Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alvin Franata

NIM : 2110112126

Kelas :D

NO.1

A. Perbedaan Kewajiban Kontijensi dan Komitmen

Kewajiban Kontijensi adalah potensi kewajiban di masa depan kepada pihak eksternal dengan
jumlah yang belum diketahui akibat aktvitas yang telah dilakukan. Untuk tergolong dalam kewajiban
kontijensi memerlukan 3 syarat, yaitu:

Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan nilai aset yang
diakibatkan oleh kondisi yang ada

Terdapat ketidakpastian tentang jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang

Hasilnya akan diselesaikan oleh beberapa kejadian atau peristiwa di masa depan

Komitmen adalah suatu ikatan atau perjanjian atau kontrak yang tidak dapat dibatalkan secara
sepihak dan harus dilaksanakan sesuai persyaratan yang disepakati bersama. Karakteristik paling
penting dari komitmen adalah kesepakatan untuk mengikat perusahaan pada serangkaian kejadia di
masa depan, terlepas dari apa yang terjadi pada laba atau perekonomian secara keseluruhan.

Perbedaan utama dari Kontijensi dan Komitmen adalah Kontijensi adalah potensi kejadian di masa
depan, sementara komitmen adalah kejadian di masa depan yang harus dilakukan terlepas dari apa
yang terjadi d

Kedunya juga penting dalam audit karena kedunya akan berdampak pada arus kas di masa depan
yang tersedia bagi stake-holder. Oleh karena itu, kewajiban Kontijensi dan Komitmen harus disajikan
secara tepat sesuai standar yang berlaku

B. Pada fase I-III auditor melaksanakan perencanaan dan desain pendeketan audit, kemudian
melakukan test of control dan substantive tests of transactions. Kemudian pada tahap 3 melakukan
analytical procedures dan tests of details of balances. Ketiga tahap itu dalam rangka memperoleh
bukti audit serta serangkain tes yang dilakukan berhubungan dengan pembayaran wesel bayar
beserta bunganya dan menghasilkan informasi jadwal pembayaran kewajiban.

C. Tiga prosedur audit yang mungkin dilakukan

Melakukan review dan evaluasi pendapatan internal perusahaan untuk menilai adanya kewajiban
pajak yang belum dibayar

Melakukan review notulensi rapat direksi untuk melihat adanya masalah hokum yang tertunda

Melakukan konfirmasi saldo yang utang kepada pihak berelasi


D. Tiga prosedur audit tambahan untuk mengetahui kemungkinan yang dirahasiakan.

Menanyakan kepada manajamen terkait kejawiban kontijensi yang belum diselesaikan

Melakukan review biaya pengacara untuk mengetahui adanya indikasi kewajiban kontijensi

Menanyakan tim hukum perusahaan tentang proses hukum dan statu dari proses hukum tersebut

Audit Sampling untuk Test Detail of Balance memeiliki 14 tahapan yaitu :

NO.2

1. Menentukan tujuan audit : Audit sampling Test Detail of Balance untuk mengetahui jumlah
dari akun yang dari akun yang diaudit telah benar.
2. Memutusi apakah sampling berlaku : Sampling audit berlaku setiap kali auditor berencana
untuk mencapai kesimpulan tentang suatu populasi berdasarkan sampel.
3. Definisikan salah sajinya (misstatement) : kondisi salah saji merupakan kesalahan klien yang
ditentukan melalui konfirmasi setiap akun atau prosedur alternatif Karena pengambilan
sampel audit untuk pengujian rincian saldo mengukur salah saji moneter, salah saji terjadi
setiap kali item sampel salah saji. 
4. Definisikan Populasi : Untuk banyak populasi, auditor memisahkan populasi menjadi dua
atau lebih subpopulasi sebelum menerapkan sampling audit. Ini disebut pengambilan
sampel bertingkat, di mana setiap subpopulasi disebut strata (stratum) 
5. Definisikan sampling audit : ukuran populasi ditentukan melalui perhitungan. Perhiutngan
yang akurat jauh lebih penting dalam sampling variabel karena ukuran popoulasi
memengaruhi secara langsung ukuran sampel batas presisi yang dihitung
6. Tentukan tolerable misstatement : Auditor mencari tingkat keyakinan yang tepat bahwa
salah saji aktual dalam populasi tidak melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. 
7. Tentukan acceptable risk of incorrect acceptance (ARIA) : Menetapkan Risiko yang dapat
diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ), ARIA dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat
diterima, hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur
analitis, dan signifikansi relative piutang usaha dalam laporan keuangan.
8. Tentukan misstatement dalam populasi : 
9. Tentukan ukuran sampel awal : Ukuran sampel antara sampling nonstatistik dan statistik
harus serupa. Oleh karena itu, auditor dapat menentukan ukuran sampel untuk pengambilan
sampel nonstatistik menggunakan tabel pengambilan sampel unit moneter, yang akan
dibahas pada bagian berikutnya. 
10. Pilih sampel : karena memerlukan sampel acak ( selain PPS ), auditor harus menggunakan
salah satu metode pemilihan sampel probabilistic guna memilih 100 item sampel untuk
konfirmasi. dalam konfirmasi salah saji adalah perbedaan antara respons konfirmasi dan
saldo klien setelah merekonsiliasi semua perbedaan waktu serta kesalahan pelanggan.
Dalam situasi nonrespons, salah saji yang ditemukan dengan prosedur alternative akan
diperlakukan serupa dengan salah saji yang ditemukan melalui konfirmasi.
11. Lakukan prosedur audit : Untuk melaksanakan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur
audit yang tepat untuk setiap item dalam sampel untuk menentukan apakah item tersebut
mengandung salah saji 
12. Generalisasi sampel pada populasi : auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi
dengan memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan mempertimbangkan
risiko sampling (ARIA). 
13. Analisis misstatement : Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap salah saji yang
ditemukan dalam pengujian rincian saldo. 
14. Putuskan keberterimaan nya pada populasi : Ketika auditor menyimpulkan bahwa
misstatement dalam suatu populasi mungkin lebih besar daripada tolerable misstatement
setelah mempertimbangkan risiko pengambilan sampel, populasi tersebut tidak dianggap
dapat diterima

Anda mungkin juga menyukai