Proposal Pengembangan
Proposal Pengembangan
Oleh :
Cover .
BAB 1
PEBDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan
seorang laki-laki yang melakukan penikahan dan tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan
anak (Lesmana, 2012). Anak juga memiliki arti sebagai manusia muda yang berkaitan dengan
umur, jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh dengan keadaan sekitarnya
(Kosnan, 2005). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa yang harus dibina, dijaga dengan cinta dan kasih sayang, karena anak-anak juga
memiliki hak dan martabat yang layak untuk mereka dapatkan .
Anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan perlu dilakukan
pengawasan atau bimbingan dari keluarga sehingga anak tersebut dapat memiliki mental dan
karakter yang baik. Karakter merupakan perilaku manusia yang berkaitan dengan kondisi
pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia perilaku baik dan buruk (Jamal Ma’mur
Asmani, 2011). Karakter juga memiliki arti kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem,
yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku (Masnur Muslich, 2011). Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa akhalak, etika, dan moral merupakan bagian dari karakter yang
dapat dilihat dari perilaku manusia dalam aktivitas baik yang berhubungan dengan Tuhan,
dirinya sendiri, sesama serta lingkungan yang terwujud dalam sikap, pikiran, perkataan, perasaan
dan perbuatan.
Fasilitas yang canggih akibat perkembangan teknologi di era digital ini mengakibatkan
perubahan yang begitu besar khsusnya bagi anak-anak milenial yang biasa disebut dengan
sebutan Kids jaman now. Media sosial menjadi konsumsi sehari-hari tanpa ada batasan yang
mengakibatkan berbagai informasi positif dan negatif berbaur menjadi satu. Anak-anak mulai
terpengaruh dengan kecanggihan teknologi yang ada dan mengakibatkan diri mereka dikuasai
oleh kecanggihan teknologi. Karakter yang sebelumnya dijadikan dasar dalam kehidupan mulai
redup dalam diri anak. Dampak yang terjadi akhir-akhir ini di sekitaran kita yang disebkan oleh
tidak adanya kelemahlembutan yang mengakibatkan banyaknya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh anak-anak seperti kekerasan, keluyuran, pencurian, pergaulan bebas, tawuran,
bullying dan masih banyak lagi kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak.
Kerendahan hati, ketaatan, penguasaan diri, dan kesediaan untuk dididik merupakan arti
dari kelemahlembutan. Sekolah minggu merupakan salah satu tempat untuk pengajaran karakter
kelemahlembutan. (Manubey Johana, Degeng Nyoman, Kuswandi Dedi, 2022). Anak-anak dapat
mencapai karakter yang baik lewat pembelajaran apabila mereka memelihara Roh Kudus agar
tetap tinggal dalam diri. Bukti bahwa Roh Kudus tetap ada dalam pribadi setiap anak-anak ialah
terpeliharanya buah-buah Roh (Galatia 5:22-23) kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. ( Selan Betty, 2023)
Gereja perlu memberikan pengajaran berbasis pendidikan karakter yaitu dengan kegiatan
Sekolah Minggu. Pelaksanaan kegiatan sekolah minggu sangat diperlukan untuk meningkatkan
kembali karakter yang baik pada diri anak. Kegiatan sekolah minggu yang menarik dapat
membangkitkan semangat anak-anak dalam beribadah. Banyak pengajaran yang masih terlihat
kaku, dan membosankan. Para pengajar PAR harus melakukan upaya yang lebih kreatif dalam
menyiapkan bahan pembelajaran seperti media belajar,strategi, metode dengan tujuan
menumbuhkan kembali karakter yang baik dalam diri anak contohnya penyediaan bahan ajar
berbasis pendidikan karakter yang sumber utama pengajaranya dari Alkitab.
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengembangkan bahan ajar yang
berbasis pengajaran karakter kelemahlembutan pada anak-anak di sekolah minggu. Bahan ajar
yang dikembangkan ini menggunakan model pengembangan Dick & Carey. Melalui
pengembangan bahan ajar ini, diharapkan dapat menolong anak-anak disekolah minggu untuk
menumbuhkan karakter kelemahlembutan dalam setiap pribadi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Kreatif
Di sekolah minggu, Guru sekolah minggu melatih anak-anak untuk kreatif melalui
berbagai aktivitas. Mereka diajak berfikir kritis dan aktif. Selain itu, anak-anak juga
diajarkan untuk menemukan dan mengemukakan ideide baru, memberikan respons dan
solusi atas situasi tertentu.
Ketika anak-anak mulai menyimpan firman Allah didalam hati melalui proses yang kreatif
untuk penemuan-penemuan alkitabiah. Seorang anak yang terlibat secara aktif dalam pelayanan
mengembang hati yang dewasa. Dengan menolong orang lain, anak-anak mengalami sukacita,
karena dipakai oleh Allah. Dasar kerohania seorang anak dibangun melalui kesempatan untuk
beribadah, berdoa dan menemukan firman Allah dan bagaimana penerapanya dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu karater dari seorang anak harus diperhatika sejak dini.
2.4 Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Minggu (Model Dick & Carey)
Dalam menyediakan bahan ajar untuk pengajaran bagi anak-anak sekolah minggu,
dibutuhkan langkah awal untuk memulainya yaitu merencanakan seluruh proses pengajaran
dalam suatu desain pembelajaran. Bukunya Putrawangsa (2019) dalam Virawati (2022:10)
desain pembelajaran merupakan suatu proses yang tersusun dengan benar, yang terdiri dari
sekumpulan kegiatan perancangan produk atau bahan pembelajaran, pengembangan, dan
pengevaluasian rancangan sehingga menghasilkan suatu rancangan yang efektif dan efisien
yang bisa digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran tertentu.
Seels dan Richey (1994) dalam Laidat (2022:12) mendefinisikandesain pembelajaran
sebagai proses untuk menetapkan kondisi belajar supaya ruang lingkupnya mencakup
komponen sistem atau sumber belajar, lingkungan belajar, dan berbagai kegiatan yang
membentuk proses pembelajaran. Selain untuk menetapkan kondisi belajar, desain juga bisa
dipahami dari suatu hasil proses desain, seperti pernyataan berikut the design component of the
instructional systems design process results in a plan or blueprint for guiding the development
of instruction (Gagne, dkk). Artinya komponen desain dari suatu proses desain sistem
pembelajaran menghasilkan suatu rencana blueprint untuk mengarahkan suat pengembangan
pembelajaran (Yaummi, 2017:5-6) dalam (Laidat, 2022:13).
Dari beberapa definisi desain pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa desain
pembelajaran memuat tahap pengembangan yang merupakan salah satu unsur atau tahap dari
desain pembelajaran yang dipahami sebagai suatu proses penerjemahan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik. Bentukbentuk fisik yang dimaksudkan bisa dalam bentuk teknologi terpadu,
teknologi berbasis komputer, teknologi cetak, multimedia, teknologi audio, dan teknologi
visual.
Bahan ajar merupakan salah satu hasil produk desain pembelajaran yang dipindahkan ke
dalam bentuk teknologi cetak. Teknologi cetak atau bahan ajar ini dalam proses produksinya
melalui percetakan, contohnya lembar kerja peserta didik (LKPD), modul, buku, handout, foto
atau gambar, brosur, wallchart, selebaran, dan model atau mockup. Ada beberapa faktor yang
dijadikan bahan pertimbangan bahan ajar, antara lain kecermatan isi, ketepatan cakupan,
ketercernaan bahan ajar, penggunaan bahasa, pengemasan atau perwajahan, ilustrasi, dan
kelengkapan komponen (Laidat, 2022:13). Bahan ajar memuat suatu komponen sistem
pembelajaran yang memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan (Magdalena, dkk,2020:460).
Tujuan disusunnya bahan ajar yaitu agar dapat memberikan pengetahuan secara sistematis
dan terencana yang memuat tujuan pembelajaran, kompetensi yang mau dicapai, materi
pembelajaran yang diuraikan, langkah-langkah pembelajaran yang sistematis, dan
latihanlatihan yang harus diselesaikan oleh pelajar.
Bahan ajar ini sangat penting bagi pengajar dan pelajar karena memudahkan dalam
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan adanya perencanaan pembelajaran yang baik dan
benar serta dikemas dalam suatu desain pembelajaran maka akan dapat mencapai dan
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Dalam desain suatu pengembangan bahan ajar
untuk menumbuhkan karakter penguasaan diri ini penting untuk menaruh perhatian penuh agar
bahan ajar yang disediakan dapat mengarahkan anak-anak taruna untuk memperoleh informasi
dan motivasi, serta mencapai tujuan pembelajaran yang tetapkan. Bahan ajar juga merupakan
pedoman yang dapat menggerakkan pelajar sehingga tidak hanya mencapai kecerdasan kognitif
melainkan juga mencapai kecerdasan secara spiritual. Kecerdasan secara spiritual menjadi
kunci agar memperoleh relasi yang baik secara sosial, menumbuhkan perilaku-perilaku yang
baik, serta pencapaian akademik (Rosebourgh & Laverret, 2011) dalam (Manubey, 2016:535).
Oleh karen itu, dalam suatu desain pengembangan bahan ajar sangat dibutuhkan pertimbangan
pesan yang hendak disampaikan. Dengan tujuan agar dapat mendorong pelajar untuk
memberikan tiga respon, antara lain persepsi, pembelajaran, dan penerimaan. Sehingga dalam
desain pengembangan bahan ajar ini, perlu diperhatikan beberapa prinsip agar bisa
menumbuhkan karakter penguasaan diri terhadap anak-anak taruna. Pada desain bahan ajar ini,
perubahan sikap hanya bisa diperoleh dengan cara memperhatikan isi pesan, sumber pesan, dan
struktur pesan (Manubey, 2016).
Dengan demikian, dalam suatu desain pengembangan bahan ajar harus menumbuhkan
ketertarikan terhadap pelajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu desain pengembanan
bahan ajar, seperti mendesain sampul dan gambar-gambar yang termuat didalamnya yang
menarik, memuat pesan yang konkret, dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh
pelajar sehingga dapat menarik perhatian pelajar untuk memahami karakter penguasaan diri
dalam bahan ajar tersebut (Laidat, 2022:15). Dalam bukunya Panggabean (2020:5) jika pelajar
memiliki pandangan yang benar terhadap bahan ajar yang diberikan oleh pengajar, maka besar
kemungkinan akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Karena pandangan yang benar
akan menggiring pelajar untuk tertarik dalam mempelajari bahan ajar dan besar
kemungkinannya pelajar memperoleh hasil yang memuaskan.
Dalam suatu desain pembelajaran membutuhkan suatu model sebagai tolak ukur konsep
pelaksanaan pembelajarannya. Pada pengembangan bahan ajar untuk menumbuhkan karakter
penguasaan diri ini, digunakan model pengembangan Dick and Carey. Dalam model
pengembangan Dick and Carey memuat sepuluh langkah yang diberikan, antara lain:
1. Analisis kebutuhan dan tujuan:
kegiatan analisis kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran ini untuk mengetahui kondisi
nyata di lapangan. Masalah apa yang terjadi di lapangan dan pengembang mencoba
menawarkan satu solusi pemecahan masalah dengan cara mengembangkan suatu produk
atau desain tertentu, inilah yang menjadi tujuan umumnya.
2. Analisis pembelajaran :
analisis pembelajaran terkait dengan prosedur, proses, keterampilan, dan tugas-tugas
belajar agar mencapai tujuan umum pembelajaran dengan dijelaskan secara terperinci
menjadi tujuan khusus atau lebih spesifik.
3. Analisis pelajar (siswa) dan konteks:
hasil dari analisis karakterstik siswa dan konteksnya maka dapat menghasilkan
kemampuan apa yang nantinya dipelajari oleh pelajar dan kemudian akan dapat
digunakan sesuai dengan kondisi sekitar.
4. Merumuskan tujuan atau indikator operasional:
berdasarkan hasil analisis pembelajaran, serta uraian terhadap kemampuan yang harus
dimiliki oleh anak, maka dirumuskan indikator atau tujuan khusus yang diperlukan
untuk kerja atau operasional.
5. Mengembangkan instrumen atau alat tes:
berdasarkan tujuan yangtelah dirumuskan, maka dikembangkan instrumen pengukuran.
Instrumen yang berkaitan untuk mengukur kemampuan pelajar mencapai tujuan dalam
pembelajaran berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen yang berkaitan dengan
perangkat produk atau desain yang dikembangkan dapat berupa daftar cek atau
kuesioner.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran:
dalam hal ini strategi pembelajaran yang digunakan agar mencapai tujuan pembelajaran
Strategi yang digunakan menekankan pada setiap unsur yang mendorong anak untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Didasarkan pada teori belajar dan hasil penelitian,
sedangkan media yang digunakan haruslah memiliki hubungan antara materi yang akan
dipelajari dan karakteristik pelajar.
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran:
dalam tahapan ini terdapat pembuatan panduan, materi pembelajaran, dan asesmen.
8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif:
langkah ini diperlukan untuk mengetahui bahan yang dikembangkan secara
keseluruhan, karena masih bersifat prototipe, sehingga dengan adanya tahapan ini bahan
yang dikembangkan dapat diperbaiki untuk menjadi lebih baik dan layak dipakai. Hasil
dari evaluasi formatif ini dapat dipakai untuk menentukan kelayakan produk, bahan,
material, dan rancangan untuk desain.
9. Melakukan revisi:
pada bagian ini merupakan perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil dari tahapan
evaluasi formatif. Revisi dilakukan terhadap tujuh langkah pertama yaitu tujuan umum
pembelajaran, analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan untuk kerja atau operasional,
butir tes, strategi pembelajaran, dan atau bahan-bahan pembelajaran.
10. Melakukan evaluasi sumatif:
untuk melakukan keefektifan produk, program atau proses secara keseluruhan
dibandingkan dengan program lain. Pada tahapan ini merupakan tahapan yang berada di
luar tahapan pengembangan.
Gambar 2.1 Model pengembangan Dick & Carey
Sumber: Dick, W., Carey., and Carey, J. (2012:2).
2.5.2 Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” secara harfiah berartipemeriksaan atau
pertanyaan dan penyelidikan. Ditegaskan bahwa inkuiri ialah the process of infestigating a
problem (proses penyelidikan masalah). Secara etimologi inquiry diartikan sebagai proses
berpikir kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu masalah
yang dipertanyakan (Lahadisi, 2014:88). Menurut Slameto, strategi pembelajaran inkuiri ialah
prosedur penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar mengembangkan potensi kognitifnya dalam hubungan kegiatan yang disusunnya sendiri
agar menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang
dihadapkan kepadanya melalui usaha pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis,
kritis, dan sistematis (Lahadisi, 2014:88-89). Jadi dapat simpulkan bahwa strategi pembelajaran
inkuiri adalah salah satu strategi yang berfokus pada proses berfikir secara sistematis, kritis,
logis, analistis, dan bermakna untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu
permasalahan yang dihadapi, baik proses pembelajaran dalam kelas maupun lingkungan sekitar
dimana mereka berada yang dimaksudkan agar dapat menumbuhkan sikap keyakinan dalam
diri dan kebermaknaan hidup.
Strategi pembelajaran inkuiri didasarkan pada aliran belajar kognitif yang dicetuskan oleh
Piaget. Berdasarkan aliran ini, belajar ialah proses mental dan proses berpikir dengan
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu secara optimal. Belajar
bukan sekedar menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan yang diperoleh, melainkan
pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk pelajar melalui keterampilan berpikir. Teori
belajar lain yang menjadi dasar strategi pembelajaran inkuiri ialah teori belajar konstruktivistik.
Teori belajar ini dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu bermakna jika dicari dan
ditemukan sendri oleh pelajar. Menurut Piaget, sejak kecil setiap individu berusaha dan mampu
mengembangkan pengetahuan memalui skema yang ada dalam sistem berpikirnya. Skema itu
secara terus menerus dioptimalkan dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi.
BAB III
METODE PEMBANGUNAN