Anda di halaman 1dari 54

PMK 26 Tahun 2021

Workshop Implementasi Case Manager sesuai dengan


Standar Akreditasi RS dan Tata Kelola Casemix Rumah
Sakit
Jakarta 15-17 Juni 2023
 Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Agustus 2021
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2021

Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Pedoman Indonesian Case Base
Groups (INA-CBG) dalam
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 92),
dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
SUBSTANSI PMK 26 TH 2021
BAB I : PENDAHULUAN BAB III: KODING INA-CBG
1. Pengertian dan istilah 1. ICD-10 Versi Tahun 2010
2. Tugas dan wewenang : dokter, koder, 2. ICD-9-CM Versi Tahun 2010
verifikator, BPJS 3. Aturan Koding Lainnya yang Berlaku
untuk INA-CBG
BAB II : PENYELENGGARAAN PEMBAYARAN
INA-CBG
4. Episode
1. Struktur Kode INA-CBG 1. Episode rawat jalan.
2. Pembayaran Tambahan (Top Up) 2. Episode Rawat Inap
5. Readmisi dan Fragmentasi
Koder,
BAB I poin C.
 melakukan kodifikasi diagnosis sesuai dengan ICD-10
Tugas dan Tanggung Versi Tahun 2010 dan ICD-9-CM Versi Tahun 2010
Jawab untuk tindakan/prosedur bersumber dari rekam medis
pasien.
Dokter,  Bila menemukan kesulitan ataupun ketidaksesuaian
• menegakkan dan dengan aturan umum pengodean klarifikasi dengan
menuliskan diagnosis dokter.
utama, diagnosis sekunder
dan tindakan/prosedur yang
telah dilaksanakan
Verifikator BPJS Kesehatan
• membuat resume medis
melakukan verifikasi:
pasien secara lengkap, jelas
dan spesifik selama pasien • kelengkapan berkas klaim
dirawat di rumah sakit. • kesesuaian diagnosis dan tindakan di resume medis
dengan ICD-10 Versi Tahun 2010 dan ICD-9-CM Versi
Tahun 2010.
BAB II: Dasar pengelompokan dalam INA-CBG
PENYELENGGARAAN menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis
akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi
PEMBAYARAN INA-CBG output pelayanan

Acuan yang digunakan:


• ICD-10 Versi Tahun 2010 untuk diagnosis
• ICD-9-CM Versi Tahun 2010 untuk tindakan/prosedur.
Keterangan :
1. digit ke-1 (alfabetik): menggambarkan
kode Casemix Main Groups (CMG);
Pengelompokan menggunakan sistem teknologi
2. digit ke-2 (numerik): menggambarkan informasi berupa Aplikasi INA-CBG sehingga
tipe kelompok kasus (Case Groups);
dihasilkan
3. digit ke-3 (numerik): menggambarkan
• 1.075 kelompok kasus yang terdiri dari
spesifikasi kelompok kasus; dan
• 786 kelompok kasus rawat inap dan
4. digit ke-4 (romawi): menggambarkan • 289 kelompok kasus rawat jalan
tingkat keparahan kelompok kasus.
KODE KODE KODE
DESKRIPSI KODE
Pembayaran NO SPESIAL
CMG
SPECIAL CMG
GROUP
INA CBG
DIAGNOSIS
PROSEDU
R
Tambahan 1 DD-01-I Streptokinase I-4-10-I I21.0,
I-4-10-II I21.1,
(Top Up) I-4-10-III I21.2,
I21.3,
Terdapat pembayaran tambahan I21.4,
(Top Up) dalam sistem INA-CBG I21.9,
untuk kasus–kasus tertentu yang I23.3
masuk dalam Special CMG, 13 RR-01-II Subdural Grid G-1-10-I 02.93
meliputi: Electrode G-1-10-II
1. special procedures; G-1-10-III
2. special drugs; 26 YY-09- Vitrectomy H-1-30-I 14.71,
3. special investigations; III H-1-30-II 14.72,
H-1-30-III 14.73,
4. special prosthesis;
14.74
5. subacute cases; dan
31 II-02-III Magnetic Z-3-16-0 88.92,
6. chronic cases. Resonance 88.93,
Imaging (MRI) 88.97
Special CMG untuk WHODAS
Subacute Cases dan Chronic 1. versi yang digunakan adalah versi 2.0, yang mengandung 12 (dua belas) variabel
penilaian (s1-s12) dengan skala penilaian 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), sehingga total
Cases skor maksimal 60 (enam puluh
2. tidak digunakan sebagai dasar untuk pemulangan pasien tetapi sebagai dasar untuk
menghitung Resource Intensity Weight (RIW) pada fase subakut dan kronis bagi pasien
a. fase akut : 1 - 42 hari psikiatri dan pasien kusta;

b. fase subakut : 43 -103 hari 3. penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (hari ke-43) dan awal fase
kronis (hari ke-104) yang dihitung sejak hari pertama pasien masuk;
c. fase kronis : 104 -180 hari 4. penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung (interview) dan/atau observasi
oleh psikiater atau dokter ahli lainnya, dokter umum, maupun perawat yang terlatih;
d. > 180 hari  diklaimkan satu
episode dengan fase kronis. 5. lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dengan
mencantumkan nama jelas
 berlaku di semua FKRTL 6. salinan lembar hasil scoring WHODAS 2.0 yang telah ditandatangani oleh DPJP
 dengan pelayanan psikiatri dan kusta dilampirkan sebagai bahan pendukung pengajuan klaim;
 memenuhi kriteria lama hari rawat 7. petugas administrasi klaim atau koder melakukan input hasil scoring WHODAS 2.0
sesuai ketentuan di atas. berupa angka penilaian awal masuk pada periode subakut dan kronis ke dalam aplikasi
INA-CBG pada kolom ADL, selanjutnya aplikasi INA-CBG akan melakukan
penghitungan tarif secara otomatis.
BAB III ATURAN
KODING SPESIFIK
KONDISI DUGAAN (SUSPEK), GEJALA, PENEMUAN ABNORMAL,
DAN SITUASI TANPA PENYAKIT

Diagnosis suspek adalah:


• Jika pasien dalam episode rawat, koder harus hati-
1. diagnosis sebelum diagnosis hati dalam mengklasifikasikan Diagnosis Utama
pasti dapat ditegakkan; pada Bab XVIII (Kode R) dan XXI (Kode Z).
dan/atau
• Jika diagnosis yang lebih spesifik belum ditegakkan
2. diagnosis yang ditegakkan sampai akhir episode perawatan atau tidak ada
berdasarkan hasil penyakit atau cedera pada saat dirawat yang bisa
pemeriksaan klinis dan/atau dikode, maka kode dari Bab XVIII dan XXI dapat
pemeriksaan penunjang. digunakan sebagai kode diagnosis utama (lihat juga
Rules MB3 dan MB5).
PENGKODEAN KONDISI MULTIPEL.
Diagnosis untuk • Jika salah satu kondisi yang jelas lebih berat dan lebih
kondisi multipel
banyak menggunakan sumber daya dibandingkan
seperti cedera multipel,
dengan yang lain, maka dicatat sebagai diagnosis utama
gejala sisa (sekuele)
dan yang lainnya sebagai diagnosis sekunder.
multipel dari penyakit
atau cedera • jika tidak ada satu kondisi yang lebih dominan, maka
sebelumnya, atau diagnosis seperti fraktur multipel, cedera kepala
kondisi multipel yang multiple, atau penyakit HIV yang menyebabkan
terjadi pada penyakit infeksi multipel merupakan diagnosis utama, dan
(HIV), yaitu: kondisi spesifik sebagai diagnosis sekunder.
Contoh Kondisi Multiple

Contoh :
Diagnosa Utama : Multiple open fracture of femur
Diagnosa Sekunder : Open Fracture of shaft of femur
Open Fracture of lower
of end of femur
Dikode S72.71 (Multiple open fracture of Femur)sebagai Diagnosis Utama,
S72.31 (Open Fracture of shaft of femur), dan S72.41 (Open Fracture of
lower of end of femur) sebagai diagnosis sekunder.
PENGKODEAN KATEGORI
KOMBINASI
Diagnosis Utama : Gagal ginjal
dua diagnosis Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi
yang
Dikode
berhubungan
diwakili oleh  diagnosis utama: I12.0 (Hypertensive Renal
Disease With Renal Failure) sebagai.
satu kode.
Pengkodean Sekuele kodisi tertentu
ICD10 Versi Tahun 2010 untuk sekuele (“sequelae of ...” (B90-B94, E64.-, E68, G09,
I69.-, O97, T90-T98, Y85-Y89) kode sekuele digunakan untuk menunjukkan kondisi yang
tidak didapatkan lagi,
Aturan koding untuk sekuele yaitu:
1)Jika terdapat kondisi yang lebih spesifik daripada sekuele, sebagai penyebab masalah
yang saat ini sedang diperiksa atau diobati, maka kondisi tersebut menjadi diagnosis
utama dan kode “sequelae of...” ditambahkan sebagai diagnosis sekunder.
2)Jika tidak ada kondisi yang lebih spesifik daripada sekuele, maka sekuele menjadi
diagnosis utama.
Contoh Kasus kondisi Sekuele
• Contoh 1:
Diagnosis Utama : Dysphasia akibat infark otak lama
Diagnosis Sekunder : -
Dikode R47.0 (Dysphasia and Aphasia) sebagai diagnosis utama dan I69.3(Sequelae of
Cerebral Infarction) sebagai diagnosis sekunder.
• Contoh 2:
Diagnosis Utama : Efek lanjut poliomielitis
Diagnosis Sekunder : -
Dikode B91 (Sequelae of poliomyelitis) sebagai diagnosis utama karena informasi lain
tidak tersedia.
PENGKODEAN KONDISI AKUT DAN KRONIS

jika di dalam ICD-10 tidak CONTOH:


menyediakan kategori atau Diagnosis Utama : Gagal ginjal akut dan kronik
subkategori yang berbeda
Diagnosis sekunder : -
untuk masing-masing
kategori, maka kondisi akut Tindakan : -
harus digunakan sebagai Dikode
diagnosis utama dan kondisi
kronis menjadi diagnosis • diagnosis utama : N17.9 (Acute Renal Failure,
sekunder. Unspecified)
• diagnosis sekunder: gagal ginjal kronik
PENGODEAN KONDISI AKUT DAN KRONIS

jika terdapat kondisi lain Diagnosis Utama : Gastritis Akut


dimana kondisi akut dan Diagnosis Sekunder : CKD Stage 5
kronis terjadi pada
Tindakan : Hemodialisa
organ/sistem yang berbeda,
maka yang dikode sebagai Dikode
diagnosis utama adalah • diagnosis utama: N18.5 (Chronic Kidney Disease, Stage
kondisi yang menghabiskan 5)
sumber daya yang paling • diagnosis sekunder: K29.1 (Other Acute Gastritis)
banyak.
• Hemodialisa sebagai Tindakan.
PENGODEAN DIABETES MELLITUS (E10-E14)
Karakter keempat

• Digit (.0 sampai .5) Diagnosis Utama : Gagal ginjal akibat


glomerulonefrosis diabetes
• Digit (.7).
Diagnosis Sekunder : -
• Dikode E14.2† dan N08.3*
(Unspecified Diabetes Mellitus With
Renal Complications).
PENGKODEAN DIABETES MELLITUS
(E10-E14)
CONTOH Dikode
• Diagnosis Utama : • diagnosis utama: E10.7 (Insulin-Dependent Diabetes
Diabetes Melitus Mellitus With Multiple Complication)
tergantung insulin • diagnosis sekunder:
dengan nefropati,  E10.2† dan N08.3* (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With
gangren, dan katarak. Renal Complications),

• Diagnosis Sekunder :  E10.5 (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With Peripheral


Circulatory Complications)
-
 E10.3† dan H28.0* (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With
Ophthalmic Complications)
PENGKODEAN DIABETES MELLITUS
(E10-E14)
Digit 6 digunakan jika Diagnosis Utama : Dermatitis diabetikum
diabetes mellitus dengan Diagnosis Sekunder : -
komplikasi spesifik Dikode
lainnya selain yang • E14.6+ (Unspecified Diabetes Mellitus With Other
terdapat pada digit 0 Specified Complications) sebagai diagnosis utama
Sampai digit 5 • L99.8* (Other Specified Disorders Of Skin
AndSubcutaneous Tissue in Disease Classified
Elsewhere) sebagai diagnosis sekunder
PENGKODEAN DIABETES MELLITUS
(E10-E14)
CONTOH:
• Digit 8 digunakan jika Diagnosis Utama : Diabetes mellitus tipe II
diabetes mellitus dengan
Diagnosis Sekunder : -
komplikasi yang tidak
dijelaskan atau tidak • Dikode dengan E11.9 (Non-Insulin-Dependent
spesifik. Diabetes Mellitus without Complications)
sebagai diagnosis utama
• Digit 9 digunakan jika
diabetes mellitus tanpa
komplikasi.
PENGKODEAN PERSALINAN (O80-O84)

1. Kode-kode O80-O84 (Delivery) Contoh 1:


digunakan sebagai diagnosis
Diagnosis Utama : Persalinan.
sekunder untuk menunjukkan
metode persalinan. Diagnosis Sekunder : -
2. Jika tidak terdapat komplikasi Prosedur : Persalinan dengan forseps rendah
atau penyulit persalinan lainnya
Dikode
maka kode O80-O84 (Delivery)
digunakan sebagai diagnosis • dignosis utama: O81.0 (Low Forceps Delivery)
utama. sebagai, (karena tidak ada informasi lain tersedia)
3. Kode Z37.0 – Z37.9 (Outcome • diagnosis sekunder: Z37.- (Outcome of delivery).
of delivery) digunakan sebagai
diagnosis sekunder.
PENGKODEAN PERSALINAN (O80-O84)
Contoh 2: Contoh 3:
Diagnosis Utama : Persalinan
Diagnosis Utama : Persalinan anak kembar.
Diagnosis Sekunder : Kegagalan percobaan
persalinan Diagnosis Sekunder : -
Prosedur : Seksio Sesar Prosedur : Persalinan spontan
Dikode Dikode
• diagnosis utama: O66.4 (Failed Trial of Labour, • diagnosis utama: O30.0 (Twin Pregnancy
Unspecified).
• diagnosis sekunder:
• diagnosis sekunder:
 O84.0 (Multiple Delivery, All Spontaneous)
 O82.9 (Delivery by Caesarean Section,
Unspecified)  Z37.- (Outcome of delivery) dikode
 Z37.- (Outcome of Delivery)
BAYI BARU LAHIR  DISPUTE PMK 76
• Klaim bayi baru lahir dengan tindakan
pada persalinan menggunakan kode
P03.0-P03.6 yang diajukan terpisah
FKRTL yang mengalami permasalahan
(dispute) klaim pada saat berlakunya
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76
Tahun 2016 tentang Pedoman INA-
CBG wajib dibayarkan oleh BPJS K
BAYI BARU LAHIR  PMK 26 TH
2021 bayi lahir dengan tindakan
persalinan dalam kondisi sakit
yang mendapatkan pelayanan
bayi lahir dengan
tindakan persalinan
neonatal esensial dan
dalam kondisi sehat membutuhkan perawatan
yang mendapatkan
pelayanan neonatal
pelayanan kesehatan lain, maka
esensial, maka klaim klaim bayi dibayarkan terpisah
bayi dibayarkan
dalam 1 (satu) paket dari klaim ibunya.
persalinan ibunya.
KONTROL ULANG DI RAWAT JALAN
• diagnosis = kunjungan sebelumnya bayi usia < 7 hari
• menggunakan kode “Z” dan diagnosis sekunder
dikode sesuai penyakitnya.
Diagnosis utama : Kontrol bayi

Pasien datang ke rumah sakit untuk kontrol hipertensi. Diagnosis sekunder :


 Dikode
Diagnosis Utama : Kontrol Ulang
Diagnosis Sekunder : Hipertensi • P96.8 (Other specified
conditions originating
 Dikode
in the perinatal period)
• Z09.8 (Follow-Up Examination After Other Treatment for Other sebagai diagnosis
Conditions) sebagai diagnosis utama dan
utama.
• I10 (Essential (primary) hypertension) sebagai diagnosis sekunder.
PENGODEAN KEMOTERAPI DAN RADIOTERAPI
KEMOTERAPI ORAL – RAWAT JALAN
Pasien yang datang ke
rawat jalan dan
Diagnosis utama : Kemoterapi oral di rawat
mendapatkan obat jalan
kemoterapi oral, maka
Diagnosis sekunder : Ca paru
menggunakan kode Z51.1
(Chemotherapy Session for Tindakan : -
Neoplasm) sebagai
diagnosis utama dan kode  Dikode
neoplasma tidak dikode • Z51.1 (Chemotherapy Session for Neoplasm)
sebagai diagnosis sekunder.
sebagai diagnosis utama
• Ca paru tidak dikode sebagai diagnosis
sekunder.
KEMOTERAPI INJEKSI – RAWAT
JALAN/INAP
Pasien yang datang ke rawat Diagnosis utama : kemoterapi
jalan atau rawat inap dan Diagnosis sekunder : Ca. Mammae
mendapatkan kemoterapi Tindakan : injeksi kemoterapi
injeksi, maka menggunakan Dikode:
kode Z51.1 (Chemotherapy
• diagnosis utama: Z51.1 (Chemotherapy Session for
Session for Neoplasm) sebagai
Neoplasm)
diagnosis utama dan kode
neoplasma sebagai diagnosis • diagnosis sekunder : C50.9 (Malignant Neoplasm, Breast,
Unspecified)
sekunder.
• Prosedur: 99.25 (Injection or infusion of cancer
chemotherapeutic substance)
RADIOTERAPI –RAWAT JALAN/INAP
RADIOTERAPI SAJA KEMOTERAPI DAN RADIOTERAPI

• diagnosis utama : Z51.0 • diagnosis utama adalah yang


(Radiotherapy Session) menghabiskan sumber daya
• diagnosis sekunder : paling banyak.
neoplasma
NEOPLASMA – RAWAT INAP
OPERASI +
KEMOTERAPI/RADIOTERAPI
PERAWATAN HANYA UNTUK ANEMIA

dikode
diagnosis utama: • diagnosis utama : neoplasma
• adalah yang • diagnosis sekunder : D63.0* (Anaemia in
berhubungan Neoplastic Disease)
dengan tindakan merujuk kaidah koding dagger (†) dan
utama. asterisk (*)
PALLIATIVE CARE
Penetapan dan perawatan paliatif (palliative care) ditetapkan oleh DPJP
dan tim multidisiplin paliatif di FKRTL.
Diagnosis Utama : Dikode

• Anemia • diagnosis utama: C11.9 (Malignant


Neoplasm, Nasopharynx, Unspecified)
Diagnosis Sekunder : • diagnosis sekunder:
• Perawatan paliatif (palliative  D63.0 (Anaemia in Neoplastic Disease)
care)  Z51.5 (Paliative Care)
• Carcinoma Nasopharynx
TINDAKAN TIDAK DAPAT DISELESAIKAN

pada saat dilakukan tindakan ditemukan penyulit yang menyebabkan


tindakan tersebut tidak dapat diselesaikan, maka dikode sesuai
tindakan tersebut dilakukan

• Pasien datang untuk dilakukan tindakan • Pasien datang untuk dilakukan tindakan eksisi
PTCA dengan stent. tumor dengan laparotomi di usus
• Namun pada saat dilakukan tindakan, stent • namun pada saat tindakan terdapat penyulit
tidak dapat dimasukkan karena ditemukan yang tidak bisa dilakukan eksisi
penyulit,
•  dikode hanya laparotomi saja.
•  dikode hanya PTCA saja.
CONTOH KASUS
• Pasien laki laki masuk Diagnosis Koding
rumah sakit dengan
diagnosis CAD dengan
Diagnosis CAD 1 VD I25.1
utama
rencana tindakan
PTCA dengan Stent. Diagnosis -
sekunder
• Pelakasanaannya: hanya
Tindakan PTCA 00.66 PTCA
dilakukan PTCA tanpa
stent karena kondisi 00.40 Procedure on
tertentu single vessel
EPISODE PERAWATAN
Episode adalah :
• Jangka waktu perawatan pasien Dalam INA CBG’s hanya
• Mulai dari pasien masuk dikenal 2 episode :
• Sampai pasien keluar rumah sakit,
• Termasuk : • rawat jalan
• Konsultasi dan • Rawat inap
• Pemeriksaan dokter,
• Pemeriksaan penunjang
• Maupun pemeriksaan lainnya.
EPISODE RAWAT JALAN
• Satu episode rawat jalan =
• Satu rangkaian konsultasi , pemeriksaan penunjang dan obat yang diberikan pada hari
pelayanan yang sama.
• Pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung
sebagai episode baru.

• Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda


• Yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis
 dianggap sebagai episode baru.
EPISODE RAWAT JALAN
Pemeriksaan penunjang khusus dirawat jalan (MRI, CT scan)
• Tidak menjadi episode baru karena termasuk dalam special CMG.
Pasien mendapatkan pelayanan rawat jalan
• Pada satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama,
• Terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana diagnosis satu dengan yang lain
saling berhubungan atau tidak berhubungan,
 dihitung sebagai satu episode.
PROSEDUR BERKELANJUTAN
Pelayanan prosedur yang berkelanjutan di pelayanan rawat jalan
seperti :
• Radioterapi,
• Kemoterapi,
• Rehabilitasi medik
• dan pelayanan gigi,
 Episode yang berlaku adalah per satu kali kunjungan.
GAWAT DARURAT

– pelayanan IGD yang • Pasien datang kembali • pasien yang datang ke IGD
kurang dari 6 jam ke rumah sakit • pada hari yang sama datang
– dan/atau belum • Dalam keadaan darurat kembali ke rumah sakit
mendapatkan pelayanan pada hari pelayanan untuk mendapatkan
rawat inap, yang sama, pelayanan rawat jalan,
– termasuk dalam 1 (satu) • Maka dianggap sebagai • maka tidak dihitung sebagai
episode rawat jalan episode baru. episode baru;
RAWAT INAP – RAWAT JALAN
• pasien mendapatkan pelayanan
rawat inap kurang dari 6 jam • Pasien yang masuk ke rawat inap
sebagai kelanjutan dari proses
• yang selanjutnya dirujuk, perawatan di rawat jalan atau gawat
• maka ditetapkan sebagai episode darurat,
rawat jalan dengan diagnosis •  maka kasus tersebut termasuk satu
yang ditegakkan pada akhir episode rawat inap,
episode. • Dimana pelayanan yang telah
dilakukan di rawat jalan atau gawat
darurat sudah termasuk didalamnya.
EPISODE RAWAT INAP
adalah satu rangkaian perawatan:
• mulai tanggal masuk sampai keluar rumah sakit
• termasuk perawatan di:
 ruang rawat inap,
 ruang intensif,
 ruang operasi
RAWAT INAP
Pelayanan IGD lebih dari 6 jam • pasien telah mendapatkan
termasuk dalam 1 (satu) episode dan pelayanan rawat inap yang lama
diklaimkan rawat inap kelas 3, dengan
kriteria sebagai berikut: perawatan kurang dari 6 jam
1. sesuai dengan indikasi medis; • pasien meninggal
2. telah mendapatkan pelayanan rawat • termasuk 1 (satu) episode rawat
inap inap;
3. Secara administrasi telah menjadi
pasien rawat inap.
PASIEN DIRAWAT INAP RENCANA OPERASI

– pasien batal operasi karena • pasien batal operasi karena indikasi • pasien batal operasi yang
non medis disebabkan oleh kurangnya
indikasi medis
• dan secara administrasi merupakan persiapan operasi oleh
– dan harus dilakukan rawat
rawat inap dikode Z53.1-Z53.9, FKRTL
inap atas kondisi tersebut
• dengan kriteria sebagai berikut: • karena tidak sesuai dengan
– Maka ditagihkan sebagai standar prosedur
rawat inap dengan diagnosis
a. kurang dari 6 jam tindakan/operasi yang berlaku
diklaimkan sebagai rawat
yang menyebabkan batal • Seperti pemeriksaan
jalan; dan
operasi dikode Z53.0 penunjang sebelum dilakukan
(Procedures notcarried out b. lebih dari 6 jam diklaimkan tindakan/operasi
because of contraindication); sebagai rawat inap.
• maka tidak dapat
ditagihkan.
READMISI
• adalah kunjungan rawat inap Kondisi yang dikecualikan dari readmisi
berulang di FKRTL yang sama yaitu sebagai berikut:
• dengan diagnosis utama yang a. dalam kondisi kegawatdaruratan
sama dari episode rawat inap sesuai regulasi yang berlaku;
sebelumnya
b. penyakit kronis;
• dalam waktu kurang atau sama c. tindakan/prosedur/post prosedur yang
dengan 30 hari.
terjadwal oleh dokter/fasilitas
kesehatan sesuai indikasi medis dan
tidak dapat dilakukan dalam satu
episode
FRAGMENTASI

• adalah kunjungan rawat jalan Kondisi yang dikecualikan :


berulang di FKRTL yang a. dalam kondisi kegawatdaruratan sesuai regulasi yang
sama berlaku;

• pada kasus dengan diagnosis b. penyakit kronis;


yang sama dari episode c. rangkaian tindakan/prosedur/post prosedur yang
rawat jalan sebelumnya terjadwal olehdokter/fasilitas kesehatan sesuai indikasi
medis dan tidak dapatdilakukan dalam satu episode; atau
• dalam waktu kurang atau d. konsultasi hasil pemeriksaan penunjang yang tidak dapat
sama dengan 7 hari. dilakukan dalam satu episode.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai