Anda di halaman 1dari 92

1 6

a te /20
p d 76
U K.
PM

Pokja Koding Tim Tarif INA-CBG Kemenkes RI


NCC
Out line
1. Definisi Casemix
2. Proses koding
3. Koding ICD 10 dan ICD 9 CM
4. Up-date ICD-10 dan ICD 9 CM
5. Aturan kodig lainnya
6. Struktur INA-CBG
7. Up-date logic grouper 5.1
1. DEFINISI CASE-MX
Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis
dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis
yang mirip/sama dan penggunaan sumber
daya/biaya perawatan yang mirip/sama.
Pengelompokan dilakukan dengan menggunakan
software grouper

11/03/20 4
Pengelompokan
Pengelompokan diagnosis
diagnosis dan
dan
prosedur
prosedur dikaitkan
dikaitkan biaya
biaya
perawatan
perawatan

ICD-10
ICD-9CM
14.500 8.500

Grouper

30
30 CMG
CMG (Casemix
(Casemix Main
Main Group)
Group)
1075
1075 kode
kode INA-CBG
INA-CBG
786
786 kode
kode rawat
rawat inap
inap
289
289 kode
kode rawat
rawat jalan
jalan
11/03/20 5
2. PROSES KODING DI RS
Proses Manajemen Klaim di RS
Rekam Medis

Pengecekan
Bagian
kelengkapan rekam
Rekam Medis
medis

1. Tim Audit
2. Tim Rekam
Medis Audit Tidak di audit :
1.LOS < 3 hari
2.Bayi lahir sehat
Koder Koding

Tim
Klaim Klaim
Proses Klaim Pasien JKN

Resume Medis yang telah


Dilengkapi oleh dokter
1. Discharge Input data :
centre 1.Identitas
- Data lengkap Koding pasien
2. Medical Record 2.Pelayananan
- Data lengkap -Dx utama
Proses grouping -Dx sekunder
INA-CBG -prosedur
Tidak lengkap Tgl 10 bulan berikutnya

BPJS

Proses verifikasi

Pembayaran
Klaim BPJS
Fungsi Verifikasi :
Alur INACBG di RSCM Deteksi dini salah
koding
Online (ehr)

Pelayanan Penyiapan berkas Data entry SW INA-CBG Grouping


Koding Penyakit & INACBG oleh
RI dan RJ pendukung oleh Prosedur oleh online EHR RSCM oleh
Petugas RM Petugas RM
Administrasi Klaim Koder Unit RM

25 15
Kode Kode
r r

Verifikasi Inernal Berkas Klaim +


Pengajuan Klaim Adm Klaim Hasil Grouping
dikirim ke
Adm Klaim
3. KODING ICD 10 & 9 CM
Diagnosis utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada akhir

episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan

atau pemeriksaan lebih lanjut.

Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan

sumber daya paling banyak.

Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode

perawatan, maka gejala utama, hasil pemeriksaan penunjang yang tidak


Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai

diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi

selama episode perawatan.

Diagnosis sekunder merupakan komorbiditas dan/atau

komplikasi.

11/03/20 12
Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi yang

sudah ada sebelum pasien masuk rawat dan membutuhkan pelayanan kesehatan

setelah masuk maupun selama rawat.

Contoh: Diabetes, Hypertension, dll

Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa perawatan dan memerlukan

pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi

yang ada atau muncul akibat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

Contoh: Wound infection, Pneumonia, dll.


11/03/20 13
a.Jika dalam ICD 10
terdapat catatan “Use
additional code, if
desired, to identify
specified condition”
maka kode tersebut dapat
digunakan sesuai dengan
kondisi pasien.
11/03/20 14
“Use additional code, if desired ...”. Kode-kode tambahan
ini digunakan pada :
1.Infeksi lokal pada bab-bab ‘body systems’, kode dari bab I bisa
ditambahkan penyebab infeksi, (B95-B97 )
2.Neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II
bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk
menunjukkan aktifitas fungsionalnya.
3.Neoplasma, KODE MORFOLOGI Vol. 1, bisa ditambahkan
untuk identifikasi jenis morfologis tumor tsb.
4.Kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09 (kelainan jiwa
organik) pada bab V, satu kode dari bab lain bisa ditambahkan
untuk menunjukkan penyebab
5.Kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik, Kode bab XX
bisa ditambahkan untuk identifikasi zat tersebut.
6.Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera,
keracunan atau efek lain: bab XIX (cedera), dan bab XX
(penyebabnya).

Additional code yang lebih rinci ada di Volume 1


11/03/20 15
Example 4:
Main condition: Acute cystitis due to E. coli
Other conditions: —
Code to acute cystitis (N30.0) as the “main condition”, B96.2 (E.
coli as the cause of diseases classified to other chapters) may be
used as an optional additional code.
Example 17:
Main condition: Cerebrovascular accident with hemiplegia
Other conditions: —
Specialty: Neurology
Code stroke, not specified as haemorrhage or infarction (I64)
as “main condition”. G81.9 (Hemiplegia, unspecified) may be
used as an optional additional code.
Example 26:
Main condition: Toxoplasmosis
Other conditions: Pregnancy undelivered
Specialty: High-risk antenatal clinic
Code protozoal diseases complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
(O98.6) as the main condition. B58.9 (Toxoplasmosis, unspecified) may be used as
11/03/20
an optional additional code to identify the specific organism. 16
KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO
O98-O99 Penyakit ibu yang bisa diklasifikasikan di tempat lain, tapi mempersulit
kehamilan, melahirkan, dan puerperium
Subkategori yang tersedia disini harus lebih diutamakan untuk ‘KU’ daripada kategori di
luar Bab XV, kalau oleh kondisi ini dinyatakan mempersulit kehamilan, diperberat oleh
kehamilan, atau merupakan alasan perawatan obstetri. Kode yang relevan dari bab-bab
lain tersebut digunakan sebagai kode tambahan.
 
Contoh 1
Diagnosis Utama : Toxoplasmosis.
Diagnosis Sekunder : Kehamilan
Spesialisasi : Klinik perawatan antenatal beresiko tinggi
Dikode : Penyakit protozoa yang mempersulit kehamilan,
kelahiran, dan puerperium (O98.6) sebagai diagnosis utama, B58.9 (toxoplasmosis, tidak
dijelaskan), diagnosis sekunder.

Contoh : 2
Diagnosis Utama : Letak lintang
Diagnosis Sekunder : Persalinan SC
Anemia
Spesialisasi : Obgyn
Dikode : Letak lintang (O32.2) sebagai diagnosis utama, Persalinan
SC (O82.9), Anemia (O99.0), dan Anemia (D64.9) sebagai diagnosis sekunder.
b. Pengkodean sistem dagger (†) dan asterisk
(*)
Jika diagnosis utama yang ditegakkan dokter
dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan
asterisk maka yang dikode sebagai diagnosis
utama adalah kode dagger, sedangkan kode
asterisk sebagai diagnosis sekunder.
Namun jika diagnosis sekunder yang ditegakkan
dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger
dan asterisk, maka kode tersebut menjadi
diagnosis sekunder.

11/03/20 19
Contoh :

Diagnosis Utama : DM Type II

Diagnosis Sekunder : Arthitis pada penyakit Lyme

Dikode DM Type II (E11.9) sebagai diagnosis utama, Lyme disease (A69.2†)

sebagai diagnosis sekunder dan arthitis in Lyme disease (M01.2*) sebagai

diagnosis sekunder

Diagnosis Utama : Anemia-29-

Diagnosis Sekunder : Ca Mammae

Dikode Ca Mammae (C50.9†) sebagai diagnosis utama dan anemia (D63.0*)

sebagai diagnosis sekunder.


11/03/20 20
KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO

D63*, D77*, E35*, E90*, F00*, F02*, G01*, G02*, G05*, G07*, G13*, G22*, G26*, G32*, G46*, G53*,
G55*, G59*, G63*, G73*, G94*, G99*, H03*, H06*, H13*, H19*, H22*, H28*, H32*, H36*, H42*,
H45*, H48*, H58*, H62*, H67*, H75*, H82*, H94*, I32*, I39*, I41*, I43*, I52*, I68*, I79*, I98*, J17*,
J91*, J99*, K23*, K67*, K77*, K87*, K93*, L14*, L45*, L54*, L62*, L86*, L99*, M01*, M03*, M07*,
M09*, M14*, M36*, M49*, M63*, M68*, M73*, M82*, M90*, N08*, N16*, N22*, N29*, N33*, N37*, N51*, N74*, N77*,
KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO
c.Pengkodean dugaan kondisi, gejala, penemuan
abnormal, dan situasi tanpa penyakit
Jika pasien dalam episode rawat, koder
harus hati-hati dalam mengklasifikasikan
Diagnosis Utama pada Bab XVIII (Kode R) dan
XXI (Kode Z).
Jika diagnosis yang lebih spesifik belum
ditegakkan sampai akhir episode perawatan
atau tidak ada penyakit atau cedera pada
saat dirawat yang bisa dikode, maka kode
dari Bab XVIII dan XXI dapat digunakan
sebagai kode diagnosis utama (lihat juga
Rules MB3 dan MB5).
11/03/20 23
Contoh :
Diagnosis Utama : Dugaan neoplasma ganas serviks –
setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan
hasil bukan neoplasma ganas serviks
Diagnosis Sekunder : -
Dikode observasi dugaan neoplasma ganas (Z03.1)
sebagai DU

Diagnosis Utama : Epistaxis berat


Diagnosis Sekunder : -
Pasien dirawat satu hari. Tak ada laporan prosedur
atau pemeriksaan.
Dikode Epistaxis (R04.0). Ini bisa diterima karena
pasien jelas dirawat hanya untuk kondisi darurat.

11/03/20 24
d. Pengkodean kondisi multiple
Jika kondisi multiple dicatat di dalam
kategori berjudul “Multiple ...”, dan
tidak satu pun kondisi yang menonjol,
kode untuk kategori “Multiple ...”, harus
dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan
setiap kondisi lain menjadi kode
diagnosis sekunder.
Pengkodean seperti ini digunakan terutama
pada kondisi yang berhubungan dengan
penyakit HIV, cedera dan sekuele.

11/03/20 25
Contoh :

Diagnosis Utama : HIV disease resulting in multiple infections

Diagnosis Sekunder :

- HIV disease resulting in candidiasis

- HIV disease resulting in other viral infectionS

Dikode HIV disease resulting in multiple infections (B20.7)

sebagai diagnosis utama, HIV disease resulting in candidiasis

(B20.4) dan HIV disease resulting in other viral infections

(B20.3) sebagai diagnosis sekunder

Diagnosis Utama : Multiple fraktur of femur Diagnosis Sekunder :

Frakture of shaft of femur

Frakture of lower of end of femur


11/03/20 26
Dikode multiple fraktur of femur (S72.7) sebagai diagnosis utama,
e.Pengkodean kategori kombinasi
ICD menyediakan kategori tertentu
dimana dua diagnosis yang
berhubungan diwakili oleh satu kode.
Contoh :
Diagnosis Utama : Gagal ginjal
Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi
Dikode Penyakit ginjal hipertensi dengan gagal ginjal
(I12.0)

Diagnosis Utama : Glaukoma karena peradangan mata


Diagnosis Sekunder : –
Dikode Glaukoma akibat peradangan mata (H40.4)
sebagai
11/03/20
diagnosis utama. 27
Contoh :
Diagnosis Utama : Obstruksi usus
Diagnosis Sekunder : Hernia inguinalis kiri
Dikode Hernia inguinalis unilateral, dengan obstruksi,
tanpa gangren (K40.3)

Diagnosis Utama : Katarak DM tergantung insulin


Diagnosis Sekunder : Hipertensi
Spesialisasi : Opthalmologi
Dikode Diabetes tergantung insulin dengan
komplikasi mata (E10.3†) sebagai diagnosis utama
dan katarak diabetes (H28.0*) serta Hipertensi (I10)
sebagai diagnosis sekunder.
11/03/20 28
11/03/20 29
f. Pengkodean sekuele kondisi tertentu
ICD menyediakan sejumlah kategori yang berjudul
“sequelae of ...” (B90-B94, E64.-, E68, G09, I69.-,
O97, T90-T98, Y85-Y89) yang digunakan untuk
menunjukkan kondisi yang tidak didapatkan lagi,
diagnosis utama adalah kode yang sesuai dengan
bentuk sekuele itu. Kode “sequelae of ......” dapat
ditambahkan sebagai kode tambahan.
Jika terdapat sejumlah sekuele spesifik namun tidak
ada yang lebih menonjol dalam hal kegawatan dan
penggunaan sumber daya, boleh digunakan “Sequelae
of ...” sebagai diagnosis utama
Contoh istiilah : ‘old’ (lama), ‘no longer present’
(tidak terdapat lagi), ‘late effect of .....’ (efek
lanjut .....), atau ‘sequele of .....’.

11/03/20 30
Contoh :
Diagnosis Utama : Dysphasia akibat infark otak lama Diagnosis
Sekunder : -
Dikode Dysphasia (R47.0) sebagai diagnosis utama, ‘sequelae of
cerebral infarction’ (I69.3) sebagai diagnosis sekunder.

Diagnosis Utama : Osteoartritis sendi panggul akibat fraktur lama


panggul karena kecelakaan kendaraan bermotor 10 tahun yang
lalu
Diagnosis Sekunder : -
Dikode Other post-traumatic coxarthrosis (M16.5) sebagai
diagnosis utama, ‘sequelae of fracture of femur’ (T93.1) sebagai
diagnosis sekunder.

Diagnosis Utama : Efek lanjut poliomielitis


Diagnosis Sekunder :
-Dikode Sequelae of poliomyelitis (B91) sebagai diagnosis utama
karena
11/03/20
informasi lain tidak tersedia. 31
g. Pengkodean kondisi-kondisi akut dan kronis
ICD menyediakan kategori atau subkategori yang berbeda untuk

masing-masing kategori, tapi tidak untuk gabungannya, kategori

kondisi akut harus digunakan sebagai Diagnosis Utama.

Contoh :

Diagnosis Utama : Kholesistitis akut dan kronis Diagnosis Sekunder : -

Dikode Acute cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utama, chronic

cholecystitis (K81.1) sebagai diagnosis sekunder.

11/03/20 32
h. Pengkodean kondisi pasca-prosedur dan komplikasinya

Pada Bab XIX (T80-T88) tersedia kategori untuk komplikasi yang berhubungan

dengan operasi dan prosedur lain,

contohnya infeksi luka operasi, komplikasi mekanis benda-benda implantasi, syok,

dan lainnya.

setelah prosedur (misalnya pneumonia, embolisme paru) tidak dianggap sebagai

kondisi tersendiri sehingga dikode seperti biasa, namun bisa diberi kode

tambahan dari Y83-Y84 untuk menunjukkan hubungannya dengan suatu prosedur.

Jika kondisi dan komplikasi ini dicatat sebagai Diagnosis Utama, perlu dilakukan
11/03/20 33
Contoh :

(1) Diagnosis Utama : Hipotiroidisme sejak tiroidektomi 1 tahun

yang lalu.

Diagnosis Sekunder : -

Dikode Hipotiroidisme pasca-bedah (E89.0) sebagai diagnosis

utama.

(2) Diagnosis utama : Perdarahan berlebihan setelah cabit gigi

Diagnosis Sekunder : -
11/03/20 34
Dikode Perdarahan akibat suatu prosedur (T81.0) sebagai diagnosis
RULE MB1- MB5
RULE MB1
• Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (main condition), kondisi
yang lebih bermakna direkam sebagai “kondisi lain” (other condition)
Contoh : DU: Dyspepsi; DS: Appendicitis ; Px: Appendectomy

RULE MB2
 Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama
DU : Osteoporosis,Candida, bronchopneumonia, Rheumatism
DPJP : Sp Paru

RULE MB3
 Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama menggambarkan suatu
gejala (R) DU:Hematemesis, DS: Varices esopagus, DPJP : Sp PD
RULE MB4
• Spesialisitas
DU : DM tanpa terapi insulin DS: Cataract mata bilateral
Spesialisasi: Ophthalmologist
Reseleksi: Kondisi Utama: NIDDM cataract.

RULE MB5
 Alternatif diagnoses utama
Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik
sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.
DU : Sakit kepala mungkin krn sinusitis atau stres.
Reseleksi: Sakit kepala
J.1 : HIV (B20-B24)
Kondisi Utama penyakit HIV disertai beberapa penyakit,
HARUS dipilih subkategori 7. yg tepat dari B20-B22.
Sub kategori B22.7 bila tdp dua (2) kategori atau lebih dari
B20-B22, diikuti kode tambahan utk menentukan daftar kondisi individual
dapat digunakan B20-B24
Contoh :
1. KU : Penyanit AIDS dan Sarcoma Kaposi
K.Lain : -
Diberi kode HIV disease resulting in Kaposi’s sarcoma (B21.0)

2. KU : Toxoplasmosis dan Cryptococcosis pd pasien HIV


K. Lain :-
Diberi kode HIV multiple infection (B20.7), B20.8 dan B20.5
dapat digunakan sbg kode tambahan 37
J.2 : Bab II Neoplasma

Kasus neoplasma baik primer atau sekunder (metastasis)

yang merupakan fokus perawatan, harus dicatat dan dikode

sebagai diagnosis utama.

Jika Ca. Primer sudah tidak ada lagi maka sbg D.U nya

adalah Ca. sekundernya atau komplikasi saat itu.

Riwayat Ca Primer sebagai DS .


J.3 : E10-E14 DIABETES MELLITUS
Subkategori .7 digunakan kode utama bila komplikasi multiple
pada DM. diikuti kode komplikasi yg terdaftar dapat ditambahkan
sbg kode tambahan.
Contoh :
1.K.Utama : Renal failure krn diabetic glumenulonephrosis
Diberi kode E14.2+ dan N08.3*

2.K.Utama : IDDM dng Nephropathy, Gangrene & Cataracts


Diberi kode utama IDDM with multiple complication (E10.7)
dan E10.2+ N08.3* IDDM dng nephropathy, E10.5 NIDDM with
Gangrene, E10.3+ H28.0* IDDM with cataract
J.5 : Kode PERSALINAN (O80 – O84)

1. Semua persalinan bila terdapat penyulit atau


komplikasi maka menjadi kode diagnosis
utama (010-075)
2. Kode cara Persalinan (080-084)
3. Kode Outcome Delivery (Z37.-)

40
Kode PERSALINAN (O80 – O84)

41
Pengkodean untuk persalinan :

Kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84 digunakan


sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam
persalinan.

Contoh :
DU : KPD
DS : Persalinan SC, Anemia
Maka di kode sbg DU : KPD (O42.1)
DS : SC (O82.9), Anemia (O99.0 dan D64.9),
Outcome Delivery (Z37.-)
OMIT CODE
Jika ada pernyataan omit code pada Indeks Alfabet maka prosedur
tersebut adalah bagian dari kode prosedur lain yang berhubungan dan
tidak dikode.

Contoh :
# Craniotomy 01.24
- as operative approach – omit code
fetal 73.8
for decompression of fracture 02.02 reopening of
site 01.23
# Laparatomy NEC 54.19
as operative approach --omit code
# Laminectomy (decompression) (for exploration) 03.09
11/03/20
as operative approach --omit code 43
4. UP-DATE ICD 10 & 9 CM
Dx utama : Hepatitis viral acut
B98 di ICD
2008
belum ada
Up-date ICD 9CM
5. ATURAN KODING LAINNYA
1.Bayi Lahir dengan Kode P03.0 – P03.6 di
Klaim terpisah dengan ibunya.
2.Kontrol ulang RJ dengan diagnosis yg sama
gunakan kode “Z”
3.Terapi Berulang (Rehab Medik, Rehab
Psikososial, Radioterapi, Chemoterapi,
Hemodialisa) gunakan Kode “Z”
4.Pasien RJ dan mendapatkan khemo oral,
Kode utamanya Z51.1
5.Riwayat neoplasma ganas menggunakan kode
Z85.0 – Z85.9
6.karena riwayat keluarga dengan neoplasma
ganas menggunakan kode Z80.0 – Z80.9
11/03/20 52
7.Anemia dengan neoplasma dan perawatan
hanya untuk anemia, Maka Kode Utamanya : Ca
(C--) dan Anemia (D63.0) sbg sekunder
8.Penggunaan kode Z29.0 Isolasi
9.Pasien melahirkan di FKTP, dirujuk untuk
tubektomi interval di FKRTL maka dikode
Sterilization (Z30.2) sebagai diagnosis
utama.
10. Pasien Thalasemia Mayor kontrol ulang
diberikan obat kelasi besi maka diinputkan
sebagai rawat jalan dengan kode D56.1
sebagai diagnosis utama
11.Pemasangan infus pump hanya menggunakan
kode 99.18
12.Educational therapy menggunakan kode
11/03/20 53
Episode

a.Episode adalah jangka waktu perawatan pasien


mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar
rumah sakit, termasuk konsultasi dan
pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang
maupun pemeriksaan lainnya.

b.Pada sistem INA-CBG, hanya ada 2 episode yaitu


episode rawat jalan dan rawat inap, dengan
beberapa kriteria di bawah ini :
Episode
1) Episode rawat jalan

 Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian


pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta
pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila
pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada
hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode
baru.
 Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang
berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan
pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis,
dianggap sebagai episode baru.
PMK No.76 Tahun 2016
Bab II.c
RS Khusus
6. STRUKTUR INA-CBG
e
n tre
Principle Diagnosis CO
i s io DI
d ec International Classification of NG
R G Disease (ICD)
D Major Diagnostic Category (
23 groups )

Medical (ICD X) Surgical (ICD IX


Principle Diagnosis, Others CM)
Specific Conditions, Type of Surgery
Symptoms, Other Major, Minor,
Other unrelated Dx
Complication, Co-morbidities
or age split

Diagnosis Related Groups


(DRG)
CASE - MIX severit
as
 Case-Based Groups (CBGs)
 Klasifikasi tahap kedua

 Dibagi kedalam 4 sub-groups


 Sub-group ke-1 menunjukkan CMGs
LIST OF CASEMIX MAIN GROUPS
CMG
NOS. Case-Mix Main Groups (CMG)
Codes
1 Central nervous system Groups G
2 Eye and Adnexa Groups H
3 Ear, nose, mouth & throat Groups U
4 Respiratory system Groups J
5 Cardiovascular system Groups I
6 Digestive system Groups K
7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B
8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M
9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L
10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E
11 Nephro-urinary System Groups N
12 Male reproductive System Groups V
13 Female reproductive system Groups W
14 Deleiveries Groups O
15 Newborns & Neonates Groups P
16 Haemopoeitic & immune system Groups D
LIST OF CASEMIX MAIN GROUPS
CMG
NOS. Case-Mix Main Groups (CMG)
Codes
17 Myeloproliferative system & neoplasms Groups C
18 Infectious & parasitic diseases Groups A
19 Mental Health and Behavioral Groups F
20 Substance abuse & dependence Groups T
21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups S
Factors influencing health status & other contacts with
22 health services Groups Z
23 Ambulatory Groups-Episodic Q
24 Ambulatory Groups-Package QP
25 Sub-Acute Groups SA
26 Special Procedures YY
27 Special Drugs DD
28 Special Investigations I II
29 Special Investigations II IJ
30 Special Prosthesis RR
31 Chronic Groups CD
32 Errors CMGs X
 Sub-group ke-2 menunjukkan tipe kasus (1-9 )


1. Prosedure Rawat Inap Group-1
2. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2
3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan Group-3
4. Rawat Inap Bukan Prosedur Group-4
5. Rawat Jalan Bukan Prosedur Group-5
6. Rawat Inap Kebidanan Group-6
7. Rawat Jalan kebidanan Group-7
8. Rawat Inap Neonatal Group-8
9. Rawat Jalan Neonatal Group-9
X. Error Group-10
• Sub-group ke-3 menunjukkan spesifik CBGs (kode
CBGs)

• Sub-group ke-4 menunjukkan severity level (0-III)


CONTOH KODE INA-CBGs
7. Up-date Grouper 5.1
PTCA TANPA STENT
ANGIO CEREBRAL
KODING PERSALINAN
SEVERITY LEVEL
SEVERITY LEVEL
TOP UP
PMK No.4 Tahun 2017
Contoh Kasus
1. Kelas 1 naik ke VIP
Tarif INA-CBG Kelas 1 = 10.000.000
Biaya RS = 15.000.000
pasien akan membayar iur 75% dari tarif INA-
CBG sebesar = Rp. 7.500.000
PMK No.4 Tahun 2017

Pasal 1
Ayat (2)
Contoh Kasus
2. Kelas 2 naik ke VIP
Tarif INA-CBG kelas 1 = 10.000.000
Tarif INA-CBG kelas 2 = 8.000.000
Biaya RS = 15.000.000
pasien akan membayar iur 75% dari tarif
INA-CBG sebesar = Rp. 7.500.000
Selisih Tarif Kelas 1 dan 2 = Rp. 2.000.000
Total iur pasien = Rp. 9.500.000
PMK No.4 Tahun 2017

Pasal 1
Ayat (3)
Contoh Kasus
3. Kelas 3 naik ke VIP Non PBI
Tarif INA-CBG kelas 1 = 10.000.000
Tarif INA-CBG kelas 2 = 8.000.000
Tarif INA-cbg kelas 3 = 6.000.000
Biaya RS = 15.000.000
pasien akan membayar iur 75% dari tarif INA-
CBG sebesar = Rp. 7.500.000
Selisih Tarif Kelas 1 dan 2 = Rp. 2.000.000
Selisih Tarif Kelas 2 dan 3 = Rp. 2.000.000
Total iur pasien = Rp. 11.500.000
Contoh Kasus
4. Kelas 1 naik ke VIP
Tarif INA-CBG Kelas I = 10.000.000
Biaya RS = 7.500.000
pasien akan membayar iur 75% dari tarif
INA-CBG sebesar = Rp. 7.500.000
PMK No.4 Tahun 2017
Poli Ekskutif
Pasal 1
Ayat (1)
PMK No.4 Tahun 2017
Pasal 1
Ayat (6)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai