Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS CERITA RAKYAT “BATU GOLOQ” MENGGUNAKAN TEORI

STRUKTURALISME
A. Latar Belakang

Cerita batu goloq merupakan cerita rakyat dari daerah Padamara


Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur. Cerita rakyat ini bermula dari
suatu daerah di sekitar NTB atau Nusa tenggara barat. Tepatnya di ada di
paadamara, yang lokasinya tidak terlalu jaun dari sungai sawing. Cerita rakyat
ini mengisahkan tentang keluarga miskin seorang laki-laki bernama Amaq
Lembain dan inaq lembain.
Menurut Levi Strauss teori strukturalisme, berusaha memahami nalar
atau pikiran bawah sadar manusia dalam menjalani hidup. Sedangkan media
yang digunakan untuk memahami nalar tersebut yaitu mitos yang diyakini
kebenarannya. Struktur bawah sadar ini dapat menghadirkan berbagai fenomena
budaya. Sistem kekerabatan, misalnya, merupakan hasil nalar untuk menjalani
kehidupan. Sistem kekerabatan nalar manusia muncul karena adanya persamaan
pola pikir dalam bernarasi secara imajiner.
Cerita rakyat “Batu Goloq” hampir dilupakan oleh masyarakan NTB,
karena generasi jaman sekarang lebih tertarik untuk menonton televisi atau
bermain handphone. Jadi sangat diperlukan pemberdayaan tentang cerita rakyat
ini.
B. Rumusan Masalah
Dari persoalan di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah cara memberdayakan cerita rakyat “BATU GOLOQ”.
2. Apa hubungan antara cerita rakyat “BATU GOLOQ” dengan teori
strukturalisme.
C. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
cerita rakyat yang berjudul “Batu Goloq” dan kerangka teoritis yang
digunakan dalam mengupasnya adalah sosiologi sastra (Struktualisme).
strukturalisme adalah teori umum mengenai budaya dan metodologi yang
menyiratkan bahwa unsur-unsur budaya manusia harus dipahami melalui
hubungannya dengan sistem yang lebih luas. Ia bekerja untuk mengungkap
struktur yang mendasari semua hal yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan,
dan merasa. Atau, seperti yang dirangkum oleh filsuf Simon Blackburn,
strukturalisme adalah "keyakinan bahwa fenomena kehidupan manusia yang
tidak dimengerti kecuali melalui keterkaitan mereka. Hubungan ini merupakan
struktur, dan belakang variasi lokal dalam fenomena yang muncul di
permukaan ada hukum konstan dari budaya abstrak".
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miteme, struktur luar dan
struktur tataran cerita rakyat Sumbawa Paruma Ero berdasarkan kajian
strukturalisme Levi Strauss. Konstruksi Miteme dalam Cerita Rakyat Sumbawa
“Paruma Ero”: Kajian Strukturalisme Perspektif Levi-Strauss.
Penelitian kedua menceritakan tentang cerita rakyat Benayuk versi
Sepala Dalung gambaran mengenai empatpola aktan dan empat model
fungsional. Struktur Dan Fungsi Cerita Rakyat Benayukversi Desa Sepala
Dalung Kabupaten Tana Tidung:Kajian Strukturalisme Naratologi

2. Landasan Teori

Tokoh pelopor/ utama dari teori strukturalisme ini adalah Levi-Strauss.


Menurut beliau, strukturalisme adalah segala ilmu yang mempersonalkan
struktur, yaitu cara yang bagian-bagian sebuah sistem saling berkaitan.
Maksudnya sebuah sistem akan berjalan apabila memiliki hubungan timbal
balik dan kerjasama, jika salah satu bagian dari sistem tersebut tidak
berfungsi, maka kesatuan sistem tersebut tidak akan berjalan.

Menurut Levi-Strauss, struktur bukanlah sebuah perwujudan konkret


yang dapat diamati secara langsung kemudian diberikan makna yang
langsung berupa kebenaran, melainkan sebuah penataan logis yang wajib
melalui beberapa telaah untuk mencari makna yang sesungguhnya. Maksud
dari pernyataan tersebut adalah sebuah struktur memiliki makna secara kasat
mata, akan tetapi makna tersebut bukanlah makna asli dari struktur itu.
Seseorang jika ingin mengetahui makna dari sebuah struktur harus menelaah
secara dalam dari kandungan dan struktur tersebut.

Pada karya-karya dari Levi-Strauss terdapat beberapa pengaruh sejumlah


antropolog Prancis yang terdahulu, yaitu Durkheim, Levy-Bruhl, dan
khususnya Mauss. Tidak seorang pun selain Levi-Strauss yang memberikan
sumbangan pada pemikiran strukturalisme kontemporer. Mereka hanya
mengomentari, memberi catatan kaki, dan atau mengolaborasikan gagasan
pertama dari Levi-Strauss. Jika berbicara mengenai strukturalisme, berarti
berbicara tentang strukturalisme Prancis yang merupakan skema teoritik dari
Levi-Strauss.

Sebuah produk dari teori strukturalis adalah bahasa, sebuah sistem


simbol yang diatur secara sewenang-wenang. Contoh khusus adalah
mengapa suatu benda disebut kursi, mengapa kursi adalah benda untuk
diduduki, dan sebagainya. Semua arti ini sewenang-wenang, dan orang yang
tidak menggunakan fitur tertentu dianggap aneh. Misalnya, jika seseorang
sedang berdiri di atas kursi, orang tersebut dianggap tidak sopan.

Bentuk strukturalisme linguistik yang sebenarnya adalah bunyi dan


simbol. Bahasa tidak hanya berbentuk huruf, tetapi juga berbentuk bunyi dan
simbol. Yang pertama adalah suara. Suara yang kita dengar terus menerus
setiap hari membentuk pola/generalisasi. Dengan kata lain, manusia
memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan bunyi ke dalam bahasa.
Contoh kongkrit ucapan berupa suara adalah saat kita keluar. Jika kendaraan
lain mencoba menyalip, ia akan membunyikan klakson dan secara refleks
keluar dari jalan atau memberi jalan kepada pengemudi. Dalam hal ini,
sepertinya Anda telah diperintahkan untuk mengungsi. Kedua, bahasa kedua
dalam bentuk simbolik. Contoh sederhananya adalah ketika Anda berada di
pom bensin, Anda akan selalu menemukan ikon berbentuk rokok yang
menyala dan membeli palang merah. Simbol ini menandakan dilarang
merokok di area SPBU dan anehnya simbol ini juga kami patuhi. Kami
mengikuti simbol ini karena kami sudah tahu arti sebenarnya bahwa
merokok di area SPBU dapat menyebabkan kebakaran. Artinya, bahasa
adalah konstruksi yang dengannya seseorang dapat membujuk orang yang
kuat untuk mengikuti tuntutan bahasa.

Budaya juga dapat digambarkan sebagai suatu struktur yang di dalamnya


terkandung bagian-bagian tertentu berupa konfigurasi sistem simbolik atau
simbolik. Bentuk budaya yang sangat menarik adalah tradisi adat. Tradisi
dapat berupa rangkaian ritual adat yang terdiri dari suatu agenda. Jika ada
ritual yang tidak dilakukan, masyarakat akan merasa bahwa ritual tersebut
tidak sah dan tidak dapat diterima oleh leluhur mereka. Dari asal-usul
keprihatinan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa budaya adalah suatu
sistem.

Berikutnya adalah mitos. Levi-Strauss melihat mitos sebagai alat untuk


menjelaskan dunia, sambil lebih menekankan kepentingan intelektualnya.
Analisis mitos harus berjalan seperti analisis bahasa. Arti sebenarnya hanya
muncul ketika elemen-elemen di atas digabungkan menjadi sebuah struktur.
Dalam bahasa resmi, mitos memiliki muatan naratif yang bukan merupakan
makna utama dan membentuk pola yang bermakna. Tesis Levi-Strauss
menyatakan bahwa struktur mitos sama di mana-mana. Dalam kaitan ini,
Leach menarik analogi antara struktur mitologi dengan musik dan drama.
Mereka yang peka terhadap musik dan drama akan melihatnya sebagai satu
kesatuan/kebulatan (keutuhan) yang menghubungkan antara tema dan
variasinya. Misalnya, ada beberapa genre musik, salah satunya rock. Musik
bergenre rock biasanya mengangkat tema kemarahan dan gairah yang kuat,
yang dapat membangkitkan kemarahan dan kegembiraan pendengarnya.
Seperti halnya drama, ketika ada adegan menangis, penonton akan terseret
ke dalam suasana dan menangis.

Kemudian, dalam kaitannya dengan struktur totemisme disebutkan


bahwa kekerabatan adalah antara organisme, dalam hal ini manusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan. Gagasan Levi Strauss tentang totemisme
dipengaruhi oleh salah satu tokohnya, Radcliffe Brown. Totemisme
dikatakan sebagai alat konseptual canggih yang memungkinkan masyarakat
adat untuk mengklasifikasikan, mengatur, dan menghubungkan unit
sosiokultural. Ada juga penjelasan tentang konsep reinkarnasi. Wujud
aslinya adalah larangan memakan makanan dari hewan dan tumbuhan
tertentu. Ini karena diyakini bahwa ada roh leluhur yang bermigrasi setelah
kematian. Melihat konsep reinkarnasi, kita dapat mengatakan bahwa
totemisme lebih bersifat imajiner dalam pemikiran manusia daripada
rasional.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode
deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang fokus pada pengamatan
yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam
penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif. Penelitian kualitatif yang memperhatikan humanisme atau
individu manusia dan perilaku manusia merupakan jawaban atas kesadaran
bahwa semua akibat dari perbuatan manusia terpengaruh pada aspek-aspek
internal individu. Aspek internal tersebut seperti kepercayaan, pandangan
politik, dan latar belakang sosial dari individu yang bersangkutan.
Sedangkan metode deskriptif yang dimaksud dalam penulisan ini adalah
Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang
menggambarkan karakteristik populasi atau fenomena yang sedang diteliti.
Sehingga metode penelitian satu ini fokus utamanya adalah menjelaskan
objek penelitiannya. Sehingga menjawab apa peristiwa atau apa fenomena
yang terjadi. 
2. Metode Pengumpulan Data
saya menggunakan data yang sudah ada dari peniliti sebelumnya, dengan
mencari hasil penelitian para peneliti sebelumnya di beberapa web yang ada.
3. Metode Analisis data
Ssetelah semua data sudah terkumpul, maka akan dilanjutkan proses
penyeleksian data yang sudah terkumpul, lalu melakukan penarikan
kesimpulan terhadap data yang sudah terpih atau terseleksi.
E. DAFTAR PUSTAKA

Rentarimasa, Eirzikri. Mahsun. Mahyudi, Johan. 22. KONSTRUKSI MITEME


DALAM CERITA RAKYAT SUMBAWA “PARUMA ERO”: KAJIAN
STRUKTURALISME PERSPEKTIF LEVI-STRAUSS. 33252.
Hidayat, Al, Wahyu. Sulistyowati, dwi, endang. Rokhmansyah, alfian. 19.
STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BENAYUKVERSI
DESA SEPALA DALUNG KABUPATEN TANA TIDUNG:KAJIAN
STRUKTURALISME NARATOLOGI. Vol. 3, No. 4.

___________________________________________

CATATAN: Untuk mendapatkan contoh yang baik, silakan cari skripsi-skripsi kakak
tingkatnya, upayakan skripsi yang dibimbing oleh saya. Bagi yang tidak bisa ke kampus
atau perpus, bisa dilihat di repostory Unram.

Anda mungkin juga menyukai