BAB V
TUGAS KHUSUS II
87
Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA
88
keluar dan menumpuk dalam suatu alat proses selain itu mengetahui kesetim-
bangan energi dalam sebuah sistem (Hadivvono, 2017).
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan
neraca massa dan neraca energy pada raw mill untuk mendapatkan raw mix
yang sesuai dengan standar. Maka dengan latar belakang tersebut diangkat
judul tugas khusus yaitu “Menghitung Neraca Massa dan Neraca Energi
Pada Unit Raw mill Indarung VI PT.Semen Padang”.
5.2 Permasalahan
Ditinjau dari latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat di-
angkat adalah :
1. Bagaimana cara menghitung neraca massa pada unit raw mill plant in-
darung VI PT Semen Padang
2. Bagaimana cara menghitung neraca energi pada unit raw mill plant in-
darung VI PT Semen Padang
3. Bagaimana cara menghitung kehilangan panas dan efisiensi panas unit
raw mill plant indarung VI PT Semen Padang
5.3 Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan diatas adalah
1. Untuk menghitung dan mengetahui neraca massa pada unit raw mill
plant indarung VI PT Semen Padang
2. Untuk menghitung dan mengetahui neraca energi pada unit raw mill
plant indarung VI PT Semen Padang
3. Untuk menghitung dan mengetahui kehilangan panas dan efisiensi
panas unit raw mill plant indarung VI PT Semen Padang
3. Proses Transport
Proses transport terjadi ketika material yang telah tergiling terbawa
oleh gas panas menuju separator dan material halus hasil penyaringan sepa-
rator terbawa bersama gas panas menuju bagian cyclone karena hisapan fan.
4. Proses Pemisahan
Proses pemisahan terjadi pada bagian separator dan cyclone, dimana
material yang kasar akan dipisahkan dengan material yang halus. Pada cy-
clone, material halus yang terbawa gas panas pada penyaringan di separator
akan di pisahkan kembali antara material halus dengan gas panas dengan gaya
sentrifugal yang bekerja pada cyclone.
5.5.2 Prinsip Kerja Raw mill
GCT
BAG
CYCLONE HOUSE
6 Pcs FILTER
DOSIMAT F DOSIMAT F BELT F BELT F
J-01
E-29
J-03
J-09
CF SILO
40000 TON
REJECT
MATERIAL
RAW MILL
750 TPH
P-174
MA
J-08
ke raw mill sehingga material masuk ke dalam raw mill untuk proses peng-
gilingan. Jenis raw mill yang digunakan pada pabrik Indarung VI adalah
Vertikal Roller Mill OK 45-6 dengan kapasitas 750 ton/jam.
Alat ini memiliki 6 roller sehingga akan membuat penggilingan secara
maximal. Material akan masuk pada bagian feedgate. Pada bagian ini, terdapat
triple gate yang berfungsi agar udara luar tidak masuk ke dalam mill (airlock).
Jika udara luar masuk kedalam mill, maka akan mengganggu operasi mill ka-
rena bisa menyebabkan udara panas didalam mill menjadi dingin sehingga
proses pengeringan didalam mill tidak optimal.
5.5.3 Neraca Massa dan Neraca Energi
Dalam ilmu Teknik Kimia, neraca massa adalah hal yang penting. Prin-
sip neraca massa adalah jumlah massa yang masuk ke dalam sistem sama
dengan jumlah massa yang keluar meninggalkan sistem. Dalam hal ini berlaku
hukum kekekalan massa. Massa yang dimaksud dapat berupa material yang
berfase padat, cair, dan gas. Tidak semua zat bisa dihitung secara manual
menggunakan alat pengukur massa. Untuk itu, kita perlu menggunakan pa-
rameter lain agar massa suatu zat dapat diketahui. Parameter itu misalnya
densitas, panas spesifik, berat molekul, dan sebagainya.
Dalam perhitungan neraca massa raw mill, data-data yang diperlukan
antara lain :
1. Aliran massa masuk :
a. Raw material
b. H2O dari raw mill
c. Dust loss dari suspension preheater
d. Gas panas masuk raw mill
2. Aliran massa keluar
a. Raw mix
b. Gas panas keluar raw mill
Neraca Panas merupakan suatu kesetimbangan panas yang masuk dan
keluar sistem. Neraca panas memegang asas kekekalan energi. Beberapa
istilah yang digunakan dalam penyusunan neraca energi adalah sebagai beri-
kut.
1. Panas Sensibel
Panas sensibel adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu sis-
tem berdasarkan kenaikan suhunya, tanpa ada perubahan fase.
Persamaan yang dipakai untuk perhitungan :
𝑇
𝑄=∫ 𝑛 . 𝐶𝑝. 𝑑𝑇
𝑇 𝑟𝑒𝑓
dengan
Q : Panas sensibel (kkal)
n : mol komponen (mol)
Cp : Kapasitas panas pada tekanan tetap (kkal/ kmol.K)
dT : Perubahan suhu (K)
T : Suhu material (K)
Tref : Suhu referensi (K)
2. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan sistem pada
perubahan fase pada tekanan 1 atm (Smith, dkk., 2001).
massa (kg/jam)
komponen
input output
Raw material 750010.41
dust loss suspension preheater 28899.00
gas panas masuk raw mill 62266.12
raw material mix (0.5% H2O) 689181.93
Gas panas keluar raw mill 123400.27
Total 841175.52 812582.19
Massa hilang = 28593,33 kg/jam (3,4%)
Energi (kj)
komponen
input output
Raw material 4,097,891.97
dust loss suspension preheater 3,611,634.20
gas panas masuk raw mill 24,603,533.72
Panas masuk dari suspension preheater 19,321,499.02
raw material mix (0.5% H2O) 41,495,607.12
Gas panas keluar raw mill 3,967,348.17
Panas keluar
Total 51,634,558.90 45,462,955.30
Heat Loss = 6171603,61 Kj (11,95%)
5.6.3 Perhitungan Panas Hilang dan Efisiensi Panas Raw Mill
Panas hilang (heat loss) = 6171603,61 Kj
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Efisiensi panas raw mill = 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
51634558,90 −6171603,61
= 𝑥 100%
51634558,90
= 88,05%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Persentase Panas hilang = 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
6171603,61
= 51634558,90 𝑥 100%
= 11,95 %
5.7 Pembahasan
Dengan menghitung neraca massa, maka dapat diketahui besarnya
massa yang masuk ke raw mill yaitu sebesar 750.000 kg/jam yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menghitung neraca panas. Dari perhitungan neraca
massa untuk umpan feed raw mill sebesar 750.000 kg/jam menghasilkan ma-
terial keluar raw mill sebesar 728.810,33 kg/jam. Kehilangan massa pada raw
mill sebesar 28.593,33 kg/jam atau 3,4 % massa yang keluar ke Bag House
Filter.
Dari perhitungan neraca panas di dalam sistem raw mill, kebutuhan
panas untuk proses penggilingan, pengeringan, pemisahan dan transportasi di
dalam raw mill sebesar 137.725.347,81 kJ dan terdapat selisih panas antara
input dengan output sebesar 6.171.603,61 kJ atau 11,95%. Efisiensi panas alat
Raw mill sebesar 88 %.
Kehilangan panas pada sistem dimungkinkan karena pengoperasian
sistem raw mill yang kurang sempurna, panas yang hilang ke udara (panas
konveksi), dan adanya kebocoran-kebocoran sehingga panas tersebut tidak
terkonsumsi oleh material. Untuk menekan selisih panas, maka diperlukan
pengontrolan peralatan secara periodik sehingga peralatan dalam keadaan
baik dan kehilangan panas dapat seminimal mungkin, contohnya memper-
hatikan inlet dan outlet sistem raw mill agar tidak terjadi kebocoran udara.
5.8 Kesimpulan
Dari perhitungan neraca massa dan neraca panas di Suspension Pre-
heater, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyusunan neraca massa yang masuk dan keluar Raw mill melibatkan
aliran material masuk raw mill, gas panas masuk raw mill, dust loss dari sus-
pension preheater, material keluar raw mill dan gas panas keluar raw mill
beserta dust loss nya. Dari perhitungan, terdapat aliran massa yang tidak ter-
hitung sebesar 28.593,33 kg/jam (3,4%) karena keluar ke Bag house filter.
2. Penyusunan neraca panas di raw mill menggunakan prinsip perpinda-
han panas dan termodinamika. Dari hasil perhitungan, didapatkan jumlah
panas yang diperlukan dalam raw mill sebesar 173.725.347,81 kJ dan terdapat
panas yang tidak terdeteksi sebesar 6.171.603,61 kJ atau 11,95% dari panas
masuk raw mill. Kehilangan panas dapat terjadi karena sistem raw mill yang
kurang sempurna, panas yang hilang ke udara (panas konveksi), dan adanya
kebocoran-kebocoran sehingga panas tersebut tidak terkonsumsi oleh mate-
rial.