Anda di halaman 1dari 3

NAMA : REGINA PUTRI

PRODI : ADMINISTRASI PUBLIK 1 (KARYAWAN)

KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN SILA KELIMA

Saat ini banyak kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan kelima sila pancasila. Itu
menunjukkan pemerintah sudah melakukan pelanggaran kepada masyarakat. Negara juga
banyak melanggar dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Bahkan, sejumlah Undang-undang di republik ini, jauh dari nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Pada pandemi COVID-
19, keadilan ditunjukkan dalam penanganan persoalan di masyarakat tanpa membeda-
bedakan. Pemerintah harus bisa mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kebijakan,
khususnya saat penanganan Covid-19.Pemerintah harus dapat menjalankan skenario kolaborasi
optimal dengan menyelenggarakan good governance, agar kemudian masyarakat sebagai
pemegang kendali republik ini berkontribusi dalam bentuk gotong royong atau civil
solidarity.Dalam keadaan saat ini, suatu bangsa dituntut untuk menunjukkan nilai-nilai terbaik
dari ideologi kebangsaan untuk dapat mengatasi tantangan pandemi COVID-19.

Keadaan ini mengandung semua nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu efektivitas pemerintahan yang berpadu dengan kepercayaan dan kepatuhan
rakyat terhadap semua ketentuan yang diterbitkan pemerintah, serta kesadaran pada
masyarakat untuk menghubungkan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat,
yakni dengan menjauhi sikap egosentris yang hanya memikirkan diri sendiri. Hal tersebut dapat
diimplementasikan dengan keputusan tetap berada di rumah, tidak bepergian, dan
menghindari kerumunan. Proses menanggulangi pandemi COVID-19 yang tidak mudah,
membuat pemerintah memberlakukan kebijakan-kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), isolasi lokal, larangan bepergian, serta pemberian bantuan pada masyarakat yang
mengandalkan penghasilan harian. Namun, semua upaya pemerintah berarti banyak jika tidak
mendapat dukungan dari semua pihak.

Bantuan sosial (bansos) berupa sembako maupun bantuan sosial tunai (BST) diberikan
pemerintah kepada masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Berbagai bansos yang diberikan
pemerintah kepada rakyat bertujuan untuk membantu perekonomian warga yang kesulitan
salama pandemi. Masyarakat yang kurang mampu menjadi sasaran utama penerima bantuan
dari pemerintah. Pada kenyataannya dana bansos justru sering diterima pihak yang tidak sesuai
kriteria. Penyaluran bantuan sosial (bansos), khususnya dalam rangka penanganan dampak
Covid-19, tak kunjung lepas dari masalah.
Ketidakvalidan data penerima bansos pada dasarnya telah banyak terungkap bahkan
sejak awal bansos Covid-19 disalurkan. Pada saat itu, warga menemukan penerima bansos yang
sudah lama meninggal, pindah domisili kependudukan, hingga sudah menjadi ASN masih
tercatat menerima bansos. Sebaliknya, banyak warga dengan tingkat kesejahteraan lebih
membutuhkan bantuan justru luput dari penyaluran bansos (exclusion error). Pendistribusian
bantuan sosial pemerintah selama pandemi Covid-19 berlangsung, bisa disimpulkan
bahwasanya bantuan sosial yang disalurkan pemerintah sampai dengan saat ini belum berjalan
efektif. Masih terdapat permasalahan yang ditemui hampir diseluruh lini JPS baik dari hulu
hingga ke hilir.

Dari hulu, persoalan yang timbul terkait validitas data penerima bansos. Sedangkan dari
hilir ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi, diantaranya ketidaktepatan sasaran
dalam penerimaan bantuan, penyaluran bantuan yang tidak merata, proses distribusi yang
memerlukan waktu lama untuk sampai kepada penerima manfaat, penyelewengan dana,
pungutan liar serta adanya pengurangan jumlah nominal maupun sumber daya yang diterima,
inclusion dan exclusion error disebabkan pendataan yang tidak diperbaharui, hingga politisasi.
Ketidakandalan basis data merupakan faktor utama permasalahan pendistribusian bantuan
sosial pemerintah di saat pandemi Covid-19. Transformasi digital yang begitu cepat harus
dimanfaatkan dengan optimal saat melakukan distribusi bantuan sosial kepada masyarakat.
Digitalisasi data bantuan sosial yang terintegrasi dengan banking system perlu dilaksanakan
untuk meminimalisir celah korupsi, gratifikasi, dan pungutan liar diseluruh skema dan unit
penyaluran bantuan sosial pemerintah. Bantuan sosial yang diterima langsung oleh masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat sehingga hal tersebut
dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Bantuan sosial sejatinya bermaksud untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
hajat hidup masyarakat. Meskipun bantuan sosial tidak menjadi gagasan utama dalam
mengatasi persoalan sosial dan ekonomi dimasa pandemi ini, namun hidup beriringan dengan
mendahulukan tindakan saling peduli, berbagi, tenggang rasa, serta tolong-menolong menjadi
faktor utama untuk mencapai kesejateraan sosial bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai