Anda di halaman 1dari 11

(P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI 5 NAMLEA


1
Kurniati Tuasalamony, 2Rahma Satya Masna Hatuwe, 3Susiati, 4Andi Masniati,
5
Roos Nilawati Marasabessy
12345
Universitas Iqra Buru
susiatiuniqbu@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji upaya pengembangan pendidikan karakter di SDN 5
Namlea Kabupaten Buru. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang
diperoleh merupakan data primer dan data sekunder. Metode dalam penelitian ini adalah metode
observasi dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, yakni observasi non partisipatif,
wawancara mendalam, studi dokumentasi, studi literatur. Teknik analisis data yang digunakan,
yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian membuktikan
bahwa Ada lima belas upaya pengembangan pendidikan karakter yang telah diterapkan oleh pihak
SD Negeri 5 Namlea yang dapat dilihat secara materil dan non materil, yakni 1) kegiatan briefing
pagi dan siang yang menumbuhkan sikap kebersamaan, kedisiplinan, kepatuhan pada aturan,
saling menghormati, dan kesetiakawanan; 2) pembiasaan mengucapkan salam, siswa memperoleh
nilai karakter, antara lain nilai religi, nilai sosial yang tinggi, menghargai orang lain, dan saling
peduli kepada sesama; 3) pembiasaan berjabat tangan yang di dalamnya menunbuhkan rasa
terbuka menerima eksistensi seseorang, santu, ramah, dan rasa cinta; 4) penerapan tugas piket
siswa yang mengandung nilai karakter rasa percaya diri, rasa tanggung jawab, rasa kebersamaan,
kemandirian, dan saling membantu; 5) kegiatan pengintergrasian sabtu kreatif. Kegiatan ini
menumbuhkan rasa nasionalisme, kebersamaan, rasa percaya diri, keteguhan, kedisiplinan, dan
keakraban; 6) pengintegrasian karakter dalam mata pelajaran. Kegiatan ini dapat menumbuhkan
sikap siswa yang berjiwa disiplin, terbuka, sopan, santun, suka menolong, mudah bergaul, patuh,
dan teguh pendirian.
Kata Kunci: Upaya, Pengembangan, Pendidikan, Karakter, Sekolah Dasar

PENDAHULUAN nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


Pendidikan merupakan pilar penting dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang
perkembangan kognisi anak. Sejak dimulainya bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
peradaban manusia disitu pulalah pendidikan muncul. bangsa yang bertujuan untuk perkembangan potensi
Pendidikan adalah suatu runtunan dalam cara peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
pemerolehan ilmu dan penyempurnaan diri yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
dilakukan manusia secara terus menerus atau mulia, berilmu, sehat, kreatif, cakap, dan menjadi
berkelanjutan. Manusia tidak luput dari keterbatasan warga negara yang demokratis dan bertanggung
dan kekurangan sehingga untuk melengkapi jawab.
keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki tersebut, Saat ini upaya pengembangan pembelajaran,
manusia harus berproses, salah satunya melalui tujuan pendidikan, dan penilaian di Sekolah Dasar
pemerolehan ilmu melalui pendidikan. Pendidikan (SD) belum tercapai dengan maksimal. Hal ini terjadi
yang diperoleh oleh manusia tidak hanya melalui karena dalam proses kegiatan belajar mengajar masih
pendidikan formal tetapi pendidikan awal yang ditemukan ketidaksesuaian antara tujuan pendidikan
didapatkan oleh manusia adalah melalui lingkungan yang mengacu pada character dan nation building.
keluarga dan lingkungan masyarakat. Untuk dapat mencapai pada pengembangan character
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 dan nation building semestinya pembinaan dan
tentang Sisdiknas Pasal 3 yang berbunyi “pendidikan

81
Pengembangan Pendidikan Karakter… Tuasalamony, K. dkk.

penanama karakter harus dikembangkan dan membiarkan begitu saja jika ada yang melakukan
dimasukkan dalam setiap materi pembelajaraan. pelanggaran seperti terlambat. Guru berpendapat
Samani (2012) mengemukakan bahwa apabila siswa yang terlambat dihukum maka hanya
hadirnya pendidikan karakter merupakan upaya akan menghambat proses belajar mengajar. Selain itu,
sungguh-sungguh dalam membantu seseorang untuk banyak siswa melakukan tindakan kurang terpuji
memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan seperti melakukan kekerasan fisik, bermain ketika
inti nilai-nilai etis dan etika (hal. 65). Sama halnya proses belajar mengajar berlangsung, mengejek
dengan Samani (2012) menyatakan bahwa pendidikan teman, dan lain-lain. Hal di atas menjadi tolak ukur
karakter merupakan proses pemberian tuntunan dan peneliti untuk meneliti di Sekolah Dasar Negeri 5
penguatan kepada peserta didik untuk menjadi Namlea terkait pendidikan karakter .
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi Pengupayaan pengembangan pendidikan
pikir, raga, hati, serta rasa, dan karsa (hal. 66). karakter yang selama ini sudah dimasukkan dalam
Pendidikan karakter semakin dianggap kurikulum tidak sepenuhnya terlaksana dengan baik
penting pada era sekarang karena merebaknya dan tepat. Kondisi lingkungan, budaya, dan karakter
teknologi yang memuat situs-situs dan perilaku masyarakat, dan karakter para siswa menjadikan
kurang mendidik yang dapat membutakan pikiran pengembangan pendidikan karakter perlu diterapkan
para remaja dan anak-anak sekolah. Penerapan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan yang
pendidikan karakter dalam kurikulum di sekolah- diinginkan oleh setiap anak. Segala macam upaya
sekolah dapat menumbuhkan perilaku positif para telah dilakukan oleh pihak Sekolah Dasar Negeri 5
siswa. Namlea, tetapi tidak sedikit upaya tersebut terhambat
Sudah sangat banyak perilaku-perilaku yang oleh ketidakcocokan media penhantar pendidikan
menyimpang dan tidak patut ditiru ataupun dicontohi karakter dengan keinginan para siswa.
oleh para siswa misalnya mengolok-olok dan Berdasarkan deskripsi pada pembahasan di
mengejek teman, kekerasan verbal, kekerasan fisik, atas, penelitian ini bertujuan mengkaji upaya
pelecehan seksual, bisnis mania lewat sekolah, pengembangan pendidikan karakter di SDN 5 Namlea
korupsi, dan kesewenang-wenangan (Koesoema, Kabupaten Buru.
2011: 87). Masalah yang dihadapi Indonesia sekarang
adalah sistem pendidikan dini yang terlalu Karakter
berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) Karakter merupakan nilai-nilai pada perilaku
dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan manusia yang ada hubungannya dengan Tuhan,
(afektif, empati, dan rasa) (Samani, 2012: 97). pribadi, sesama manusia, lingkungan masyarakat, dan
Hasil observasi awal di SD Negeri 5 Namlea, bangsa yang terbentuk atau terwujud dalam sikap,
tampak banyak siswa yang datang terlambat saat pikiran, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma
briefing pagi, berbagai argumen yang dilontarkan oleh agama, hukum, tata krama, adat istiadat, dan budaya
siswa. Dari pihak guru hanya memberikan hukuman, (Muslich, 2011: 23).
yakni dalam bentuk nasihat dan hukuman Sama halnya dengan Kesuma (2011) yang
membersihkan halaman sekolah, setelah hukuman menyatakan bahwa karakter merupakan nilai yang
selesai para siswa langsung masuk ke dalam kelas dan diwujudkan dalam perilaku. Suatu karakter melekat
duduk di tempat masing-masing. Namun, hukuman dengan nilai dari perilaku tersebut (hal. 54). Samani
tersebut tidak secara berkelanjutan, adakalanya guru (2012) juga berpikiran sama bahwa karakter diartikan

82
PEDAGOGY Vol. 07 No. 02 Tahun 2020 (P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855
sebagai suatu nilai dasar yang dapat menumbuhkan interaksi dengan Tuhan, diri sendiri, antarsesama, dan
pribadi seseorang menjadi baik. Hal ini dikarenakan lingkungannya (hal. 14).
pengaruh keturunan atau gen serta pengaruh Berdasarkan beberapa pendapat di atas
lingkungan yang membedakan dengan orang lain, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupan adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang secara
sehari-hari (hal. 86). sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik
Suyanto (dalam Zubaedi, 2012) menyatakan terhadap peserta didik sehingga dapat diwujudkan dan
bahwa karakter adalah ciri khas dari tiap individu dilaksanakan dalam lingkungan sehari-hari.
dalam mengelolah cara berpikir dan berperilaku Koesoema (2011) mengartikan pendidikan
dalam kehidupan dan cara bekerja sama, baik dalam karakter sebagai proses pembelajaran yang mengacu
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara pada pengembangan dan penguatan perilaku atau
(hal. 45). sikap anak secara sempurna, didasarkan pada nilai
Hal yang dinyatakan juga oleh Susiati dan tertentu yang dirujuk oleh sekolah (hal. 57). Lickona
Taufik (2019) bahwa karakter merupakan pola atau (1991) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen
cara berprilaku seseorang yang didapat dari yang terkadung dalam pendidikan nilai atau moral,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing),
lingkungan masyarakat yang diwujudkan dalam setiap perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan
tindak tanduk kehidupannya (hal. 119). moral (moral action). Pengetahuan (moral Knowing)
yang meliputi kesadaram moral, pengetahuan nilai-
Pendidikan Karakter moral, pandangan kedepan,penalaran moral,
Koesoema (2011) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan, dan pengetahuan peserta
pendidikan karakter adalah totalitas suatu dinamika didik. Perasaan (moral feeling) yang meliputi kata
hubungan antara pribadi dengan berbagai macam hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan,
elemen, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, pengendalian diri, dan kerendahan hati. Tindakan
agar pribadi tersebut semakin menghayati kebebasan, (moral action) yang meliputi dorongan berkompetisi,
bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri berbuat baik, berkeinginan, dan kebiasaan (habit).
dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka (hal. 43).
(hal. 54). Pendidikan karakter berperan sebagai suatu
A. Kusuma (2010) menyatakan bahwa bentuk pembelajaran yang mengacu pada
pengutamaan pertumbuhan moral individu yang ada pengembangan dan penguatan perilaku anak secara
di lembaga pendidikan merupakan tujuan umum utuh yang didasarkan pada suatu nilai atau moral
dalam pendidikan karakter. Cerminan pendidikan tertentu yang dirujuk oleh sekolah (Koesoema, 2011:
karakter dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan 5).
melalui penanaman nilai terhadap diri siswa dan tata
kehidupan bersama yang menghormati kebebasan Pentingnya Pendidikan Karakter
individu (hal. 135). Sekolah merupakan tempat atau lingkungan
Zubaedi (2012) juga mengungkapkan bahwa strategis dalam melakukan pembinaan pendidikan
pendidikan karakter dipahami sebagai upaya karakter. Anak-anak dari semua lapisan akan
penanaman kecerdasan dalam berpikir, bersikap, mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu, anak-
dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur anak dominan menghabiskan sebagian besar
yang menjadi jati dirinya yang diwujudkan dalam waktunya di sekolah sehingga apa yang
83
Pengembangan Pendidikan Karakter… Tuasalamony, K. dkk.

didapatkannya di lingkungan sekolah dapat j) Membuat kata-kata atau kalimat di dinding tiap
memengaruhi pembentukan karakternya. ruang kelas yang mendorong karakter baik para
Zubaedi (2011) mengemukakan bahwa siswa;
terjadinya keadaan krisis dan dekadensi moral dapat k) Guru menerapkan berlaku adil kepada semua
menandakan bahwa seluruh pengetahuan agama dan siswa;
moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata l) Guru menumbuhkan sikap mengakui kesalahan
tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku kepada setiap diri siswa;
masysrakat Indonesia. Terjadinya demoralisasi karena m) Guru mengajarkan kepada siswa cara
proses pembelajaran cenderung mengajarkan berkompetisi secara positif;
pendidikan moral dan budi pekerti dalam sebatas teks n) Guru menanamkan pribadi cinta bersih kepada
atau wacana dan kurang mempersiapkan siswa untuk semua siswa;
menyikapi dan menghadapi kehidupan nyata yang o) Menunjukkan penghaegaan terhadap siapapu
kontradiktif (hal. 2). yang berbeda keyakinan dan budaya;
Hal di atas dipertegas oleh Saptono (2011) p) Guru menumbuhkan sikap peduli terhadap
yang menyatakan bahwa terdapat cara-cara dalam sesama dan cinta lingkungan kepada para siswa;
mengembangkan pendidikan karakter anak di sekolah, q) Memberikan perhatian kepada siswa terhadap
yakni: program-program tertentu di sekolah yang sarat
a) Memejang gambar para tokoh inspiratif di aula muatan karakter;
sekolah dan ruang-ruang kelas; r) Menumbuhkan pentingnya sikap ksatria (tidak
b) Membuat pedoman perilaku di kelas dan sekolah curang) kepada para siswa dalam berbagai bentuk
yang disetujui oleh para siswa dan guru; interaksi dengan orang lain (hal. 199).
c) Membuat program penghargaan dalam berbagai Dari gambaran fenomena pendidikan
hal membanggakan, selain prestasi akademis, karakter oleh para pakar di atas, dapat disimpulkan
olahraga, atau kesenian; bahwa penerapan pendidikan karakter selama ini
d) Meminta siswa mengungkapkan tokoh idola yang belum maksimal dirasakan oleh kalangan para siswa.
bersifat personal dan menanyakan alasan siswa Meskipun kurikulum sudah menerapkan pendidikan
mengapa tokoh tersebut menjadi idola mereka; karakter, tetapi masih banyak para pendidik tidak
e) Mengikutsertakan orangtua siswa untuk memberlakukannya dalam proses pembelajaran.
mengamati dan berkontribusi terhadap kemajuan
kelas atau sekolah; Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah
f) Menumbuhkan sikap kepemimpinan kepada Pusat Pengkajian Pedagogi (dalam Kesuma,
siswa 2011) melakukan analisis terhadap pengembangan
g) Melarang berbagai bentuk ketidaksopanan terjadi pendidikan karakter. Tujuan pendidikan karakter
di kelas; dalam pendidikan nasional tidak boleh melupakan
h) Mengikutsertakan orangtua siswa dalam landsan konseptual filosofi pendidikan yang
mengatasi perilaku tidak baik siswa dengan cara membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa
menyurati orangtua siswa dan guru melakukan depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan
kinjungan ke rumah siswa yang bersangkutan; berhasil menghadapi tantangan-tantangan zaman (hal.
i) Menumbuhkan rasa tanggung jawab moral 43).
kepada siswa untuk bekerja keras di sekolah;

84
PEDAGOGY Vol. 07 No. 02 Tahun 2020 (P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855
Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2011) mendengarkan, membaca, berhitung, dan menulis; (4)
menyatakan bahwa peranan pendidikan karakter belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman
sangat penting terhadap diri para siswa. Hal ini sejawat; (5) peran sosial pria atau wanita mulai
dianggap penting karena dengan pendidikan karakter dikembangkan; (6) mengembangkan kata batin, skala
dapat membawa peserta didik pada pengenalan nilai perilaku atau sikap, dan moral; (7) menumbuhkan
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan sikap kritis terhadap situasi-situasi yang terjadi dalam
pengenalan nilai secara nyata (hal. 55). Dipertegas kehidupan sehari-hari; (8) mencapai kebebasan
pula oleh Kesuma (2011) yang menyatakan bahwa pribadi; (9) mengembangkan sikap peduli terhadap
tujuan pendidikan di sekolah meliputi: kelompok sosial dan lembaga (hal. 34).
a) Mengembangkan dan menguatkan norma-norma
dan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting METODE
dan dapat menjadi suatu kepribadian atau Jenis Penelitian
kepemilikan yang dimiliki oleh peserta didik Jenis penelitian yang digunakan dalam
secara khas sesuai dengan nilai-nilai yang penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
dikembangkan. deskriptif merupakan penelitian dengan
b) Memeriksa sikap atau perilaku peserta didik yang mengumpulkan data untuk mengetes pertanyaan
tidak sesuai dengan nilai atau norma yang penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan
dikembangkan dan diterapkan oleh sekolah. keadaan dan kejadian sekarang, melaporkan keadaan
c) Mempererat hubungan yang serasi dan selaras objek atau subjek yang diteliti sesuai apa adanya
antarkeluarga dan antarmasyarakat dalam (Sukardi, 2007: 54). Penelitian ini mengkaji suatu
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter upaya pelaksanaan dan pengembangan pendiddikan
secara bersama. karakter di SD Negeri 5 Namlea.

Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Data dan Sumber Data


Para tenaga pendidik harus lebih memahami Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
karakteristik anak pada usia Sekolah Dasar (SD). data primer dan data sekunder. Data primer berupa
Tenaga pendidik juga harus dapat menerapkan dan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya,
menciptakan suatu metode pembelajaran yang sesuai yaitu dengan menggunakan teknik observasi dan
dengan keadaan siswa para siswa. Hal itu, secara tidak wawancara mendalam. Data sekunder ialah data yang
langsung dapat memberikan pemahaman para tenaga berasal dari dokumen di kantor.
pendidik dalam mengetahui karakteristik para siswa. Sumber data penelitian ini diperoleh dari
Usia anak SD yang memasuki perkembangan masa beberapa informan dengan menerapkan criterion
kanak-kanak, yakni mulai dari usia 6 tahun sampai 13 based selection, yakni subjek bertindak sebagai aktor
tahun. Untuk siswa kelas IV biasanya usia anak dalam tema penelitian. Penentuan informan
berada pada umur 9 sampai 10 tahun. menggunakan model snowball. Penelitian ini
Izzaty (2017) mengemukakan bahwa tahap- mengambil informan kunci kepala. Selanjutnya, data
tahap perkembangan pada masa kanak-kanak yang diperoleh dari informan kunci ditriangulasi
meliputi: (1) pengembangan sikap yang sehat dengan data dari informan tambahan, yang berasal
mengenai diri sendiri; (2) belajar ketrampilan fisik dari guru kelas I–VI, wali kelas, guru agama, guru
yang diperlukan untuk bermain; (3) mengembangkan seni, guru penjaskes, dan siswa SD Negeri 5 Namlea.
keterampilan-keterampilan dasar seperti
85
Pengembangan Pendidikan Karakter… Tuasalamony, K. dkk.

Moleong (2007) menyatakan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN


triangulasi digunakan sebagai teknik untuk mengecek Adapun pembahasan dalam penelitian
keabsahan data (hal. 42). mencakup permasalahan, yakni mengkaji upaya
pengembangan pendidikan karakter di SDN 5 Namlea
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Kabupaten Buru.
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di
digunakan untuk memperhatikan secara akurat suatu SDN 5 Namlea Kabupaten Buru
kegiatan, memperhatikan relasi antara aspek dalam Adapun upaya pengembangan pendidikan
situasi yang terjadi, mencatat fenomena yang muncul, karakter yang telah diterapkan oleh tenaga pendidik di
dan mengamati objek kajian dalam konteks atau SDN 5 Namlea adalah:
situasi. 1. Briefing pagi dan siang
Penggunaan metode observasi dilakukan Briefing atau apel pagi sebelum
untuk mendapatkan data lisan dan tertulis berupa pembelajaran telah diterapkan di SDN 5 Namlea. Hal
upaya pengembangan pendidikan karakter di SD ini dilakukan untuk memberikan nasihat atau petuah-
Negeri 5 Namlea. Untuk menunjang penggunaan petuah, menginformasikan laporan terbaru, baik itu
metode observasi peneliti menggunakan teknik-teknik informasi dari dinas atau masalah-masalah
pengumpulan data secara observasi non partisipatif, pembelajaran. Briefing pagi ini dilakukan sebelum
wawancara mendalam, studi dokumentasi, studi para siswa dan guru masuk ke dalam kelas untuk
literatur. melaksanakan proses pembelajaran. Setelah arahan
selesai kemudian para siswa dan guru berdoa setelah
Penganalisisan Data itu dipersilahkan menuju ke kelas masing-masing. Di
Untuk menganalisis data yang diperoleh, samping itu, dalam briefing ini bermanfaat untuk
peneliti menggunakan langkah-langkah kebersamaan dan kedisiplinan para siswa dan tenaga
penganalisisan data sebagai berikut. pendidik.
1. Perediksian data (data reduction) Selain briefing pagi, mereka juga melakukan
Pereduksian data adalah proses pemusatan briefing siang tetapi pelaksanaannya dilakukan di
perhatian pada penyederhanaan, pemilihan data, masing-masing kelas oleh guru atau wali kelas.
pengabstrakan, dan pentransformasian data “kasar” Setelah pembelajaran selesai, guru menunjuk salah
dari catatan di lapangan. satu siswa yang piket pada hari itu untuk membaca
2. Penyajian data (data display) salah satu surah dalam Alquran setelah itu ada petuah-
Penyajian data dilakukan dengan menyusun petuah atau nasihat guru kepada para siswa, misalnya
berbagai informasi yang berasal dari penarikan anjuran untuk jalan di sebelah kiri, menyeberang jalan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. dengan hati-hati, memberi salam kepada orangtua,
3. Penarikan kesimpulan (data verification) mencium tangan orangtua, belajar lebih giat di rumah.
Dari hasil penyajian data maka akan Nilai pendidikan karakter yang didapatkan
dilakukan suatu penarikan kesimpulan yang di para siswa dari kegiatan ini adalah rasa kebersamaan,
dalamnya berupa makna dari data yang dikumpulkan. kedisiplinan, kepatuhan pada aturan, saling
menghormati, dan kesetiakawanan.
2. Pembiasaan mengucapkan salam

86
PEDAGOGY Vol. 07 No. 02 Tahun 2020 (P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855
Pembiasaan mengucapkan salam terlihat pula Kegiatan Sabtu Kreatif merupakan kegiatan
pada siswa-siswa di SD Negeri 5 Namlea. Sebelum yang menumbuhkan karakter positif para siswa.
mereka masuk pada proses pembelajaran, ketua kelas Kegiatan tersebut meliputi pelatihan menyanyi lagu
akan memimpin teman-temannya untuk memberikan daerah, seni peran, olahraga, cinta literasi. Siswa
salam hormat kepada guru yang mengajar saat itu. dibebaskan untuk mengaktualisasikan diri mereka
Pembiasaan mengucapkan salam tidak hanya di dalam sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini dilakukan
kelas saja, tetapi di luar kelas. agar kreativitas terpendam para siswa dapat
Guru sangat menanamkan pendidikan dipraktekkan dalam Sabtu Kreatif tersebut.
karakter kepada para siswa dengan pembiasaan Nilai karakter yang didapatkan para siswa
memberikan salam kepada siapa saja yang mereka dari kegiatan Sabtu Kreatif ini meliputi rasa
temui. Nilai karakter yang didapatkan para siswa dari nasionalisme, kebersamaan, rasa percaya diri,
pembiasaan ini adalah nilai religi, nilai sosial yang keteguhan, kedisiplinan, dan keakraban.
tinggi, menghargai orang lain, dan saling peduli 6. Pengintegrasian karakter dalam Mata Pelajaran
kepada sesama. Penanaman nilai-nilai karakter kepada para
3. Pembiasaan jabat tangan siswa, yakni melalui semua mata pelajaran. Penerapan
Pembiasaan berjabat tangan tampak pula tersebut terlihat pada RPP dan Silabus mereka yang
pada para siswa di SD Negeri 5 Namlea. Para guru dibentuk dalam RPP berkarakter. Setiap materi dalam
menanamkan sikap terbuka kepada para siswa melalui semua mata pelajaran terdapat pendidikan karakter.
pembiasaan berjabat tangan dengan guru, orangtua, Hal ini dilakukan agar para siswa dapat termotivasi
dan siapapun dalam masyarakat. dan pintar membawa diri baik kepada teman atau
Para siswa di SD Negeri 5 Namlea sangat lingkungannya.
santun saat bertemu dengan masyarakat, baik itu 7. Pemajangan Gambar Para Tokoh Inspiratif
orang yang sudah dikenali atau pun orang baru. Pemajangan gambar tokoh-tokoh pahlawan
Pembiasaan berjabat tangan yang dilatih pada para atau tokoh-tokoh inspiratif tampak pula dilakukan
siswa ini menumbuhkan nilai pendidikan karakter oleh SD Negeri 5 Namlea. Pemajangan gambar-
meliputi terbuka menerima eksistensi seseorang, gambar tersebut terlihat di semua ruang kelas. Hal ini
santun, ramah, dan rasa cinta. dilakukan oleh pihak sekolah agar para siswa dapat
4. Tugas piket siswa mengetahui dan memunculkan rasa nasionalisme para
Pendidikan karakter yang ditanamkan pada siswa. Selain itu, pihak sekolah mengatakan bahwa
diri siswa di SD Negeri 5 Namlea terlihat pada pemajangan gambar-gambar tokoh inspiratif beserta
pengadaan tugas piket siswa. Tugas piket siswa inti sari perjuangan para pahlawan ini dapat
diperuntukkan kepada dua atau lebih siswa untuk menumbuhkan semangat dan patriotisme para siswa
bertanggung jawab terhadap pelaporan, pembersihan, sejak dini. Para siswa juga akan memahami
dan pembacaan doa di kelas. Para siswa sangat pentingnya persatuan, mengakui keberagaman, dan
kooperatif melaksanakan tugas yang telah diberikan dapat menumbuhkan sikap cinta tanah air.
oleh guru mereka. 8. Adanya pedoman sikap atau perilaku di kelas dan
Nilai yang didapatkan para siswa dari di lingkungan sekolah
kegiatan ini adalah tumbuhnya rasa percaya diri, rasa Penerapan papan pedoman sikap dan
tanggung jawab, rasa kebersamaan, kemandirian, dan perilaku di kelas dan di lingkungan sekolah tampak
saling membantu. dilaksanakan oleh pihak SD Negeri 5 Namlea. Di
5. Pengintegrasian dalam Sabtu Kreatif setiap sudut ruangan kelas dan di dinding luar kelas
87
Pengembangan Pendidikan Karakter… Tuasalamony, K. dkk.

terdapat pedoman perilaku yang ditujukan kepada Jika orangtuanya tidak mengindahkan surat
para siswa dan guru. Misalnya, kalimat “kebersihan pemanggilan tersebut, maka salah satu wali kelas dari
sebagian dari iman”, “yuk! Cinta literasi”, “malu anak tersebut akan melakukan kunjungan ke rumah.
datang terlambat”, “hormati guru, sayangi teman” Tindakan ini dilakukan oleh pihak sekolah
“katong samua basudara”, dan sebagainya. Penerapan agar bersama-sama dicarikan solusi untuk kebaikan
ini dianggap penting untuk menanamkan pendidikan siswa yang dimaksud. Pihak sekolah mengatakan
karakter kepada para siswa. bahwa dengan seperti ini muncul dalam diri si siswa
Nilai karakter yang diperoleh para siswa dari bahwa dengan dipanggil orangtuanya ke sekolah
penerapan pedoman perilaku ini adalah terkait dengan perilaku buruk yang dilakukannya
menumbuhkan kesadaran sejak dini para sisiwa, maka siswa tersebut merasa malu kepada teman-
menumbuhkan sikap jujur, dan menumbuhkan rasa temannya yang lain.
malu dalam diri tiap-tiap siswa. Nilai karakter yang diperoleh oleh siswa
9. Menumbuhkan Jiwa Pemimpin dengan dengan penerapan surat pemanggilan orangtua ini
Keteladanan kepada Siswa adalah menumbuhkan rasa bersalah, rasa malu,
Tiap-tiap guru di kelas selalu memberikan kesadaran dalam diri, dan kedewasaan.
nasihat kepada para siswa untuk menjadi pemimpin 11. Guru berusaha konsisten dalam memperlakukan
yang bijaksana dan penuh keteladanan dalam siswa (berlaku adil kepada semua siswa)
berperilaku di lingkungan keluarga, sekolah, dan di Berlaku adil kepada semua siswa sangat
masyarakat. Penumbuhan jiwa kepemimpinan ini dianjurkan dalam diri pengajar (guru). Hal ini selalu
dilakukan oleh para guru sebelum masuk pada materi dilaksanakan oleh tiap-tiap guru saat memberikan
pembelajaran dan ketika selesai memberikan materi pelajaran atau ketika bersantai dengan para siswa di
pembelajaran. Hal ini dilakukan agar para siswa dapat lingkungan sekolah. Pihak sekolah mengatakan bahwa
berjiwa rendah hati, tidak membeda-bedakan status mereka sangat menjunjung rasa adil kepada semua
sosial dalam masyarakat. siswa. Guru tidak pernah membeda-bedakan antara
Jika guru mendapati siswanya melakukan siswa yang pintar dan kurang pintar, yang kaya
sikap tidak terpuji, misalnya menghina teman atau ataupun yang miskin. Di SD Negeri 5 memiliki
merendahkan teman, siswa tersebut dipanggil secara semboyan “sama rata, sama rasa”.
baik-baik ke ruang guru untuk dinasihati. Pihak guru 12. Menanamkan sikap mengakui kesalahan dan
mengatakan bahwa dilakukannya tindakan berusaha untuk memperbaikinya.
pemanggilan ini agar anak tersebut tidak merasa Guru di SD Negeri 5 Namlea menanamkan
direndahkan jika dimarahi atau ditegur di depan sikap berani mengakui kesalahan kepada para siswa.
teman-temannya. Dengan penanaman sikap yang dimaksud, maka
10. Mengikutsertakan orangtua siswa dalam secara tidak langsung memberikan efek positif kepada
mengawasi dan mengatasi perilaku tidak baik para siswa untuk tidak takut mengakui perbuatan yang
siswa dengan cara mengirimkan surat atau telah dilakukan baik itu secara disengaja dan tidak
melalui kunjungan ke rumah. disengaja.
Pihak SD Negeri 5 Namlea jika menemukan Guru tidak langsung menghakimi murid yang
siswa yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak bersalah, tetapi siswa yang bersalah tersebut dinasihati
sekolah terkait perilaku buruk, maka orangtua siswa baik-baik agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
tersebut akan dikirimkan surat pemanggilan orangtua. Cara ini dilakukan oleh guru untuk menjaga psikologi

88
PEDAGOGY Vol. 07 No. 02 Tahun 2020 (P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855
siswa. Bagi para guru, jika menghakimi anak dengan 15. Penanaman sikap cinta budaya lokal
kemarahan maka anak tersebut akan semakin menjadi Penanaman cinta budaya telah dilaksanakan
anak pembangkang dan penakut. oleh berbagai pihak di SD Negeri 5 Namlea, yakni
13. Mengajarkan siswa mengenai kompetisi yang dengan diterimanya program GSMS (Gerakan
baik. Seniman Masuk Sekola) yang dicetus oleh Dinas
Para siswa di SD Negeri 5 Namlea sering Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Buru selama
mengikuti ajang-ajang yang bergengsi baik lomba 3 bulan. Fungsi dari masuknya GSMS tersebut
tingkat kabupaten maupun provinsi. Hal ini tidak memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang
terlepas dari motivasi dan dukungan dari berbagai cara memahami, mencintai, menghargai, dan
kalangan khususnya para guru. melestarikan budaya lokal.
Para guru tidak pernah absen dari kegiatan- Zaman sekarang sulit menemukan jiwa anak
kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas-dinas di yang menjunjung nilai-nilai budaya. Mereka kadang-
Kabupaten Buru, misalnya lomba drama, lomba puisi, kadang tidak mengetahui lagi bentuk atau wujud
lomba nyanyi, dan lomba story telling. Dari berbagai budaya lokal daerah mereka. Budaya memainkan
ajang tersebut para siswa membawa berbagai macam hanphone sudah merajalela bahkan menjadikan anak
pernghargaan yang memuaskan. Penanaman karakter enggan mengetahui wujud budaya daerah mereka.
kepada para siswa oleh guru adalah dengan Untuk itu, dengan adanya program GSMS dapat
menumbuhkan rasa berkompetisi yang positif. Para membawa para siswa mengetahui budaya-budaya
guru sering memberitahukan kepada para siswa yang yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
berkompetisi bahwa “tampilkan kreativitas kalian, Adapun berbagai bentuk pembelajaran
jangan merasa bahwa kalian berkompetisi”. Dengan budaya yang diterapkan atau ditampilkan dalam
prinsip tersebut, para siswa yang berkompetisi merasa program GSMS antara lain penumbuhan sikap yang
tidak tertekan, santai dalam berlomba. beradab, sopan santun, cara menghormati orang tua,
14. Penanaman sikap peduli kepada sesama dan cinta tatak rama dan bentuk budaya yang diajarkan adalah
lingkungan. tari sawat (tari tradisional Pulau Buru), berpantun
Penanaman sikap peduli dan cinta (menggunakan bahasa Melayu Ambon), menyanyikan
lingkungan tergambar juga di SD Negeri 5 Namlea. lagu daerah, seni tetater (drama dan gambus), dan seni
Penanaman sikap tersebut sering dilakukan oleh guru- musik (tifa totobuang).
guru ketika briefing pagi, ketika istrahat, dan saat Nilai karakter yang diperoleh para sisiwa
proses belajar mengajar. Misalnya, para siswa melihat dari kegiatan dimaksud adalah rasa nasionalisme,
sampah berserakan, tanpa disuruh oleh guru, mereka kesopansantunan, cara menghormati orang lain.
langsung memungutnya dan membuangnya ke tempat
sampah. Ketika ada seorang siswa dipukuli oleh siswa SIMPULAN DAN SARAN
yang lain, siswa yang lain akan membela dan Simpulan
melaporkan langsung kepada guru. Berdasarkan hasil penelitian dalam
Penanaman sikap peduli dan cinta pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa
lingkungan ini berimplikasi positif terhadap hal yang menjadi temuan dalam penelitian ini terkait
perkembangan psikologi para siswa sejak dini. Nilai upaya pengembangan pendidikan karakter di SD
yang diperoleh oleh para siswa dari penanaman sikap Negeri 5 Namlea Kabupaten Buru.
peduli dan cinta lingkungan adalah menumbuhkan Ada lima belas upaya pengembangan
rasa simpati dan empati dalam diri siswa. pendidikan karakter yang telah diterapkan oleh pihak
89
Pengembangan Pendidikan Karakter… Tuasalamony, K. dkk.

SD Negeri 5 Namlea yang dapat dilihat secara materil dan cinta lingkungan; 15) penanaman sikap cinta
dan non materil, yakni 1) kegiatan briefing pagi dan budaya.
siang yang menumbuhkan sikap kebersamaan,
kedisiplinan, kepatuhan pada aturan, saling Saran
menghormati, dan kesetiakawanan; 2) pembiasaan Adapun saran-saran yang dapat
mengucapkan salam, siswa memperoleh nilai direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian di
karakter, antara lain nilai religi, nilai sosial yang antaranya sebagai berikut:
tinggi, menghargai orang lain, dan saling peduli 1. Lingkungan sekolah memiliki tanggung jawab
kepada sesama; 3) pembiasaan berjabat tangan yang besar dalam melaksanakan pendidikan karakter.
di dalamnya menumbuhkan rasa terbuka menerima Dalam hal ini, guru menjadi ujung tombak bagi
eksistensi seseorang, santun, ramah, dan rasa cinta; 4) pelaksanaan pendidikan karakter.
penerapan tugas piket siswa yang mengandung nilai 2. Hubungan-hubungan sosial harus selalu dibangun
karakter rasa percaya diri, rasa tanggung jawab, rasa di antara guru dan siswa
kebersamaan, kemandirian, dan saling membantu; 5) 3. Guru diharapkan untuk selalu mengintegrasikan
kegiatan pengintergrasian sabtu kreatif. Kegiatan ini nilai-nilai moral dalam proses pembelajaran yang
menumbuhkan rasa nasionalisme, kebersamaan, rasa dilakukannya.
percaya diri, keteguhan, kedisiplinan, dan keakraban; 4. Perlu menggunakan berbagai model dan metode
6) pengintegrasian karakter dalam mata pelajaran. pembelajaran yang lebih beragam, variatif, dan
Kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap siswa yang inovatif agar dapat menarik minat belajar siswa
berjiwa disiplin, terbuka, sopan, santun, suka sehingga penanaman nilai-nilai pendidikan
menolong, mudah bergaul, patuh, dan teguh karakter yang diharapkan dapat lebih efektif dan
pendirian; 7) pemajangan gambar para tokoh berhasil.
inspiratif. Dengan kegiatan ini para siswa dapat Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bersemangat dalam belajar, sikap patriotisme yang Jurnal Pedagogy atas diterimanya artikel ini untuk
tinggi, memiliki rasa persatuan, mengakui dipublikasi. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan
keberagaman, dan dapat menumbuhkan sikap cinta terima kasih kepada Kemenristekdikti dan LLDikti
tanah air; 8) adanya pedoman perilaku di kelas dan di Wilayah XII Maluku dan Maluku Utara atas
lingkungan sekolah. Penerapan program ini dapat kepercayaannya memberikan dana hibah terhadap
membentuk karakter siswa yang jujur, motivasi yang penelitian ini.
tinggi, dan rasa malu dalam diri tiap-tiap siswa; 9)
DAFTAR RUJUKAN
menumbuhkan jiwa pemimpin dengan keteladanan
A. Kusuma, Doni. 2010. Pendidikan Karakter di
kepada siswa. Program ini dapat menumbuhkan Zaman Keblinger. Jakarta: Grasindo.
Izzaty, Rita Eka. 2017. Model Konseling Anak Usia
karakter siswa yang rasa percaya diri, motivasi tinggi,
Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
menghargai sesama, dan menghormati orang lain; 10) Koesoema, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT
keterlibatan orangtua siswa dalam mengatasi
Remaja Rosda Karya.
kenakalan siswa. Nilai karakter yang diperoleh siswa Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character:
How Our School Can Teach Respect and
adalah menumbuhkan rasa bersalah, rasa malu, dan
Responsibility. New York: Bantam Books.
sikap dewasa; 11) guru berlaku adil; 12) penanaman Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
sikap untuk selalu mengakui kesalahan; 13) cara
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter:
berkompetisi yang baik; 14) penanaman sikap peduli Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara.
90
PEDAGOGY Vol. 07 No. 02 Tahun 2020 (P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan
Karakter: Wawasan, Strategi, dan Langkah
Praktis. Jakarta: Erlangga.
Sudarmadi. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter
Pembentukan Akhlak Mulia Pendidik dan Peserta
Didik Melalui Program Sekolah Proceeding.
Seminar Nasional. Yogyakarta: IKA UNY.
Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan:
Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukemi, Buchory M. 2012. Implementasi Pendidikan
Karakter di Indonesia dalam Seting Sekolah.
Proceeding. Seminar Nasional. Yogyakarta: IKA
UNY.
S, Susiati dan Taufik. 2019. Nilai Pembentuk
Karakter Masyarakat Wakatobi Melalui Kabhanti
Wa Leja. Jurnal Totobuang, 7(1), 117-137.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

91

Anda mungkin juga menyukai