrasi berpengaruh signifikan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi. Atas latar belakang tersebut maka penulis mengambil

topik ini untuk dilakukan penelitian kembali dan mengambil judul “Pengaruh

Tingkat Pemahaman Perpajakan, Penerapan Efilling, Sanksi Administrasi, dan

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan

Orang Pribadi”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi?

2. Apakah penerapan e-filing berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi?

7
3. Apakah sanksi administrasi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi?

4. Apakah kesadaran Wajib Pajak terhadap berpengaruh tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini :

1. Untuk menguji pengaruh pemahaman perpajakan terhadap tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi.

2. Untuk menguji pengaruh penerapan e-filing terhadap tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi.

3. Untuk menguji pengaruh sanksi administrasi terhadap tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi.

4. Untuk menguji pengaruh kesadaran Wajib Pajak terhadap tingkat

kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain

sebagai berikut :

1.Manfaat teoritis

Dilihat dari penelitian sebelumnya dengan hasil yang belum konsisten,

penelitian ini digukanan untuk melengkapi penelitian sebelumnya dan

untuk menambah bukti empiris tentang variabel atau faktor yang

memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman perpajakan,

penerapan e-filing, sanksi administrasi, dan kesadaran Wajib Pajak.

8
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat dalam mengaplikasikan pengetahuan

khususnya di bidang perpajakan dan kepatuhan Wajib Pajak serta

mengimplementasikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat memberikan faktor bukti empiris tentang

pengetahuan Wajib Pajak.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Dasar Hukum

Pada mulanya pajak di Indonesia belum merupakan suatu pungutan,

tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam

memelihara kepentingan pribadi dan operasional kerajaan yang disebut

juga sebagai upeti. Pemberian upeti ini berlaku di era pra kolonial yaitu

masa sebelum masuknya Belanda ke Indonesia. Upeti yang biasanya

diberikan dapat berupa harta atau benda yang dimiliki oleh rakyat. Dari

pemberian upeti tersebut bukan hanya raja dan keluarga kerajaan yang

9
diuntungkan tetapi rakyat juga diuntungkan dengan mendapatkan imbalan

berupa jaminan keamanan dan ketertiban dari raja. Bagi rakyat yang tidak

melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-

pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam

satu tahun. Dan dapat diketahui bahwa upeti menjadi salah satu cikal bakal

adanya pajak di Indonesia.

Setelah era pra kolonial masuklah Belanda untuk menjajah Indonesia.

Pada era kolonial inilah Indonesia mengenal sistem perpajakan modern.

Pada masa ini Indonesia menggunakan sistem pemungutan official

assesment system yang dimana pemerintah memiliki wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang. Seiring bertambahnya tahun

peraturan tentang perpajakan juga semakin diperbaharui. Sejak tahun 1983

di Indonesia berlaku tiga sistem pemungutan pajak yakni Self Assesment

System yang, Official Assesment System dan Withholding Assesment

System. Self Assesment System adalah sistem pemungutan yang

wewenangnya ada pada wajib pajak sehingga wajib pajak berhak untuk

menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang

terutang.

Dalam hal ini yang dimaksud wajib pajak adalah orang pribadi atau

badan. Mereka wajib untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak

terutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Berhasil atau tidaknya Self

Assesment System ini sangat ditentukan oleh kepatuhan sukarela wajib

pajak dan pengawasan yang optimal dari aparat pajak. Sistem ini

10
bergantung kepada kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.Saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak patuh untuk

melaporkan dan membayar pajak.

Direktorat Jenderal Pajak juga berupaya untuk meningkatkan

penerimaan pendapatan pajak dengan melakukan perubahan atas peraturan

- peraturan. Direktorat Jenderal Pajak mencoba untuk memberikan

pelayanan prima kepada para pelapor dan memberikan inovasi - inovasi

dalam pelayanannya. Program dilaksanakan pemerintah melalui Direktorat

Jenderal Pajak dengan melakukan modern sistem pajak dalam pelaporan

maupun pendaftaran pajak dengan menggunakan teknologi informasi

sistem elektronik (e-system) yaitu elektronic filing atau e-filing. Jika Wajib

Pajak telat dalam membayarkan dan melaporkan kewajibannya maka akan

dikenakan sanksi. Berdasarkan (Undang - Undang No. 28 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2007)jika Wajib Pajak

terlambat dalam melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadinya maka akan

dikenakan sanksi denda sebesar Rp 100.000.

2. Definisi Pajak

Menurut (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, 2007) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

11
Selain pengertian umum dan menurut undang – undang, ada

pula definisi pajak menurut para ahli, seperti “Pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kedapa Kas Negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang

merupakan sumber utama untuk membiayai public investment” menurut

(Mardiasmo, 2011).

3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut (Resmi, 2014) dalam memungut pajak dikenal tiga sistem

pemungutan pajak yaitu:

a. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan

perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para

aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan

pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan

dominan ada pada aparatur perpajakan).

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak

dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesui dengan peraturan perundang – undangan perpajakan yang berlaku.

Dalam sistem ini, inisiatif sera kegiatan menghitung dan memungut pajak

12
sepenuhnya berada ditangan wajib pajak. Wajib Pajak dianggap mampu

menghitung pajak, mampu memahami undang – undang perpajakan yang

sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta meyadari

akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi

kepercayaan untuk :

1) Menghitung sendiri pajak yang terutang

2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang

3) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang

4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang

5) Mempertanggungjawabkan pajak yang teruang

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan

pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada

pada Wajib Pajak).

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang perpajakan yang berlaku.

Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang –

undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk

memotong dan memungut pajak, menyetor, dan

mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.

Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung

pada pihak ketiga yang ditunjuk.

13
4. Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, 2007), “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau

badan, meliputi pembayarpajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak

dan kewajibanperpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan”.

Wajib pajak orang pribadi sendiri dapat dikategorikan menjadi orang

pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak

orang pribadi pengusaha tertentu serta orang pribadi yang tidak

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas seperti karyawan atau pegawai

yang hanya memperoleh passive income. Perbedaan antara WPOP yang

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan WP OPPT adalah WPOP

yang menjalankan usaha merupakan WP pengusaha maupun pegawai yang

memiliki penghasilan lain dari kegiatan usaha di luar pendapatan gaji,

sedangkan WP OPPT merupakan wajib pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha di bidang pedagangan yang memiliki tempat

usaha berbeda dengan domisili lebih dari satu Berdasarkan (Undang-

Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan)maka wajib pajak

orang pribadi dapat di bagi menjadi delapan yaitu:

a. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari pekerjaan. Contoh: Pegawai swasta, PNS.

14
b. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Usaha. Contoh: Pengusaha toko emas, Pengusaha Industri Mie

Kering.

c. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Pekerjaan bebas. Contoh: Dokter, Notaris, Akuntan, Konsultan.

d. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

lain yang tidak bersifat final. Contoh: sehubungan dengan pemodalan

sepertiBunga pinjaman, royalti.

e. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yang bersifat final. Contoh: seperti Bunga deposito, hadiah undian.

f. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yang bukan objek pajak. Contoh: Seperti bantuan, sumbangan

g. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari luar negeri. Contoh: Seperti bunga, royalti PPh Pasal 24 8. Wajib

pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari berbagai sumber.

Contoh: Seperti Pegawai swasta tetapi juga mempunyai usaha rumah

makan, PNS tetapi membuka praktek dokter.

5. Hak – Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, 2007), Wajib Pajak adalah orang pribadi atau

badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut

pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berikut adalah

15
hak dan kewajibannya, Hak-hak wajib (Undang - Undang No. 28

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2007)adalah

sebagai berikut:

a. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1(satu) Surat

Pemberihatuan Masa.

b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan

kriteria tertentu.

c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan

dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau

dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak.

d. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan

dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur

Jenderal Pajak yang belum melakukan tindakan pemeriksaan.

e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak.

f. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

1) Surat Ketetapan Kurang Bayar.

2) Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan.

3) Surat Ketetapan Pajak Nihil.

4) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau

16
5) Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

g. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas

Surat Keputusan Keberatan.

h. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk

menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kewajiban wajib Pajak menurut (Undang - Undang No. 28 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2007)adalah sebagai berikut:

a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak,

apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

b. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan

menjadi pengusaha Kena Pajak.

c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,

dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka

Arab, satuan mata uang Rupiah, serta menandatangani dan

menyampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib

17
Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempa lain yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Pajak.

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan

menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

e. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan

Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

f. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan

pada adanya surat ketetapan pajak.

g. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak

baan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

h. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib

Pajak, atau objek yang terutang pajak.

i. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

j. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

18
6. Tingkat Pemahaman Pajak

Tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak yang berbeda – beda

akan mempengaruhi penilaian masing – masing untuk berperilaku patuh

dalam melaksanakan kewajiban. Tingkat pemahaman wajib pajak tinggi akan

membuat wajib pajak memilih berperilaku patuh dalam melaksanakan

kewajiban.

Menurut (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, 2007)pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran

rakyat. Berdasarkan pengertian yang diuraikan tingkat pemahaman pajak

adalah tingkatan pengetahuan dan pikiran atas kewajiban perpajakannya untuk

memberikan konstribusi kepada Negara dalam memenuhi keperluan

pembiayaan dan pembangunan nasional tercapainya keadilan dan

kemakmuran.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya dengan menyampaikan

surat pemberitahuan bisa secara online atau offline, jika online Wajib Pajak

bisa mengakses web (DJP Online) jika offline bisa langsung datang ke Kantor

Pajak terdekat. Ada tahapan yang harus dilakukan Wajib Pajak jika pelappran

offline antara lain:

a. Mengambil SPT Formulir harus diambil sendiri di tempat yang

ditentukan oleh dirjen pajak.

19
b. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas

dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,

satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke

kantor direktorat jenderal pajak tempat dikukuhkan atau tempat lain

yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

c. Menandatangani SPT wajib diisi dengan benar, lengkap, jelas dan

harus ditandatangani oleh orang lain bukan WP, harus dilampiri surat

kuasa khusus.

d. Menyampaikan Menyampaikan SPT yang telah diisi oleh Wajib

Pajak dengan benar, jelas, dan lengkap yang telah ditandatangani, dan

disampaikan pada Direktorat Jenderal Pajak.

7. Pengertian E-filing

E-filing terdiri dari dua kata, yaitu e untuk electronic dan

filing.Electronic berarti penggunaan sistem komputerisasi, sedangkan filing

berarti pengisian formulir.Jadi e-filing merupakan sistem terkomputerisasi

yang membantu pengisian atau penyampaian SPT tahunan.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor (PER-1/PJ/2014

tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan bagi Wajib

Pajak Orang Pribadi) yang menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara

e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak pasal 1 ayat 6,

mendefinisikan e-filing sebagai berikut:

E-Filing adalah cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang secara on-line yang real

20
time melalui website Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

www.pajak.go.id.

Dari pengertian di atas disimpulkan e-filing merupakan modernisasi

administrasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak berfungsi

untuk penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan real-time.

a. Manfaat dan Tujuan Penggunaan E- filing

Setiap inovasi atau pembaruan pelayanan dilakukan oleh Direktrorat

Jenderal Pajak pasti memiliki manfaat dan tujuan, berikut beberapa manfaat

penggunaan fasilitas e-filing dari www.online-pajak.com:

1) Keakuratan dan Menghindari Kesalahan Umum

Kemungkinan terjadi kesalahan pekerjaan dengan menggunakan

media elektronik dapat menurun hingga satu persen. Hal ini

disebabkan karena umumnya aplikasi e-Filing bagi menyediakan

fitur doublechecking, yaitu jika terjadi kesalahan, Wajib Pajak akan

menerima pesan error dan tidak bisa menyimpan dan mengirim

laporan tersebut sampai dibetulkan. Kesalahan bukan berarti

adanya ketidaktepatan dalam perhitungan pajak tetapi juga bisa jadi

data yang diinput belum lengkap. Dengan demikian pekerjaan akan

dimudahkan, dan tidak perlu ragu apakah laporan dibuat sudah

benar atau belum.

2) Hemat Kertas, Uang dan Waktu

Menggunakan fasilitas e-Filing telah ramah lingkungan dengan

menghemat kertas. Dimana dapat membawa efek yang positif bagi

21
nama pribadi dan perusahaan. Terlebih lagi, dapat mengurangi biaya

kantor seperti pada pembelian kertas, biaya fotokopi, cetak,

pengiriman dokumen.

Pada www.pajak.go.id disebutkan bahwa ada tiga keuntungan

jika menggunakan fasilitas e-filing, yaitu :

1) Data yang disampaikan selalu lengkap karena ada validasi

pengisian SPT, serta Penyampaian SPT dapat dilakukan secara

cepat, aman, dan kapan saja, penyampaian SPT lebih murah karena

tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT, dan tidak perlu

datang ke KPP untuk penyampaian SPT.

2) Kemudahan mengisi SPT karena pengisian SPT dalam

bentuk wizard, kesalahan perhitungan dapat dihilangkan karena

penghitungan dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem

komputer.

3) Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas,

saat data dibutuhkan file sudah tersimpan dalam sistem dan

memiliki master file saat SPT sudah disampaikan. Contohnya

Dokumen pelengkap (fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti

potong PPh, SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus,

perhitungan PPh terutang bagi WP Kawin Pisah Harta dan atau

mempunyai NPWP sendiri, dll.

8. Tata Cara Penyampaian SPT Secara E-filing

22
Untuk dapat melakukan e-filing, melalui tiga tahapan. Dua tahapan yang

pertama hanya dilakukan sekali saja, sedangkan tahapan ketiga dilakukan

setiap menyampaikan SPT :

a. Mengajukan permohonan e-FIN ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat

yang merupakan nomor indentitas WP bagi pengguna e-Filing.

Karena hanya sekali digunakan, anda hanya perlu sekali saja

mengajukan permohonan mendapatkan e-FIN tersebut.

b. Mendaftarkan diri sebagai WP e-Filing melalui situs DJP paling lama

30 hari kalender sejak diterbitkannya e-FIN.

c. Menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi secara e-Filing

melalui situs DJP melalui empat langkah, yaitu:

1) Mengisi e-SPT pada aplikasi e-Filing di situs DJP.

2) Meminta kode verifikasi untuk pengiriman e-SPT, yang akan

dikirimkan melalui e-mail atau SMS.

3) Mengirim SPT secara online dengan mengisikan kode verifikasi.

Notifikasi status e-SPT dan Bukti Penerimaan Elektronik akan

diberikan kepada WP melalui e-mail.

9. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, 2007)Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang

perpajakan.

23
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesadaran adalah keadaan

mengerti; hal yang dirasakan atau dialami seseorang; kesadaran seseorang

akan nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada;

pengertian yang mendalam pada orang seorang atau sekelompok orang yang

terwujud dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung

pengembangan lingkungan; kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan

kewajibannya sebagai anggota masyarakat.Theory of Planned Behavior

menjelaskan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh individu timbul karena

ada niat untuk berperilaku.Sedangkan untuk memuncul niat berperilaku

ditentukan oleh 3 faktor penentuyaitu:

a. behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu

perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

b. normatif beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain

dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

c. control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang

mendukung atau menghambat perilaku yang ditampilkan (control

beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang

mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

Berarti bahwa seseorang melakukan suatu tindakan atau perilaku melalui

niat. Niat merupakan langkah pertama individu sebelum memulai suatu

tindakan, dan pemahaman mengenai pentingnya membayar pajak akan

meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Berdasarkan uraian diatas, Jadi kesadaran wajib pajak adalah suatu upaya

24
atau tindakan yang disertai dengan kemauan dan dorongan dari diri sendiri

dalam hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

10. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan pajak dapat dilihat secara sederhana atau secara

komprehensif. Menurutnya kepatuhan wajib pajak adalah sekadar

menyangkut sejauh mana memenuhi kewajiban perpajakan sesuai aturan

perpajakan yang berlaku. Dengan demikian tingkat kepatuhan dapat diukur

dari adanya tax gap, yaitu perbedaan antara apa yang tersurat dalam aturan

perpajakan dengan apa yang dilaksanakan oleh seorang. Sejatinya kepatuhan

pajak diharapkan lebih merupakan suatu kesadaran secara sukarela, yaitu

mencakup tingkatan kesadaran terhadap peraturan perpajakan dan sekaligus

terhadap administrasi pajak yang berlaku tanpa perlu disertai dengan aktivitas

tindakan dari otoritas pajak.

Dalam definisi pajak (Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2007), tersirat penjelasan kepatuhan Wajib

Pajak sebagai berikut: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak medapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperulan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan Wajib Pajak adalah kewajiban

Wajib Pajak dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya,

seperti mengisi formulir dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak

25
terutang dengan benar, membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

a. Bentuk Kepatuhan Wajib Pajak

Secara umum kepatuhan wajib pajak di bagi menjadi dua yaitu

sebagai berikut:

1) Kepatuhan Formal Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana

wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2) Kepatuhan Material Kepatuhan material yaitu suatu keadaan

dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua material

perpajakan.

Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kepatuhan wajib pajak dapat di

bagi menjadi dua yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material yang

keduanya menuntut bahwa wajib pajak harus memenuhi semua kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan Undang –Undang yang berlaku.

b. Syarat Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas sesuai dengan (PMK

Nomor 192/PMK.03/2007 wajib pajak memiliki kriteria tertentu).

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi sebagai wajib pajak patuh,

yaitu antara lain:

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.

2) Tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

26
menunda pembayaran pajak.

3) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

4) Tidak pernah di pidana karena melakukan tindakan pidana di

bidang pajak berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

c. Kepatuhan Wajib Pajak

Indikator Kepatuhan Wajib Pajak (Undang - Undang No. 28 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2007)tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut:

1) Kepatuhan untuk mendaftarkan diri. Wajib Pajak yang telah

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan

diri pada KPP yang wilayah kerjanya terdiri dari tempat tinggal dan

tempat kegiatan usaha Wajib Pajak untuk kemudian mendapatkan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP digunakan sebagai

identitas bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan

kewajibannya

2) Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang.

Pajak yang telah dihitung kemudian disetorkan ke kas negara

melalui bank atau kantor pos dengan menggunakan formulir Surat

Setoran Pajak (SSP).

27
3) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak. Tunggakan pajak

merupakan pajak terutang yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak

setelah jatuh tempo tanggal pengenaan denda.

4) Kepatuhan untuk melaporkan kembali Surat Pemberitahuan.

Wajib Pajak diwajibkan untuk mengisi dan menyampaikan SPT kepada

KPP dengan batas waktu penyampaian untuk SPT Masa paling lambat 20 hari

setelah akhir masa pajak, sedangkan untuk SPT tahunan paling lambat 3 bulan

untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 4 bulan untuk Wajib Pajak Badan

setelah akhir tahun pajak. Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi

apabila terlambat atau tidak menyampaikan SPT.

B. Pengembangan Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti menguji dan meneliti hipotesis tentang

pengaruh yang terjadi antara variabel-variabel yang telah ditentukan yaitu:

1. Pengaruh Tingkat Pemahaman Perpajakan Terhadap Tingkat

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi

Tingkat pemahaman wajib pajak pada peraturan pajak yang

berlaku diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan. Wajib pajak

yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi akan merasa bahwa

membayar pajak merupakan hal yang penting dalam membangun

infrastruktur Negara.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian (Jihin,

Sulistyowati, & Salta, 2021)mengatakan bahwa tingkat pemahaman

perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak,

28
karena kesadaran merupakan variabel dominan dalam penelitian

tersebut. Tingkat kepatuhan akan meningkat apabila memiliki

pemahaman perpajakan dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis pertama

dalam penelitian ini adalah :

H1: Tingkat Pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

2. Pengaruh Penerapan E-Filing Terhadap Tingkat Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi

Sistem e-filing merupakan trobosan terbaru dari Direktorat

Jenderal Pajak untuk membantu masyarakat dalam pembayaran

pajak secara ontime dan realtime. Dengan adanya inovasi baru

dalam memperbarui dan menyempurnakan sistem administrasi

pembayaran pajak secara modern, maka diharapkan dapat

memberikan kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada wajib

pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Oleh karena itu,

dengan diterapkannya sistem e-filing yang dirasa lebih mudah dan

praktis diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada Wajib

Pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian (Firdaus, 2019)

penerapan e-filing berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak.

29
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis kedua

dalampenelitian ini adalah :

H2: Penerapan e-filing berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

pelaporan SPT tahunan orang pribadi..

3. Pengaruh Sanksi Administrasi Terhadap Tingkat Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi

Pelanggaran terhadap ketentuan perpajakan menyebabkan

dikenakannya sanksi perpajakan, sesuai dengan jenis pelanggaran

yang dilakukan, yaitu berupa hukuman atau pinalti karena tidak

melaksanakan ketentuan perpajakan sebagaimana mestinya. Sanksi

pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk melanggar

undang-undangperpajakan. Penelitian yang dilakukan oleh (Jihin,

Sulistyowati, & Salta, 2021)menemukan bahwa sanksi administrasi

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena Semakin

tinggi tingkat sanksi perpajakan maka akan semakin tinggi tingkat

kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis ketiga

dalam penelitian ini adalah :

H3: Sanksi Administrasi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

4. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi

30
Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh fiskus untuk

meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajaknnya, tetapi hal tersebut tidak akan maksimal apabila tidak

ada niat dan kesdaran dalam diri.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian (Afifah,

2020)mengatakan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak. tTingkat kepatuhan wajib pajak akan

meningkat apabila wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis ketiga

dalam penelitian ini adalah :

H4 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel

Penelitian diukur dengan menggunakan skala likert dengan bobot

angka 1 sampai 5:

a) Jika jawaban SS maka skor nilai yang diberikan 5

b) Jika jawaban S maka skor nilai yang diberikan 4

c) Jika jawaban KS maka skor nilai yang diberikan 3

d) Jika jawaban TS maka skor nilai yang diberikan 2

e) Jika jawaban STS maka skor nilai yang diberikan 1

32
Adapun variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk melakukan

penelitian:

a. Variabel Independen:

1) Pemahaman Perpajakan

Pemahaman diukur dengan menggunakan kuesioner yang

diambil dari penelitian (Tasmilah, 2020) dan berisi 7

pertanyaan yaitu :

a) Sebagai wajib pajak yang baik, saya mengetahui ketentuan

umum dan tata cara perpajakan di Indonesia.

b) Saya paham mengenai sistem perpajakan yang digunakan

saat ini (menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melapor sendiri).

c) Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara yang

terbesar dan digunakan untuk pembiayaan negara.

d) Sebagai wajib pajak, saya mengetahui cara pendaftaran dan

memiliki NPWP sebagai identitas wajib pajak.

e) Saya paham dan mengetahui hak serta kewajiban menjadi

WPOP.

f) Saya mengetahui dengan baik PTKP (Penghasilan Tidak

Kena Pajak), PKP (Penghasilan Kena Pajak) dan tarif pajak

yang berlaku saat ini.

g) Saya memahami dan mengetahui peraturan perpajakan

melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP.

33
2) Penerapan Efilling

Pemahaman diukur dengan menggunakan kuesioner yang

diambil dari penelitian (Tasmilah, 2020)berisi dan 7 pertanyaan

yaitu :

a) Sistem e-filing dapat membantu saya menyampaikan SPT

tahunan dimanapun saya berada asal terhubung dengan

internet.

b) Sistem e-filing memudahkan saya untukk melaporkan SPT

Tahunan.

c) Dengan diterapkannya sistem e-filing, saya tidak perlu pergi

dan mengantri di kantor pajak untuk menyampaikan SPT

tahunan saya.

d) Sistem e-filing dapat membantu saya untuk melaporkan

pajak cepat, aman dan kapan saja.

e) Sistem e-filing dapat membantu saya untuk menghitung

pajak lebih cepat dan akurat.

f) Sistem e-filing membantu saya dalam mengisi data,

sehingga selalu lengkap dan tervalidasi.

g) Sistem e-filing lebih ramah lingkungan karena

meminimalisir penggunaan kertas.

3) Sanksi Administrasi

Pemahaman diukur dengan menggunakan kuesioner yang

diambil dari penelitian (Wardani & Rumiyatun, 2017) dan

34
berisi 4 pertanyaan yaitu :

a) Sanksi sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan dalam

kewajiban membayar pajak.

b) Jika saya selalu melaporkan SPT Tahunan saya maka akan

terkena sanksi administrasi sebesar

c) Denda Rp. 100.000adalah wajar

d) Pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada

semua wajib pajak yang melanggar

4) Kesadaran Wajib Pajak

Pemahaman diukur dengan menggunakan kuesioner yang

diambil dari penelitian (Munawaroh, 2017) dan berisi 6

pertanyaan yaitu :

a) Pajak harus saya bayar karena pajak adalah kewajiban kita

sebagai warga negara

b) Penundaan pembayaran pajak dapat merugikan negara

c) Membayar pajak tidak sesuai dengan jumlah seharusnya

dibayar akan sangat merugikan negara

d) Saya dengan senang hati selalu melaksanakan kewajiban

perpajakan saya

e) Saya melakuhkan kewajiban perpajakan tepat waktu

f) Saya membayar pajak dengan kesadaran saya sendiri

b. Variabel Dependen:

35
Penelitian diukur dengan menggunakan skala likert dengan bobot

angka 1 sampai 5 :

a. Jika jawaban SS maka skor nilai yang diberikan 5

b. Jika jawaban S maka skor nilai yang diberikan 4

c. Jika jawaban KS maka skor nilai yang diberikan 3

d. Jika jawaban TS maka skor nilai yang diberikan 2

e. Jika jawaban STS maka skor nilai yang diberikan 1

Adapun variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk melakukan

penelitian yaitu Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi.

Pemahaman diukur dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari

penelitian (Tasmilah, 2020) dan berisi 7 pertanyaan yaitu :

1) Saya telah memiliki NPWP sebagai identitas wajib pajak.

2) Saya tidak memiliki tunggakan pajak.

3) Saya tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan.

4) Saya mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

5) Saya telah melakukan perhitungan dengan benar.

6) Saya telah melakukan pembayaran tepat waktu.

7) Saya telah melakukan pelaporan tepat waktu.

B. Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada Wajib

Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini hanya mencakup Pengaruh Tingkat

Pemahaman Perpajakan, Penerapan Efilling, Sanksi Administrasi, dan

36
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi.

C. Lokasi Penelitian.

Adapun lokasi penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian yaitu lokasi penelitian dilakukan di Wilayah

Jawa Timur.

D. Populasi dan teknik penarikan sampel

Adapun populasi dan teknik penarikan sampel yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk melakukan penelitian yaitu:

a. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah wajib pajak di wilayah Jawa Timur.

b. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini sampel populasi yang diambil adalah secara

acak dengan mengirimkan kuesioner berupa google form ke semua

grup whatshap.

E. Jenis dan sumber data

Adapun jenis dan sumber data yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk melakukan penelitian yaitu:

a. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer, di dapat dari

kuesioner dengan mengaplikasikan google form yang akan

disebarkan.

b. Sumber Data

37
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari

responden wajib pajak orang pribadi yang mengisi google form

yang telah disebarkan..

F. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik

Pengumpulan Data yang dipakai yaitu dengan menyebarkan kuisoner

melalui google form dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab.

Dengan tipe  kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang telah menyediakan

pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1) Deskriptif Statistik

Pengumpulan Data menggunakan penelitian deskriptif dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul . Untuk

menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena

data-data yang diperoleh merupakan kesimpulan keteranga-

keterangan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah

seluruh data yang tersedia dari google form yang telah disebarkan dan

diisi responden.

2) Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas. Penelitian ini

menggunakan uji normalitas kolmogorov smirnov, yaitu pengujian dua sisi

38
yang dilakukan dengan membandingkan signifikansi hasil uji (p value)

dengan taraf signifikan sebesar 5%. Uji Normalitas berguna untuk

menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau

diambil dari populasi normal.

1) Apabila signifikansi data lebih dari 5%, maka data dapat dikatakan

normal.

2) Apabila signifikansi data kurang dari 5%, maka data dikatakan

tidak normal.

3) Analisis Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

hubungan antara variabel independen (Pemahaman perpajakan = X1),

(Penerapan Efilling = X2), (Sanksi Administrasi = X3), dan (Kesadaran

Wajib Pajak = X7) terhadap variabel dependen yaitu (Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi = Y).

Dengan persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan:

Y = Variabel Dependen

a = Konstanta

b1 = Koefisien Pemahaman perpajakan

b2 = Koefisien Penerapan Efilling

b3 = Koefisien Sanksi Administrasi

b4 = Koefisien Kesadaran Wajib Pajak

39
X1 = Pemahaman perpajakan

X2 = Penerapan Efilling

X3 = Sanksi Administrasi

X4 = Kesadaran Wajib Pajak

e = Eror

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang mengenai pengaruh variabel yang berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melakukan pelaporan pajak.

Pengumpulan data yang digunakan berupa penyebaran kuisioner kepada Wajib

Pajak Orang Pribadi di. Total kuesioner yang disebar sebanyak 100 kuesioner.

Seluruh kuesioner memenuhi kriteria penelitian sehingga tidak ada data kuesioner

yang tidak layak digunakan, semua kuesioner layak digunakan.

1) Deskriptif Statistik

Tabel 4.1

40
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pemahaman Perpajakan 86 11 35 27,87 4,253
(X1)
Penerapan E-filing (X2) 86 22 35 30,56 3,242
Sanksi Administrasi (X3) 86 10 20 15,01 2,476
Kesadaran Wajib Pajak (X4) 86 20 30 25,55 2,611
Kepatuhan Pelaporan SPT 86 21 35 30,07 3,719
Tahunan Orang Pribadi (Y)
Valid N (listwise) 86

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.1 tentang hasil analisis statistik deskriptif variabel

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

86 sampel. Pada variabel Pemahaman Perpajakan nilai terkecil adalah 11 dan

terbesar adalah 35 serta nilai rata-rata sebesar 27,87. Pada variabel Penerapan E-

filing nilai terkecil adalah 22 dan terbesar adalah 35 serta nilai rata-rata sebesar

30,56. Pada variabel Sanksi Administrasi Perpajakan nilai terkecil adalah 10 dan

terbesar adalah 20 serta nilai rata-rata sebesar 15,01. Pada variabel Kesadaran

Wajib Pajak nilai terkecil adalah 20 dan terbesar adalah 30 serta nilai rata-rata

sebesar 25,55. Pada variabel Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak

Orang Pribadi nilai terkecil adalah 21 dan terbesar adalah 35 serta nilai rata-rata

sebesar 30,07.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk

menilai data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah data tersebut

41
berdistribusi normal atau tidakData dikatakan normal jika besarnya nilai

signifikan yang diperoleh > 0,05 dan sebaliknya jika besarnya nilai signifikan

yang diperoleh < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Berikut ini adalah

Tabel 4.2 hasil dari uji normalitas data.

Tabel 4.2

Hasil Analisis Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 86
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,76957624
Most Extreme Differences Absolute ,127
Positive ,127
Negative -,069
Test Statistic ,127
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. ,114d
99% Confidence Interval Lower Bound ,106
Upper Bound ,122
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1335104164.

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas, hasil uji normalitas data menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu

dengan nilai 0,114 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal.

42
3) Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.3

Hasil Analisis Statistik Regresi Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,052 3,605 ,847 ,400
Pemahaman Perpajakan ,204 ,089 ,234 2,304 ,024
(X1)
Penerapan E-filing (X2) ,117 ,112 ,102 1,043 ,300
Sanksi Administrasi (X3) -,113 ,158 -,075 -,717 ,475
Kesadaran Wajib Pajak (X4) ,761 ,138 ,534 5,509 ,000
a. Dependent Variable: Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi (Y)

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Y = 3,052 + 0.204 X1+ 0,117 X2+ (-0,1113) X3 +0,761 X4

Pada persamaan di atas nilai konstanta diperoleh sebesar 3,052 (positif) yang

berarti bahwa jika skor pada keempat variabel pemahaman perpajakan , penerapan e-

filing, sanksi administrasi, dan kesadaran wajib pajak sama dengan nol maka

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi akan sebesar 0,135.

a) Pengujian Hipotesis Pertama

Dari tabel 4.3 parameter pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan pelaporan SPT

tahunan orang pribadi adalah sebesar 0,204 dan nilai signifikansi sebesar 0.024.

Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan

karena ρ = 0,024 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat

43
disimpulkan bahwa pemahaman perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

b) Pengujian Hipotesis Kedua

Tabel 4.3 penerapan e-filing terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang

pribadi menunjukan angka 0,117 dan nilai signifikansi sebesar 0.300. Pada tingkat

signifikansi α = 5%; Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi

tersebut tidak signifikan karena ρ = 0,300 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan e-filing tidak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

c) Pengujian Hipotesis Ketiga

Dari tabel 4.3 parameter sanksi administrasi terhadap kepatuhan pelaporan SPT

tahunan orang pribadi adalah sebesar -0,113 dan nilai signifikansi sebesar 0.475.

Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan

karena ρ = 0,475 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat

disimpulkan bahwa sanksi administrasi tidak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

d) Pengujian Hipotesis Keempat

Dari tabel 4.3 parameter kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pelaporan

SPT tahunan orang pribadi tahunan orang pribadi adalah sebesar 0,761 dan nilai

signifikansi sebesar 0.000. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien

regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi.

44
B. Pembahasan Hasil Penelitian

1) Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian

(Saragih, 2017) menyatakan bahwa tingkat pemahaman perpajakan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dari analisis diatas maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi pengetahuan dan

pemahaman wajib pajak, maka tidak berpengaruh terhadap wajib pajak akan patuh

dalam kewajiban perpajakannya.

2) Pengaruh Penerapan E-filing terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa E-Filing

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi. Hal ini bermakna bahwa sistem E-Filing yang diterapkan

pada belum efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Fakta lapangan menunjukkan bahwa tidak efektifnya sistem E-Filing ini

disebabkan karena kurang dilakukannya sosialisasi yang menyebabkan

pemahaman terkait E-Filing ini belum sepenuhnya dipahami. Sehingga Wajib

Pajak untuk membayar pajak lebih dominan menggunakan sistem manual.

Penelitian diatas tidak sejalan penelitian terdahulu (Firdaus, 2019) yang

menyatakan bahwa penerapan e-filling berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Solekhah & Supriono, 2018) memperoleh kesimpulan yaitu

45
penerapan e-filling tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakan..

E-Filing merupakan bagian dari reformasi administrasi perpajakan yang bertujuan

untuk memudahkan dalam pembuatan dan penyerahan laporan SPT kepada

Direktoran Jenderal Pajak. Dengan diterapkan sistem E-Filing diharapkan dapat

memberikan kenyaman dan kepuasan kepada Wajib Pajak sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modernisasi sistem administrasi

perpajakan yang terdiri dari restrukturisasi organisasi, penyempurnaan proses

bisnis dan teknologi informasi, penyempurnaan sumber daya manusia, dan

pelaksanaan Good Governance berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

3) Pengaruh Sanksi Administrasi terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi.

Dari pengujian terhadap data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sanksi

pajak pengaruh negatif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kebijakan yang dibuat

melalui sanksi pajak dirasa belum mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian diatas didukung oleh penelitian (Putri & Agustin, 2018) Sanksi

Administrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib.

4) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT

Tahunan Orang Pribadi.

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai taraf signifikan (sig)

variabel kesadaran wajib pajak adalah sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari pada

tingkat signifikan 0,05 (α = 5%). Nilai regresi ini menunjukkan bahwa kesadaran

wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan pelaporan SPT

46
Tahunan orang pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

kesadaran wajib pajak maka kemungkinan semakin tinggi tingkat kepatuhan

pelaporan wajib pajak orang pribadi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Afifah,

2020) yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemahaman perpajakan,

penerapan e-filing, sanksi administrasi, dan kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi menggunakan kuesioner

berjumlah 86. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Pemahaman perpajakan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi . Artinya pemahaman

47
perpajakan belum membawa perubahan signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

2) Penerapan e-filing berpengaruh negatif terhadap kepatuhan kepatuhan

pelaporan SPT tahunan orang pribadi. Artinya penerapan e-filing belum

membawa perubahan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3) Sanksi administrasi berpengaruh negatif terhadap kepatuhan kepatuhan

pelaporan SPT tahunan orang pribadi. Artinya semakin tinggi sanksi

pajak belum tentu semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak.

4) Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

kepatuhan pelaporan SPT tahunan orang pribadi . Artinya semakin tinggi

tingkat kesadaran wajib pajak maka akan semakin tinggi tingkat

kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1) Direktorat Jenderal Pajak diharapkan dapat mensosialisasikan tata cara

penggunaan e-filing baik dengan cara langsung turun kelapangan agar

semua wajib pajak mengerti dengan adanya kemudahan penggunaan e-

filing.

2) Direktorat Jendral Pajak sebaiknya melakukan upaya penyuluhan pajak

secara continue supaya dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak,

48
pemahaman wajib pajak, tingkat kedisiplinan wajib pajak harus

ditingkatkan melalui seminar atau penyuluhan lainnya karena untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

3) Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen atau

untuk mengetahui variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak serta menambah jumlah sampel.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaanya yaitu:

1. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel penilitian masih kurang.

Hal ini kemungkinan akan menunjukkan hasil yang berbeda jika sampel penelitian

yang digunakan bisa lebih dari 86.

2. Penelitian ini juga mempunyai keterbatasan variabel dimana variabel yang

diteliti hanya kesadaran wajib pajak, penerapan e-filing, sanksi administrasi

perpajakan, dan kesadaran wajib pajak sedangkan masih ada variabel lain yang

perlu ditinjau kembali yang mempengaruhi kepatuhan pelaporan wajib pajak.

49
DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.). Diambil kembali dari www.pajak.go.id.


Afifah, F. N. (2020). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, dan
Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Magelang).
DJP Online. (t.thn.). Diambil kembali dari https://djponline.pajak.go.id
Firdaus, A. S. (2019). Penerapan E-filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Penyampaian SPT Tahunan.
Jihin, S. A., Sulistyowati, W. A., & Salta. (2021). Kajian Kepatuhan Wajib Pajak
Ditinjau Dari Pemahaman Peraturan Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan. Jurnal
KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi , 316.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Salemba Empat.
Munawaroh, Y. (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan, pemahaman Peraturan
Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
PMK Nomor 192/PMK.03/2007 wajib pajak memiliki kriteria tertentu.
Putri, N. E., & Agustin, D. (2018). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Media Akuntansi Perpajakan , 7.

50
Resmi, S. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat.
Saragih, F. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Peraturan
Peajakan dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Pada
KPP Pratama Medan Kota). Jurnal Manajemen Perpajakan , 7.
Solekhah, P., & Supriono. (2018). Pengaruh Penerapan Sistem E-Filing,
Pemahaman Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Purworejo. Journal of
Economic, Management, Accounting and Technology (JEMATech) , 87.
Tasmilah, I. (2020). Pengaruh Penerapan Sistem E-filing, Tingkat Pemahaman
Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Penyampaian SPT Tahunan (Studi Kasus pada Karyawan PT.
Yamaha Music Mfg Indonesia.
(2007). Undang - Undang No. 28 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Wardani, D. K., & Rumiyatun, R. (2017). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak, Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

51

Anda mungkin juga menyukai