1. Pengantar
2. Perspektif Levi-Strauss
3. Cara Kerja Penelitian Strukturalisme Levi-
Strauss
4. Aplikasi Kajian Levi-Strauss: Mitos, Legenda,
Novel
5. Kesimpulan
PENGANTAR
• Oedipus adalah anak dari raja Laius dan ratu Jocasta. Karena keduanya
tidak segera mendapatkan anak, mereka mendatangi Peramal Apollo di
Delfi. Sang peramal mengingatkan bahwa jika mereka mendapatkan
seorang anak laki-laki, putra itu akan membunuh ayahnya dan menikahi
ibunya. Ketika Jocasta melahirkan seorang anak laki-laki, Laius
memerintahkan pengawalnya untuk mengikat kaki Oedipus dan
memakunya untuk menghindari terwujudnya ramalan tersebut. Nama
Oedipus muncul dari peristiwa ini, yaitu “kaki bengkak”. Laius menyuruh
seorang pelayan untuk membuang anak itu ke kaki gunung terdekat dan
membiarkannya mati. Akan tetapi sang pelayan merasa kasihan pada bayi
Oedipus dan menyerahkannya kepada seorang penggembala dari Korinth.
Sang gembala memberikan anak itu untuk dipelihara raja Korinth, Polybus
dan ratu Merope, yang mengadopsi bayi itu karena mereka tidak memiliki
anak.
• Ketika beranjak dewasa, Oedipus diberitahu oleh seorang pemabuk
bahwa Polybus bukanlah ayahnya yang sebenarnya. Ketika Oedipus
menanyakan hal ini kepada Polybus, dia membantah dan mengatakan
bahwa Oedipus memang anak kandung mereka. Untuk membuktikan
kebenaran cerita sang pemabuk, Oedipus bertanya pada peramal
Apollo di Delfi. Sang peramal tidak mengungkap identitas Oedipus
yang sebenarnya, tetapi menyampaikan bahwa Oedipus sudah
ditakdirkan untuk membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Demi
menghindari takdir tersebut, Oedipus memutuskan untuk tidak akan
kembali ke rumahnya di Korintus. Bagi Oedipus, Polybus dan
Merope, adalah orang tuanya. Karena berdekatan dengan Delfi,
Oedipus memutuskan pergi ke Thebes.
• Dalam perjalanannya ke Thebes, dia tiba di sebuah simpang tiga
di Davlia, di mana dia bertemu dengan kereta kuda yang
dikendarai oleh raja Laius. Laius memerintahkan Oedipus
minggir dari jalan agar keretanya dapat lewat, tetapi Oedipus
tidak mau menurutinya. Oedipus tidak mengenal Laius saat itu.
Keduanya terlibat dalam perkelahian dan berakhir dengan
kematian Laius di tangan Oedipus. Seperti ramalan Apollo,
Oedipus membunuh ayahnya.
• Oedipus meneruskan perjalanannya ke Thebes. Di tengah jalan dia
dihentikan oleh Sphinx. Sphinx memang menghentikan semua orang
yang lewat di jalan itu sambil memberikan mereka sebuah teka teki.
Siapapun yang tidak dapat menjawab dengan benar akan dimakan oleh
Sphinx. Jika mereka berhasil, mereka dapat melanjutkan perjalanannya.
Teka-tekinya adalah “Makhluk apakah yang berjalan dengan empat kaki
di pagi hari, dua kaki di siang hari, dan tiga kaki di sore hari?” Oedipus
menjawab, “Manusia. Saat balita, manusia merangkak yaitu berjalan
dengan empat kaki dan tangannya, saat dewasa berjalan dengan dua
kakinya, dan saat tua berjalan dengan tongkatnya.” Setelah mendengar
jawaban Oedipus sebagai sebuah jawaban yang benar, Sphinx bunuh
diri dan membebaskan Thebes dari ancaman kematian.
• Sebagai ungkapan syukur karena berhasil membunuh
Sphinx, penduduk Thebes mengangkat Oedipus menjadi
raja dan juga menghadiahkan janda raja Laius, Jocasta
sebagai istrinya. Perkawinan Oedipus ini memenuhi
sebagian ramalan Apollo. Dari perkawinan itu, mereka
dikaruniai empat orang anak, dua laki-laki, Poliniles dan
Eteokles dan dua perempuan, Antigone dan Ismene.
Penduduk Thebes yakin bahwa raja mereka Laius terbunuh
ketika mencari jawaban atas teka-teki Sphinx. Mereka
benar-benar tidak mengetahui bahwa pembunuh yang
sebenarnya adalah Oedipus.
Hasil Kajian Levi-Strauss
• Mitos Oedipus
mengungkapkan
pengakuan asal kebumian:
MITHEME
manusia lahir dari dua.
Mitos sebagai Alat Logika
• Pada mulanya Ema Wato Sem/Bapa Madu Ma yang tinggal di Sina Jawa
menyuruh orang tuanya burung elang, terbang ke puncak Gunung Mandiri.
• Di puncak gunung itu sang elang menaruh telurnya dan dari satu butir telur
itu lahir manusia kembar, Wato Wele dan Lia Nurat.
• Wato Wele dan Lia Nurat dipelihara oleh hantu gunung hingga menjadi
dewasa.
• Lia Nurat mengantar adiknya Wato Wele menempati bagian selatan
Mandiri dan Lia Nurat sendiri menghuni bagian utara gunung itu.
• Lia Nurat membuat api unggun di puncak Mandiri yang
cahayanya sampai ke perkampungan Paji.
• Sinar api unggun itu mengenai seorang gadis Paji bernama
Hadung Boleng Teniban Duli.
• Suku Suban Lewa Hama, saudara kandung Hadung Boleng,
disuruh pergi ke puncak gunung mencari asal api unggun dan
bertemu dengan Lia Nurat. Lia Nurat berjanji akan turun ke
kampung Paji.
• Lia Nurat turun ke kampung Paji dan menikah dengan Hadung
Boleng.
• Dari pernikahan itu lahir tujuh anak yang kelak menurunkan
Suku Ile Jadi Baipito. Mereka hidup berkecukupan.
• Kemakmuran mereka diketahui orang-orang Suku Soge
(Maumere). Raja Suku Soge pun mengantar anaknya Uto Watak,
untuk diperisteri Lia Nurat.
• Hadung Boleng tidak senang dengan kehadiran Uto Watak. Dia
pun mengusir Uto Watak.
• Raja Suku Soge sangat marah. Mereka datang menyerbu dan
membunuh Lia Nurat.
• Setelah Lia Nurat meninggal, kehidupan Hadung Boleng dan
ketujuh anaknya sangat menderita.
• Suatu ketika Boleng bermimpi melihat pusat gunung. dengan itu,
kehidupan mereka kembali makmur.
• Terjadi perang di Adonara. Kelima putra Lia Nurat ikut berperang
membela adik perempuan mereka. Dalam peperangan itu, putra
sulung Lia Nurat, Blawa Burak Sina Puri, tewas terbunuh.
• Keempat putra Lia Nurat yang masih hidup kembali ke gunung
Mandiri dan membagi tanah warisan di antara mereka.
Kontradiksi dalam
masyarakat
Lamaholot:
Perkawinan intra vs
ekstra suku.
Umar Kayam dalam Perspektif Levi-Strauss
Entah Apa yang Merasuki Umar Kayam
4.3 MITOS UMAR KAYAM:
Kajian Strukturalisme Levi-Strauss
• Sri Sumarah (Sri – Janda
Pijet–Tun –putrinya menikah dgn
Yos – CGMI -- Ginuk cucunya)
• Bawuk (Bungsu, Hasan – PKI)
• Musim Gugur Kembali di
Connecticut (Tono –teater
absurd)
• Para Priyayi (Harimurti --Lekra)
Kutipan