Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BUDIDAYA CABAI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


KABUPATEN MUARA ENIM
Jalan Kemayoran No. 09 Muara Enim (31311) PO.Box 555 Sumatera Selatan
Telepon / Fax 0734-423982 Website : http://bpmpt.muaraenimkab.go.id
Email : dpm.ptspmuaraenim@gmail.com Custumer Service : cs.dpm.ptspmuaraenim@gmail.com
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
Usahatani Cabai

Aspek Teknis Produksi


Lokasi Usaha
Pemilihan lokasi budidaya cabai merah harus disesuaikan dengan persyaratan
tumbuh cabai merah untuk mencegah kegagalan proses produksi dan dapat menghasilkan
cabai merah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan serta tidak merusak lingkungan.
Secara umum lahan yang digunakan bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili sehingga
memungkinkan untuk melakukan penanaman2 atau 3 kali musim tanam per tahun. Lahan
untuk penanaman cabai harus terbuka, tidak ternaungi sehingga matahari dapat langsung
menyinari tanaman. Lokasi lahan diusahakan dekat dengan sumber air untuk memenuhi
ketersediaan air untuk penyiraman.
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan mempunyai
drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah tanah
yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnya 1,5% dan mempunyai pH antara 6,0
- 6,5. Keadaan pH tanah sangat penting karena erat kaitannya dengan ketersediaan unsur
hara. apabila ditanam pada tanah yang mempunyai pH lebih dari tujuh, tanaman cabai akan
menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning yang disebabkan
kekurangan unsur hara besi (Fe). Sebaliknya, pada tanah yang mempunyai pH kurang dari
lima, tanaman cabai juga akan kerdil, karena kekurangan unsur hara kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) atau keracunan aluminium (al) dan mangan (Mn) (Sumarni 1996). Secara
geografis tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1.200 m di atas permukaan
laut.Pada dataran tinggi yang berkabut dan kelembabannya tinggi, tanaman cabai mudah
terserang penyakit. Cabai akan tumbuh optimal pada daerah yang rata-rata curah hujan
tahunannya antara 600 - 1.250 mm pada tingkat penyinaran matahari lebih dari 45%
(Suwandi et al. 1997). Suhu udara optimal untuk pertumbuhan cabai pada siang hari adalah
18o- 27oC. Bila suhu udara malam hari di bawah 16oC dan siang hari di atas 32oC, proses
pembungaan dan pembuahan tanaman cabai akan terhambat. Cabai tidak menghendaki
curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut tanaman akan
mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan cendawan (Sumarni 1996). Menurut
Setiadi (1987), dalam penanaman cabai juga perlu memperhitungkan kandungan air tanah.
Jika penanaman cabai dilakukan di sawah, maka sebaiknya dilakukan pada akhir musim
hujan. Penanaman cabai di lahan tegalan akan lebih baik jika dilakukan pada akhir musim
kemarau karenasaat itu tanah memiliki kelembaban atau kandungan air yang cukup untuk
penanaman cabai. Di tanah sawah, kandungan airnya tidak kelewat banyak,sehingga bisa

1
meminimalkan tanaman cabai dari serangan cendawan yang menyerang akar. Di tanah
tegalan, siraman air hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan tanaman cabai.
Lokasi penanaman cabai di Kabupaten Muara Enim tersebar di beberapa
kecamatan, namun yang direkomendasikan untuk lokasi investasi pengusahaan cabai di
Kabupaten Muara Enim berdasarkan potensi ketersediaan lahan, kesesuailan syarat lahan
dan klimatologis, produksi yang dihasilkan dan ketersediaan SDM dan sarana prasarana
penunjang adalah di Kecamatan Semende Darat Tengah dan Kecamatan Gelumbang.
Berdasarkan data monografi kecamatan di Kabupaten Muara Enim, sekitar 70%
wilayah di dua kecamatan ini merupakan lahan pertanian, yang mayoritas ditanami tanaman
pangan dan hortikultura. Sekitar 70% penduduk kedua wilayah ini berprofesi sebagai petani
dan buruh tani. Para petani cabai melakukan penanaman cabai merah baik pada lahan
sawah maupun lahan tegalan.
Pada wilayah Kecamatan Semende Darat Tengah memiliki iklim relatif agak sejuk
dengan wilayah ketinggian rerata700 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata harian di
kecamatan ini ini 19-26 oC. Curah hujan rata-rata daerah ini sebesar 2.500 mm/ tahun
dengan jumlah bulan basah rata-rata 6 bulan dalam setahun. Sebagian besar tanah di desa
ini berwarna hitam dengan tekstur agak berpasir, dengan dominasi lapisan tanah podsolik
dan latosol. . Keadaan permukaan tanah berbukitan 30%, berombak s/d berbukit 30% dan
datar 40%.Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, Kecamatan Semende Darat
Tengahini pada umumnya mempunyai tipe iklim C, dengan rata-rata curah hujan sekitar
2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200C-300C.
Berbeda halnya dengan Kecamatan Semende Darat Tengah, pada wilayah
Kecamatan Gelumbang berada di dataran rendah dengan ketinggian wilayah 25 – 100 m
dpl, dengan bentuk permukaan umumnya datar. Namun demikian, dari syarat pertumbuhan
tanaman cabai maka wilayah ini tergolong memenuhi persyaratan pertumbuhan dan
pengembangan. Suhu rata-rata harian di kecamatan ini berkisar 24-30 oC. Curah hujan
rata-rata daerah ini sebesar 2.500 mm/ tahun dengan jumlah bulan basah rata-rata 6 bulan
dalam setahun. Sebagian besar tanah di desa ini berwarna hitam dengan tekstur agak
berpasir, dengan dominasi lapisan tanah podsolik dan latosol. Menurut klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson, Kecamatan Gelumbang ini Ciamis pada umumnya mempunyai tipe iklim
C, dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200C-
300C.
Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa kondisi tanah di lokasi penanaman cabai
di Kecamatan Semende Darat Tengah dan Kecamatan Gelumbang relatif gempur dan
mengandung cukup banyak bahan organik. Masyarakat di kedua wilayah ini juga sudah
terbiasa berusahatani tanaman cabai, dan produksi yang dihasilkankan pun tergolong tinggi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa wilayah pertanaman cabai merah dari responden

2
kelompok tani yang didatangi untuk kedua kecamatan ini tergolong memenuhi syarat bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Untuk potensi luas areal kawasan pertanian
bukan sawah yang belum dimanfaatkan sehingga bisa digunakan juga untuk penanaman
dan pengembangan cabai di Kecamatan Semende Darat Tengah adalah seluas 2.000 Ha
yang tersebar di 12 desa / kelurahan.

Tabel 1. Kondisi dan Potensi Lahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Semende Darat
tengah dan Kecamatan Gelumbang, 2016
Kecamatan
Semende Darat Tengah Gelumbang
No Jenis Penggunaan Lahan
Luas Persentase Luas Persentase
(Ha) (%) (Ha) (%)
1 Hutan Negara 16.412 54,3 32.507 50,46
2 Hutan Rakyat 5.743 19,0 512 0,80
3 Perkebunan 2.539 8,4 16.809 26,10
4 Sawah 1.209 4,0 220 0,34
5 Tegal/Huma/Kebun/Ladang 453 1,5 5.199 8,07
6 Kolam / Tebat / Empang 60 0,2 14 0,02
7 Bangunan 1.632 5,4 6.031 9,36
8 Sementara Tidak Diusahakan 2.176 7,2 3.128 4,85
Jumlah 30.224 100 64.420 100

Fasilitas Produksi Dan Peralatan

Untuk memenuhi permintaan pasar khususnya untuk industri, kontinuitas, dan


kuantitas pasokan dalam jumlah besar yang tepat waktu dan kualitas sesuai standar maka
perlu adanya perbaikan dalam cara bertanam cabai dengan menerapkan kaidah-kaidah
praktek pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/ G.A.P). Agar kaidah-kaidah GAP
dapat diterapkan dengan benar maka diperlukan suatu panduan standar operasional yang
dikenal dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).Untuk menghasilkan cabai merah
berkualitas dengan produktivitas yang optimal diperlukan upaya produksi sesuai dengan
norma budidaya yang baik dan benar. Oleh sebab itu pelaksanaan Prosedur Operasional
Standar (POS) harus konsisten dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha.
Pelaksanaan POS dengan baik dapat menghasilkan produktivitas cabai lebih dari 1
kg/tanaman (tergantung varietas cabai merah), dengan tingkat kehilangan hasil lebih kecil
dari 10% dan kualitas cabai sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk dapat
melaksanakan POS tersebut diperlukan fasilitas dan peralatan produksi yang sesuai
aktivitasnya.

Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi usaha budidaya cabai merah dipengaruhi oleh kesesuaian lokasi
terhadap persyaratan tumbuh tanaman cabai merah. Secara ringkas terdapat tiga (3) hal

3
yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi, yaitu: (1) lahan yang digunakan bukan
bekas tanaman sejenis atau sefamili sehingga memungkinkan 2-3 kali musim tanam per
tahun, terbuka (tidak ternaungi) sehingga matahari dapat langsung menyinari tanaman serta
dekat dengan mata air; (2) lahan memiliki ketinggian tempat tumbuh < 1.200 m dpl,
kemiringan lahan anjuran < 30 derajat, suhu udara optimal untuk pertumbuhan cabai pada
siang hari adalah 18o - 27oC dengan curah hujan berkisar antara 600 – 1.250 mm/tahun
dan tingkat penyinaran matahari lebih dari 45% ; serta (3) lahan bukan sumber penyakit tular
tanah.

Persiapan Lahan
Sebelum penanaman dilakukan perlu pembersihan lahan dari segala sesuatu yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman agar diperoleh lahan yang siap ditanami dan
terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, sampah, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-
sisa tanaman). Peralatan yang digunakan untuk aktivitas tersebut adalah:
- Parang/arit/golok untuk memotong dan membersihkan semak belukar yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman muda,
- Cangkul/kored untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa semak belukar/
tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah,
- Keranjang/pikulan/carangka untuk mengangkut hasil pembersihan lahan.

Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedeng


Suatu upaya pembuatan lahan pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara
mengolah tanah sampai gembur dan diratakan, membuat parit dan garitan dengan bentuk
membujur atau disesuaikan dengan denah/ letak lahan (bila tidak persegi) dan dengan arah
datangnya sinar matahari. Tujuannya agar diperoleh media tanam yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman cabai merah. Peralatan yang digunakan untuk pengolahan tanah
sangat tergantung pada skala usaha atau luasan lahan yang dikelola, yaitu:
- garpu/cangkul/kored untuk mengolah tanah dan meratakan pupuk kandang,
- Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran,
- Tali untuk tarikan garitan dan parit agar diperoleh garitan dan parit yang lurus,
- Bambu untuk pemancang tali pada pembuatan garitan dan par.
Penyiapan lahan terpilih diawali dengan pembersihan lahan dari batu-batuan, gulma,
semak belukar yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda. Kotoran dan sisa-sisa
bahan yang telah dibersihkan ditampung pada tempat yang aman atau dapat dikubur dalam
tanah. Selain itu, dibuang tanaman atau bagian tanaman lain yang dapat menjadi sumber
penyakit.
Lahan penanaman seluruhnya harus dibajakan/dicangkul/digarpu. Pengapuran
disesuaikan dengan pH tanah, pemberian kapur ditebar di lahan secara merata dengan

4
dosis standar 2 ton/ha. Pekerjaan ini dilakukan 30 hari sebelum tanam (H-30).Pada h-23
dilakukan pebuatan bedengan berukuran 110 cm x12 m atau 120 cm x12 m (sesuai kontur).
Tinggi bedengan 40 - 60 cm dengan jarak antar bedengan 70 cm. Di sekeliling lahan dibuat
saluran drainase dengan kedalaman 70 cm. Pemberian pupuk kandang sebanyak 30 ton/ha
dilakukan dengan cara diaduk rata dan ditebarkan dalam bedengan sedalam mata cangkul.
Pupuk kandang yang diaplikasikan harus sudah matang dan diperkaya dengan agen hayati
seperti Tricoderma spdan Glicodium sp.
Tanaman cabai pada dasarnya bisa ditanam pada berbagai jenis tanah asal
tanahnya sudah diolah terlebih dahulu agar menjadi gembur dan layak untuk ditanami sebab
kalau tidak begitu maka pertumbuhan akar dan perkembangan tanaman akan terganggu.
Penggunaan bedengan dalam budidaya cabai adalah salah satu cara yang tepat untuk
membantu pertumbuhan akar agar mampu menyokong perkembangan tanaman cabai
menjadi lebih maksimal. Selain itu, penggunaan bedengan dalam budidaya tanaman cabai
dapat membantu akar tanaman tidak tergenang air dan menurut beberapa ahli penggunaan
bedengan dalam budidaya tanaman mampu meningkatkan hasil produksi tanaman cabai.
Keuntungan lain dari penggunaan bedengan dalam budidaya cabai ini antara lain
mempermudah perawatan, memaksimalkan dan mengefisiensikan penyerapan pupuk yang
diberikan pada tanaman, meminimalisir persaingan tanaman cabai dengan gulma dalam
mendapatkan unsur hara.

Penyiapan Jarak Tanam


Setelah selesai pembuatan bedengan, maka akan dilakukan penutupan mulsa
plastik yang kemudian dibolongi sesuai dengan jarak tanam cabai. alat yang dibutuhkan
adalah mulsa hitam perak,kaleng susu yang sudah dipertajam, bambu dan alat potong.
Penetapan jarak tanam dilakukan dengan membuat tanda jarak tanam yang memungkinkan
untuk pertumbuhan cabai secara normal dan optimal. Tujuan penetapan jarak tanam yaitu
agar diperoleh jarak yang sama pada seluruh bedengan untuk meletakkan bibit cabai.
Dalam penetapan jarak tanam digunakan seperti peralatan/belahan bambu/tali/tambang
serta meteran. Jarak tanam ini sangat penting karena erat kaitannya dengan jumlah bibit
yang dibutuhkan per satuan luas, serta akan sangat besar pengaruhnya terhadap ukuran
cabai merah yang dihasilkan.

Penyiapan Benih dan Persemaian


Penyiapan benih adalah menyiapkan benih bermutu dari varietas unggul yang
bersertifikat.Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya, memiliki
tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan sehat.varietas cabai yang
disetujui oleh PT. Heinz aBC adalah Biola, gada, adipati, Imperial, Fantastic, dan TM 99.
Dalam proses budidaya cabai merah, benih tidak langsung ditanam di lapang melainkan

5
harus disemaikan terlebih dahulu. Peralatan yang digunakan untuk aktivitas tersebut yaitu
wadah semai, polibag kecil, sungkup, ember dan emrat untuk penyiraman. Ciri benih cabai
merah varietas unggul:
- Produksi tinggi. Potensi hasil cabai besar hibrida 1,2 kg/tanaman/musim, cabai keriting
hibrida 1 kg/tanaman/musim, cabai rawit hibrida 0,6 kg/21 tanaman/musim dan paprika
3,7 kg/tanaman/musim.
- Umur panen lebih disukai genjah. Secara umum berkisar 90 sampai 120 hari setelah
semai.
- Tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Saat kemarau panjang,intensitas
serangan hama (thrips, kutu daun, tungau dan kutu kebul) sangat tinggi, maka perlu
varietas yang tahan serangan hama. Pada saat musim hujan, kelembaban tinggi
sehingga intensitas serangan penyakit (layu bakteri,fusarium, phytopthoradan
antraknosa) sangat tinggi.
- Daya simpan lebih lama. Umumnya kualitas akan turun setelah disimpan 2-3 hari pada
suhu kamar. Jika pada suhu dingin (5-7oC) dan kelembaban 90-95% dapat bertahan 10-
20 hari. Cabai unggul dapat disimpan lebih lama sehingga tahan pengangkutan ke lokasi
lebih jauh.
- Tingkat kepedasan tertentu. Cabai terasa pedas karena adanya zat capsaicin. Tingkat
kepedasan yang diinginkan industri saus tertentu yaitu mencapai 400x pengenceran
setara dengan kandungan capsaicin380 ppm.
- Kualitas buah sesuai konsumen. Contoh, industri saus tertentumenyukai buah dengan
diameter pangakal batang 1,00-1,70 cm, panjang buah 9,5-14,5 cm, warna buah merah
tanpa belang dan tingkat kepedasan 400 ppm. Menurut Badan Standardisasi Nasional
(1998), panjang buah cabai merah mutu I=12-14 cm, mutu II = 9-11 cm dan mutu III
kurang dari 9 cm; diameter buah cabai merah mutu I=1,5-1,7 cm, mutu II = 1,3-1,5 cm
dan mutu III kurang dari 1,3 cm;

Penanaman
Cabai tidak mengenal musim, namun penanaman di musim hujan lebih beresiko
dibanding musim kemarau karena cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus
menerus. genangan air bisa menyebabkan penyakit akar dan kerontokan daun. Kelembaban
udara tinggi menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit. Pada saat awal
pertumbuhannya tanaman cabai butuh banyak air.Jika penanaman dilakukan di sawah,
sebaiknya waktu penanaman cabai pada akhir musim hujan. Penanaman cabai di lahan
tegalan akan lebih baik jika dilakukan pada akhir musim kemarau. Hal ini disebabkan pada
kondisi yang demikian situasi dalam tanah cukup memenuhi syarat kelembabannya atau
kandungan airnya cukup. Di tanah sawah, kandungan airnya tidak kelewat banyak, sehingga

6
bisa meminimalkan tanaman cabai dari serangan cendawan yang menyerang akar. Di tanah
tegalan, siraman air hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan tanaman cabai.
Secara umum tanaman cabai merah dapat ditanam 2 kali dalam satu tahun. Setelah
panen terakhir dimusim tanam pertama, lahan bekas tanaman cabai tersebut dapat ditanami
dengan sayuran berumur pendek seperti timun, bawang daun, dan caisin. Pemilihan
tanaman penyelang tersebut tergantung lokasi, iklim, situasi pasar dan perkiraan waktu
tanam cabai yang kedua. Tanaman penyelang tersebut ditanam tanpa ada biaya olah tanah
dan pupuk. Setelah tanaman penyelang tersebut selesai dipanen maka dapat segera
dilakukan persiapan lahan untuk musim tanam cabai yang kedua. Sebagian petani ada juga
yang membiarkan tanahnya beberapa minggu (diberakan) sebelum masuk musim tanam
kedua.Setelah panen terakhir di musim tanam kedua maka lahan tersebut harus ditanami
komoditas lain yang berkerabat jauh dengan cabai. Petani dianjurkan mencari lokasi lain
untuk menanam cabai guna menghindari serangan hama dan penyakit. Petani bisa kembali
menanam di lahan awal setelah satu tahun kemudian. Pada saat itu diharapkan siklus hama
dan penyakit cabai telah terputus.Jika penanaman cabai akan dilakukan pada lahan seluas
satu hektar, sangat disarankan waktu penanaman tidak dilakukan secara serempak.
Sebaiknya areal tersebut di bagi menjadi 2 atau 4 bagian dengan selisih waktu tanam antara
areal satu dengan lainnya 1-2 minggu.
Penanaman cabai adalah kegiatan meletakkan bibit dengan posisi akar di dalam
lubang tanam yang disiapkan. Tujuannya agar tersedia unsur hara yang dapat diserap oleh
tanaman secara optimal dan benih diletakkan dengan benar. Peralatan yang digunakan
dalam aktivitas ini adalah: wadah tempat angkut bibit, pisau, dan bambu.
Bibit yang ditanam adalah yang sehat, normal, dan berukuran seragam. Bibit yang
sudah diseleksi segera dibawa ke lahan dengan menggunakan nampan/wadah dan
diletakkan di lubang tanam pada setiap bedengan. Sebelum polibag disobek, dilakukan
pemadatan media semai dengan cara dikepal. Hal ini bertujuan agar tanah tidak pecah dan
akar tidak putus. Jangan sampai ada rongga antara mulsa dengan tanah di lubang tanam.
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, kedalaman penanaman bibit setinggi
ukuran polibag.

Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman cabai meliputi penyiraman, peletakkan ajir, penyiangan,
pemupukan, perompesan dan pengendalian hama dan penyakit. aktivitas ini disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman dan dilakukan dengan peralatan berikut ini.
- Golok/gergaji digunakan untuk memotong dan membelah bambu,
- Meteran sebagai pengukur panjang ajir/turus,
- Bambu digunakan sebagai tiang ajir/ turus,

7
- Tali plastik untuk mengikat tanaman pada ajir/ turus,
- Cangkul digunakan untuk meninggikan guludan
- Alas plastik/terpal digunakan sebagai alas untuk mencampur pupuk
- Sekop untuk mencampur dan memindahkan pupuk,
- Pompa untu menarik air,
- Drum dan selang,
- Ember digunakan untuk mengangkut air dan juga pupuk selama penaburan.
Penyiangan dan sanitasi adalah melakukan pemeliharaan dan membersihkan
guludan dari gulma, tanaman pengganggu lainnya, dan tanaman yang sakit. Tujuannya
adalah menjaga kebersihan kebun dan kesehatan tanaman dengan menggunakan
cangkul/kored. Pada periode ini juga masih memungkinkan untuk dilakukan penyulaman,
yakni menanam kembali pada bagian cabai merah yang mati atau tidak tumbuh dengan
baik.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah tindakan untuk
menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Tujuannya adalah agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan.
Kegiatan ini adalah yang paling kritis dalam kaitannya dengan keberhasilan produksi cabai
merah. Dalam kondisi tertentu, misalnya saat intensitas curah hujan sangat tinggi, maka
pengendalian OPT ini juga harus lebih sering dilakukan karena OPT akan sangat cepat
berkembang. Peralatan yang biasa digunakan pada aktivitas ini adalah Knapsack Sprayer,
sebagai alat untuk mengaplikasikan pestisida, ember, drum, alat pengaduk untuk
mencampur pestisida dengan air, takaran (skala cc, ml, liter dan gram) untuk menakar
pestisida dengan air, alat/sarana pelindung (sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju
lengan panjang) untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimia.

Pemanenan
Panen adalah proses pemetikan cabai merah yang sudah menunjukkan ciri (sifat
khusus) untuk dipetik. Penentuan saat panen yang tepat menjadi sangat penting karena
berkaitan dengan produktivitas dan tujuan penggunaan cabai merah. alat yang digunakan
untuk aktivitas ini, yaitu:
- Keranjang/krat/karung/warring/pengki/ember untuk meletakkan dan mengangkut cabai
yang telah dipanen,
- Pikulan sebagai alat angkut dari kebun ke tempat pengumpulan cabai,
- Timbangan untuk menimbang hasil panen.
Kegiatan panen pertama dilakukan pada saat tanaman cabai berumur h+91 hingga
h+100. Buah yang dipanen adalah yang sudah matang sempurna (warna merah) dan tidak
belang. Cara pemetikan buah dilakukan dengan menarik tangkai ke atas. Buah yang rusak,

8
misal terkena patek dipisahkan dengan buah yang bagus pada wadah yang berbeda.
Interval pemanenan dilakukan 5-7 hari sekali, jika perawatan dilakukan dengan baik dapat
mencapai 15-20 kali panen. Setelah pemanenan sebaiknya pada hari berikutnya disemprot
dengan pestisida/agen hayati, namun penyemprotan ini kadang jarang dilakukan oleh
petani.
Jarak tanam cabai yang diterapkan biasanya menggunakan jarak tanam 60 cm x 70
cm. Secara teoritis, populasi tanaman cabai per hektar adalah 23.800 tanaman. Biasanya
populasi efektif tanaman cabai di lapang adalah 17.500 tanaman/ha, sisa luas lahan
digunakan untuk drainase, jalan kontrol, dan lain-lain. Dari populasi tersebut, jumlah
tanaman cabai yang dapat tumbuh baik dan menghasilkan cabai yaitu sekitar 14.000
tanaman/ha atau 80% dari total tanaman. Dengan produktivitas rata-rata1 kg/tanaman maka
hasil yang dicapai adalah 14 ton/ha. Namun pada wilayah pengusahaan cabai di Muara
Enim yang belum dilakukan petani secara ideal, produk yang dicapai batu pada angka
kisaran 8 – 10 ton/ha Jika pemeliharaan dilakukan dengan baik dan tidak terjadi fluktuasi
iklim yang ekstrim maka jumlah tanaman yang tumbuh dan menghasilkan dapat
ditingkatkan.
Dari hasil survey lapangan, yang menjadi critical pointadalah serangan organisme
pengganggu pada tanaman cabai merah. Pada fase vegetatif, serangan penyakit yang
paling ditakuti oleh para petani adalah penyakit layu.Petani sering menamakan penyakit layu
ini dengan istilah mati bujang. akibat serangan penyakit layu ini maka tanaman cabai akan
mati sebelum masa panen. Terdapat dua jenis penyakit layu yaitu layu fusariumdan layu
bakteri.Ketika masa generatif, penyakit yang ditakuti oleh para petani adalah serangan patek
(antraknosa) yang disebabkan oleh Collectrotichum gloeospoiroides. Penyakit ini
menyerang buah cabai sehingga kualitas cabai akan rusak dan tidak memenuhi persyaratan
untuk masuk ke industri. Demikian hebatnya serangan penyakit tersebut sehingga beberapa
petani pernah mengalami penurunan panen yang sangat signifikan sehingga mereka tidak
mampu menanam pada musim tanam berikutnya.

Pasca Panen
Kegiatan pasca panen untuk budidaya cabai yang melakukan kontrak dengan
industri umumnya dilakukan oleh pengumpul namun jika memungkinkan bisa dilakukan oleh
kelompok tani. Pihak pengumpul inilah yang akan melakukan proses sortasi dan grading.
Beberapa peralatan yang digunakan dalam pasca panen, yaitu: timbangan untuk
menimbang cabai merah yang akan dikemas dan krat/kontainer plastik digunakan sebagai
wadah kemasan
Persyaratan cabai yang dikehendaki oleh pihak industri cabai pada umumnya adalah
sebagai berikut:

9
- Deskripsi: Cabai besar merah adalah buah cabai berwarna merah memiliki kelopak dan
tangkai berwarna hijau dan mempunyai rasa pedas,
- Persyaratan Kemasan: Krat plastik bersih, utuh/tidak rusak, kapasitas 22-25 kg,
- Persyaratan Transportasi: bak truk bersih, kering, tidak terkontaminasi bahan
kimia/bahan bukan makanan,
- Kondisi Penyimpanan: ruangan bersih, bebas: bau, panas, seranggadan hewan
pengerat. Suhu 5 - 20 oC,
- Umur simpan: maksimum 48 jam suhu 5-20 oC,
- Persyaratan Fisika-kimia: Standar: Bersih, segar, warna merah cerah, bersih dari
tangkai/kelopak, rasa pedas, tidak langu/pahit/sepat. Pedas masih terdeteksi pada
pengenceran 400x. Diameter pangkal cabai maksimal 20mm. Bebas dari bahan/benda
asing. Berbiji padat dan tidak hitam.
- Tidak Standar
- Cacat : Busuk dan pecah-pecah maksimal 10%; bolong/berulat maksimal 10% dan
terkena patek maksimal 5%.
- Penyimpangan warna : Belang, hitam/kehijauan maksimal 4%; orange, pemakaian
campur tergantung hasil test warna.
- Ukuran : Ukuran terlalu besar maksimal 25%. Cabai terlalu besar, biji cenderung tidak
padat.visual kusam dan kisut maksimum 20%; masih berkelopak maksimum 15%,
- Persyaratan lain: aman untuk dikonsumsi,
- Persyaratan Pemerintah: sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan dan SNI,
- Standar Penolakan: Cabai ditolak jika:
a. Busuk, pecah-pecah dan bolong berulat > 10%
b. Patek > 5%
c. Warna belang hitam/hijau > 4%
d. Warna orange dan tidak ada stok cabai merah untuk campuran
e. Ukuran tidak memenuhi spesifikasi
f. aroma tidak normal
g. rasa langu/pahit/sepat
h. Pengenceran 400x tidak terdeteksi rasa pedas
i. Jumlah cabai kusam/kisut/kelopak/masih ada tangkainya
Berdasarkan persyaratan mutu di atas dalam usaha budidaya cabai merah biasanya
diperoleh cabai merah yang bermutu baik (kualitas industri) sebesar 95%, sedangkan off -
grade sekitar 5%. oleh karena itu dengan produktivitas 15 ton/ha dapat dihasilkan cabai
merah berkualitas sebanyak 13.300 kg dan off-grade sekitar 700 kg.
Aktivitas pasca panen terakhir adalah distribusi, yaitu proses memindahkan cabai
merah dari produsen ke pedagang atau ke industri (jika sudah ada industri yang

10
menampung/bekerjasama. Peralatan penunjangnya adalah timbangan untuk menimbang
cabai merah sebelum dipindahkan ke alat transportasi serta alat transportasi yang memadai
untuk mengangkut krat cabai tersebut.

BahanBaku
Jika usahatani cabai ini ditujukan untuk industri, maka harus diingat bahwa industri
umumnya memiliki kriteria tertentu untuk varietas yang digunakan. Dari hasil studi literaturm
varietas cabai yang umumnya dikehendaki oleh industri adalah Biola, Gada, Adipati,
Imperial, Fantastic dan TM 99. Para petani bisa mendapatkan benih dan sarana produksi
lainnya dari pembina yang sekaligus juga menampung hasil panen,

Tenaga Kerja
Tenaga kerja usahatani cabai merah di Kabupaten Muara Enim umumnya berasal
dari keluarga tani (suami dan isteri) dan tenaga upah/harian (pria/wanita). Upah harian pria
lebih mahal daripada wanita, karena tenaga wanita biasanya hanya dihitung sama dengan
0,8 tenaga kerja setara pria (TKSP). Besarnya upah harian tenaga kerja laki-laki di
Kabupaten Muara Enim khususnya di Kecamatan Semende Tengah Darat dan Gelumbang
adalah Rp 65.000/hari dan upah tenaga kerja wanita Rp 50.000/hari. Banyaknya tenaga
upah harian yang digunakan sangat bergantung jenis pekerjaan dan luas lahan yang
ditangani. Pekerjaan yang cukup berat, seperti mengolah tanah,membuat bedengan,
mengangkut sarana produksi dan hasil produksi, menyemprot, dan menyiram lebih dominan
dikerjakan oleh pria, sedangkan wanita lebih dominan untuk pekerjaan yang lebih ringan,
seperti memupuk, menyulam, menyiang, dan memanen. Untuk satu siklus musim tanam
cabai merah membutuhkan 947 HoK (Hari Orang Kerja..

Teknologi
Teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya cabai merah didasarkan pada
pengalaman yang telah dimiliki oleh petani atau pengusaha. rata-rata petani memiliki
pengalaman budidaya cabai merah selama lebih dari 5 tahun. Namun, petani/pengusaha
senantiasa memperbarui wawasannya dengan mengikuti penyuluhan, pelatihan teknis, dan
manajemen. Usaha budidaya cabai merah yang dilakukan di Kabupaten Muara Enim masih
menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal yang ditunjang dengan ketelitian
dan pengelolaan yang baik. Teknologi budidaya yang diterapkan pada skala usaha mulai
dari penyiapan lahan hingga pemanenan dilakukan secara manual. Misalnya untuk
pengolahan tanah menggunakan cangkul dan garpu, penyemprotan menggunakan
sprayerpunggung (knapsack). Secara umum, usaha budidaya cabai merah menerapkan
sistem intensifikasi dengan mengacu pada teknik budidaya yang baik dan benar sesuai SOP
budidaya cabai.

11
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Pasar
Cabai merupakan salah satu komoditas yang sangat dicari masyarakat Indonesia
dan ketersediaannya sangat bergejolak, begitu juga kondisinya dengan Kabupaten Muara
Enim. Secara garis besar, permintaan cabai besar adalah untuk keperluan konsumsi rumah
tangga, usaha rumah makan, dan pemenuhan bahan baku industri. Konsumsi cabai dalam
bentuk tepung atau bubuk semakin meningkat dengan berubahnya selera masyarakat yang
semakin menghendaki bentuk makanan siap hidang.
Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap
cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat
harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang
keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah mengakibatkan harga akan sangat
tinggi begitu juga sebaliknya sehingga harga sangat rendah.Dari sisi penawaran
menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai merah belum
sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab hal tersebut adalah
bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan
produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan
harga yang baik.

Analisis Persaingan dan Peluang Usaha


Sentra produksi cabai merah di Sumatera Selatan hampir tersebar di seluruh wilayah
kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dengan proporsi utama ada di
5kabupaten, yaitu Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin OKU Timur, OKU
Selatan, dan Kabupaten Banyuasin. Data BPS Provinsi Sumatera Selatan tahuan 2016
menyebutkan bahwa pada tahun 2016 total produksi cabai merah di Provinsi Sumatera
Selatan mencapai 134.400 kwintal. Kabupaten Muara Enim merupakan penghasil cabai
merah terbesar dengan produksi 21.889 kwintal.
Komoditas cabai merah memiliki tingkat fluktuasi harga yang tinggi sehingga ketika
pasokan cabai sedikit maka harga akan segera melambung tinggi jauh di atas harga normal.
Kondisi sebaliknya juga terjadi, jika pasokanmembanjiri pasar maka harga komoditas
tersebut akan jatuh sangat jauh. Untuk mengatasi hal ini maka beberapa kelompok petani
cabai merah di Kabupaten Muara Enim melakukan koordinasi dengan rekan-rekan sesama
petani/pengusaha cabai di kabupaten dan provinsi lain untuk berusaha bekerjasama
menjaga stabilitas pasokan cabai. Dengan adanya kerjasama dan pertukaran informasi

12
tersebut maka mereka berusaha menjaga agar harga cabai tidak melambung terlalu tinggi
tapi juga jangan sampai jatuh terlalu rendah.Bagi petani yang bekerjasama dengan industri,
stabilitas harga lebih terjaga karena adanya sistem kontrak yang disepakati. Meski demikian
masih sering terdengar keluhan bahwa harga kontrak tersebut secara rata-rata masih
berada di bawah harga pasar.
Dalam menyiasati persaingan yang terjadi, biasanya para petani melakukan kiat-kiat
tertentu baik secara individu maupun berkelompok. Sedapat mungkin mereka akan
menekan biaya produksi, misal mengurangi penggunaan input pupuk dan pestisida
sehingga mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar. Pengurangan pestisida dapat
menjadi peluang ke arah budidaya cabai secara organik.Biasanya harga cabai merah akan
melonjak ketika mendekati hari besar keagamaan dan hari besar nasional (khususnya Idul
Fitri dan Tahun Baru). Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh petani, dengan melihat fase
pertumbuhan cabai maka mereka akan menghitung mundur jadwal tersebut sehingga jadwal
panen jatuh pada bulan puasa atau mendekati natal dan tahun baru.

Aspek Pemasaran
Harga
Kebutuhan akan cabai merah, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan
dengan kenaikan tingkat konsumsi per kapita, kenaikan pendapatan dan pertambahan
jumlah penduduk. Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan
terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan
karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar
eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa
kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan
harga akan sangat tinggi demikian pula sebaliknya.
Tren perkembangan harga cabai merah di Kabupaten Muara Enim berkisar
Rp.20.000 – 50.000 per Kg, namun pada bulan November 2016 yang lalu sempat
menembus harga Rp.100.000 per Kg, namun sempat juga jatuh mencapai harga Rp.9.000
per Kg. Jalur pemasaran cabai di Kabupaten relatif sederhana. Dari pengamatan di lapang,
petani bertanggungjawab hanya sampai kegiatan panen. Dalam pemanenan tersebut,
dilakukan dengan cara petik tangkai. Hasil cabai merah yang sudah dipetik ini kemudian
diangkut pedagang pengumpul ke lembaga pemasaran berikutnya.

13
Kendala Pemasaran
Dari sisi teknis pemasaran, sebenarnya tidak ada kendala yang berarti, karena
selama ini produksi yang dihasilkan selalu dapat terserap oleh pasar.. Meski demikian masih
ada beberapa hal yang dirasakan menjadi kendala seperti:
- Lemahnya posisi tawar petani dalam penentuan harga cabai karena hampir sepenuhnya
ditentukan oleh pihak pedagang.
- Kendala iklim yang ekstrim yang dapat memacu serangan hama dan penyakit sehingga
mengakibatkan produksi cabai yang dihasilkan jauh di bawah target yang diharapkan.
- Harga yang berfluktuasi.

Pemilihan Pola Usaha


MeIihat sebaran sentra produksi cabai merah yang luas, usaha budidaya cabai
merah berkembang sebagai unit bisnis yang prospektif, terlebih adanya permintaan pasar
yang semakin meningkat. oleh karena itu, budidaya cabai merah tidak saja menjadi tradisi
masyarakat di sentra produksi tetapi sudah merupakan usaha yang berorientasi pada
peningkatan pendapatan dan nilai tambah.
Dalam upaya meningkatkan nilai tambah usaha budidaya cabai merah dan
mengatasi permasalahan yang ada, maka ada beberapa pola usaha budidaya cabai merah
yaitu usaha cabai merah konsumsi, cabai merah industri, penangkar benih hingga usaha
lepas panen seperti pengolahan lanjut produk berbasis cabai merah. Dengan diversifikasi
usaha tersebut, maka kegiatan usaha dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu usaha
on-farmdan off-farm. Usaha yang tergolong dalam on-farmadalah budidaya cabai merah
dengan produk cabai merah konsumsi, yaitu cabai merah yang digunakan sebagai sayuran,
kemudian cabai merah produksi adalah cabai merah segar yang digunakan sebagai bahan
baku industri pangan. Usaha off-farmadalah seluruh kegiatan lain yang berhubungan
dengan budidaya cabai merah.
Dari sisi teknik budidaya, tidak ada perbedaan untuk memproduksi cabai merah
sebagai bahan baku industri pangan dengan cabai untuk konsumsi, hanya penggunaan
varietas cabai untuk bahan baku industri tidak boleh sembarangan tapi harus
dikonsultasikan dulu dengan pabrik pengolah. Tidak semua jenis varietas cabai mau
diterima oleh pabrik.Untuk itu, dalam pemilihan pola usaha ini digunakan kriteria minimal
bahwa usaha tersebut bersifat ekonomis dan bankable. Kriteria yang digunakan dalam
pemilihan pola usaha adalah produktivitas yang optimal, baik dari segi jumlah dan mutu
maupun kepastian harga jual dan pasar melalui pola kemitraan dengan industri pengolahan.
Berdasarkan kriteria tersebut, pola usaha yang dianalisi dalam kajian ini adalah usaha
budidaya cabai merah industri dengan kemitraan usaha. Skala usaha budidaya cabai merah
sangat tergantung pada ketersediaan lahan, musim, ketersediaan bibit, serta fasilitas dan

14
teknologi produksi yang diterapkan oleh petani/pengusaha yang umumnya berbasis pada
pengalaman budidaya cabai merah sesuai POS (Prosedur Operasional Standar).

Aspek Keuangan
Asumsi dan Parameter dalam Analisis Keuangan
Pola usaha diasumsikan sebagai pola usaha mandiri (dana bersumber dari dana
sendiri), sehingga ditetapkan asumsi dan parameter yang akan digunakan untuk analisis
kelayakan usaha dari sisi keuangan. asumsi dan parameter ini diperoleh berdasarkan kajian
terhadap usaha budidaya cabai merah di sentra produksi Kabupaten Muara Enim serta
informasi yang diperoleh dari pengusaha, pustaka, dan kajian komparasi dengan sentra
produksi yang lainnya. asumsi untuk analisis keuangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Asumsi Dalam Analisis Keuangan Usahatani Cabai di Kabupaten Muara Enim
No Asumsi Satuan Nilai
1 Periode Produksi Bulan 12
2 Periode Proyeksi Tahun 3
3 Musim Tanam Kali / Tahun 2
4 Lama Musim per Tanam Bulan 6
5 Kondisi Tanaman :
- Luas Lahan Ha 1
- Populasi Tanaman Tanaman / Ha 12.000
- Tanaman Mati / Rusak Persen 20
- Tanaman Hidup dan Menghasilkan Tanaman/ Ha 11.200
- Produktivitas Cabai Kg / tanaman 1
6 Harga Penjualan :
- Jual cabai merah ke pedagang kondisi bagus Rp/ Kg 20.000
- Jual cabai merah off grade Rp / Kg 5.000
- Kenaikan harga jual cabai merah Persen / Tahun 0
7 Off Grade Persen 5
8 Suku bunga per tahun (flat) Persen 13
9 Jangka waktu kredit :
- Modal Kerja Bulan 12
- Investasi Bulan 12
10 Proporsi Investasi :
- Modal Sendiri Persen 40
- Kredit Persen 60
11 Discount Factor Persen 13
12 Pembayaran pinjaman per musim tanam Kali / MT 3

Diasumsikan bahwa musim tanam cabai merah dapat dilakukan 2 kali dalam satu
tahun dengan catatan antara musim tanam pertama dan kedua dilakukan di lokasi berbeda.
Populasi efektif yang digunakan adalah 15.000 tanaman/ha, dari populasi tersebut terdapat

15
12.000 atau 80% tanaman yang dapat tumbuh dan menghasilkan. Hasil rata-rata cabai
merah sebanyak 1 kg/tanaman. Harga cabai merah industri di tingkat petani adalah Rp
30.000/kg dan yang off grade Rp 5.000/kg.
Periode proyeksi dalam analisis ini selama 3 tahun dengan penyusunan aliran kas
selama 12 bulan. Periode proyeksi tersebut tidak menggambarkan pola investasi, sebab
siklus produknya yang singkat, yaitu 6 bulan dengan 2 musim tanam per tahun. Suku bunga
yang berlaku diasumsikan 13% per tahun. Asumsi proporsi modal investasi dan modal kerja
adalah 100% milik petani sendiri.

Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Modal Kerja


Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha budidaya cabai merah dibedakan
menjadi dua yaitu biaya investasi dan dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah
komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan peralatan dan mesin budidaya
cabai merah. adapun biaya modal kerja merupakan gabungan dari biaya tetap (yang
diperhitungkan setiap musim tanam) dan biaya variabel. Biaya modal kerja atau biaya
operasional yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha budidaya cabai merah industri
akandipersiapkan pada awal pelaksanaan budidaya.

Biaya Investasi
Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha budidaya cabai merah per
hektar berupa biaya untuk pengadaan peralatan dan mesin budidaya. Kebutuhannya
tergantung pada skala usaha (luas lahan usaha) budidaya. Kebutuhan biaya investasi untuk
usaha budidaya cabai merah per hektar adalah sebesar Rp. 9.200.000 dengan kondisi
sesuai asumsi dengan nilai penyusutan alat dan mesin per tahun sebesar Rp.2.230.000,
seperti ditunjukkan pada Tabel 3

Tabel 3. Biaya Investasi Usahatani Cabai Merah per Hektar


No Komponen Biaya Jumlah Harga Total (Rp)
Satuan (Rp)
A Alsintan
1. Pompa Air 1 Unit 2.500.000 2.500.000
B Peralatan Produksi
1. Saung sederhana 1 unit 500.000 500.000
2. Sprayer 2 Unit 400.000 800.000
3. Keranjang panen 100 Unit 30.000 3.000.000
4. Cangkul 5 Unit 100.000 500.000
5. Garpu 5 Unit 150.000 750.000
6. Kored 5 Unit 30.000 150.000
7. Ember 10 Unit 5.000 50.000
8. Selang air 300 Meter 1.500 450.000
9. Drum air 5 Unit 100.000 500.000
Jumlah Biaya Investasi 9.200.000

16
Biaya Operasional
Biaya modal kerja dalam usaha budidaya cabai merah industri, seperti dijelaskan
sebelumnya terdiri dari biaya variabel (yang tergantung pada skala usaha atau luas lahan
yang dikelola) dengan biaya tetap (yang sebagian tergantung pada skala usaha). Total biaya
variabel yang digunakan sebagai biaya modal kerja usaha budidaya cabai merah sebesar
Rp.66.174.100 per musim tanam atau Rp.132.348.200 per tahun dengan asumsi 2 kali
musim tanam. Komposisi biaya variabel terbesar adalah untuk upah tenaga kerja yaitu
sebesar Rp.33.145.000 (50,09%). Besaran biaya variabel tersebut tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Variabel Usahatani Cabai Merah per Hektar


Komponen Biaya Total Biaya/MT Total Biaya per
No (Rp) Tahun (Rp)
1 Benih 1.560.000 3.120.000
2 Pupuk 17.920.600 35.841.200
3 Pestisida 2.637.500 5.275.000
4 Penunjang 10.911.000 21.822.000
5 Tenaga Kerja 33.145.000 66.290.000
Total Biaya Variabel 66.174.100 132.348.200

Besarnya biaya tetap untuk budidaya cabai merah adalah Rp.9.100.000 per musim
tanamatau Rp.18.200.000 per tahun. Komponen biaya tetap terbesar digunakan untuk sewa
lahan yaitu sebesar 57,69%. Rincian biaya tetap disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Biaya Tetap Usahatani Cabai Merah per Hektar


No. Komponen Biaya Jumlah Harga Satuan Total Biaya Total Biaya
(Rp) per Musim per Tahun
(Rp) (Rp)
1 Sewa Lahan 1 Ha/musim 5.250.000 5.250.000 10.500.000
2 Perbaikan Peralatan 1 musim 500.000 500.000 1.000.000
3 Administrasi 1 musim 350.000 350.000 700.000
4 Pengawas 1 musim 3.000.000 3.000.000 6.000.000
Total Biaya Tetap 9.100.000 18.200.000

Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja


Biaya investasi yang diperlukan untuk budidaya cabai merah adalah Rp.9.200.000.
per hektarnya. Diasumsikan bahwa semua dana tersebut disediakan dari dana sendiri tanpa
pinjaman (100% dana sendiri). Struktur kebutuhan dana untuk budidaya cabai merah
tercantum pada Tabel 6

17
Tabel 6. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usahatani Cabai
No Komponen Biaya Proyek Total Biaya Total Biaya
per Ha per MT per Ha per Thn
1 Biaya Investasi
Total Biaya Investasi 9.200.000 9.200.00
2 Biaya Modal Kerja
Total Biaya Modal Kerja 75.274.100 150.548.200
Total Dana Proyek 84.474.100 159.748.200

Produksi Dan Pendapatan


Budidaya cabai merah sesuai dengan asumsi produktivitas sebesar 1 kg/tanaman,
dalam satu ha terdapat populasi efektif 14.000 tanaman. Dari populasi tersebut,
diasumsikan hanya 11.200 tanaman yang dapat tumbuh baik dan menghasilkan. Dengan
demikian, produktivitas tanaman per ha adalah 11.200 kg, di mana 5% diantaranya off grade
(560 kg). Dengan demikian, cabai yang layak masuk ke pasar sebanyak 10.640 kg untuk
setiap musim. Harga cabai merah yang dijual ke pasar diasumsikan sebesar Rp.20.000/kg
dan yang off grade Rp.4.000/kg.
Proyeksi produksi dan pendapatan budidaya cabai merah per hektar disajikan pada
Tabel 5.24. Perkiraan pendapatan usaha per hektar untuk satu musim tanam sebesar
Rp.150.965.900 atau dalam satu tahun mencapai Rp.301.931.800.

18
Tabel 7. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Budidaya Cabai Merah Per Hektar
No Jenis Produk Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
MT 1 MT 1 Total MT 1 MT2 Total MT 1 MT2 Total
1 Jumlah Produksi (Kg)
- Cabai Merah on 11.200 11.200 22.400 11.200 11.200 22.400 11.200 11.200 22.400
grade
- Cabai Merah off 560 560 1.120 560 560 1.120 560 560 1.120
grade
2 Harga (Rp/Kg)
- Cabai Merah on 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
grade
- Cabai Merah off 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
grade
3 Nilai Penjualan (Rp)
- Cabai Merah on 224.000.000 224.000.000 448.000.000 224.000.000 224.000.000 448.000.000 224.000.000 224.000.000 448.000.000
grade
- Cabai Merah off 2.240.000 2.240.000 4.480.000 2.240.000 2.240.000 4.480.000 2.240.000 2.240.000 4.480.000
grade
Total Penerimaan 226.240.000 226.240.000 452.480.000 226.240.000 226.240.000 452.480.000 226.240.000 226.240.000 452.480.000
4 Pendapatan (Rp) 150.965.900 150.965.900 301.931.800 150.965.900 150.965.900 301.931.800 150.965.900 150.965.900 301.931.800
Pendapatan/bulan 25.160.983 25.160.983 25.160.983
(Rp)

19
Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Keuntungan dari usaha budidaya cabai merah diproyeksikan pada setiap musim
tanam sebesar Rp.150.965.900,- atau dalam satu tahun mencapai Rp.301.931.800,-
Dengan asumsi pada tahun tersebut seluruh produk terjual. Seperti penjelasan sebelumnya,
bahwa adanya kepastian pasar, kesepakatan harga, dan semua produk yang dihasilkan
dapat terjual. Dalam proyeksi ini juga diasumsikan bahwa selama masa proyeksi tidak
terjadi perubahan produktivitas,dan harga stabil, sehingga Profit onSales usaha mencapai
18,0% pada tahun pertama. Disamping itu, terlihat gambaran yang jelas pencapaian titik
impas (BPP) nilai penjualan usaha budidaya cabai pada setiap musim tanam di tahun
pertama sebesar Rp 39.069.328dan tahun berikut menjadi Rp38.031.681untuk setiap musim
tanam. Pencapaian BEP volume produksi untuk setiap musim tanam pada tahun pertama
sebesar 5.926 Kg dan pada musim tanam tahun berikutnya 5.768 Kg dan 4.480 Kg.

Tabel 8. Proyeksi Kelayakan Usahatani Cabai dalam Jangka Waktu 3 Tahun untuk Luasan
10 Ha
No Jenis Proyeksi Kelayakan Nilai Kriteria
1 R/C 2,67 Layak
2 B/C 1,67 Layak
3 BEP Unit (Kg) 5.926 Layak
4 BEP Rupiah (Rp) 38.031.681 Layak

20

Anda mungkin juga menyukai