Anda di halaman 1dari 10

PT Semen Padang Universitas Jambi

BAB V
TUGAS KHUSUS II

5.1 Latar Belakang


Pada industri kimia, produk dibuat melalui proses perubahan kimia
(reaksi) dan/atau fisis (pemisahan). Pada proses tersebut terlibat beberapa
variabel proses seperti massa, kecepatan alir, tekanan dan temperatur. Namun
tidak semua variabel proses tersebut diketahui sehingga untuk mengetahui
nilai kuantitatif diperlukan perhitungan neraca massa dan neraca energi.
Perhitungan neraca massa dan neraca energi yang dilakukan dapat diketahui
kinerja terhadap suatu proses dana indikator adanya penyimpangan proses,
agar segera diperbaiki sehingga sasaran produksi tercapai (Azahra, 2017).
Dewasa ini, dengan adanya era untuk menuju pasar bebas di Indone-
sia, barang-barang produksi khususnya dalam industri kimia dituntut un-
tuk memiliki daya saing yang mumpuni, baik dalam segi kualitas maupun
harga. Sebagai produsen semen terbesar di Indonesia, PT. Semen Padang, Tbk.
juga tidak terlepas dari tuntutan ini, dimana permintaan akan semen dengan
kualitas yang tinggi dengan harga yang bersaing juga semakin meningkat.
Pada proses produksinya, efisiensi energi perlu diperhatikan. Dalam
menghadapi perkembangan industri ramah dan hemat lingkungan, efisiensi
energi memiliki pengaruh yang besar. Cakupannya sendiri cukup luas, sep-
erti penghematan bahan bakar dan penggunaan listrik dalam suatu alat.
Raw mill merupakan salah satu alat utama dalam industri semen. Unit
raw mill merupakan salah satu unit yang berpengaruh terhadap proses pem-
buatan semen. Pada unit ini, bahan baku akan mengalami proses pengeringan,
penggilingan, pemisahan dan transportasi, sehingga akan menghasilkan raw
mix yang digunakan sebagai umpan untuk pembakaran di kiln. Raw mix yang
dihasilkan harus memenuhi standar dimana sesuai dengan parameternya.
Maka untuk mencapai parameter tersebut diperlukan analisa neraca massa
dan neraca energi untuk perincian banyaknya bahan-bahan yang masuk,

87
Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA
88

PT Semen Padang Universitas Jambi

keluar dan menumpuk dalam suatu alat proses selain itu mengetahui kesetim-
bangan energi dalam sebuah sistem (Hadivvono, 2017).
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan
neraca massa dan neraca energy pada raw mill untuk mendapatkan raw mix
yang sesuai dengan standar. Maka dengan latar belakang tersebut diangkat
judul tugas khusus yaitu “Menghitung Neraca Massa dan Neraca Energi
Pada Unit Raw mill Indarung VI PT.Semen Padang”.

5.2 Permasalahan
Ditinjau dari latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat di-
angkat adalah :
1. Bagaimana cara menghitung neraca massa pada unit raw mill plant in-
darung VI PT Semen Padang
2. Bagaimana cara menghitung neraca energi pada unit raw mill plant in-
darung VI PT Semen Padang
3. Bagaimana cara menghitung kehilangan panas dan efisiensi panas unit
raw mill plant indarung VI PT Semen Padang

5.3 Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan diatas adalah
1. Untuk menghitung dan mengetahui neraca massa pada unit raw mill
plant indarung VI PT Semen Padang
2. Untuk menghitung dan mengetahui neraca energi pada unit raw mill
plant indarung VI PT Semen Padang
3. Untuk menghitung dan mengetahui kehilangan panas dan efisiensi
panas unit raw mill plant indarung VI PT Semen Padang

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


89

PT Semen Padang Universitas Jambi

5.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian dari tugas khusus ini adalah :
1. Penelitian dilakukan terhadap unit raw mill plant Indarung VI PT Se-
men Padang Tbk.
2. Data aktual diperoleh dari logsheet, central control room dan laborato-
rium plant Indarung VI PT Semen Padang Tbk.
3. Perhitungan neraca massa dan neraca energi untuk rawmill
menggunakan balancing method.

5.5 Tinjauan Pustaka


5.5.1 Raw mill
Raw mill merupakan tahap penggilingan pertama menggunakan alat
yang bernama raw mill. Bahan baku umumnya mengandung kadar oksida sep-
erti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Ditahap ini raw material ditentukan nilai pa-
rameternya seperti LSF (rasio CaO terhadap ketiga oksida lainnya), SM (rasio
SiO2 terhadap Al2O3 dan Fe2O3), dan AM (rasio Al2O3 dan Fe2O3).
Proses yang terjadi didalam vertical mill terdiri dari proses pengerin-
gan, penggilingan, pemisahan, transport, dan homogenisasi. Berikut penjela-
san singkat mengenai proses-proses yang terjadi dalam vertical mill:
1. Proses Pengeringan
Proses pengeringan terjadi saat terjadinya kontak langsung antara ma-
terial dengan gas panas. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengurangi ka-
dar airdalam material. Target pengurangan kadar air adalah mencapai 93,2%.
Material keluaran vertical mill mempunyai suhu 80oC.
2. Proses Penggilingan
Proses penggilingan terjadi pada saat material dihancurkan dengan
cara digiling dengan roller. Table berputar sehingga material tergilas diantara
table dengan roller.

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


90

PT Semen Padang Universitas Jambi

3. Proses Transport
Proses transport terjadi ketika material yang telah tergiling terbawa
oleh gas panas menuju separator dan material halus hasil penyaringan sepa-
rator terbawa bersama gas panas menuju bagian cyclone karena hisapan fan.
4. Proses Pemisahan
Proses pemisahan terjadi pada bagian separator dan cyclone, dimana
material yang kasar akan dipisahkan dengan material yang halus. Pada cy-
clone, material halus yang terbawa gas panas pada penyaringan di separator
akan di pisahkan kembali antara material halus dengan gas panas dengan gaya
sentrifugal yang bekerja pada cyclone.
5.5.2 Prinsip Kerja Raw mill

U-03 MILL FAN

HOPPER IRON HOPPER CLAY


HOPPER LS HOPPER SILICA
SAND 75 TON
500 TON 400 TON
250 TON

GCT
BAG
CYCLONE HOUSE
6 Pcs FILTER
DOSIMAT F DOSIMAT F BELT F BELT F

J-01
E-29

J-03

J-09

CF SILO
40000 TON
REJECT
MATERIAL
RAW MILL
750 TPH

P-174

MA
J-08

Gambar 5.1 Flowsheet raw mill


Prinsip kerja dari raw mill diawali dengan tahap penggilingan bahan
baku yang bertujuan untuk memperkecil atau memperhalus ukuran bahan
baku sehingga luas permukaannya akan semakin besar. Tujuan lain adalah un-
tuk mendapatkan campuran bahan baku yang homogen dan untuk memper-
mudah terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi. Bahan baku yang akan
digiling terdiri dari batu kapur, batu silika, tanah liat, dan pasir besi.
Dari setiap storage bahan baku, material akan dimasukkan kedalam
masing-masing hopper bahan baku. Pengangkutan material ke dalam hopper
dari dalam storage menggunakan belt conveyor. Untuk pengisian pasir besi dan

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


91

PT Semen Padang Universitas Jambi

silika, menggunakan belt conveyor yang sama untuk melakukan pengisian ke


dalam masing-masing hopper. Sehingga pengisian pasir besi dan silika dil-
akukan secara bergantian yang diatur dengan menggunakan belt reversible.
Hopper yang digunakan untuk pengumpanan ke dalam vertical mill berjumlah
4 buah hopper dan pada hopper batu kapur dan batu silika ada dosimat feeder,
sedangkan pada pasir besi dan tanah liat menggunakan belt feeder.
Outlet dari tiap-tiap hopper tersambung dengan alat yang bernama
dosimat feeder dan belt feeder. Alat ini digunakan untuk mengatur jumlah tiap-
tiap bahan baku yang akan masuk ke dalam vertical mill. Prinsip kerja dosimat
feeder dan belt feeder ini adalah mengatur kecepatan dari scavenger conveyor
yaitu alat yang digunakan untuk mengangkut material dengan panjang ter-
tentu dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada
pada scavenger conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mem-
bentuk raw mix sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengaturan ke-
cepatan ini dilakukan dari central control room Indarung VI PT Semen Pa-
dang.digunakan untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan
mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scav-
enger conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk raw
mix sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengaturan kecepatan ini dil-
akukan dari central control room Indarung VI PT Semen Padang.
Seluruh material yang keluar dari dosimat feeder dan belt feeder di-
jatuhkan dan digabungkan ke dalam belt conveyor dengan laju dan komposisi
yang telah diatur. Material yang dibawa belt dari hopper bahan baku akan
dipisahkan kandungan logamnya menggunakan magnetik separator. Kan-
dungan logam akan tertarik oleh magnet agar tidak mengganggu pada proses
di raw mill. Metal detektor, alat ini sebagai pendeteksi logam agar material
yang masih mengandung logam tidak masuk ke dalam raw mill. Cara kerja alat
ini memiliki getting valve, material yang tersensor logam secara otomatis
membuka valve ke tangki reject sehingga material masuk kedalam tangki reject
material, sedangkan material yang tidak terdeteksi logam maka valve terbuka

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


92

PT Semen Padang Universitas Jambi

ke raw mill sehingga material masuk ke dalam raw mill untuk proses peng-
gilingan. Jenis raw mill yang digunakan pada pabrik Indarung VI adalah
Vertikal Roller Mill OK 45-6 dengan kapasitas 750 ton/jam.
Alat ini memiliki 6 roller sehingga akan membuat penggilingan secara
maximal. Material akan masuk pada bagian feedgate. Pada bagian ini, terdapat
triple gate yang berfungsi agar udara luar tidak masuk ke dalam mill (airlock).
Jika udara luar masuk kedalam mill, maka akan mengganggu operasi mill ka-
rena bisa menyebabkan udara panas didalam mill menjadi dingin sehingga
proses pengeringan didalam mill tidak optimal.
5.5.3 Neraca Massa dan Neraca Energi
Dalam ilmu Teknik Kimia, neraca massa adalah hal yang penting. Prin-
sip neraca massa adalah jumlah massa yang masuk ke dalam sistem sama
dengan jumlah massa yang keluar meninggalkan sistem. Dalam hal ini berlaku
hukum kekekalan massa. Massa yang dimaksud dapat berupa material yang
berfase padat, cair, dan gas. Tidak semua zat bisa dihitung secara manual
menggunakan alat pengukur massa. Untuk itu, kita perlu menggunakan pa-
rameter lain agar massa suatu zat dapat diketahui. Parameter itu misalnya
densitas, panas spesifik, berat molekul, dan sebagainya.
Dalam perhitungan neraca massa raw mill, data-data yang diperlukan
antara lain :
1. Aliran massa masuk :
a. Raw material
b. H2O dari raw mill
c. Dust loss dari suspension preheater
d. Gas panas masuk raw mill
2. Aliran massa keluar
a. Raw mix
b. Gas panas keluar raw mill
Neraca Panas merupakan suatu kesetimbangan panas yang masuk dan
keluar sistem. Neraca panas memegang asas kekekalan energi. Beberapa

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


93

PT Semen Padang Universitas Jambi

istilah yang digunakan dalam penyusunan neraca energi adalah sebagai beri-
kut.
1. Panas Sensibel
Panas sensibel adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu sis-
tem berdasarkan kenaikan suhunya, tanpa ada perubahan fase.
Persamaan yang dipakai untuk perhitungan :
𝑇
𝑄=∫ 𝑛 . 𝐶𝑝. 𝑑𝑇
𝑇 𝑟𝑒𝑓

dengan
Q : Panas sensibel (kkal)
n : mol komponen (mol)
Cp : Kapasitas panas pada tekanan tetap (kkal/ kmol.K)
dT : Perubahan suhu (K)
T : Suhu material (K)
Tref : Suhu referensi (K)
2. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan sistem pada
perubahan fase pada tekanan 1 atm (Smith, dkk., 2001).

5.6 Hasil Perhitungan


5.6.1 Neraca Massa
Raw mix
Raw material Kiln feed Kalsiner
Gas panas SUSPENSION
RAW MILL CF SILO
PREHEATER

Gas panas & dust loss suspension preheater

Gambar 5.1 Diagram Alir Neraca Massa Raw Mill

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


94

PT Semen Padang Universitas Jambi

Tabel 5.1 Hasil dan perhitungan neraca massa raw mill

massa (kg/jam)
komponen
input output
Raw material 750010.41
dust loss suspension preheater 28899.00
gas panas masuk raw mill 62266.12
raw material mix (0.5% H2O) 689181.93
Gas panas keluar raw mill 123400.27
Total 841175.52 812582.19
Massa hilang = 28593,33 kg/jam (3,4%)

5.6.2 Neraca Energi

Gambar 5.2 Diagram Alir Neraca Energi Raw Mill


Q1 : Panas raw material
Q2 : Panas gas panas masuk raw mill
Q3 : Panas dust loss dari suspension preheater
Q4 : Panas dari suspension preheater
Q5 : Panas raw mix kering
Q6 : Gas panas keluar raw mill
Q7 : Panas keluar (heat loss)

Tabel 5.2 Hasil dan perhitungan neraca energi

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


95

PT Semen Padang Universitas Jambi

Energi (kj)
komponen
input output
Raw material 4,097,891.97
dust loss suspension preheater 3,611,634.20
gas panas masuk raw mill 24,603,533.72
Panas masuk dari suspension preheater 19,321,499.02
raw material mix (0.5% H2O) 41,495,607.12
Gas panas keluar raw mill 3,967,348.17
Panas keluar
Total 51,634,558.90 45,462,955.30
Heat Loss = 6171603,61 Kj (11,95%)
5.6.3 Perhitungan Panas Hilang dan Efisiensi Panas Raw Mill
Panas hilang (heat loss) = 6171603,61 Kj
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Efisiensi panas raw mill = 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
51634558,90 −6171603,61
= 𝑥 100%
51634558,90

= 88,05%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Persentase Panas hilang = 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

6171603,61
= 51634558,90 𝑥 100%

= 11,95 %

5.7 Pembahasan
Dengan menghitung neraca massa, maka dapat diketahui besarnya
massa yang masuk ke raw mill yaitu sebesar 750.000 kg/jam yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menghitung neraca panas. Dari perhitungan neraca
massa untuk umpan feed raw mill sebesar 750.000 kg/jam menghasilkan ma-
terial keluar raw mill sebesar 728.810,33 kg/jam. Kehilangan massa pada raw
mill sebesar 28.593,33 kg/jam atau 3,4 % massa yang keluar ke Bag House
Filter.
Dari perhitungan neraca panas di dalam sistem raw mill, kebutuhan
panas untuk proses penggilingan, pengeringan, pemisahan dan transportasi di

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA


96

PT Semen Padang Universitas Jambi

dalam raw mill sebesar 137.725.347,81 kJ dan terdapat selisih panas antara
input dengan output sebesar 6.171.603,61 kJ atau 11,95%. Efisiensi panas alat
Raw mill sebesar 88 %.
Kehilangan panas pada sistem dimungkinkan karena pengoperasian
sistem raw mill yang kurang sempurna, panas yang hilang ke udara (panas
konveksi), dan adanya kebocoran-kebocoran sehingga panas tersebut tidak
terkonsumsi oleh material. Untuk menekan selisih panas, maka diperlukan
pengontrolan peralatan secara periodik sehingga peralatan dalam keadaan
baik dan kehilangan panas dapat seminimal mungkin, contohnya memper-
hatikan inlet dan outlet sistem raw mill agar tidak terjadi kebocoran udara.

5.8 Kesimpulan
Dari perhitungan neraca massa dan neraca panas di Suspension Pre-
heater, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyusunan neraca massa yang masuk dan keluar Raw mill melibatkan
aliran material masuk raw mill, gas panas masuk raw mill, dust loss dari sus-
pension preheater, material keluar raw mill dan gas panas keluar raw mill
beserta dust loss nya. Dari perhitungan, terdapat aliran massa yang tidak ter-
hitung sebesar 28.593,33 kg/jam (3,4%) karena keluar ke Bag house filter.
2. Penyusunan neraca panas di raw mill menggunakan prinsip perpinda-
han panas dan termodinamika. Dari hasil perhitungan, didapatkan jumlah
panas yang diperlukan dalam raw mill sebesar 173.725.347,81 kJ dan terdapat
panas yang tidak terdeteksi sebesar 6.171.603,61 kJ atau 11,95% dari panas
masuk raw mill. Kehilangan panas dapat terjadi karena sistem raw mill yang
kurang sempurna, panas yang hilang ke udara (panas konveksi), dan adanya
kebocoran-kebocoran sehingga panas tersebut tidak terkonsumsi oleh mate-
rial.

Program Studi Teknik Kimia | FST UNJA

Anda mungkin juga menyukai