Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Pedoman Indonesian Case Base
Groups (INA-CBG) dalam
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 92),
dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
SUBSTANSI PMK 26 TH 2021
BAB I : PENDAHULUAN BAB III: KODING INA-CBG
1. Pengertian dan istilah 1. ICD-10 Versi Tahun 2010
2. Tugas dan wewenang : dokter, koder, 2. ICD-9-CM Versi Tahun 2010
verifikator, BPJS 3. Aturan Koding Lainnya yang Berlaku
untuk INA-CBG
BAB II : PENYELENGGARAAN PEMBAYARAN
INA-CBG
4. Episode
1. Struktur Kode INA-CBG 1. Episode rawat jalan.
2. Pembayaran Tambahan (Top Up) 2. Episode Rawat Inap
5. Readmisi dan Fragmentasi
Koder,
BAB I poin C.
melakukan kodifikasi diagnosis sesuai dengan ICD-10
Tugas dan Tanggung Versi Tahun 2010 dan ICD-9-CM Versi Tahun 2010
Jawab untuk tindakan/prosedur bersumber dari rekam medis
pasien.
Dokter, Bila menemukan kesulitan ataupun ketidaksesuaian
• menegakkan dan dengan aturan umum pengodean klarifikasi dengan
menuliskan diagnosis dokter.
utama, diagnosis sekunder
dan tindakan/prosedur yang
telah dilaksanakan
Verifikator BPJS Kesehatan
• membuat resume medis
melakukan verifikasi:
pasien secara lengkap, jelas
dan spesifik selama pasien • kelengkapan berkas klaim
dirawat di rumah sakit. • kesesuaian diagnosis dan tindakan di resume medis
dengan ICD-10 Versi Tahun 2010 dan ICD-9-CM Versi
Tahun 2010.
BAB II: Dasar pengelompokan dalam INA-CBG
PENYELENGGARAAN menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis
akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi
PEMBAYARAN INA-CBG output pelayanan
b. fase subakut : 43 -103 hari 3. penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (hari ke-43) dan awal fase
kronis (hari ke-104) yang dihitung sejak hari pertama pasien masuk;
c. fase kronis : 104 -180 hari 4. penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung (interview) dan/atau observasi
oleh psikiater atau dokter ahli lainnya, dokter umum, maupun perawat yang terlatih;
d. > 180 hari diklaimkan satu
episode dengan fase kronis. 5. lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dengan
mencantumkan nama jelas
berlaku di semua FKRTL 6. salinan lembar hasil scoring WHODAS 2.0 yang telah ditandatangani oleh DPJP
dengan pelayanan psikiatri dan kusta dilampirkan sebagai bahan pendukung pengajuan klaim;
memenuhi kriteria lama hari rawat 7. petugas administrasi klaim atau koder melakukan input hasil scoring WHODAS 2.0
sesuai ketentuan di atas. berupa angka penilaian awal masuk pada periode subakut dan kronis ke dalam aplikasi
INA-CBG pada kolom ADL, selanjutnya aplikasi INA-CBG akan melakukan
penghitungan tarif secara otomatis.
BAB III ATURAN
KODING SPESIFIK
KONDISI DUGAAN (SUSPEK), GEJALA, PENEMUAN ABNORMAL,
DAN SITUASI TANPA PENYAKIT
Contoh :
Diagnosa Utama : Multiple open fracture of femur
Diagnosa Sekunder : Open Fracture of shaft of femur
Open Fracture of lower
of end of femur
Dikode S72.71 (Multiple open fracture of Femur)sebagai Diagnosis Utama,
S72.31 (Open Fracture of shaft of femur), dan S72.41 (Open Fracture of
lower of end of femur) sebagai diagnosis sekunder.
PENGKODEAN KATEGORI
KOMBINASI
Diagnosis Utama : Gagal ginjal
dua diagnosis Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi
yang
Dikode
berhubungan
diwakili oleh diagnosis utama: I12.0 (Hypertensive Renal
Disease With Renal Failure) sebagai.
satu kode.
Pengkodean Sekuele kodisi tertentu
ICD10 Versi Tahun 2010 untuk sekuele (“sequelae of ...” (B90-B94, E64.-, E68, G09,
I69.-, O97, T90-T98, Y85-Y89) kode sekuele digunakan untuk menunjukkan kondisi yang
tidak didapatkan lagi,
Aturan koding untuk sekuele yaitu:
1)Jika terdapat kondisi yang lebih spesifik daripada sekuele, sebagai penyebab masalah
yang saat ini sedang diperiksa atau diobati, maka kondisi tersebut menjadi diagnosis
utama dan kode “sequelae of...” ditambahkan sebagai diagnosis sekunder.
2)Jika tidak ada kondisi yang lebih spesifik daripada sekuele, maka sekuele menjadi
diagnosis utama.
Contoh Kasus kondisi Sekuele
• Contoh 1:
Diagnosis Utama : Dysphasia akibat infark otak lama
Diagnosis Sekunder : -
Dikode R47.0 (Dysphasia and Aphasia) sebagai diagnosis utama dan I69.3(Sequelae of
Cerebral Infarction) sebagai diagnosis sekunder.
• Contoh 2:
Diagnosis Utama : Efek lanjut poliomielitis
Diagnosis Sekunder : -
Dikode B91 (Sequelae of poliomyelitis) sebagai diagnosis utama karena informasi lain
tidak tersedia.
PENGKODEAN KONDISI AKUT DAN KRONIS
dikode
diagnosis utama: • diagnosis utama : neoplasma
• adalah yang • diagnosis sekunder : D63.0* (Anaemia in
berhubungan Neoplastic Disease)
dengan tindakan merujuk kaidah koding dagger (†) dan
utama. asterisk (*)
PALLIATIVE CARE
Penetapan dan perawatan paliatif (palliative care) ditetapkan oleh DPJP
dan tim multidisiplin paliatif di FKRTL.
Diagnosis Utama : Dikode
• Pasien datang untuk dilakukan tindakan • Pasien datang untuk dilakukan tindakan eksisi
PTCA dengan stent. tumor dengan laparotomi di usus
• Namun pada saat dilakukan tindakan, stent • namun pada saat tindakan terdapat penyulit
tidak dapat dimasukkan karena ditemukan yang tidak bisa dilakukan eksisi
penyulit,
• dikode hanya laparotomi saja.
• dikode hanya PTCA saja.
CONTOH KASUS
• Pasien laki laki masuk Diagnosis Koding
rumah sakit dengan
diagnosis CAD dengan
Diagnosis CAD 1 VD I25.1
utama
rencana tindakan
PTCA dengan Stent. Diagnosis -
sekunder
• Pelakasanaannya: hanya
Tindakan PTCA 00.66 PTCA
dilakukan PTCA tanpa
stent karena kondisi 00.40 Procedure on
tertentu single vessel
EPISODE PERAWATAN
Episode adalah :
• Jangka waktu perawatan pasien Dalam INA CBG’s hanya
• Mulai dari pasien masuk dikenal 2 episode :
• Sampai pasien keluar rumah sakit,
• Termasuk : • rawat jalan
• Konsultasi dan • Rawat inap
• Pemeriksaan dokter,
• Pemeriksaan penunjang
• Maupun pemeriksaan lainnya.
EPISODE RAWAT JALAN
• Satu episode rawat jalan =
• Satu rangkaian konsultasi , pemeriksaan penunjang dan obat yang diberikan pada hari
pelayanan yang sama.
• Pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung
sebagai episode baru.
– pelayanan IGD yang • Pasien datang kembali • pasien yang datang ke IGD
kurang dari 6 jam ke rumah sakit • pada hari yang sama datang
– dan/atau belum • Dalam keadaan darurat kembali ke rumah sakit
mendapatkan pelayanan pada hari pelayanan untuk mendapatkan
rawat inap, yang sama, pelayanan rawat jalan,
– termasuk dalam 1 (satu) • Maka dianggap sebagai • maka tidak dihitung sebagai
episode rawat jalan episode baru. episode baru;
RAWAT INAP – RAWAT JALAN
• pasien mendapatkan pelayanan
rawat inap kurang dari 6 jam • Pasien yang masuk ke rawat inap
sebagai kelanjutan dari proses
• yang selanjutnya dirujuk, perawatan di rawat jalan atau gawat
• maka ditetapkan sebagai episode darurat,
rawat jalan dengan diagnosis • maka kasus tersebut termasuk satu
yang ditegakkan pada akhir episode rawat inap,
episode. • Dimana pelayanan yang telah
dilakukan di rawat jalan atau gawat
darurat sudah termasuk didalamnya.
EPISODE RAWAT INAP
adalah satu rangkaian perawatan:
• mulai tanggal masuk sampai keluar rumah sakit
• termasuk perawatan di:
ruang rawat inap,
ruang intensif,
ruang operasi
RAWAT INAP
Pelayanan IGD lebih dari 6 jam • pasien telah mendapatkan
termasuk dalam 1 (satu) episode dan pelayanan rawat inap yang lama
diklaimkan rawat inap kelas 3, dengan
kriteria sebagai berikut: perawatan kurang dari 6 jam
1. sesuai dengan indikasi medis; • pasien meninggal
2. telah mendapatkan pelayanan rawat • termasuk 1 (satu) episode rawat
inap inap;
3. Secara administrasi telah menjadi
pasien rawat inap.
PASIEN DIRAWAT INAP RENCANA OPERASI
– pasien batal operasi karena • pasien batal operasi karena indikasi • pasien batal operasi yang
non medis disebabkan oleh kurangnya
indikasi medis
• dan secara administrasi merupakan persiapan operasi oleh
– dan harus dilakukan rawat
rawat inap dikode Z53.1-Z53.9, FKRTL
inap atas kondisi tersebut
• dengan kriteria sebagai berikut: • karena tidak sesuai dengan
– Maka ditagihkan sebagai standar prosedur
rawat inap dengan diagnosis
a. kurang dari 6 jam tindakan/operasi yang berlaku
diklaimkan sebagai rawat
yang menyebabkan batal • Seperti pemeriksaan
jalan; dan
operasi dikode Z53.0 penunjang sebelum dilakukan
(Procedures notcarried out b. lebih dari 6 jam diklaimkan tindakan/operasi
because of contraindication); sebagai rawat inap.
• maka tidak dapat
ditagihkan.
READMISI
• adalah kunjungan rawat inap Kondisi yang dikecualikan dari readmisi
berulang di FKRTL yang sama yaitu sebagai berikut:
• dengan diagnosis utama yang a. dalam kondisi kegawatdaruratan
sama dari episode rawat inap sesuai regulasi yang berlaku;
sebelumnya
b. penyakit kronis;
• dalam waktu kurang atau sama c. tindakan/prosedur/post prosedur yang
dengan 30 hari.
terjadwal oleh dokter/fasilitas
kesehatan sesuai indikasi medis dan
tidak dapat dilakukan dalam satu
episode
FRAGMENTASI