Anda di halaman 1dari 13

Setetes Air Mata

Oleh: Hanim Fatmawati Madiun

Setetes air mata seorang ibu

Gejolak hati yang seakan akan ingin menjerit

Air mata terus mengair

Membasahi kedua pipinya

Yang sangat lembut

Di malam yang sunyi gelap gurita

Kedinginan yang merada di tubuhnya

Hati yang terluka terhanyut dalam kesedihan

Seorang ibu terus

Meneteskan air mata

Dan ia mulai bertanya

Kepada seorang anak

Ia mulai mengucapkan

Kata-kata dengan lisan

Mulutnya seakan akan ingin marah

Penderitaan yang dirasakan

Ia mulai berbaring

Dan meneskan air mata

Apa yang ia rasakan

Dan mulai merenung dan diam

Tanpa kata-kata
Tangisan Air Mata Bunda

Oleh: Monika Sebentina

Dalam senyummu kau sembunyikan lelahmu

Derita siang dan malam menimpamu

Tak sedetik pun menghentikan caramu

Untuk bisa memberi harapan baru bagiku

Seonggok cacian selalu menghampirimu

Secerah hinaan tak perduli bagimu

Selalu kau teruskan cara untuk masa depanku

Mencari harapan baru kembali bagi anakmu

Bukan setumpuk emas yang kau menginginkan di dalam kesuksesanku

Bukan gulungan duit yang kau minta di dalam kesuksesanku

Bukan juga sebatang perunggu di dalam kemenanganku

Tapi permohonan hatimu membahagiakan aku

Dan yang selalu kau berkata terhadapku

Aku menyayangimu saat ini dan pas aku tak kembali bersama denganmu

Aku menyayangimu anakku bersama dengan ketulusan hatiku

 
Bait Sajak untuk Ibu
Oleh: Kusnan
Tetes-tetes darah, keringat, dan air matamu
Cukup sudah menorehkan
Prasasti-prasasti indah di hidupku
Menggenapi di setiap celah ruang dan waktu
 
Gumam doa tulus nan sederhanamu
Jua, keriput di kening untuk menata asa
Demi anak-anakmu
Telah menjadi saksi
Pada hamparan permadani indah beranda surga
 
Akhirnya...
Maafkan bila belum sempurna baktiku padamu
Saat renta usia menjemputmu... ibu, maafkan kami anak-anakmu
Selamat jalan... ibu
Merengkuh jalan panjang menuju haribaan-Nya
Tuhan semesta jagad raya
 
Yakinlah suatu saat bersama takdir, nanti
Kita akan tersenyum bersama semerbak harum surga
Amien ...
Menyelami Laut Kasihmu

Ibuku engkaulah wanita terhebat yang aku punya


Tak habis pikir jika engkau tiada disampingku
Akan terjatuh dalam jurang yang tak berpenghuni
Tidak akan mampu melewati tebing yang menjulang tinggi

Engkau ajarkan setiap kata-kata baik bermakna


Indah dengan ketulusan cinta kasihnya
Diajarkan berdiri agar kelak menjadi petinggi
Bukan untuk dipamerkan, dipatuhi, apa lagi disombongi
Hanya berharap bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi negri

Engkau ajarkan memahami kitab suci


Agar kelak aku menjadi insan yang berhati bersih
Tertanam iman sehingga membuat orang nyaman
Mencintai dan taat pada perintah illahi
Engkau ajarkan bergaul dengan budi pekerti
Saling mengasihi dan menyayangi sesama manusiawi
Bukan untuk menyakiti apa lagi mencaci dan memaki
Tapi untuk bersikap dermawan dan rendah hati

Engkau ajarkan bagaimana memahami lawan kata


Manis pasangan pahit dan susah pasangan mudah
Seolah membelajarkan bagaimana rasa hidup yang akan dijalani
Saling berpasangan indah dan yakin dengan skenario sang illahi
Terimakasih ibu indah sekali saat menyelami laut kasihmu

Rindu Hadirmu di Hari Ibu

Saat malam menyapa hanya kelam yang ada


Sepi, sunyi, dan sendiri diperantauan
Berada di negri orang dan yang jauh dari kebahagiaan
Tiada orang yang menemani apa lagi hadir kekasih hati

Merenung membayangkan sosok ibu yang ku sayang


Ibu aku rindu akan hadirmu
Hari ibu mengingatkan semua jasamu terhadapku
Di sini aku hanya sendiri memeluk bayang rindu yang menghampiri

Ibu dari kejauhan aku menyapamu


Ingin melepaskan dan mencurahkan bahagianya aku memilikimu
Berwarna-warni hidupku terhiasi semangat dari bibir itu
Tersentuh hangat dengan ke dua tangan lembutmu
Malam sampaikan pada ratu bidadariku
Anakmu di sini merindu sosok itu
Ucapkan dengan angin lembut
Selamat hari ibu dari anakmu

Kesalahan yang Tulus Termaafkan

Saat aku menapaki kisah perjalanan ini


Takut terhantui rasa bayang-bayang kesalahan
Tergores luka hati wanita cantik yang membesarkanku
Matanya berbinar-binar karena keangkuhan buah hati
Tersiksa akan rasa yang terus disakiti

Oh ibu …
Maafkan semua kesalahanku
Maafkan atas semua perbuatanku
Nasehat yang engkau beri tidak pernah aku dengarkan
Tersombongkan dengan kedewasaan yang terbebaskan
Dulu aku menolak semua perintah dari mu
Tidak ragu lisan ini mengejek batin dan sanubari
Dengan kata-kata kasar yang tak pantas ia terima
Dengan lantangnya aku menjawab
Dasar cerewet, diam saja ibu itu kalau tidak tau apa-apa
Aku sudah besar tidak perlu diatur-atur lagi

Ya Rabb alangkah durhakanya aku ini


Mudah sekali saat marah membentak ibu
Membanting pintu meluapkan amarah
Menutup telinga saat nasehat darimu terucap
Seolah tidak peduli akan kehadiranmu

Demi kepuasaanku aku rela membohongimu wahai ibu


Dengan senangnya kebebasan yang engkau beri
Aku nikmati dengan salah arti
Tak sedikit uang hasil dari jerih payah dan keringatmu aku hambur-hamburkan
Hanya untuk kepuasan nafsu yang enggan membelenggu

Ibu … Maafkan semua kesalahan yang telah menusuk jiwa


Maafkan raga kaku ini yang tertimbun kesombongan hingga berdebu
Kini aku ingin merangkul pundak kokohmu itu
Yang digunakan saat menggendongku dulu
Izinkan aku bersujud dan mencium surga di bawah telapak kakimu

Anda mungkin juga menyukai