Anda di halaman 1dari 2

TUGAS TUTORIAL KE-1

(AUDITING II)

Nama : Imam Apip Muklisin


NIM : 044604516

1. Keberadaan dan keterjadian piutang usaha (yang mengakibatkan lebih saji piutang usaha
dipengaruhi oleh 3 transaksi, sebutkan dan Jelaskan!
Jawab :
Keberadaan dan keterjadian piutang usaha (yang mengakibatkan lebih saji piutang usaha
dipengaruhi oleh 3 transaksi berikut :
a. Keberadaan dan keterjadian penjualan
b. Kelengkapan penerimaan kas
c. Kelengkapan retur penjualan dan cadangan kerugian piutang
Oleh karena itu, jika sebuah penjualan diakui, padahal seharusnya tidak, hal tersebut
mengakibatkan masalah keberadaan piutang usaha. Demikian juga, masalah kelengkapan
penerimaan kas atau retur penjualan juga mengakibatkan lebih saji piutang usaha (masalah
keberadaan). Kegagalan pencatatan penerimaan kas dari pelanggan (masalah
kelengkapan) mengakibatkan salah saji piutang usaha.
Ketika penaksiran risiko pengendalian untuk asersi kelas transaksi yang relevan berbeda,
auditor menilai materialitas tiap penaksiran ketika menggabungkan penaksiran. Alternatif
lain, beberapa kantor audit memilih menggunakan penaksiran yang paling konservatif
(paling tinggi). Oleh karena itu, penaksiran risiko pengendalian untuk keberadaan piutang
usaha haruslah moderat jika retur penjualan dan cadangan kerugian piutang tidak material.
Setelah risiko pengendalian untuk asersi saldo rekening telah ditentukan, taksiran ini harus
dibandingkan dengan rencana level penaksiran risiko pengendalian. Jika level yang
direncanakan terdukung, auditor dapat melanjutkan mendesain uji substantif berdasarkan
strategi audit pendahuluan. Sebaliknya, jika rencana level penaksiran risiko pengendalian
tidak terdukung, rencana level uji substantif dan uji audit terkait harus direvisi untuk
mendapatkan level risiko audit yang dikehendaki.

2. Jelaskan perbedaan uji pengendalian dan uji substantif?


Jawab :
 Tujuan Uji pengendalian : Mengestimasikan tingkat penyimpangan dari pengendalian
yang dianjurkan pada populasi. Ketika mengaudit asersi, auditor berusaha
mengidentifikasi pengendalian kunci yang memungkinkan auditor untuk mengubah sifat,
pemilihan waktu, atau luasan uji substantif untuk asersi tersebut. Kebanyakan auditor
menggunakan penyampelan statistik untuk menguji pengendalian manual pada masing-
masing transaksi karena besarnya populasi aktivitas pengendalian. Sebagai contoh, auditor
ingin memperkirakan persentase waktu bahwa pengendalian internal tertentu gagal
berfungsi seperti yang dirancang.
Tujuan utama penyampelan audit untuk uji pengendalian adalah menentukan konsistensi
penerapan pengendalian di seluruh periode. Berikut contoh tujuan berbagai uji
pengendalian :
a. Menentukan tingkat penyimpangan dari pengendalian lingkungan atau prosedur
penaksiran risiko.
b. Menentukan tingkat penyimpangan dari pengendalian umum komputer terkait
dokumentasi sistem dan perubahannya.
c. Menentukan tingkat penyimpangan dari prosedur tindak lanjut manual pada item-item
yang muncul di laporan pengecualian.
d. Menentukan tingkat penyimpangan dari tinjauan kinerja.
e. Menentukan tingkat penyimpangan dari pengendalian atas diskresi manajemen pada
laporan keuangan
f. Menentukan tingkat penyimpangan dan program dan pengendalian anti kecurangan.
g. Menentukan tingkat penyimpangan dari aktivitas pemantauan.

 Tujuan Uji substantif : Mengestimasikan jumlah atau nilai populasi atau jumlah atau nilai
kesalahan pada populasi. Kekeliruan atau kesalahan tersebut sering disebut dengan salah
saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya
salah saji dalam saldo laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor ingin mengestimasi total
jumlah piutang yang mungkin salah saji dan menentukan apakah potensi salah saji material
pada laporan keuangan. Dengan begitu suatu transaksi akuntansi klien telah diotorisasi
dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku
besar dan buku tambahan dengan benar. Auditor dapat menggunakan penyampelan audit
dengan cara berikut:
a. mengestimasi total jumlah nominal populasi, atau
b. mengestimasi total nominal salah saji pada populasi.
Misalnya, dengan menggunakan perangkat lunak, diperoleh estimasi total piutang usaha
atau total sediaan. Jika estimasi tersebut dalam rentang nilai buku saldo rekening ditambah
atau dikurangi toleransi salah saji, disimpulkan bahwa populasi secara material benar.
Metode ini memadai jika klien berusaha menentukan nilai sediaan berdasarkan sampel,
bukannya menghitung keseluruhan populasi. Secara alternatif, auditor dapat
mengestimasikan jumlah salah saji yang mungkin terjadi pada populasi. Jika estimasi
tersebut lebih kecil dari toleransi salah saji, auditor dapat menyimpulkan bahwa saldo
rekening secara material benar. Penyampelan probabilitas seimbang terhadap ukuran
(probability proportionate to size / PPS) amat bermanfaat untuk tujuan tersebut.

3. Pada saat melakukan pengambilan sampel non statistik dimana hasilnya tidak mendukung
nilai bukunya, maka apa yang harus dilakukan oleh auditor atas kondisi tersebut?Jelaskan!
Jawab :
Ketika hasil sampel nonstatistik tampaknya tidak mendukung nilai bukunya, auditor
dapat melakukan hal berikut:
1) menguji unit sampel tambahan dan mengevaluasi kembali,
2) menerapkan prosedur audit alternatif dan mengevaluasi kembali, atau
3) meminta klien untuk menginvestigasi dan, jika perlu, membuat penyesuaian.
Sebagaimana dalam penyampelan statistik, sebelum menarik kesimpulan secara
menyeluruh, pertimbangan harus diberikan pada karakteristik kualitatif salah saji.

Anda mungkin juga menyukai