Anda di halaman 1dari 57

Nama : Kayun Kasmidi

Lahir : Enrekang, 1 juli 1965


HP : 08128636413
Pekerjaan : PPJK Kemenkes RI
Pengalaman Kerja: RS Pusat Jantung Harapan Kita 1985-2015
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA-CBG)
DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN

Kayun Kasmidi
Tim Koding INA-CBG
LATAR BELAKANG
01
Permasalahan dispute, pending klaim masih
tinggi dan klaim bayi baru lahir dengan
tindakan

02

Permasalahan klaim terkait dengan


pengaturan koding penyakit dan prosedur

03

Permasalahan episode klaim


rawat jalan dan rawat inap
SUBTANSI PERMENKES NO.26/2021
Bab I Bab III
PENDAHULUAN : KODING INACBG :
a. Pengertian-pengertian istilah a. ICD-10 Revisi Tahun 2010 (pengkodean
b. Tugas dan tanggung jawab
dokter, koder dan verifikator
01 03 diagnosis penyakit), yaitu pengaturan
koding diagnosis sesuai kaidah ICD10
BPJS Kesehatan Revisi Th.2010 WHO.
b. ICD-9CM Revisi Tahun 2010 (Pengkodean
prosedur), pengaturan interpretasi dalam
Bab II membaca ICD9-CM seperti tanda baca
PENYELENGGARAAN 02 (kata see, omit code, exclude, include dan
liannya)
PEMBAYARAN INACBG :
a. Struktur kode INACBG, yang c. Aturan koding lainnya yang berlaku untuk
terdiri Case-mix Main Groups INACBG (aturan tambahan yang dibuat
(CMG), Case Group, Case Type
dan Severity level
04 khsusus untuk kebutuhan pengkodean
dalam INACBG, (seperti pengaturan bayi
b. Pembayaran tambahan (top lahir dengan tindakan, pengobatan kontrol
up) yaitu special procedur,
Bab III ulang, terapi berulang, kemoterapi dan
special drugs, special lainnya.
PENGATURAN DEFINISI DAN
investigation, special KRITERIA EPISODE:
prosthesis, subacute cases, dan a. Rawat jalan dan Rawat inap
chronic cases. b. Readmisi
c. Fragmentasi
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016 tentang Pedoman Indonesian Case
Base Groups (INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 92),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Tugas dan Tanggung Jawab
DOKTER
menegakkan dan menuliskan diagnosis utama,
diagnosis sekunder dan tindakan/prosedur yang
telah dilaksanakan serta membuat resume
VERIFIKATOR BPJS KESEHATAN
medis pasien secara lengkap, jelas dan spesifik
selama pasien dirawat di RS melakukan verifikasi terhadap kelengkapan berkas
klaim yang diajukan dan kesesuaian diagnosis serta
tindakan yang ditulis oleh dokter di resume medis
KODER dengan ICD-10 Versi Tahun 2010 dan ICD-9-CM Versi
melakukan kodifikasi diagnosis dan Tahun 2010.
tindakan/prosedur yang ditulis oleh dokter yang
merawat pasien sesuai dengan ICD-10
diagnosis dan ICD-9-CM untuk
tindakan/prosedur VERSI TAHUN 2010 yang
bersumber dari rekam medis.
Apabila dalam melakukan pengodean diagnosis
atau tindakan/prosedur koder menemukan
kesulitan ataupun ketidaksesuaian dengan
aturan umum pengodean, maka koder harus
melakukan klarifikasi dengan dokter.
Diagnosa Utama
Diagnosis utama merupakan diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada
akhir episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan
perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut.
Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan
sumber daya paling banyak. Sumber daya adalah segala dukungan berupa
konsultasi, pemeriksaan, tindakan, tenaga, bahan medis habis pakai, alat
kesehatan, pengetahuan, teknologi, pemeriksaan penunjang, dan/atau
dukungan lainnya yang digunakan untuk menghasilkan manfaat sebagai
bagian dari proses tata laksana dalam pelayanan kesehatan.
Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode
perawatan setelah melakukan pemeriksaan berdasarkan standar pelayanan
sesuai ketentuan yang berlaku, maka gejala utama, hasil pemeriksaan
penunjang yang tidak normal atau masalah lainnya dipilih menjadi
diagnosis utama.
Aturan Koding Spesifik
Pengodean diabetes mellitus (E10-E14).

Karakter keempat dari kode diabetes mellitus (E10-E14) yaitu sebagai berikut :

1) Digit 0 sampai digit 5 (.0 sampai .5) dan digit 7 (.7) cukup jelas sesuai dengan aturan ICD-
10 Versi Tahun 2010.

Contoh:

Kaidah koding
Dx Utama: Gagal ginjal akibat E14.2t DM with komplikasi
glomerulonefrosis diabetes N08.3* nephropathy
Dx Sekunder: N19 gagal ginjal
Contoh 2:

Diagnosa utama : Diabetel Melitus tergantung insulin dengan nefropati, gangren., dan katarak

Diagnosa sekunder : -

Dikode E10.7 (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With Multiple Complication) sebagai diagnosis utama, E10.2† dan
N08.3* (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With Renal Complications), E10.5 (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With
Peripheral Circulatory Complications) dan E10.3† dan H28.0* (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With Ophthalmic
Complications) sebagai diagnosis sekunder.

Contoh:

Diagnosis Kaidah koding


Dx Utama: IDDM dengan komplikasi E10.7 IDDM with multiple comp
nefropati,gangrene, katarak E10.2t+N08.3 IDDM with renal Comp
Dx Sekunder: E10.5 IDDM with peripheral cir…
E10.3t+H28.0 IDDM with ophthal….
2) Digit 6 (.6) digunakan jika diabetes mellitus dengan komplikasi spesifik lainnya selain
yang terdapat pada digit 0 sampai digit 5 (.0 sampai .5). Keterangan pada digit 6 (.6) dalam
ICD 10 hanya merupakan sebagian contoh kasus karena tidak terdapat lambang dagger (†)
setelah digit keempat.

Contoh:
Pasien laki – laki usia 65 tahun datang ke rumah sakit untuk
melakukan peneriksaan kedokter, dari hasil pemeriksaan dokter
menegakkan diagnosis Dermatitis diabetikum
Diagnosis Kaidah koding
Dx Utama: Dermatitis E14.6t DM
diabetikum L99.8* Dermatitis
Dx Sekunder:
3) Digit 8 (.8) digunakan jika diabetes mellitus dengan komplikasi yang
tidak dijelaskan atau tidak spesifik.

4) Digit 9 (.9) digunakan jika diabetes mellitus tanpa komplikasi

Contoh:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluahan sering
merasa haus dan berat badan turun hasil pemeriksaan
penunjang dokter menegakkan diagnosis DM type2
Diagnosis Kaidah koding
Dx Utama : DM type 2 E11.9 NIDDM
DX sekunder:
Pengodean Persalinan (O80-O84).
1) Kode-kode O80-O84 (Delivery) digunakan sebagai diagnosis
sekunder untuk menunjukkan metode persalinan.
2) Jika tidak terdapat komplikasi atau penyulit persalinan lainnya
maka kode O80-O84 (Delivery) digunakan sebagai diagnosis
utama.
3) Kode Z37.0 – Z37.9 (Outcome of delivery) digunakan sebagai
diagnosis sekunder.
Contoh 1:
Diagnosis Utama : Persalinan.
Diagnosis Sekunder : -
Prosedur : Persalinan dengan forseps
rendah
Dikode O81.0 (Low Forceps Delivery) sebagai dignosis utama,
karena tidak ada informasi lain tersedia dan Z37.-
(Outcome of delivery) dikode sebagai diagnosis sekunder.
Contoh 2:
Diagnosis Utama : Persalinan
Diagnosis Sekunder : Kegagalan percobaan
persalinan
Prosedur : Seksio Sesar
Dikode O66.4 (Failed Trial Of Labour, Unspecified) sebagai
diagnosis utama. O82.9 (Delivery By Caesarean Section,
Unspecified) dan Z37.- (outcome of delivery) sebagai diagnosis
sekunder.
Contoh 3:
Diagnosis Utama : Persalinan anak kembar.
Diagnosis Sekunder : -
Prosedur : Persalinan spontan
Dikode O30.0 (Twin Pregnancy) sebagai diagnosis
utama. O84.0 (Multiple Delivery, All Spontaneous) dan
Z37.- (Outcome of delivery) dikode sebagai diagnosis
sekunder
Contoh 4:
Diagnosis Utama : Hamil cukup bulan, melahirkan
janin mati 2800gr
Diagnosis Sekunder : -
Prosedur : Kelahiran spontan
Dikode O36.4 (Maternal Care For Intrauterine Death) karena
penyebab spesifik kematian janin tidak bisa ditentukan, sebagai
diagnosis utama. O80.- (Single spontaneous delivery) dan Z37.1
(Single Stillbirth) dikode sebagai diagnosis sekunder.
Contoh 5:
Diagnosis Utama : Ketuban Pecah Dini
Diagnosis Sekunder : Persalinan SC
Anemia
Bayi lahir hidup tunggal
Spesialisasi : Obgyn

Dikode O42.- (Premature rupture of membranes) sebagai diagnosis


utama, O99.0 (Disruption Of Caesarean Section Wound), dan D64.9
(Anaemia, Unspecified), O82,- (Single delivery by caesarean section)
serta Z37.0 (Single Live Birth) sebagai diagnosis sekunder.
Aturan Koding Lainnya yang
Berlaku Untuk INA-CBG
Klaim Bayi Baru Lahir
Pasal Peralihan dalam
Penyelesaian Klaim Terkait Bayi Baru Lahir dengan Tindakan

Pasal 3 :

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh klaim bayi baru lahir dengan tindakan pada
persalinan menggunakan kode P03.0-P03.6 yang diajukan terpisah oleh Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang mengalami
permasalahan (dispute) klaim pada saat berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun
2016 tentang Pedoman Indonesian Case Base Group (INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional wajib dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016 tentang Pedoman
Indonesian Case Base Group (INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Kelas Rawat
Bayi Lahir Dengan Tindakan
PMK No.76 Tahun 2016 PMK No.26 Tahun 2021

C. Aturan Koding Lainnya yang 1. Terhadap bayi lahir dengan tindakan


Berlaku Untuk INA-CBG persalinan dalam kondisi sehat yang
1. Dalam hal bayi lahir dengan
mendapatkan pelayanan neonatal esensial,
tindakan persalinan
menggunakan kode maka klaimnya dibayarkan dalam 1 (satu)
P03.0 – P03.6 maka dapat paket persalinan ibunya.
diklaimkan terpisah dari klaim
2. Terhadap bayi lahir dengan tindakan
ibunya.
persalinan dalam kondisi sakit yang
mendapatkan pelayanan neonatal esensial dan
membutuhkan perawatan pelayanan kesehatan
lain, maka klaimnya dibayarkan terpisah dari
klaim ibunya.
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
b. Dalam hal bayi usia kurang dari 7 (tujuh) hari datang untuk control
ulang di pelayanan rawat jalan maka menggunakan kode P96.8 (Other
specified conditions originating in the peribatal period) sebagai diagnosis
utama

Pasien datang ke rumah sakit usia kurang dari 7 hari untuk kontrol

Diagnosis dokter Kaidah koding

Dx Utama : Kontrol ulang P96.8 Other condition perinatal period


Pengodean Kemoterapi dan Radioterapi.
Pengkodean Kemoterapi Oral

a. Pasien yang datang ke rawat jalan dan mendapatkan


obat kemoterapi oral, maka menggunakan kode Z51.1
c. Pasien yang datang
ke rawat jalan dan
(Chemotherapy Session For Neoplasm) sebagai
mendapatkan obat diagnosis utama dan kode neoplasma tidak dikode
kemoterapi oral, sebagai diagnosis sekunder.
menggunakan kode
Z51.1 sebagai diagnosis
utama. contoh:
Diagnosis utama : Kemoterapi oral di rawat jalan
Diagnosis sekunder : Ca paru
Tindakan :-
Dikode Z51.1 (Chemotherapy Session For Neoplasm)
sebagai diagnosis utama dan Ca paru tidak dikode
sebagai diagnosis sekunder.
Kemoterapi Injeksi b. Pasien yang datang ke rawat jalan
atau rawat inap dan mendapatkan
kemoterapi injeksi, maka menggunakan
kode Z51.1 (Chemotherapy Session For
a. Pasien yang dirawat hanya Neoplasm) sebagai diagnosis utama dan
untuk kemoterapi maka kode neoplasma sebagai diagnosis
menggunakan kode Z51.1
sebagai diagnosis utama dan sekunder.
neoplasma menjadi diagnosis Contoh:
sekunder Diagnosis utama : kemoterapi
Diagnosis sekunder : Ca. Mammae
Tindakan : injeksi kemoterapi
Dikode Z51.1 (Chemotherapy Session For Neoplasm) sebagai
diagnosis utama, C50.9 (Malignant Neoplasm, Breast,
Unspecified) sebagai diagnosis sekunder dan 99.25 (Injection
or infusion of cancer chemotherapeutic substance) sebagai
prosedur.
c. Pasien yang datang ke rawat jalan atau rawat inap
hanya untuk radioterapi maka menggunakan kode
Z51.0 (Radiotherapy Session) sebagai diagnosis
utama dan neoplasma menjadi diagnosis sekunder.

d. Pasien yang datang ke rawat jalan atau rawat inap


untuk kemoterapi dan radioterapi dalam satu
episode perawatan yang sama maka yang menjadi
diagnosis utama adalah yang menghabiskan
sumber daya paling banyak.
e. Pasien yang dirawat inap dilakukan tindakan operasi yang
dilanjutkan dengan kemoterapi dan/atau radioterapi
dalam satu episode perawatan maka yang menjadi
diagnosis utama adalah yang berhubungan dengan
tindakan utama.

f. Pasien yang dirawat untuk mengatasi anemia yang terkait


dengan neoplasma dan perawatan hanya untuk anemia,
maka dikode neoplasma sebagai diagnosis utama
sedangkan kode D63.0* (Anaemia In Neoplastic Disease)
sebagai diagnosis sekunder (merujuk kaidah koding
dagger (†) dan asterisk (*)).
7. Kode Z51.5 (Palliative Care) hanya digunakan
jika dokter secara spesifik menuliskan diagnosis
perawatan paliatif (palliative care).
Untuk pasien yang didiagnosis oleh DPJP adalah perawatan paliatif
(palliative care) maka dikode Z51.5 (Palliative Care) sebagai
diagnosis utama. Penetapan dan perawatan paliatif (palliative
care) ditetapkan oleh DPJP dan tim multidisiplin paliatif di FKRTL.
Untuk pasien perawatan paliatif (palliative care) yang datang
kembali dengan kondisi medis yang lain maka dikoding sesuai
dengan penyakit yang mendasari pasien tersebut masuk ke FKRTL.
Contoh:
Pasien laki – laki usia 60 tahun masuk rawat dengan
diagnosis CA nasopharynx selama dalam perawatan
terjadi komplikasi Anemia, dan dilakukan perawatan
bersama
Diagnosis Kaidah koding
Dx Utama : Anemia C11.9t Ca nasopharynx
Dx sekunder: Carcinoma D63.0* Anemia
nasopharynx
10. Jika pada saat dilakukan tindakan ditemukan penyulit yang
menyebabkan tindakan tersebut tidak dapat diselesaikan,
maka dikode sesuai tindakan tersebut dilakukan.
contoh 1:
Pasien datang untuk dilakukan tindakan PTCA dengan stent.
Namun pada saat dilakukan tindakan, stent tidak dapat
dimasukkan karena ditemukan penyulit, maka dikode hanya PTCA
saja.
contoh 2:
Pasien datang untuk dilakukan tindakan eksisi tumor dengan
laparotomi di usus namun pada saat tindakan terdapat penyulit
yang tidak bisa dilakukan eksisi sehingga yang dikode hanya
laparotomi saja.
Contoh:
Pasien laki-laki masuk rumah sakit dengan diagnose
CAD dengan rencana tindakan PTCA dengan Stent.
Pelaksanaannya karena hanya dilakukan PTCA tanpa
stent karena kondisi tertentu
Diagnosis Kaidah koding
Dx Utama : CAD 1VD I25.1
Dx sekunder:
Tindakan : PTCA 00.66 PTCA
00.40
Episode perawatan
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar
rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap,
termasuk konsultasi/pemeriksaan dokter
dan/atau pemeriksaan penunjang maupun
pemeriksaan lainnya. Untuk setiap episode hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali klaim.
Pada sistem INA-CBG ada 2 (dua) episode
yaitu episode rawat jalan dan rawat inap,
dengan kriteria sebagai berikut:
RAWAT JALAN:

1)contoh A :
Pasien A berkunjung ke dokter pada tanggal
2 Januari 2021 dan dilakukan pemeriksaan
penunjang kemudian konsultasi ke dokter
kembali pada hari yang sama, maka
rangkaian tersebut adalah 1 (satu) episode.
2) contoh B:
Pasien B datang ke rumah sakit tanggal 2 Januari 2021 karena
pemeriksaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang
sama, sehingga pemeriksaan penunjang dilakukan pada tanggal 3
Januari 2021. Pada tanggal 4 Januari 2021 pasien datang kembali
untuk konsultasi ke dokter dengan membawa hasil pemeriksaan
penunjangnya. Maka episode pelayanan pasien B adalah 2 (dua)
episode yaitu sebagai berikut:
a) Episode pertama tanggal 2 Januari 2021 dan 3 Januari 2021
terdiri dari konsultasi dokter dan pemeriksaan penunjang.
b) Episode kedua tanggal 4 Januari 2021 untuk konsultasi dokter
dengan membawa hasil pemeriksaan Satu Episode.
3) Contoh C:
Pasien C datang ke rumah sakit tanggal 2 Januari 2021
dilanjutkan pemeriksaan penunjang pada hari yang sama,
kemudian pada tanggal 3 Januari 2021 pasien datang kembali
untuk konsultasi ke dokter dengan membawa hasil
pemeriksaan penunjangnya. Maka episode pelayanan pasien
C adalah 2 (dua) episode yaitu sebagai berikut:
a) Episode pertama tanggal 2 Januari 2021 terdiri dari
konsultasi dokter dan pemeriksaan penunjang.
b) Episode kedua tanggal 3 Januari 2021 untuk konsultasi
dokter kembali dengan membawa hasil pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan tanggal 2 Januari 2021.
4) contoh D:
Pasien D konsultasi ke dokter tanggal 2 Januari 2021,
kemudian pada tanggal 3 Januari 2021 pasien datang
kembali untuk pemeriksaan penunjang dan dilanjutkan
dengan konsultasi ke dokter dengan membawa hasil
pemeriksaan penunjangnya. Maka episode pelayanan pasien
D adalah 2 (dua) episode yaitu sebagai berikut:
a) Episode pertama tanggal 2 Januari 2021 untuk konsultasi
dokter.
b) Episode kedua tanggal 3 Januari 2021 terdiri dari
pemeriksaan penunjang dan konsultasi dokter.
5) contoh E:
Pasien E (pasien lama) datang ke rumah sakit pada
tanggal 9 Februari 2021 untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang. Pada tanggal 10 Februari
2021 pasien datang kembali untuk konsultasi ke
dokter. Maka episode pelayanan pasien E adalah 1
(satu) episode yaitu tanggal 10 Februari 2021 yang
terdiri dari pemeriksaan penunjang dan konsultasi
dokter.
6) contoh F:
Pasien F datang ke dokter A tanggal 2 Januari 2021,
kemudian pada tanggal 3 Januari 2021 pasien datang
kembali ke FKRTL yang sama untuk konsultasi ke dokter
B. Maka episode pelayanan pasien F adalah 2 (dua)
episode yaitu sebagai berikut :
a)Episode pertama tanggal 2 Januari 2021 untuk
konsultasi dokter A.
b) Episode kedua tanggal 3 januari 2021 untuk
konsultasi dokter B.
Ketentuan tambahan terkait dengan
episode rawat jalan yaitu :
a. pada pemeriksaan penunjang yang tidak dapat dilakukan pada hari
yang sama yaitu pemeriksaan penunjang yang sesuai indikasi medis
memerlukan persiapan khusus dan atau kendala kapasitas
pelayanan penunjang maka tidak dihitung sebagai episode baru;

b. pasien yang mendapatkan pemeriksaan penunjang dan hasil


pemeriksaan tersebut tidak dapat diselesaikan pada hari yang sama
akan mendapatkan pelayanan konsultasi dokter lanjutan dan
merupakan episode baru;
c. dalam hal pelayanan berupa prosedur atau terapi yang
berkelanjutan di pelayanan rawat jalan seperti radioterapi,
kemoterapi, rehabilitasi medik, rehabilitasi psikososial, transfusi
darah, dan pelayanan gigi, episode yang berlaku adalah per 1
(satu) kali kunjungan;

d. pasien yang datang ke FKRTL mendapatkan pelayanan rawat


jalan pada satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama,
terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana diagnosis satu
dengan yang lain saling berhubungan atau tidak berhubungan,
dihitung sebagai 1 (satu) episode;
e. pada rangkaian pertemuan konsultasi medis dalam
rangka persiapan operasi maka dihitung sebagai 1
(satu) episode dengan dibuktikan surat konsultasi
dokter untuk persiapan operasi;

f. pelayanan IGD yang kurang dari 6 jam dan/atau belum


mendapatkan pelayanan rawat inap, termasuk dalam 1
(satu) episode rawat jalan;
g. pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat
pada hari pelayanan yang sama, maka keadaan darurat tersebut
dianggap sebagai episode baru walaupun dengan diagnosis yang
sama;

h. pasien yang datang ke IGD dan pada hari yang sama datang
kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan rawat
jalan, maka tidak dihitung sebagai episode baru; dan

i. untuk pasien mendapatkan pelayanan rawat inap kurang dari 6


jam yang selanjutnya dirujuk, maka ditetapkan sebagai episode
rawat jalan dengan diagnosis yang ditegakkan pada akhir episode.
Episode Rawat Inap

Satu episode rawat inap adalah satu


rangkaian perawatan mulai tanggal masuk
sampai keluar rumah sakit termasuk perawatan
di ruang rawat inap, ruang intensif, dan ruang
operasi.
Ketentuan Tambahan Terkait Rawat Inap :
a. Pelayanan rawat b. Pelayanan IGD lebih c. Dalam hal
inap yang menjadi dari 6 jam termasuk pasien telah
kelanjutan dari dalam 1 (satu) episode mendapatkan
dan diklaimkan sebagai
proses di rawat pelayanan rawat
rawat inap kelas 3,
jalan atau gawat dengan kriteria: inap yang
darurat pada hari 1) Sesuai dengan indikasi perawatan kurang
yang sama, maka medis dari 6 jam dan
pelayanan tersebut 2) Telah mendapatkan pasien meninggal
sudah termasuk pelayanan rawat inap termasuk 1 (satu)
dan secara administrasi
dalam 1 (satu) episode rawat
telah menjadi pasien
episode rawat inap. rawat inap inap.
Contoh:
1) Pasien A datang ke rawat jalan tanggal 31 Desember 2020 dan mendapatkan
surat perintah masuk rawat untuk tanggal 2 Januari 2021 dengan indikasi medis,
maka diklaimkan terpisah.

contoh 00-00-01

Masuk rawat: 2 Januari 2021 Jakarta, 31 des 2020


Contoh:
2) Pasien B datang ke rawat jalan tanggal 31 Desember 2020 dan mendapatkan surat
perintah harus masuk rawat pada hari yang sama, tetapi baru mendapatkan
pelayanan rawat inap pada tanggal yang berbedah maka diklaimkan menjadi 1 (satu)
episode

Test 00-00-02

Masuk rawat: 31 Desember 2020 Jakarta, 31 Desember 2020

Pasien baru bisa masuk 3 Januari 2021


d. dalam hal pasien dirawat inap dengan rencana operasi atau tindakan invasif
lain, dikecualikan untuk pasien gawat darurat, yaitu sebagai berikut:

1) pasien batal operasi 2) pasien batal operasi 3. pasien batal operasi

karena indikasi medis karena indikasi non medis yang disebabkan oleh

dan harus dilakukan dan secara administrasi kurangnya persiapan


merupakan rawat inap operasi oleh FKRTL
rawat inap atas kondisi
dikode Z53.1-Z53.9, dengan
tersebut maka karena tidak sesuai
kriteria sebagai berikut:
ditagihkan sebagai rawat dengan standar prosedur
a) kurang dari 6 jam tindakan/operasi yang
inap dengan diagnosis
diklaimkan sebagai
yang menyebabkan batal berlaku seperti
rawat jalan; dan
operasi dikode Z53.0 pemeriksaan penunjang
b) lebih dari 6 jam sebelum dilakukan
(Procedure not carried
diklaimkan sebagai
out because of tindakan/operasi maka
rawat inap.
contraindication) tidak dapat ditagihkan.
Readmisi
Readmisi adalah kunjungan rawat inap berulang di FKRTL yang sama dengan
diagnosis utama yang sama dari episode rawat inap sebelumnya dalam waktu
kurang dari 30 hari.
Kondisi yang dikecualikan dari readmisi yaitu sebagai berikut:
a. dalam kondisi kegawatdaruratan sesuai regulasi yang berlaku.
b. penyakit kronis.
c. tindakan/prosedur/post prosedur yang terjadwal oleh dokter/fasilitas
kesehatan sesuai indikasi medis dan tidak dapat dilakukan dalam satu
episode.
d. kunjungan pada FKRTL yang berbeda atau kelas FKRTL yang lebih tinggi.
Fragmentasi
Fragmentasi adalah kunjungan rawat jalan berulang di FKRTL yang sama pada kasus
dengan diagnosis yang sama dari episode rawat jalan sebelumnya dalam waktu kurang
dari 7 hari.

Kondisi yang dikecualikan dari fragmentasi adalah sebagai berikut:

a. dalam kondisi kegawatdaruratan sesuai regulasi yang berlaku.

b. penyakit kronis.

c. rangkaian tindakan/prosedur/post prosedur yang terjadwal oleh dokter/fasilitas


Kesehatan sesuai indikasi medis.

d. konsultasi hasil pemeriksaan penunjang yang tidak dapat dilakukan dalam satu
episode.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai