ALI ALATAS
TENAGA SANITARIAN LINGKUNGAN
PESERTA PELATIHAN JAFUNG BAPELKES CIKARANG
TAHUN 2023
A. LATAR BELAKANG
Dunia pertambangan sama halnya dengan dunia industri lainnya yang tidak
lepas dari kejadian kecelakaan. Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai “
kejadian yang tidak dapat diduga.” Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat
diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi
persyaratan. Kecelakaan kerja terjadi Penyebab kecelakaan sukar di uraikan. Untuk
analisa sebab-sebab kecelakaan kerja hanya ada dua golongan penyebab. Golongan
pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain
manusia. Golongan ke dua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan
penyebab kecelakaan (Suma’mur, 2009).karena kurangnya tingkat penggunaan alat
pelindung diri (APD), masa kerja dan tingkat pendidikan pekerja, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri pertambangan. Kecelakaan kerja
merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan produktivitas.
Hal tersebut harus menjadi perhatian semua komponen agar memperhatikan
masalah keselamatan dalam bekerja. Pelaksanaan keselamatan di setiap tempat kerja
sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan
kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang
dihadapi. Semuanya untuk mewujudkan kondisi kerja yang aman, sehat, bebas
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Pelalawan, 2009).
Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mencatat, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 234.270
kasus pada 2021. Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar
221.740 kasus. Jika dilihat trennya, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia terus
tumbuh dalam lima tahun terakhir. Sejak 2017, jumlah kecelakaan kerja tercatat
sebanyak 123.040 kasus. Jumlahnya naik 40,94% menjadi 173.415 kasus pada 2018.
Setahun setelahnya, kecelakan kerja kembali meningkat 5,43% menjadi 182.835
kasus. Kecelakaan kerja di dalam negeri meningkat 21,28% menjadi 221.740 kasus
pada 2020. Angkanya pun kembali mengalami peningkatan pada tahun lalu. Menurut
BPJS Kestenagakerjaan, mayoritas kecelakaan tersebut dialami di lokasi kerja. Hal itu
pun paling banyak terjadi pada pagi hari pukul 06.00 hingga 12.00. Atas berbagai
kecelakaan kerja tersebut, BPJS Ketenagakerjaan telah mengeluarkan Rp1,79 triliun
untuk membayar klaim pada 2021. Jumlah itu mengalami kenaikan 14,97%
dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,56 triliun.
Data kecelakaan kerja di CV. Selo Agrafana (SAA) pada tahun 2019-2020
terdapat 20 kasus kecelakaan kerja. dimana kecelakaan kerja teresebut terjadi di
beberapa tempat kerja yaitu bagian crusher, produksi bahan baku dan di bagian
mekanik. teradapat 12 kasus kecelakaan dengan jenis luka sayat di bagian tangan
karena terkena potongan besi pada saat memotong dan luka bakar akibat terkena
bunga api saat mengelas, dibagian produksi material (bahan) terdapat 6 kasus
kecelakaan kerja yaitu luka memar akibat tertimpa oleh material, dan di bagian
mekanik crusher ada 2 kasus kecelakaan kerja yaitu tangan karyawan yang luka berat
akibat terkena salah satu bagian alat crusher pengolah batu.
CV. Selo Agrafana (SAA) adalah Perusahan Pertambangan Mineral Non
Logam dan Batuan, yang bergerak di bidang pertambangan Batu Sungai di Kecamatan
Kalukku, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat. CV. Selo Agrafana (SAA)
mulai melakukan kegiatan penambangan sejak tahun 2014, dan jumlah Seluruh
karyawan Termasuk Manager pada tahun 2014 sampai tahun 2020 adalah 30 orang
sebagai berikut : 1 sebagai Manager (pimpinan) ,4 sebagai kepala produksi, 15 orang
yang bekerja di bagian mekanik/Crusher termasuk kepala mekanik, 7 supir (dump), 3
di bagian penjualan dan keuangan
(CV. Selo Agrafana tahun 2020)
1. Rumusan Masalah
Kecelakaan kerja ialah setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga berarti tidak ada unsur-unsur kesengajaan apalagi dalam bentuk
perencanaan. Oleh karena itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal adalah di luar
lingkup kecelakaan kerja. Tidak diharapkan karena setiap kecelakaan biasanya disertai
dengan kerugian material dan non material, mulai dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan kerja terjadi karena kurangnya tingkat
penggunaan alat pelindung diri (APD), masa kerja dan tingkat pendidikan pekerja,
yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri pertambangan.
Kecelakaan kerja merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan
produktivitas. Penyebab kecelakaan sukar di uraikan. (Depnakertrans, 2003)
Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan kerja hanya ada dua golongan penyebab.
Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala
sesuatu selain manusia. Golongan ke dua adalah faktor manusia itu sendiri yang
merupakan penyebab kecelakaan (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka penyataan penelitian ini adalah “Faktor
Penyebab Kejadian Kecelakaan Kerja Karyawan Pertambangan Non Logam dan
Batuan pada CV. Selo Agrafana (SAA) di Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju” ?
2. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Kecelakaan Kerja
Karyawan Pertambangan Non Logam dan Batuan pada CV. Selo Agrafana
(SAA) di Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.
b. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan APD karyawan terhadap
kecelakaan kerja pada CV. Selo Agrafana (SAA).
c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan karyawan penambang batu sungai pada
CV. Selo Agrafana (SAA) sebagai penyebab kecelakaan kerja.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Karyawan
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan kecelakaan pada saat bekerja.