Anda di halaman 1dari 7

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2022-2023

Program Studi Paralel - Fakultas Psikologi


Universitas ESA UNGGUL – Kampus Kebon Jeruk
Kode/Mata Kuliah : PSI 132 / Character Building
Dosen : Arbania Fitriani, S.Psi, M.Si
Hari : Senin Waktu : 12 Jam
Tanggal : 22 Mei 2023 Seksi : KH001
Sifat Ujian : Online
Kolom Verifikasi Soal
Tanggal dan Tanda Tangan Dosen Tanggal dan Tanda Tangan Ketua Program Studi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan menggunakan pemikiran dan bahasa Anda


sendiri ! Saya akan tahu siapa yang copy paste dari internet, jadi jika Anda ingin nilai Anda bagus,
lebih baik menggunakan kalimat dan pemikiran Anda sendiri.

1. Buatlah resume buku Youth Challenges and Empowerement minimal 1000 kata. Nilai Anda
akan maksimal jika Anda membuat resume dengan bahasa Anda sendiri bukan menulis ulang
isi buku.
2. Pilihlah chapter atau halaman yang paling menginspirasi Anda, buatlah ringkasannya,
kemudian kaitkan dengan materi Modul Caharacter Building, tuliskan modul ke berapa dan
halaman berapa serta jelaskan apa keterkaitannya.
3. Dari Inspirasi yang Anda peroleh pada buku tersebut, hikmah atau lesson learn apa yang
Anda peroleh ? Buatlah satu komitmen pengembangan karakter pribadi berdasarkan inspirasi
yang Anda peroleh, komitmen sederhana dan yakin bisa Anda lakukan berdasarkan buku
tersebut, serta apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya dalam 21 hari ke depan ?
4. Bacalah kisah nyata di bawah ini yang merupakan tantangan anak muda zaman modern.
Berdasarkan lesson learn yang Anda peroleh dari buku Youth Challenges and
Empowerement, buatlah analisa terhadap dua karakter (Lara dan Jessica) dalam kisah ini
serta karakter penonton perkelahian juga oknum yang meng-upload video serta media yang
memviralkan. Menurut Anda dimana kesalahan utama dalam kasus ini ? Resapi pengalaman
Jessica sebagai pengalaman Anda pribadi, dan bayangkan jika waktu bisa berputar kembali,
karakter apa yang ingin Anda kembangkan dalam diri Anda sebagai Jessica untuk mencegah
masa depan seperti yang telah terjadi dalam kasus ini ?
5. Bayangkan juga jika kejadian ini pun bisa terjadi pada diri Anda sendiri, carilah kekurangan
diri Anda saat ini yang berpotensi akan merugikan Anda di kehidupan mendatang, sebutkan
kekurangan tersebut secara jujur dan dengan penuh empati untuk menghindari masa depan
yang tidak menyenangkan, lalu apa yang ingin Anda lakukan agar kekurangan tersebut hilang
dari diri Anda ?
Kisah remaja putus sekolah dan depresi setelah jadi meme viral di media sosial -
'Mereka mengolok-olok saya'

"Apa kamu sudah selesai, Jessica?" Lara da Silva bertanya menantang pada November 2015,
usai berkelahi dengan temannya pada jam pulang sekolah di kota kecil Brasil, Alto Jequitibá
di Minas Gerais.

Remaja 12 tahun itu tidak membayangkannya sebelumnya, tapi apa yang terjadi hari itu akan
melekat padanya di tahun-tahun berikutnya.

Sampai hari ini, situasi itu hadir di kehidupan Lara, melalui komentar yang tak terhitung yang ia
terima maupun pada luka yang tergores di tubuhnya.

Rekaman yang viral dengan kalimat "Apa kamu sudah selesai, Jessica?" dijadikan meme dan benar-
benar mengubah kehidupan Lara, yang saat ini berusia 18 tahun.

"Ini sesuatu yang tak bisa sepenuhnya diterima. Jika saya memikirkannya terlalu banyak, ini
membuat saya sakit. Ini bukanlah sesuatu yang saya sukai, tapi ini sudah terjadi, tak bisa ditarik
kembali," kata gadis ini kepada BBC News Brazil.

Setelah peristiwa itu, remaja ini menjadi target perundungan, lalu putus sekolah, melukai dirinya
sendiri dan mulai menjalani perawatan kesehatan mental.

Rekaman videonya dibawa ke pengadilan.

Lara, dan temannya yang muncul dalam rekaman itu, menggugat stasiun televisi dan platform yang
telah menayangkan adegan perkelahian.

Dua remaja tersebut menyerukan agar rekaman video itu dihapus, dan meminta kompensasi atas
kerugian materi dan immateri.

Hampir enam tahun kemdian, Lara memutuskan untuk menerima permintaan wawancara.

"Tak pernah ada satu orang pun yang bertanya, bagaimana semua ini berdampak terhadap saya,"
katanya, menjelaskan kenapa dia mau diwawancarai BBC News Brazil.

Putus sekolah

Peristiwa perkelahian itu terjadi di pertengahan November 2015.

Di pintu keluar sebuah sekolah umum di kota kecil Alto Jequitibá berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa,
di Minas Gerais, remaja berkerumun karena melihat adegan perkelahian--peristiwa yang nantinya
menyebar di internet.

Rekaman video menunjukkan Lara terbaring di jalanan, saat Jessica berada di atasnya.
Keduanya bergelut dengan agresif.

Lara kemudian berdiri, setelah Jessica mundur. Saat masih sempoyongan, Lara membenarkan
rambutnya, dan bertanya menantang, "Apa kamu sudah selesai, Jessica?"

"Saat saya berdiri, saya pikir: dia mendorong saya sampai terjatuh, dia memukuli saya ketika saya
terbaring di jalan, dan mungkin kembali lagi? Saat itulah saya mengucapkan kalimat, yang berakhir
menjadi neraka dalam hidup saya," kata Lara.

Pertarungan fisik berakhir di situ.

Perkelahian ini dipicu karena Jessica cemburu terhadap pacarnya dengan Lara.

"Kami bahkan tak pacaran lagi, tapi dia mendekatinya," kata Jessica, dalam sebuah wawancara
dengan situs Estado de Minas di tahun 2015, beberapa hari setelah videonya viral.

Dalam wawancara dengan Estado de Minas, Jessica juga mengatakan bahwa perkelahian itu
dikarenakan Lara membuatnya kesal, dan menghina dirinya di sekolah.

Tapi Lara membantahnya. Baginya, alasan utama perkelahian itu karena Jessica cemburu dengan
pacarnya.

Video viral

Perkelahian antara dua remaja perempuan itu dianggap sebagai situasi yang akan segera berlalu...
kalau saja peristiwanya tidak disebar melalui jejaring media sosial oleh seseorang yang ikut
menyaksikan adegan itu.

Saat mengetahui putrinya terlibat pertengkaran fisik setelah pulang sekolah, Deusiana Figueredo, Ibu
Lara, terkejut.

"Saya tak pernah berkelahi sebelumnya, saya takut dengan perkelahian. Dia gadis yang sangat
bodoh," katanya.

Hari berikutnya, ibunya Lara dipanggil ke sekolah untuk berbicara dengan dewan sekolah dan dewan
perwalian.

Dalam pertemuan itu, mereka yang bertanggung jawab atas anak-anaknya, menandatangani
perjanjian yang menunjukkan bahwa mereka menyadari insiden tersebut. Mereka juga diminta
berjanji untuk berbicara dengan anak-anak mereka yang terlibat perkelahian, untuk tidak mengulangi
perbuatannya di kemudian hari.

Setelah insiden itu, Deusiana memperhatikan bahwa sesuatu yang tak wajar telah terjadi: banyak
orang di kota kecil ini telah melihat rekaman video tersebut.

"Kami sangat sederhana, saya tak pernah membayangkan bahwa apa yang sudah terjadi, terjadilah.
Mereka mulai menelpon saya, memberi tahu bahwa saya ada di internet, dan saya melihat situasinya
menjadi serius. Saat itu menakutkan. Semua terjadi dengan sangat cepat," jelas Deusiana.
Kembali ke sekolah

Kembali ke dalam kelas, setelah rekaman video itu viral adalah situasi yang dramatis bagi Lara.

"Saya tak bisa belajar, karena mereka banyak mengolok-olok saya, dan saya merasa sangat buruk
tentang itu," katanya.

Dia berkomentar bahwa orang-orang menyinggung perasaannya, dan mengejek dengan pertanyaan,
"Apa kamu sudah selesai, Jessica?", kalimat yang berulang-ulang terus dihadapinya, dan makin
masif.

Saat itulah siksaan bagi Lara dimulai.

Saat mereka menyadari bahwa anaknya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, orang tuanya
memutuskan untuk menariknya dari sekolah.

Ibu melarang Lara untuk mengakses internet atau menonton televisi, apa yang dilakukan karena
Deusiana tak ingin anaknya mengambil risiko mengikuti komentar-komentar tentang perkelahian itu.

"Kami tinggal di pantai untuk beberapa hari, untuk keluar dari kerumunan," kata Deusiana. Dia
meyakini bahwa dia akan kembali ke kota beberapa hari kemudian, saat rekaman video itu sudah
dilupakan.

"Saat kami kembali, saya melihat orang-orang masih membicarakannya. Video ini diputar berkali-
kali di televisi," katanya.

Saat itu, perkelahian dua gadis remaja menjadi salah satu topik paling hangat dibicarakan di media
sosial.

Videonya ditonton jutaan kali. Situs-situs humor dan Facebook juga ikut membantu penyebaran
rekaman video itu.

Depresi dan melukai tubuh sendiri

Rutinitas Lara setelah videonya dijadikan meme, hanya tinggal di rumah atau pergi ke tempat-tempat
terdekat, seperti rumah keluarga atau toko kecil di area tempat tinggalnya.

"Yang paling suka saya lakukan adalah tidur dan berbenah di rumah. Saya mulai tinggal di rumah,
dan mengerjakan segala sesuatu dengan Ibu, yang juga mengajak saya keluar sekali-sekali," katanya.

Saat dia pergi keluar rumah, dia sudah dikenali dengan komentar-komentar tentang rekaman video
perkelahian.

Rasa putus asa yang berkelanjutan pada anak itu membuat orang tuanya khawatir.

Situasinya makin buruk bagi Deusiana ketika mengetahui putrinya mengiris lengannya sendiri.

Lara mengatakan mulai melakukan itu, setelah videonya viral di media sosial. Dia mengaku bahwa
sebelum dijadikan meme di media sosial, dia sudah pernah berniat melakukannya, saat lagi sedih,
tapi ia tak pernah punya keberanian.
"Mereka menyalahkan segala keburukan yang telah terjadi pada saya dan orang tua saya. Saat itu
terjadi [videonya vira], saya tidak tahu mana yang lebih buruk: kalau ibu meninggalkan saya di
rumah, seperti yang sudah mulai dilakukan, atau ketika membiarkan saya keluar rumah," katanya.

"Sekitar empat hari sejak perkelahian itu, saya mulai mengiris diri saya sendiri, karena segalanya
telah terjadi," katanya.

Mengiris diri sendiri, menurutnya, merupakan cara meringankan beban hidup.

"Sejak melakukannya pertama kali, jadi ketagihan. Saya mengirisnya lebih dalam dan dalam lagi di
dan di beberapa bagian ketika sesuatu terjadi, seperti ketika saya melihat sesuatu yang membuat saya
sedih, saya akan mengiris lagi."

Luka irisan benda tajam itu membekas di lengan, dan beberapa bagian kakinya.

Seperti Lara, kasus melukai diri sendiri-tak sampai bunuh diri, merupakan istilah yang digunakan
para ahli untuk menggambarkan mereka yang melakukan itu biasanya dalam situasi mengalami
kesedihan mendalam.

"Kala remaja mengalami depresi, mereka tak tahu bagaimana menghadapi perasaan itu, dan mereka
akhirnya menyakiti diri sendiri untuk mengurangi keputusasaan dan kecemasan," jelas psikiater
Jackeline Giusti, koordinator klinik rawaj jalan remaja di Institute of Psychiatry dari Universitas São
Paulo (USP).

Giusti mengatakan, melukai diri sendiri biasanya dilakukan anak atau remaja yang harga dirinya
terluka. Dalam banyak kasus, mereka adalah korban dari perundungan.

Penelitian terkait ini, menurut ahli, menunjukkan bahwa sekitar 20% remaja memiliki
kecenderungan perilaku melukai diri sendiri-bukan bunuh diri.

Perawatan

Deusiana mencari perawatan bagi putrinya. Di kota yang ia tinggali, dia tak bisa menemukan
psikolog yang bersedia memberi layanan kepada anaknya.

"Ini sangat menyedihkan. Saat saya mengatakan saya menggores tubuh sendiri, para psikolog
mengatakan ini merupakan kasus yang sulit untuk disembuhkan. Saya akhirnya mencari psikolog di
kota lain," kenang perempuan itu.

Untuk mendapatkan penanganan khusus, Lara harus menempuh perjalanan dua jam dengan sebuah
ambulans publik Alto Jequitibá. Ambulans yang biasa digunakan untuk membawa warga yang
membutuhkan bantuan medis ke luar kota.

"Saat itu tiga kali dalam seminggu [saat ia mendapatkan bimbingan psikolog]. Kami berangkat pagi,
dan kembali pukul 5 sore, dan saat itulah Ambulans kembali ke kota kami," kata Deusiana.

Selama periode ini, Lara didiagnosis dengan masalah depresi, attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD) dan gangguan kecemasan.

"Dia bahkan minum obat tujuh kali dalam satu hari," jelasnya.
Perawatan psikiatri ini menjadi salah satu landasan yang dibawa dalam tuntutan ke pengadilan.

"Penggugat menderita dan terus menderita akibat paparan seperti itu, hidup dalam rasa malu yang
terus menerus yang membuat psikologisnya hancur," ungkap berkas tuntutan.

Dalam berkas itu, penggugat mengatakan bahwa kehormatan Lara dicemarkan "secara tidak adil di
depan publik," melalui video yang viral.

Tuntutan hukum

Ada enam gugatan hukum yang ditujukan Lara kepada: Google, Facebook, stasiun televisi SBT,
Record and Band, serta dua anak muda yang membuat game berdasarkan video perkelahian itu.

Dalam tuntutannya, Lara menyatakan bahwa Google dan Facebook adalah dasar dari penyebaran
video tersebut, dan menunjukkan bahwa platform ini tidak mencegahnya tersebar luas, bahkan yang
melibatkan anak di bawah umur.

Gugatan yang dilayangkan pada stasiun televisi juga sama.

Dalam gugatannya, Lara mengatakan bahwa saluran tersebut menyiarkan perkelahian remaja atau
menggunakan ungkapan "Apa kamu sudah selesai, Jessica?", telah mendorong penyebaran kalimat
tersebut, tanpa izin dari pihak terkait.

Gugatan termasuk dua pembuat game berjudul: "Apa kamu sudah selesai, Jessica?", yang dirilis
November 2015, dan memperoleh keuntungan dari sana, tanpa memperoleh izin dari orang tua Lara.

Dalam berkas tuntutan, Lara juga menuduh bahwa penayangan video atau segala jenis penyebutan
terkait, yang dilakukan oleh perusahaan dalam perkelahian yang terjadi 2015, telah melanggar
Statuta Anak dan Remaja (ECA).

"ECA sangat jelas mengatur tentang fisik remaja, psikologis, dan integrasi moral, termasuk integritas
identitas, otonomi, nilai dan keyakinan anak-anak remaja", menjadi dasar bagi pengacara Tatiane
Hott, yang bertanggung jawab dalam tuntutan Lara.

Di antara tuntutan adalah tindakan untuk menghapus video dari jaringan dan seluruh konten terkait
hal ini, yang dilakukan oleh mereka yang tanpa izin bertanggung jawab atas Lara.

Gugatan juga mencantumkan kompensasi atas kerugian moral, yang berdampak terhadap Lara, dan
material, bagi orang tuanya yang telah menghabiskan biaya perawatan yang harus dijalani selama
terdampak.

Dalam sebuah pernyataan, Facebook mengatakan tak akan berkomentar mengenai kasusnya. Google
juga tidak bicara secara khusus mengenai gugatan Lara, tapi mereka bilang, menghapus video itu
dari YouTube, platform yang menjadi tanggung jawabnya, karena melanggar pedomannya.

"Jika sebuah video tidak mengikuti aturan, ini bisa dihapus dari platform. Ditambahkan, YouTube
mematuhi keputusan pengadilan yang memutuskan penghapusan konten yang ditentukan dengan
menunjukkan URL, sebagaimana ditetapkan Marco Civil da Internet dan diakui yurisprudensinya",
kata Google melalui pesan tertulis kepada BBC News Brazil.
Sementara itu, stasiun televisi SBT, dalam pesan tertulis mengklaim tidak menyiarkan video Lara
sepanjang waktu. Stasiun penyiaran ini berdalih bahwa ini digunakan semata-mata "hanya jargon
untuk promosi sinetron sore hari, karena dalam plot ada karakter yang memiliki nama yang sama
[Jessica]".

Dua orang yang membuat game tidak berkomentar tentang kasus ini.

Band, dalam hal ini, juga mengatakan tidak berkomentar "pada konsekuensi persidangan di mana dia
menjadi pihak terkait, membatasi dirinya untuk mengungkapkan dirinya dalam kasus ini."

Record TV dalam pernyataan kepada BBC News Brazil, mengatakan tidak ingin berkomentar
mengenai gugatan itu.

Proses hukumnya masih berjalan di distrik Manhumirim (MG). Pekan lalu, Lara memperoleh
kemenangan awal di pengadilan.

Rabu kemarin, hakim Rafaella Amaral menetapkan bahwa Record TV harus mengeluarkan video
yang dipublikasi dalam internet, foto, dan editan yang memiliki semacam keterkaitan dengan meme,
dikenai denda dengan hitungan per hari $96 (Rp1,3 juta), yang kemudian mencapai $5,784 (Rp82,5
juta).

Jessica juga ikut dalam gugatan itu di Pengadilan Minas Gerais. Dalam gugatannya ia menyebut
menderita "kerusakan psikologis yang tak bisa diobati" dan menyatakan sampai hari ini "dia masih
mengalami penderitaan atas apa yang terjadi".

Saat ditanya tentang apa yang terjadi ketika dirinya diolok-olok menjadi meme, Lara dengan tegas
menyatakan: banyak intimidasi, depresi, dan kurang percaya diri pada diri sendiri dan orang lain.

"Saya punya luka yang tak bisa dihapuskan dalam hidup saya sama sekali. Saya tidak menjadi kaya
atau miskin, saya hanya punya tanda bekas luka," kata Lara. "Tapi hari ini saya terus hidup," tambah
remaja yang baru-baru ini mulai keluar rumah tanpa harus peduli dengan komentar-komentar.

"Jarang sekali mereka menyadari keberadaan saya di jalanan akhir-akhir ini, tapi jika itu terjadi lagi,
dan mereka melontarkan komentar negatif, saya akan berusaha untuk mengabaikannya," katanya.

Lara mengatakan ia mulai berhenti menyayat dirinya sendiri sekitar setahun lalu, di samping dia
masih dalam perawatan karena depresi.

Anda mungkin juga menyukai