Anda di halaman 1dari 3

#justiceforaudrey

#audreyjugabersalah
Ini kan yang lagi viral?

Belakangan ini lagi viral banget nih tagar #justiceforaudrey, jujur waktu pertama kali aku liat
kasus ini dari salah satu snapgram temen aku, dan dia mengajak untuk menandatangani petisi.

Yang buat aku tertarik adalah tentang kata bullying, sehingga aku menelusuri lebih lanjut tentang
kasus itu di internet.

Pada saat itu, banyak bukti yang mengarah menyalahkan pelaku, dan awalnya ku pikir korban
adalah anak yang lemah sehingga di bully. Karena rata-rata, korban bully seperti itu. Sehingga
aku pun memilih untuk menandatangani petisi. Dan tidak terlalu ambil pusing dalam kasusnya.

Beberapa hari kemudian, aku melihat kembali snapgram beberapa temanku. Kini mereka ramai
memakai tagar #audreyjugabersalah.

Loh? Kenapa? Oalah ternyata karena pernyataan pelaku dan hasil visum yang berbeda dari berita
yang viral.

Di postingan sebelumnya aku pernah bilang, kalau aku tidak suka melihat suatu masalah dari
satu sudut pandang, lantas mengapa aku tidak mencari terlebih dahulu tentang sudut pandang
dari pelaku?

Pertama, karena aku tidak terlalu ambil pusing dengan kasus ini, simpati pasti. Namun kasus ini
hanya sepintas lewat saja dalam pikiranku, tidak terlalu tertarik.
Yang kedua, karena pada saat itu belum ada pernyataan dari pelaku dan juga karena aku sempat
lihat video Boomerang pelaku di kantor polisi, sehingga aku jadi kurang respect dengan mereka.

Setelah kedua tagar ini menjadi viral, kasus ini menjadi sangat menarik untuk di bahas. 👇👇 This
is my opinion, hope you can understand what i mean.

1. Tentang pengeroyokan

Pelaku menyatakan bahwa ia tidak melakukan pengeroyokan melainkan satu lawan satu.
Tapi, gini loh emang sih judulnya satu lawan satu, tapi kan menyerangnya juga secara bergantian.
Dan pada intinya korban tetep sendiri kan bertahan? Jadi, gimana ya? Bukannya sama aja dengan
pengeroyokan?

2. Tentang merasa bersalah

Dalam pernyataan nya, pelaku mengatakan bahwa ia merasa bersalah.


Tapi, kalau merasa bersalah kok di kantor polisi membuat Boomerang? Dengan senyuman pula.
Maksudnya apa? Beneran merasa bersalah kah?

3. Tentang alasan pelaku


Ternyata alasan pelaku memukul korban, bukan karena masalah asmara melainkan tentang
korban yang sering mencampuri urusan pribadinya dan mengungkit-ungkit perkara hutang-
piutang almarhum orangtuanya (aku lupa antara ibu atau ayahnya).
Tapi, gini loh menurut aku agak kurang tepat kalau cara mengungkapkan kekesalannya dengan
memakai kekerasan fisik. It's okay menurut aku kalau sebatas tamparan di wajah. Tapi, kalau
sampai menjambak, melempar pakai sendal itu udah kelewatan juga. Bahkan untuk ukuran anak
SMA itu termasuk suatu hal yang childish.
Kalau kalian mengatakan "gak pernah merasakan orangtuanya di hina sih jadi gitu." Kalian salah
besar kalau mengatakan itu, aku juga pernah merasakan orang tua di hina. Memang sakit
rasanya, namun cobalah untuk berpikir dewasa. Kekerasan tak akan menyelesaikan apa pun.
4. Tentang Netizen
Saat pertama kali kasus ini muncul, banyak netizen yang merasa simpati dengan korban.
Berusaha membela korban namun dengan cara yang salah. Bagaimanapun mengancam pelaku
dengan kata-kata kasar, atau mengancam pelaku tidak di benarkan. Apalagi kalau alasannya
membela korban atau mengungkapkan kekesalan.
Ayolah alasan itu hanya akan membuatku tertawa. Boleh saja membela korban, namun jangan
mengecam pelaku secara berlebihan juga. Bijak dalam berpikir.
5. Tentang perkara jalan damai
Sebagian besar netizen merasa kesal saat tercetus kabar yang katanya KPAI meminta kasus
diselesaikan dengan jalan damai karena pelaku di bawah umur.
Beberapa waktu lalu aku sempat menonton YouTube @mastercorbuzier dan saya sangat setuju
dengan kata-kata yang dilontarkannya. Salah satunya : "Dibawah bagaimana? Apanya yang
dibawah umur? Akal sehatnya? Usianya? Tinggi badan? Yang bagaimana nih yang dibawah
umur?"
Karena of course secara logika kalau namanya anak di bawah umur tidak mungkin akan
melakukan hal seperti itu. Secara usia memang mereka di bawah umur. Namun secara psikologi
bagaimana?
Dan juga bagaimana dengan masa depannya? Ya, kalau gak mau masa depan berantakan, jangan
membuat sesuatu yang bakalan merugikan masa depan dong?
Tapi kan manusia bisa berubah? Emang, tetapi harus ada tindakan yang bisa membuat pelaku
jera.

6. Tentang hasil visum


Seperti yang kita ketahui hasil visum dan pernyataan pelaku berbanding terbalik dengan cerita
yang beredar. Inilah yang membuat kasus ini semakin panas.
Kalau kata temenku "Satu Indonesia di prank sama bocah 14 tahun"
Tetapi, saya tidak pernah menyesal menandatangani petisi, karena bagaimanapun tindakan
pelaku salah. Tetapi yang saya sayangkan adalah cerita hoaxnya.
Kalau ada yang bilang "Opini ini terlalu menyalahkan pelaku, padahal Audrey juga bersalah".
Karena faktanya memang pelaku bersalah dan banyak terjadi kesalahan di pelaku.
Namun, bukan berarti saya membenarkan Audrey. Audrey juga salah, mengapa? Tentu saja
karena perkataannya yang menyulut emosi pelaku.
Dari kasus ini kita belajar, untuk para korban bully/penindasan kalian harus berani speak up.
Karena dengan speak up lah masalah akan segera terselesaikan.
Untuk para penindas, mungkin dari sini kalian bisa lebih bijak dalam bertindak. Kalau kalian ingin
masa depan aman.
Jaga perkataan, karena perkataan itu sangat berbahaya. Jika salah dalam berkata, itu akan
menimbulkan luka bagi orang lain.
Hati-hati dalam bertindak. Jaga pengendalian emosi. Jangan mudah tersulut dan melakukan
tindakan di luar batas wajar.
Dan yang terakhir, selalu melihat dalam dua sudut pandang pada suatu masalah.
Tentunya semua nasihat ini untuk self reminder bagi kita semua. Aku dan juga kalian para
pembaca.
Ditulis oleh : XaveriusZ16

Anda mungkin juga menyukai