Anda di halaman 1dari 28

Pengaruh Waktu Celup dan Paduan Aluminium-Seng Pada Hot Dip

Galvanizing Baja ST41 Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik

TUGAS AKHIR 1

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Program Sarjana


Strata Satu Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Achmad Yani

Disusun Oleh :

Syahrur Rifqi
2613191058

JURUSAN TEKNIK METALURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi saat ini banyak melakukan perubahan terutama pada
pengaplikasian atau pemanfaatan logam dalam kehidupan. Misalnya baja untuk
tiang listrik tegangan rendah, Baja memiliki sifat lebih kuat, memiliki nilai
keindahan dan tahan rayap. Hot dip galvanizing banyak diaplikasikan pada
rangka-rangka tower listrik, jembatan, bangunan, pipa-pipa dan atap bangunan
didalam industri. Pada tiang ataupun tower listrik ada bagian bagian yang dilapisi
galvanis diantaranya penyangga kabel dan penyangga travo bagian-bagian ini
biasanya mendapatkan beban bending yang terus menerus, oleh karena itu
digunakan untuk tiang listrik namun sebelumnya tiang baja sebelumnya hanya
dicat, dengan menggunakan hot galvanizing maka ketahanan terhadap karat pada
tiang listrik jadi lebih tahan lama. Namun dalam penggunaannya, ketika baja
terpapar atmosfer atau lingkungan maka akan mengalami kerusakan karena
terkorosi.
Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi
pada tiang listrik, karena dahulu hanya dicat maka pada daerah daerah yang rawan
karat misalnya daerah pesisir pantai akan terjadi korosi. Tidak sedikit biaya yang
harus dikeluarkan sebagai akibat langsung dari masalah tersebut. Menyadari
keadaan ini, pengendalian masalah korosi dan penanggulangannya perlu
dilakukan dengan lebih efektif pada tiang listrik agar dapat berjalan lebih efektif,
efisien dan optimal. Korosi merupakan proses dan reaksi elektrokimia yang
bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.
Baja karbon rendah merupakan salah satu jenis material yang memiliki sifat
kekerasan yang baik namun sifat tahan karat yang buruk. Untuk itu perlu diadakan
suatu perlakuan agar baja karbon rendah ini memiliki sifat tahan karat yang baik.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sifat tahan karat dari baja
karbon rendah dan salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan metode pelapisan.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 1


Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan metode Hot Dip
Galvanizing ini banyak digunakan karena relatif mudah dalam mengontrol
kualitas pelapisannya, tahan lama dan tahan terhadap benturan. Pelapisan jenis ini
banyak diaplikasikan pada rangka-rangka tower listrik, jembatan, konstruksi
bangunan, dan pipa-pipa di dalam industri.(Sumardi dkk. 2017)
Pelapisan merupakan salah satu cara untuk menambah ketahanan logam
yang akan dilapisi agar tidak langsung berinteraksi dengan lingkungan. Pelapisan
juga bisa menambah keindahan dan ketahanan terhadap lingkungan yang korosif
dengan cara melapisi dan melindungi permukaan suatu logam atau material
sehingga umur pakai materialnya akan lebih lama karena tidak langsung
berinteraksi dengan lingkungan yang korosif.
Proses pelapisan yang benar akan menghasilkan lapisan yang bagus, lama
waktu celup berpengaruh pada hasil pelapisan, semakin lama waktu pencelupan
maka akan menghasilkan lapisan yang terlalu tebal. Pada penelitian ini untuk
melihat hasil pelapisan yang dilakukan. Maka akan divariasikan waktu celup serta
campuran aluminium dan seng untuk melihat pengaruh hasil pelapisan terhadap
ketebalan dan kekerasan pada baja karbon rendah. Dengan demikian, dibuat judul
skripsi yaitu “Pengaruh Waktu Celup dan Paduan Aluminium-Seng Pada Hot
Dip Galvanizing Baja ST41 Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik”

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 2


1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
timbul adalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi waktu pelapisan baja ST 41 dengan
menggunakan metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap ketebalan
lapisan ?
2. Bagaimana pengaruh variasi waktu pelapisan baja ST 41 dengan
menggunakan metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap kekerasan
material ?
3. Bagaimana pengaruh penambahan aluminium dan variasi waktu pelapisan
pada baja ST 41 dengan menggunakan metode pelapisan Hot Dip
Galvanizing terhadap ketahanan korosi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja ST 41 dengan
metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap ketebalan lapisan.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja ST 41 dengan
metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap kekerasan material.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja ST 41 dengan
metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap ketahanan korosi.

1.4 Batasan Masalah


Proses pelapisan dan permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan
tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka peneliti perlu
membatasi beberapa masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Material substrat logam yang digunakan adalah baja ST 41
2. Variasi waktu pencelupan yang digunakan 2 menit, 3,5 menit dan 7 menit
3. Temperatur yang digunakan adalah 460oC.
4. Pengujian yang dilakukan yaitu, uji visual, ketebalan, kekerasan,
metalografi, laju korosi dan SEM.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 3


1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada proses penulisan penelitian
tugas akhir ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tentang penjelasan baja, seng, korosi, laju korosi,
pencegahan korosi, kekerasan, pelapisan dan Hot Dip Galvanizing.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang metodologi penelitian dari awal hingga akhir
proses penelitian, diagramalir penelitian, prosedur percobaan alat dan alat dan
bahan.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 4


PEMETAAN PENELITIAN

Nama Parameter Proses Karakterisasi


No Peneliti dan Temperatur Waktu Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian
Material Metode
tahun (oC) (t) Ketebalan Visual Kekerasan Metalografi Korosi SEM-EDS
Tumpal
420oC
Ojahan R, BAJA
440 oC
Slamet KARBON Hot Dip
1 460 oC 6 menit √ - √ √ √ √
Sumardi, RENDAH Galvanizing
480 oC
Dwi Yoga (0.02% C)
2017
La Ode Arif
Rahman, 1 menit
BAJA 450 ºC
Muhammad Hot Dip 1,5
2 KARBON 500 ºC - - - - √ -
Hasbi, Galvanizing menit
RENDAH 550 ºC
Aminur 2 menit
2016
Muhammad
Khabibullah
& 5 detik,
Hot Dip
3 Arya BAJA ST 30 detik - - - - √ -
Galvanizing -
Mahendra 41 45 detik
Sakti
2019

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 5


Ari
Wibawa
Budi
Santosa,
440ºC 2 menit
Reimigius Baja Hot Dip
4 455ºC 4 menit - - - - √ -
Baskatara AISI 1020 Galvanizing
480ºC 6 menit
Bungkang,
Ocid
Mursid
2022
Adhitya
Trenggono
Didied Baja
2 menit
Haryono, karbon Hot Dip 450 oC
5 3 menit √ √ √ - - √
Alvandito rendah Galvanizing 460oC
4 menit
Wahyu SPCC-SD
Kuncoro
2016
Abdul
Rohman
Faizol & 15 detik
BAJA ST Hot Dip 420°C
6 Arya 30 detik √ - - - - -
41 Galvanizing 450°C
Mahendra 45 detik
Sakti
2020

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tentang penjelasan baja, seng, korosi, laju korosi,
pencegahan korosi, kekerasan, pelapisan dan Hot Dip Galvanizing.

2.1 Baja
Baja adalah paduan besi dengan karbon, kandungan karbonnya berkisar
antara 0% - 2,1% berat, fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras.
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsur karbon sangat
menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa
terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon
biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.
Menurut Amanto dan Daryanto AISI, (1999) baja karbon dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah kandungan karbonnya, yaitu baja karbon
rendah disebut baja ringan (mild stell) atau baja perkakas, bukan baja yang keras,
karena kandungan karbonnya rendah kurang dari 0,3%. Baja karbon sedang
mengandung karbon 0,3-0,6% dan memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian
dengan pengerjaan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon tinggi
mengandung karbon 0,6-1,5%, dibuat dengan cara digiling panas(Sumardi et al.
2017).
Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi dan karbon serta unsur
lainnya. Karbon merupakan salah satu unsur yang penting karena dapat
meningkatkan kekerasan dan keuletan baja. Pada industri baja merupakan logam
yang yang banyak digunakan baik dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang,
profil dan sebagainya. Proses pembuatan baja dapat dilakukan melalui proses
Bessemar, Thomas, Siemens Martin, DapurListrik. Secara garis besar baja
dikelompokkan menjadi :

a. Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000: 89) dimana unsur karbonnya sangat

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 7


menentukan sifatnya, sedang unsur paduan lainnya yang biasa terkandung
didalam baja karena proses pembuatannya.
b. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung unsur-unsur tertentu didalamnya
agar didapatkan kualitas yang bagus dan unsur-unsur tersebut kadarnya lebih
rendah. Unsur yang terdapat pada baja paduan rendah unsur paduannya dibawah
10% dan baja paduan tinggi atau baja khusus unsur paduannya diatas 10%. Baja
paduan rendah mengandung unsur-unsur paduan sebagai elemen tambahan pada
besi dan karbon. Unsur-unsur paduan tersebut dapat berupa mangan (Mn), nikel
(Ni), kromium (Cr), Molibden (Mo), silikon (Si) dan lain-lain.
Sifat baja karbon tergantung pada kadar karbon yang dikandungnya. Secara
umum baja karbon diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu (Smallman dan
Bishop, 2000: 326) :
1. Baja karbon rendah yaitu baja yang memiliki kadungan karbon <
0,3% C, baja karbon rendah juga tidak dapat dikeraskan karena
kandungan karbonnya tidak cukup untuk membentuk martensit.
Contoh penggunaannya sebagai bahan konstruksi kapal, konstruksi
kendaraan bermotor dan sebagainya.
2. Baja karbon sedang yaitu baja yang memiliki kandungan karbon
0.3%-0.7% C, baja jenis ini lebih keras dan lebih kuat dibandingkan
dengan baja karbon rendah. Untuk contoh penggunaannya hampir
sama dengan baja karbon rendah
3. Baja karbon tinggi yaitu baja yang memiliki memiliki kandungan
karbon > 0.7% C, baja jenis ini memiliki kekerasan tinggi namun
keuletannya lebih rendah. Contoh penggunaannya untuk per, perkakas
potong dan sebagainya (Pujiyantono, Achmad Najib. 2016).
Baja St 41 merupakan baja karbon rendah yang memiliki kandungan karbon
maksimum 0,3%. Baja St 41 memilki bentuk yang bermacam-macam diantaranya
berbentuk plat dan silindris. Bentuk plat biasanya digunakan pada kontruksi
jembatan dan kontruksi bangunan, bentuk silindris biasanya digunakan pada
angkur, baut, dan tiang lampu. Baja St 41 memilki keuletan dan ketangguhan

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 8


yang baik, namun memilki ketahanan korosi yang kurang baik (Muhammad
Firman, Firda Herlina 2019).

Tabel 2.1 Klasifikasi baja karbon


(Sumber:Wiryosumarto dan Okumura, 2000: 90)

Tabel 2.2 Klasifikasi Baja Menurut Tingkat Deoksidasi.


(Sumber:Wiryosumarto dan Okumura, 2000: 90)

2.2 Seng
Seng merupakan logam putih kebiruan, yang cukup mudah ditempa dan liat
pada suhu 1100 C – 1500 C dan menjadi sangat rapuh jika dipanaskan diatas suhu
2000 C, jika dibiarkan di udara terbuka yang lembab akan terbentuk lapisan
garam-garam dasar tipis dan putih sebagai pelindung, untuk sifat ini maka seng
lebih cocok jika digunakan untuk melapisi baja dengan proses galvanizing. Seng
bersifat amfotir karena dapat dapat bereaksi dengan asam encer (proses lebih
lambat jika seng murni yang direaksikan), disamping itu seng juga bereaksi
dengan basa. Seng jarang digunakan sendiri sebagai bahan konstruksi, lebih sering

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 9


digunakan untuk proses galvanizing, bahan campuran untuk logam seperti
kuningan dan tembaga dan sebagai bahan-bahan bangunan.
Seng dapat melebur dalam dapur galvaniz pada temperatur 419,470 C dan
mempunyai titik didih 9070 C (Henkel, 2002: 37). Pelapisan logam dengan logam
pelapis berupa seng memiliki beberapa keuntungan yaitu biaya prosesnya murah,
cukup tersedia di alam, daya tahan lapisan yang lama, melindungi substrat dari
kerusakan secara mekanis, mudah untuk dilakukan dan logam yang telah dilapisi
tidak memerlukan perawatan khusus.
Ketahanan lapisan seng terhadap korosi tergantung pada ketebalan lapisan
dan kondisi lingkungan yang dihadapi. Adakalanya jenis lingkungan yang tampak
sama seringkali menghasilkan proses korosi yang berbeda, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya variasi minor yang disebabkan oleh kecepatan angin dan
partikel-partikel korosif yang terdapat di atmosfir. Lapisan seng merupakan suatu
lapisan penghalang yang memisahkan substrat baja dari lingkungan di sekitarnya.
Meskipun demikian, dengan pengandaian bahwa elektrolit mempunyai
konduktivitas listrik yang baik dan menghubungkan substrat yang terlindungi
dengan lapisan yang tersisa, sebagian besar lapisan seng akan hilang sampai
akhirnya baja terserang korosi, sebagai akibat dari peran yang dijalankannya
sebagai tumbal dalam upaya perlindungan tersebut(Ridluwan 2007).

2.3 Korosi
Korosi adalah sebagai proses kerusakan material, terutama logam, karena
berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Keenan (1996), korosi adalah
penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya. Proses
kembalinya logam kealam inilah yang kita kenal sebagai proses korosi. Jadi
korosi adalah proses alam yang tak dapat dicegah, tetapi dengan teknologi anti
korosi kita dapat mengendalikan sehingga kerugian-kerugian yang timbul akibat
korosi dapat kita kurangi(Sumardi et al. 2017)
Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya yang berhubungan langsung dengan udara terbuka, sering
disebut juga dengan korosi atmosfer (Trethewey el al.,1991). Hampir seluruh
produk korosi disebabkan oleh lingkungan atmosfer. Hal ini dikarenakan pada

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 10


umumnya logam selalu berhubungan dengan udara terbuka yang kelembaban dan
kandungan polutannya dapat mempengaruhi korosifitas logam. Korosi atmosferik
sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan iklim atau lingkungan. Faktorfaktor
seperti temperatur, kelembaban dan kandungan bahan kimia dalam udara sangat
menentukan laju korosi (Fontana, 1987; Agung, 2004). Sementara itu, komposisi
logam, strukturmetalurgi, dan proses pembuatan logam juga mempercepat
timbulnya korosi (American, 2000).
Korosi merupakan fenomena kerusakan suatu material akibat material
tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung.
Korosi dapat berlangsung apabila semua komponen sel elektrokimia tersedia yaitu
anoda, katoda sirkuit eksternal (penghubung antara anoda dan katoda), sirkuit
internal (elektrolit). Katoda (+) dan anoda (-) adalah logam yang sejenis atau
berlainan yang mempunyai perbedaan potensial. Apabila salah satu dari
komponen tersebut di atas tidak ada, maka korosi tidak akan berlangsung.
Lingkungan yang tidak mendukung yang dapat menyebabkan korosi dapat berupa
kadar pH yang rendah, banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat
danbeberapa faktor lingkungan lainnya.(Hasyim 2017)

2.4 Laju Korosi


Laju korosi dapat ditunjukkan dalam berbagai cara dalam literature; seperti
percent weight loss, milligrams per square centimeter per day, and grams per
square inch per hour. Hal ini tidak menunjukkn ketahanan korosi dalam istilah
penetrasi. Dalam dunia teknik, laju penetrasi, atau tipisnya bagian struktur, dapat
digunakan untuk memprediksikan usia dari komponen yang diberikan. Pernyataan
mils per years adalah hal cara yang paling disukai untuk menyatakan laju korosi
dan akan digunakan dalam pembahasan kali ini. Pernyataan ini dapat dihitung dari
weight loss dari specimen logam selama pengujian korosi dengan perumusan di
bawah ini:

543W
Mpy
DAT

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 11


Dimana:
W = weight loss (mg)
D = density of specimen (g/cm3)
A = area of specimen (sq. in.)
T = exposure time (hour)
Perhitungan laju korosi ini melibatkan seluruh angka, yang mudah di
selesaikan. (Fontana, 1987).

2.5 Pencegahan Korosi


Secara umum terdapat 4 metode dasar untuk pencegahan korosi yaitu :
1. Pemilihan material dan desain (material selection and design)
Dengan melakukan pemilihan material yang sesuai dengan keadaan
lingkungan kerja sehingga proses korosi dapat meminimalisir. Selain itu
pemilihan desain-desain yang sesuai dengan aplikasi dilapangan.
2. Pelapisan (Coating)
Pencegahan dengan menutup permukaan logam dari kontak langsung
dengan lingkungannya, sehinggga proses korosi dapat diminimalisir.
3. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)
Proteksi korosi dengan proses melindungi anodanya dengan cara
memperlakukannya sebagai katoda. Proteksi ini meliputi metode anoda
korban dan pemberian arus searah (DC).
4. Inhibitor
Inhibitor adalah proses pengendalian korosi dengan penambahan zat kimia
baik secara kontinu maupun periodik pada elektrolitnya sehingga akan mengubah
lingkungan kerja menjadi tidak korosif.(Utomo 2015)

2.6 Kekerasan
Kekerasan (Hardnees) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan
(frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan
dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 12


dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan)(Muhammad Firman, Firda Herlina 2019).
Pengujian kekerasan adalah salah satu pengujian dari sekian banyak
pengujian yang mudah dilakukan, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang
relatif kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasi benda uji. Pengujian yang
banyak dipakai adalah dengan cara menekankan suatu penekan pada benda uji
dengan beban tertentu dan mengukur bekas hasil penekanan yang terbentuk di
atasnya (Tata Surdia, 2000: 31).
Ukuran kekerasan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang
kesemuanya tergantung pada cara melakukan pengujian, ketiga jenis tersebut
adalah kekerasan goresan (scratch hardness), kekerasan lekukan (identation
hardness) dan kekerasan pantulan (rebound). Pengujian yang sering dilakukan
adalah pengujian penekanan, pada pengujian penekanan terdapat beberapa alat uji
yang dapat digunakan, antara lain dengan alat uji Brinell, Vickers dan Rockwell.
Pengujian kekerasan Vickers adalah pengujian kekerasan yang sering
banyak digunakan digunakan pada pengujian kekerasan. Pengujian Vickers
menggunakan piramida intan (diamond pyramid) sebagai indentor, dasar piramida
yang berbentuk bujur sangkar dan sudut antara dua bidang miring yang
berhadapan sebesar 136o, untuk beban yang digunakan dalam penekanan antara 10
g sampai 120 kg (Daryanto, 1985: 75).
Pengujian Vickers memiliki beberapa kelebihan yaitu dengan benda penekan
yang sama, kekerasan dapat ditentukan tidak hanya untuk bahan lunak akan tetapi
juga untuk bahan keras, dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan
merusak lebih sedikit, pengukuran kekerasan teliti, kekerasan benda kerja yang
sangat tipis atau lapisan permukaan yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya
yang relatif kecil(Ridluwan 2007).

2.7 Coating/Pelapisan
Teknologi coating atau biasa disebut Pelapisan adalah teknik untuk melapisi
suatu bahan pada permukaannya. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 13


melindungi objek dari pengaruh lingkungan dengan cara melapisi/menutupi
permukaannya, yaitu bagian yang bersentuhan dengan lingkungan, sehingga
diharapkan usia pakai objek yang tertutup menjadi lebih lama. Di sisi lain, coating
juga dapat menekan biaya produksi atau production cost yang sangat berguna
dalam industri karena dengan kombinasi bahan yang lebih murah, tetapi pelapisan
sesuai dengan aplikasinya, sifat material yang diharapkan tercapai, misalnya baja
ringan , yang murah, memiliki sifat mekanik Properties dan machinability yang
baik, namun dalam aplikasinya cenderung mudah berkarat, maka untuk mengatasi
hal tersebut biasanya dilakukan coating yang sifatnya sebagai corrosion
protection.(Alamudin 2016)
Adapun jenis coating beragam sesuai yang tertera pada tabel 2.1 dapat
melindungi permukaan suatu benda sehingga umur pakainya lebih panjang.
Tabel 2.1 Jenis proses coating untuk perlindungan permukaan benda
(Sumber: Kanani, 2005)

Faktor penting yang perlu diperhatikan pada proses coating adalah proses
surface preparation dan pretreatment, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi
hasil coating pada benda tersebut, biasanya cacat pada coating terjadi karena salah
dalam melakukan surface preparation dan pretreatment tersebut. (Schweitzer,
2006)

2.8 Hot Dip Galvanizing


Hot Dip Galvanizing adalah suatu proses pelapisan dimana logam
pelapisnya dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair, kemudian logam yang
akan dilapisi yang biasa disebut logam dasar dicelupkan ke dalam bak galvaniz

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 14


yang telah berisi seng cair, sehingga dalam beberapa saat logam tersebut akan
terlapisi oleh lapisan berupa lapisan paduan antara logam pelapis (seng) dengan
logam dasar dalam bentuk ikatan metalurgi yang kuat dan tersusun secara
berlapis-lapis yang disebut fasa(Anggara, 2007)
Perlindungan pada lapisan galvanis mempunyai dua keuntungan yaitu
sebagai barrier dan anoda yang ditumbalkan. Perlindungan barrier akan
melindungi logam dari lingkungan luar sedangkan sebagai anoda korban akan
terkorosi dahulu baru logam induknya atau substratnya. Lapisan seng yang
diperoleh dengan metode hot dip galvanizing lebih tahan lama, relatif tangguh dan
mempunyai kekerasan yang tinggi. Dari tiap-tiap lapisan mempunyai sifat yang
berbeda-beda baik dari komposisi kimia maupun kekerasan. Lapisan bagian luar
ZnO merupakan senyawa oksida seng yang paling tidak diinginkan. Hal ini
disebabkan ZnO mempunyai ketahanan korosi paling rendah dibanding produk-
produk korosi yang mungkin terbentuk antara seng dan lingkungannya. Lapisan
paling atas yang terbentuk antara Zn dengan Fe (eta layer) akan lebih murni dan
lunak, sedangkan lapisan paling bawah (gamma layer) mempunyai paduan baja
paling tinggi dibandingkan lapisan lainnya (Anggara,2007).

Gambar 2.1 Lapisan Galvanizing


(Sumber: Yeomans, 2004)
Lapisan paduan tersebut yaitu:
1. Lapisan Eta merupakan lapisan terluar yang tersusun oleh 100% seng yang
memiliki kekerasan sebesar 70 DPN (Diamond Pyramid Number).
2. Lapisan Zeta merupakan lapisan yang terdiri dari 94% seng dan 6% besi yang
memiliki kekerasan sebesar 179 DPN.
3. Lapisan Delta adalah lapisan yang terdiri dari 90% seng dan 10% besi yang
memiliki kekerasan sebesar 244 DPN.
4. Lapisan Gamma adalah lapisan yang terdiri dari 75% seng dan 25%(R,
Sumardi, and Yoga 2017)

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 15


Hot-dip galvanizing adalah proses pembuatan lapisan paduan seng pada
bagian baja dengan cara merendamnya dalam lelehan seng. Operasi ini melibatkan
serangkaian proses difusi yang kompleks, reaksi metalurgi dasar, dan transformasi
termodinamika. Dari segi penampilan, ketebalan, struktur, dan karakteristik
lainnya, pelapisan akhir merupakan hasil pengaruh sejumlah factor
Prasyarat untuk galvanisasi yang berhasil adalah pembasahan yang
sempurna dari bagian yang dilapisi seng oleh lelehan seng. Oleh karena itu,
bagian yang dimaksudkan untuk digalvanisasi dikenai pra-perlakuan kimiawi
sebelum digalvanisasi untuk mencapai permukaan logam murni dan, kemudian,
pengaktifannya. Bagian-bagian tersebut pertama-tama mengalami degrease dan
kemudian diasamkan. Pengawetan menghilangkan kerak, oksida, dan produk
korosi dan kemungkinan kotoran lain yang dapat larut dari permukaan. Sebelum
pencelupan dalam seng cair, fluks diterapkan ke komponen dengan pencelupan
dalam penangas fluks dan pengeringan berikutnya jika "proses kering" digunakan,
atau dalam fluks "proses basah" disebarkan ke bagian permukaan penangas seng.
Dalam proses basah, bagian yang akan digalvanisasi umumnya direndam
dalam seng secara manual dengan menggunakan penjepit atau pengait karena
setiap bagian individu yang direndam dalam rendaman seng melalui lapisan fluks
harus dikeluarkan darinya melalui bagian lain yang bersih dari permukaan
rendaman.
Dalam proses kering, fluks diterapkan terlebih dahulu dengan merendam
seluruh kumpulan komponen dalam rendaman fluks dan kemudian dikeringkan
(oleh karena itu dinamakan proses kering) sebelum kumpulan tersebut direndam
dalam rendaman seng. Dalam proses kering, penanganan bagian yang akan
digalvanisasi dilakukan secara mekanis di pabrik galvanisasi. Faktor pembatas
umumnya dimensi komponen, yang tidak boleh melebihi dimensi ketel galvanis
serta kapasitas angkat peralatan penanganan di pabrik galvanis.

Continuous galvanizing
Beberapa item produksi massal cocok untuk digalvanis dalam sistem
kontinyu. Selain produktivitas yang tinggi, jalur tersebut menawarkan manfaat
dari pengaturan parameter proses yang akurat. Ini memungkinkan Anda untuk

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 16


secara efisien memeriksa parameter dasar lapisan seperti tampilan, struktur, dan
ketebalan. Kontinyu yang paling terkenal metode galvanisasi adalah proses
Sendzimir. Dalam jalur proses (Gambar 2.2), lembaran baja canai dingin dengan
permukaan yang relatif bersih dilas untuk membentuk strip tak berujung dan
terus-menerus mengalami degrease dan acar. Kemudian melewati tungku di mana,
dalam atmosfer reduksi, material mengalami anil penuh dan oksida dihilangkan
dari permukaannya. Dalam atmosfir pelindung, strip logam yang bersih kemudian
dicelupkan ke dalam bak galvanis dan keluar dalam orientasi vertikal melalui
pisau udara mekanis yang menyeka permukaan lapisan. Setelah diratakan, strip
digulung menjadi gulungan.

Gambar 2.2 Diagram galvanisasi lembaran logam kontinyu


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

Aluminium umumnya ditambahkan ke bak seng dalam galvanisasi kontinyu


karena diprioritaskan dalam bereaksi dengan substrat untuk membentuk lapisan
paduan besi aluminium yang tipis dan konsisten. Lapisan itu mencegah difusi besi
lebih lanjut dan reaksinya dengan seng menekan pembentukan fase paduan besi-
seng yang rapuh sehingga lapisan umumnya terdiri dari seng murni yang relatif
lunak. Ini menghasilkan sifat mekanik yang menguntungkan untuk pembentukan
lembaran logam galvanis lebih lanjut. Ketebalan lapisan seng pada permukaan
strip galvanis kontinyu kira-kira 10 sampai 35 μm.
Batch galvanizing
Sebagian besar bagian baja galvanis hot-dip adalah batch galvanis di pabrik
galvanisasi komersial. Batch hot-dip galvanizing dilakukan dengan cara standar.
Di Eropa, kondisi teknis untuk hot-dip galvanizing batch dijelaskan oleh EN ISO
1461, yang merupakan standar teknis yang mengikat untuk anggota negara bagian
CEN (Comite´ Europe´en de Normalisation).

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 17


a. Dry process
Sebagian besar pabrik galvanisasi komersial dilengkapi dengan teknologi
suspensi kumpulan komponen dengan derek dan jig (Gambar 2.3) dalam proses
kering (Gambar 2.4). Manfaat dari teknologi ini adalah produktivitas yang relatif
tinggi pada tingkat mekanisasi yang cukup tinggi. Dimensi tangki tanaman ini
adalah disesuaikan dengan permintaan pasar. Jika prinsip-prinsip desain dan
produksi bagian galvanis hot-dip diamati, bagian yang sangat besar dapat
digalvanis di pabrik ini dengan kapasitas transportasi menjadi faktor pembatas
utama. Sebagian besar pabrik galvanisasi komersial dilengkapi dengan teknologi
suspensi kumpulan komponen dengan derek dan jig (Gambar 2.3) dalam proses
kering (Gambar 2.4). Manfaat dari teknologi ini adalah produktivitas yang relatif
tinggi pada tingkat mekanisasi yang cukup tinggi. Dimensi tangki tanaman ini
adalah disesuaikan dengan permintaan pasar. Jika prinsip-prinsip desain dan
produksi bagian galvanis hot-dip diamati.

Gambar 2.3 Sling galvanizing


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

Gambar 2.4 Skematis proses galvanisasi kering.


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

b. Wet process
Beberapa produksi galvanis komersial adalah galvanis di pabrik
menggunakan teknologi proses basah (Gambar 2.5 dan 2.6). Terlepas dari
produktivitas yang relatif rendah dari pabrik ini dan keterbatasan penanganan
manual, ada produk yang galvanisnya tidak mungkin dilakukan pada jenis

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 18


peralatan lain karena bentuknya yang rumit atau kurangnya akses ke bukaan yang
detail. Berbeda dengan proses kering jalur proses basah tidak mengandung operasi
pengeringan; oleh karena itu teknologi ini disebut proses basah. Segera setelah
dikeluarkan dari bak pengawetan, dalam keadaan basah, bets direndam dalam
seng cair melalui fluks yang menutupi sebagian permukaan bak seng dan bagian
galvanis dikeluarkan dari bak seng.

Gambar 2.5 Diagram urutan operasi proses galvanis basah


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

Gambar 2.6 Tempat kerja galvanisasi proses basah modern


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

c. Centrifuge (spun) galvanizing


Hot-dip centrifuge galvanizing digunakan untuk bagian-bagian kecil. Batch
pertama-tama mengalami pra-perlakuan kimia biasa, umumnya dalam wadah
plastik berlubang yang tahan terhadap bahan kimia. Kemudian, setelah diteteskan
dan dikeringkan, mereka dipindahkan ke dalam keranjang galvanis silinder yang
direndam dalam wadah seng. Setelah pemindahan, keranjang silindris dengan
cepat dipindahkan ke sentrifugal di mana seng yang berlebihan disentrifugasi dari
permukaan bagian yang digalvanisasi.

Gambar 2.7 Diagram urutan operasi hot-dip centrifuge galvanizing


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 19


Centrifuge galvanizing dapat dilakukan sebagai proses suhu rendah pada
o
suhu leleh seng hingga 480 C atau sebagai proses suhu tinggi, ketika suhu
rendaman seng harus di atas 530 o C (biasanya 550o C) . Setelah sentrifugasi, bets
didinginkan dalam air. Pendinginan batch yang cepat selama galvanisasi suhu
tinggi diperlukan untuk menghindari tinggal lebih lanjut batch pada suhu
transformasi peritektik ketika campuran fase δ dan likuidus (seng cair)
menghasilkan fase ζ.
Keuntungan pengawetan dalam wadah plastik (Gambar 2.8) adalah
penghapusan operasi pengupasan keranjang galvanis, yang tidak bersentuhan
dengan larutan pengawetan dan dengan demikian memiliki masa pakai yang lebih
lama.

Gambar 2.8 Pra-perawatan kimia dalam wadah plastik


(Sumber: ebook Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures)

Alasan untuk galvanisasi suhu tinggi pada suhu di atas 530 C adalah bahwa
pada suhu ini fasa ζ tidak terbentuk dan lapisan fasa δ yang konsisten berlaku
dalam pelapisan, yang dapat dilapisi oleh lapisan yang dilonggarkan. kristal halus
dari fase ini bercampur dengan seng murni setelah periode perendaman yang lebih
lama. Lapisan memiliki kisaran ketebalan yang relatif rendah dan ketahanan
mekanis yang sangat baik. Oleh karena itu, galvanisasi centrifuge suhu tinggi
digunakan untuk melapisi bagian dengan permukaan kawin, terutama sekrup.
Sebelum galvanisasi benang diproduksi dengan toleransi batas itu
memperhitungkan ketebalan yang diketahui dari lapisan yang diterapkan dan
ulir.(Kuklı and Kudla, 2016.)

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 20


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang metodologi penelitian dari awal hingga akhir
proses penelitian, diagram alir penelitian, prosedur percobaan dan alat dan bahan.

3.1 Metodologi Penelitian


FAKTA
1. Permukaan struktur logam yang berinteraksi langsung dengan lingkungan dapat
menyebabkan korosi
2. Korosi pada logam dapat dicegah menggunakan coating/pelapisan
3. Unsur Zn dan padual Al digunakan sebagai pelapis logam dan meningkatkan
danmemperlambat laju korosi

PROBLEM STATEMENT
Pengaruh Waktu Celup dan Paduan Aluminium-Seng Pada Hot Dip Galvanizing Baja ST41
Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik

STUDI LITERATUR PARAMETER PROSES


1. Variasi komposisi Zn-Al (0,5, 1,
1. Sumardi, Slamet, Agus Triono, dan 1,5% Al)
Program Studi, Teknik Mesin, Fakultas 2. Variasi waktu pencelupan (2, 3,5
Teknik, Universitas Malahayati, and dan 7 menit)
Bandar Lampung. 12AD. “Variasi 3. Temperatur pencelupan yang
o
Waktu Dan Temperatur Pelapisan Hot digunakan 460 C
Dip Galvanizing Terhadap Laju Korosi
Serta Uji Impact Material Baja Karbon
Rendah ( 0 . 02 % C ).” Dedek 3 (3): 3.
KARAKTERISASI
1. Ketebalan
2. Kekerasan
3. Metalografi
4. Pengujian Laju Korosi
5. Visual
6. SEM

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 21


A

PENGUJIAN
1. Karakterisasi pengujian ketebalan, kekerasan, metalografi, pengujian korosi, visual dan
SEM

Kriteria
Ketebalan > 65 mikron
Laju korosi < 1 mpy

ANALISIS
1. Pengaruh waktu pencelupan hot dip galvanizing terhadap ketebalan, kekerasandan laju
korosi

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 22


3.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Siapkan Alat dan Bahan

Preparasi Permukaan Substrat Baja ST 41

Peleburan Paduan Zn-Al

Preheat Spesimen

Proses Hot Dip Galvanizing dengan waktu 2, 3,5 dan 7 menit pada
temperatur 460oC

Quenching

Karakteristik

Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian


Ketebalan Visual Kekerasan Metalografi Korosi SEM-EDS

Pengumpulan Data Hasil Pengujian

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 23


3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tahap Persiapan (Pre Treatment)
Tahap persiapan berfungsi untuk menghilangkan asam atau basa yang
merupakan bahan pengotor yang menempel pada spesimen, hal ini dimaksudkan
agar diperoleh kondisi permukaan yang bersih dan diperoleh hasil lapisan yang
baik. Proses pembersihan permukaan yang akan dilapisi dapat dilakukan sesuai
dengan jenis pengotor yang menempel pada permukaan spesimen, namun proses
pembersihan ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Proses pembersihan secara fisik.
Pembersihan secara fisik dapat berupa pengamplasan dengan menggunakan
mesin gerinda, yang meliputi menghaluskan permukaan yang tidak rata dan
penghilangan goresan-goresan serta geram yang menempel pada permukaan
spesimen.
2. Proses pembersihan secara kimia.
Proses pembersihan secara kimia merupakan proses pembersihan pengotor yang
menempel pada permukaan spesimen dengan menggunakan bahan-bahan kimia.
Proses pembersihan ini meliputi:
a. Degreasing
Proses degreasing merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran, minyak, lemak, cat dan kotoran padat lainnya yang menempel pada
permukaan spesimen. Proses pembersihan dilakukan dengan menggunakan
larutan NaOH (soda kaustik) dengan konsentrasi 5% - 10% pada suhu 70oC -
90oC selama kurang lebih 10 menit.
b. Rinsing I
Proses rinsing I bertujuan untuk membersihkan soda kaustik pada proses
degreasing yang masih menempel pada permukaan spesimen dalam dengan
menggunakan air bersih pada temperatur kamar.
c. Pickling
Proses pickling bertujuan untuk menghilangkan karat yang melekat pada
permukaan spesimen dengan cara dicelupkan ke dalam larutan HCl (asam
klorida) atau larutan H2SO4(asam sulfat) dengan konsentrasi 10% -15% selama 15
- 20 menit.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 24


d. Rinsing II
Proses rinsing II bertujuan untuk membersihkan larutan HCl atau H2SO4
yang menempel pada spesimen saat proses pickling dengan menggunakan air
bersih pada temperature kamar.
e. Fluxing
Proses fluxing merupakan proses pelapisan awal dengan menggunakan Zinc
Amonium Cloride (ZAC) dengan konsentrasi 20% – 30% selama 5 – 8 menit.
Proses fluxing berlangsung pada temperatur 60oC – 80oC, hal ini dimaksudkan
agar perpindahan panas pada spesimen berlangsung secara perlahan dan bertahap
sehingga dapat menghindari terjadinya deformasi plastis yang dapat mengganggu
proses pelekatan seng pada benda kerja saat proses galvanizing berlangsung.
f. Drying
Proses drying merupakan proses pengeringan dan pemanasan awal/pre heat
dengan menggunakan gas panas yang suhunya kurang lebih 150oC, tujuannya
untuk menghilangkan cairan yang mungkin terdapat pada permukaan spesimen
yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan uap saat proses galvanizing
berlangsung.
3.3.2 Tahap Pencelupan (Hot Dip Galvanizing)
Sebelum ketahap pencelupan bahan yang digunakan untuk pelapisnya yaitu
zinc ditimbang terlebih dahulu sesuai perhitungan yang telah dilakukan. Spesimen
yang telah mengalami tahap persiapan (pre treatment) dilakukan pencelupan
kedalam tungku tang berisi zinc dengan variasi waktu yang berbeda yaitu 2, 3,5
dan 7 menit pada suhu 460oC . Selama proses galvanizing berlangsung, cairan
seng akan melapisi baja dengan membentuk lapisan baja seng kemudian barulah
terbentuk lapisan yang sepenuhnya berupa unsur seng pada permukaan terluar
baja.
3.3.3 Tahap Pendinginan dan Tahap Akhir
1. Tahap Pendinginan (quenching)
Tahap pendinginan (quenching) dilakukan dengan mencelupkan spesimen
kedalam air, Proses ini bertujuan untuk mencegah terjadinya karat putih (white
rust).

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 25


2. Tahap akhir (finishing)
Tahap akhir (finishing) bagian akhir dari proses pelapisan dengan
menghaluskan permukaan yang runcing disebabkan oleh cairan seng yang hendak
menetes namun telah mengering terlebih dahulu.

3.4 Rancangan Proses


Perancangan parameter proses yang dilakukan pada Hot Dip Galvanizing
yang menggunakan materal plat baja ST 41 dilakukan untuk memperoleh
percobaan yang sistematis dan terlaksana dengan baik. Maka ditetapkan parameter
proses yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Perancangan parameter proses
Material Parameter Proses
Komposisi Waktu (menit) Temperatur(oC)
2
Zn-Al 0,5 % 3,5
7
2
Baja ST 41
Zn-Al 1 % 3,5 460 oC
7
2
Zn-Al 1,5 % 3,5
7

3.5 Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di beberapa lokasi yang berbeda-beda, yaitu:
1. Universitas Jenderal Achmad Yani BandungJl. Terusan Jendreal Gatot
Subroto, Sukapura, Kiaracondong, Sukapura, Kec. Kiaracondong,
KotaBandung,, Jawa Barat 40285.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 26


DAFTAR PUSTAKA
Alamudin, Syarif. 2016. “PENGARUH WAKTU CELUP TERHADAP SIFAT
ADHESIVE , KETEBALAN KETAHANAN KOROSI PADA BAJA API
5L DENGAN METODE HOT DIP GALFAN ( Zn-5 % Al ) EFFECT OF
VARIATION IMMERSING TIME FOR ADHESION AND CORROSION
RESISTANCE OF COATING ON API 5L GRADE B WITH HOT DIP
GALFAN.”
Hasyim, M U H Binsar. 2017. “Analisis Laju Korosi Baja Karbon Rendah
Terhadap Lingkungan Atmosferik Kota Makassar.”
Kuklı, Vlastimil, and Jan Kudla. 2016. Hot-Dip Galvanizing of Steel Structures.
Muhammad Firman, Firda Herlina, Muhammad Hatif Martadinata. 2019.
“ANALISA KEKERASAN BAJA ST 42 DENGAN PERLAKUAN PANAS
MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI” 07 (02): 93–100.
Najib, Achmad. 2016. “KARBON RENDAH DENGAN SENG MELALUI
METODE HOT DIP GALVANIZING.”
R, Tumpal Ojahan, Slamet Sumardi, and Dwi Yoga. 2017. “PENGARUH
VARIASI TEMPERATUR PENCELUPAN TERHADAP” 1.
Ridluwan, Muhammad. 2007. “Pengaruh Temperatur Pencelupan Terhadap
Kekerasan, Laju Korosi Dan Struktur Mikro Pada Baja Karbon Rendah
Dengan Pelapisan Metode.”
Sumardi, Slamet, Agus Triono, Program Studi, Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Malahayati, and Bandar Lampung. 12AD. “Variasi Waktu Dan
Temperatur Pelapisan Hot Dip Galvanizing Terhadap Laju Korosi Serta Uji
Impact Material Baja Karbon Rendah ( 0 . 02 % C ).” Dedek 3 (3): 3.
Utomo, Suratmin. 2015. “Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai
Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air Laut.” Jurnal
Teknologi 7 (March): 93–103.

Fakultas Teknologi Manufaktur - UNJANI 27

Anda mungkin juga menyukai