Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PERANCANGAN PABRIK

Semester Ganjil Tahun Akademik 2019/2020

Pabrik Melamin Dari Urea dengan Proses Low-Pressure Melamin

LAPORAN I
Pendahuluan Dan Seleksi Proses

Pembimbing
Muhammad Iwan Fermi, ST. MT

Koordinator
Zulfansyah, ST. MT

Kelompok 26.1.2019
Dicky Andesta 1607123542
Gabby Chessariny 1607123580
Syaktia Aryuda 1607116180

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
OKTOBER 2019
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Ganjil Tahun Akademik 2019/2020

LAPORAN 1
Pendahuluan dan Seleksi Proses

Kelompok 26.1.2019
Dicky Andesta/1607123542
Gabby Chessariny/1607123580
Syaktia Aryuda/1607116180

Catatan

Pekanbaru,
Disetujui Pembimbing,

Muhammad Iwan Fermi, ST., MT


NIP. 19071113 199903 1 002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sektor industri di Indonesia terus meningkat. Namun
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri masih bergantung pada
impor dari negara lain, salah satunya adalah impor melamin. Melamin secara luas
digunakan diberbagai industri, diantaranya sebagai bahan baku melamin resin
untuk coating dalam industri meubel, bahan pencampur cat, pelapis kertas, dll.
Untuk menekan angka impor dan melepaskan ketergantungan terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku melalui jalur impor, maka dibutuhkan
peningkatan produksi melamin dalam negeri.
Melamin dapat diproduksi dari reaksi dekomposisi urea. Urea sebagai
bahan baku memiliki nilai produksi yang tinggi di indonesia; diantaranya adalah
Pupuk Sriwijaya di Palembang, PT Pupuk Kujang Cikampek, Pupuk Kalimantan
Timur. Menurut data Kementerian Perindustrian, nilai produksi pupuk oleh
industri pupuk buatan tunggal selama 2010-2013 meningkat sebesar 27,75%.
Melihat perkembangan industri penyedia bahan baku maka pabrik ini akan
berpotensi untuk dibangun dan dikembangkan. Kajian lebih lanjut akan dilakukan
untuk menentukan proses produksi yang paling menguntungkan, serta kajian
mengenai keamanan dan keselamatan lingkungan.
Melamin dengan nama kimia 1,3,5-Triazine-2,4,6-triamine mempunyai
sinonim 1,3,5-Triazine-2,4,6(1H,3H,5H)-triimine; 2,4,6-Triamino-s-triazine;
Cyanuric Triamide Cyanurotriamine; Isomelamine; s-Triaminotriazine; dan s-
Triazine, 4,6-diamino-1,2-dihydro-2-imino-. Melamin dapat diproduksi dari reaksi
dekomposisi urea. Urea sebagai bahan baku memiliki nilai produksi yang tinggi di
indonesia khususnya di pulau Sumatera; dimana terdapat salah satu pabrik pupuk
besar yaitu Pupuk Sriwijaya di Palembang. Melihat ketersediaan bahan baku,
pendirian pabrik ini akan unggul dari berbagai sisi. Kajian lebih lanjut akan
dilakukan untuk menentukan proses produksi yang paling menguntungkan, serta
kajian mengenai keamanan dan keselamatan lingkungan.
Sehingga kebutuhan melamin di Indonesia diperkirakan akan terus
meningkat dengan berkembangnya industri-industri kertas, cat, dan tekstil. Selain
itu melamin baru sedikit diproduksi dalam negeri sehingga untuk mencukupinya
harus di datangkan dari luar negeri.
Pendirian pabrik melamin ini dapat mengurangi impor dalam negeri selain
itu keuntungan lainnya bahan bakunya pun langsung tersedia oleh pabrik yang ada
di dalam negeri. Keuntungan yang lainnya hal ini dapat membantu pemerintah
dalam mengatasi masalah tenaga kerja dan sekaligus dapat mendukung
berkembangnya industri-industri yang ada di Indonesia.
Melihat kebutuhan melamin pada masa sekarang ini; seiring dengan
industri-industri pemakainya yang semakin meningkat, maka pendirian pabrik
melamin dirasa sangat perlu. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi permintaan
dari dalam negeri, mengurangi impor melamin dan membuka lapangan kerja baru.

1.2 Tujuan Perancangan


Pra rancangan pabrik ini bertujuan untuk menerapkan disiplin ilmu Teknik
Kimia, khususnya dalam bidang perancangan, proses dan operasi Teknik Kimia
sehingga memberikan kelayakan pra rancangan pabrik yang akan didirikan.
Tujuan lain adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari melamin.

1.3 Ruang lingkup


Pra rancangan pabrik melamin dari urea dengan low-pressure melamin
meliputi latar belakang pendirian pabrik, seleksi proses, deskripsi proses produksi,
dasar perancangan, analisa kelayakan ekonomi, dan analisa pasar. Latar belakang
pendirian pabrik didasari pada kebutuhan melamin dalam negeri dan angka
produksi bahan baku yang memadai. Analisa pasar didasari pada perkembangan
industri yang menggunakan melamin sebagai salah satu bahan dalam produksinya.
Proses produksi diseleksi berdasarkan kondisi proses yang paling efisien. Analisa
ekonomi dilakukan dengan evaluasi gross profit margin, yaitu keuntungan yang
diperoleh dari selisih pendapatan dan harga bahan baku.

1.4 Analisa Pasar


Analisis pasar berguna untuk mengetahui potensi minat pasar terhadap
suatu produk. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan industri pemakai
produk tersebut. Perkembangan industri yang menggunakan melamin dalam
proses produksinya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perkembangan Industri yang Menggunakan Melamin (Periode


2010-2013)
No Jenis Industri Trend
1 Tekstil 69,17%
2 Kertas 13,20%
3 Kayu lapis 16,23%
4 Cat dan tinta cetak 3,23%
5 Perekat/lem 1,47%
(Sumber: Kementrian Perindustrian, 2010)

1.5 Analisa Ekonomi


Perlu dilakukan suatu analisa ekonomi terhadap pabrik yang akan
didirikan untuk menilai apakah pabrik tersebut secara ekonomi layak dan
mendatangkan keuntungan. Kelayakan dapat dihitung dari biaya modal tetap dan
biaya operasi, dan dapat juga dihitung melalui selisih pendapatan dari penjualan
produk dengan biaya bahan baku. Selisih ini dikenal sebagai profit margin atau
gross profit margin (GPM). Teknik perhitungan ini dapat digunakan sebagai salah
satu aspek ketika kan melakukan seleksi proses.

Perhitungan GPM (Turton et al., 2018):

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku (Turton et al., 2018)

= ∑ [(kg produk/ kg melamin) x harga produk] - ∑ [(kg reaktan/ kg


produk) x harga reaktan]

Daftar harga masing-masing bahan baku dan produk :

Tabel 1.2 Harga Bahan Baku dan Produk


Nama Bahan Harga (Rp/kg)
Urea 3.497
Melamin 11.616
Ammonia 2.549
Karbon dioksida 7.071
Berdasarkan rumus serta daftar harga bahan baku dan produk, maka GPM dari
proses produksi melamin dengan proses low-pressure adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3 Gross Profit Margin Pabrik Melamin


Proses Pembuatan Reaksi yang Terjadi GPM
(Rupiah/kg)
Reaksi Dekomposisi Urea 6 (NH2)2CO → C3N3(NH2)3 + Rp. 9.803, 36
dengan Proses Low- 6NH3 + 3CO2
Pressure : chemie linz
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Proses Pembuatan Melamin


Melamin pertama kali dipelajari oleh Leibig pada tahun 1834 (Ullman,
2003). Pada saat itu Leibig mendapatkan melamin dari proses peleburan antara
potassium thiosianat dengan ammonium klorida. Kemudian pada tahun 1885 A.W
Von Hoffman mempublikasikan struktur molekul melamin, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Rumus Struktur Melamin


(Ullman, 2003)

Melamin banyak dijumpai pada aplikasi industry untuk proses produksi


resin melamin formaldehid. Pada sekitar tahun 1960, melamin diproduksi dari
dicyanamid (Ullman, 2003). Proses ini berlangsung didalam autoclave pada
tekanan 10 MPa dan suhu 400 ᵒC dengan adanya gas amoniak. Pada awal 1940,
Mackay menemukan bahwa melamin juga bias disintesa dari urea pada suhu 400
ᵒC dengan atau tanpa katalis. Sejak saat itu melamin mulai diproduksi dari bahan
baku urea (Ullman, 2003).
Menurut Ullman, (2003) melamin dapat disintesa dari urea pada suhu 350 –
400 ᵒC dengan persamaan (2.1) berikut ini:

6 H2N – CO – NH2 C3N3(NH2)3 + 6 NH3 + 3 CO2…....(2.1)

Secara garis besar proses pembuatan melamin dapat diklasifikasikan menjadi dua:
1. Proses tekanan rendah (1MPa) dengan menggunkan katalis.
2. Proses tekanan tinggi (≥8 MPa) tanpa katalis.

Masing-masing proses terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap sintesa, recovery dan
pemurnian melamin serta pengolahan gas buang.
Ada tiga proses pada tekanan rendah yaitu:

a. Proses BASF (Badische Anilin and Soda Fabric)


Menurut Ullman, (2003) proses BASF menggunakan reaktor satu stage,
dimana lelehan urea diumpankan ke fluidized bed reactor pada suhu 395 – 400 ᵒC
pada tekanan atmosferik. Katalis yang digunakan adalah alumina dengan
fluidizing gas berupa amoniak dan karbondioksida. Suhu reaktor dijaga dengan
menyirkulasi lelehan garam dengan menggunakan koil pemanas. Produk yang
keluar dari reaktor berupa gas terdiri dari campuran melamin, urea yang tidak
bereaksi, biuret, amoniak dan karbondioksida. Katalis yang terbawa aliran gas
ditahan pada siklon separator dalam reaktor. Campuran gas tersebut didinginkan
dalam cooler sampai temperatur dew point campuran gas produk.
Campuran gas kemudian masuk ke kristaliser lalu bercampur dengan off gas
yang telah di recycle pada temperatur 140 ᵒC hingga berbentuk kristal melamin.
Lebih dari 98 % melamin dapat mengkristal (Ullman, 2003). Kristal melamin
yang dihasilkan dipisahkan dari campuran gas dengan menggunakan siklon. Gas
recycle dari siklon dialirkan ke scrubber atau washing tower untuk mengambil
urea yang tidak beraksi, dan gas digunakan sebagai fluidizing gas pada reaktor
dan media pendingin pada kristaliser. Proses ini dapat menghasilkan melamin
dengan kemurnian 99,9 %.

b. Proses Chemie Linz


Proses ini terdiridari dua tahap. Tahap pertama yaitu molten urea
terdekomposisi dalam Fluidized Sand Bed Reactor sehingga menjadi amoniak dan
asam isosianat pada kondisi suhu 350 ᵒC dan tekanan 0,35 MPa. Amoniak
digunakan sebagai fluidizing gas panas yang dibutuhkan untuk dekomposisi
dialirkan ke reaktor oleh lelehan garam panas yang disirkulasi melalui koil
pemanas. Aliran gas kemudian diumpankan ke reaktor fixed bed dimana asam
isosianat dikonversi menjadi melamin pada suhu 450 oC dan tekanan mendekati
tekanan atmosfer. Melamin dipisahkan dari hasil reaksi yang berupa fase gas
melalui quenching dengan menggunakan air mother liquoryang berasal dari
centrifuge. Quencher didesain khusus agar dapat bekerja dengan cepat sehingga
mencegah hidrolisis melamin menjadi ammelid dan ammelin. Suspensi melamin
dari quencher didinginkan lalu dikristalisasi menjadi melamin.Kemudian kristal
dikeringkan dan dimasukkan ke penyimpanan.
c. Proses Stamicarbon
Seperti pada proses BASF, proses DSM Stamicarbon menggunakan reaktor
satu stage. Proses berlangsung pada tekanan 0,7 MPa, dengan fluidizing gas
berupa amoniak murni. Katalis yang digunakan berupa alumina dan silika.
Lelehan urea diumpankan kedalam reaktor bagian bawah. Katalis silika alumina
difluidisasi oleh amoniak yang masuk ke reaktor bagian bawah dari fluidized bed
reactor. Reaksi dijaga pada suhu 400 ᵒC dengan mensirkulasi lelehan garam
melewati koil pemanas dalam bed katalis.
Melamin yang terkandung dalam campuran reaksi dari reaktor kemudian di-
quenching dalam quench cooler, kemudian dalam scrubber untuk disaring dengan
mother liquor dari centrifuge. Dari scrubber, suspensi melamin dialirkan kedalam
hydrocyclone dimana sebagian dari amoniak dan CO2 terlarut dalam suspensi
dipisahkan, lalu campuran gas ini dialirkan ke absorber dan akan membentuk
amonium karbamat, dari hydrocyclone kemudian produk dialirkan ke tangki
pencampuran untuk dicampur dengan karbon aktif. Kemudian dimasukkan dalam
precoat filter dan dialirkan kekristaliser vakum untuk menghasilkan melamin.
Untuk penjelasan singkat mengenai ketiga proses pembuatan melamin dari
urea menggunakan tekanan rendah (Low-pressure) tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Proses Produksi Melamin Low Pressure
Metode/Proses
Parameter BASF Chemie Linz Stamicarbon
Fluidized Sand
Reaktor yang Fluidized Bed Fluidized Bed
Bed Reactor dan
digunakan Reactor Reactor
Fixed Bed Reactor
Temperatur 395-400 oC 350 oC dan 450 oC 395-400 oC
0,35 Mpa dan 1
Pressure 1 atm 0,7 Mpa
atm
Alumina dan
Katalis Alumina Alumina
Silika
Amonia dan
Fluidizing Gas Amonia Amonia murni
Karbondioksida
Pemisahan Quench Cooler
Desublimer Quencher
Melamin dan Scrubber

1.2 Pemilihan Proses


Dari 2 klasifikasi proses pembuatan melamin, dipilih proses pembuatan
melamin dengan tekanan rendah, dikarenakan pada proses tekanan tinggi, tekanan
produksi mencapai lebih dari 7 MPa, sehingga membutuhkan spesifikasi alat yang
memiliki kekuatan material yang khusus yaitu dari paduan titanium atau
campuran logam lainnya yang non-korosif.
Dari ketiga metode proses pembuatan melamin dengan tekanan rendah,
dipilih proses BASF, dengan menggunakan katalis alumina. Proses ini dipilih
beberapa alasan dan keunggulan dibandingkan dengan metode lain dikarenakan
kemurnian yang dihasilkan pada psoses BASF ini adalah 99,9%. Dibandingkan
dengan proses tekanan rendah lainnya yang hanya menghasilkan kemurnian
produk 99,3% sampai 99,8%.
Proses pembuatan melamin dengan metode BASF dengan bahan baku urea
dapat dibagi menjadi tiga tahap :

1. Tahap Persiapan Bahan Baku


Bahan baku urea berbentuk prill dengan kemurnian 99,3% berat disimpan
di silo penyimpanan urea pada suhu kamar dan tekanan 1 atm. Dari silo
penyimpanan kemudian urea prill diumpankan ke dalam melter untuk dilelehkan
pada suhu 140 oC dan tekanan 1 atm. Pada kondisi ini urea akan meleleh dan
kandungan airnya akan menguap.
Dari melter lelehan urea lalu dipompa ke holding tank, kemudian dari
tangki lelehan urea dialirkan ke dua tempat, yaitu scrubber dan reaktor. Pada
scrubber lelehan urea digunakan untuk men-scrub off gas untuk megambil sisa
melamin yang terikut dalam off gas. Keluar scrubber lelehan urea dikembalikan
lagi ke holding tank melalui droplet separator dan bercampur dengan lelehan urea
dari melter dan digunakan sebagai umpan pada reaktor.
2. Tahap Reaksi
Dari tangki lelehan urea pada suhu 140 oC dipompa dan diinjeksikan ke
reaktor fluidized bed melalui beberapa nozzle pada reaktor sehingga lelehan urea akan
menguap secara spontan dan terdispersi kedalam partikel-partikel katalis yang
terfluidisasi karena aliran dari fluidizing gas dari bawah reaktor.
Pada saat lelehan urea menguap secara spontan, saat itulah terjadi proses
reaksi dengan reaksi sebagai berikut :

6 (NH2)2CO 6 NH=C=O + 6 NH3 ∆H = 984kJ / mol......(2.2)


6 NH=C=O C3N3(NH2)3 + 3 CO2 ∆H = -355 kJ / mol....(2.3)
6 (NH2)2CO C3N3(NH2)3 + 6 NH3 + 3 CO2 ∆H = 629 kJ / mol….(2.4)

Fluidizing gas adalah campuran gas amonia dan karbondioksida diperoleh


dari off gas yang dihasilkan dari hasil reaksi pembentukan melamin yang
dipisahkan dalam scrubber. Dari scrubber fluidizing gas dialirkan dengan
kompresor menuju desublimer dan heater. Gas yang dialirkan menuju desublimer
nantinya digunakan sebagai quenching gas. Sedangkan gas yang menuju heater
dipanaskan sampai suhu 400 oC dan tekanan 3,2 atm, kemudian digunakan
sebagai fluidizing gas pada reaktor.
Reaktor beroperasi pada suhu 395oC dan tekanan 3 atm menggunakan
katalis alumina, dimana reaksi yang terjadi berlangsung secara endothermis.
Kebutuhan panas reaksi didapat dari lelehan garam yang dialirkan melalui coil
didalam reaktor. Didalam reaktor terjadi penguraian urea menjadi melamin,
amonia dan CO2. Konversi yang didapat sebesar 95% dan yield 95%. Gas hasil
reaksi keluar reaktor pada suhu 395 oC dan tekanan 2,9 atm berupa campuran gas
melamin, amonia, CO2, biuret dan urea yang tidak bereaksi
3. Tahap Separasi Produk
Gas hasil reaksi keluar dari reaktor, kemudian didinginkan di heat
exchanger sampai suhu 310 oC. Gas tersebut kemudian masuk ke filter gas untuk
memisahkan gas melamin yang diinginkan dan membuang gas sisanya. Dari filter
gas dialirkan ke desublimer. Dalam desublimer gas tersebut dikontakkan dengan
off gas dari scrubber digunakan sebagai pendingin (quenching gas) sehingga gas
melamin akan mengkristal. Melamin yang mengkristal sebanyak 99% dengan
kemurnian 99,9%. Kristal melamin dan gas-gas hasl reaksi keluar desublimer
pada suhu 200 oC. Kemudian dialirkan menggunakan pneumatic conveyor menuju
cyclone. Didalam cyclone terjadi proses pemisahan antara padatan kristal dengan
off gas dimana semua kristal yang terbentuk dapat terpisahkan sebagai produk.
Kristal melamin yang masih mempunyai suhu 200 oC ini didinginkan didalam belt
conveyor tertutup dengan udara pendingin sampai suhu 40 oC, kemudian disimpan
didalam silo untuk selanjutnya dilakukan packaging dan bagging, lalu disimpan
didalam gudang dan siap untuk dipasarkan.
Gas keluar cyclone sebagai off gas sebagian dialirkan menggunakan
blower menuju scrubber untuk nantinya digunakan sebagai fluidizing gas dan
quenching gas. Di dalam scrubber terjadi proses pemisahan dikontakkan dengan
lelehan urea yang memiliki suhu 147 oC sehingga suhu off gas akan turun sampai
152 oC. Karena penurunan suhu ini maka komponen yang condensable dalam off
gas sebagian besar akan mengembun dan ter-scrub oleh lelehan urea. Sedangkan
gas yang tidak ter-scrub akan keluar scrubber yang nantinya digunakan sebagai
pendingin pada desublimer dan sementara digunakan sebagai fluidizing gas pada
reaktor.
BAB III
DASAR PERANCANGAN
3.1 Kapasitas Rancangan
Sampai saat ini Indonesia masih membutuhkan impor melamin dari negara
lain. Berikut data impor melamin dari tahun 2014 sampai 2018.
Tabel 1. Perkembangan Impor Melamin Indonesia 2014-2018
Tahun Impor (Ton)
2014 22.211,809
2015 19.735,748
2016 19.361,243
2017 20.683,577
2018 32.503,195

(Badan Pusat Statistik, 2019)

Dan dapat dilihat pada grafik untuk kapasitas impor melamin Indonesia tahun
2014-2018.

35,000
30,000
Kapasitas Impor (Ton)

25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 3.1 Kapasitas Impor Melamin


Dari tabel 1 kita dapat menghitung jumlah melamin yang harus diimpor
pada tahun 2025, y = 2153,12x – 4E+06, maka pada tahun 2025 didapatkan
kebutuhan impor melamin sebesar 360.027,5 ton/tahun.
3.2 Sifat Fisis Dan Kimia Bahan Baku Dan Produk
3.2.1 Bahan Baku
1. Urea (CH4N2O)
Urea adalah senyawa organik pertama yang disintesis dari reagen anorganik.
Proses produksi urea semuanya melibatkan reaksi amonia dan karbon dioksida,
tetapi berbeda dalam metode penanganannya dimana amonia dan karbon dioksida
yang tidak bereaksi. Beberapa sifat fisis dan kimia yang dimiliki urea yaitu
(www.epa.gov/iris, 2011) :

Berat Molekul : 60,06 g/mol


Rumus kimia : CH4NO2

Warna : Hampir putih


State : Tetragonal prisms
Bau : Sedikit bau amonia
Rasa : Dingin, terasa asin
Titik Leleh : 132,7°C
Massa jenis : 1,3230 g/mL saat 20°C
Tekanan uap : 1,2 × 10-5 mm mercury (Hg) saat 25°C
Titik nyala : 72,7 ± 22,6°C
Log Kow : -1,59 saat 20 – 25°C
Kelarutan air : 5,45 × 105 mg/L saat 25°C
: 1 g urea dalam 10 mL alkohol 95%, 1 mL
alkohol 95% mendidih, 20 mL alkohol absolut,
Kelarutan
6 mL metanol, 2 mL gliserol; juga larut dalam
asam klorida pekat
Ph : 7,2
Konstanta Disosiasi (pKa) : 0,10 saat 21°C
Atmospheric OH rate
: 4,00 × 10-11 cm3/molecule-sec saat 25°C
constant
: 1,0 saat pH 1–10 dan 25°C
Faktor Biokonsentrasi

Impuritis : Berat biuret 0,3–2%, sianat


2. Alumina (Al2O3)
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan
oksigen, dengan rumus kimia Al₂O₃. Nama mineralnya adalah alumina, dan
dalam bidang pertambangan, keramik dan teknik material senyawa ini lebih
banyak disebut dengan nama alumina. Alumina digunakan sebagai katalis dalam
pembuatan melamin. Berikut beberapa sifat fisis dan kimia dari alumina (Sasol,
2019) :
Wujud : Padat
Warna : Putih
Bentuk : Compacts, bubuk
Bau : Tidak berbau
Titik didih : 2,977 °C, 5,391 °F
Titik Leleh : 2,050 °C, 3,722 °F
Tekanan Uap : 1 mm Hg saat 2,158 °C, 3,916 °F
Densitas : >= 3,2 – 3,9 g/cm3 (crystallites)
Ph : 8-9
Ukuran Partikel : 0,2 - 200 µm
Luas Permukaan : 1 - 250 m2/g

3.2.2 Produk
1. Melamin
Melamin (2,4,6-triamino-1,3,5-triazines) diproduksi dari urea. Melamin
digunakan dalam pembuatan resin melamin-formaldehida untuk aplikasi laminasi
dan perekat. Melamin memiliki beberapa sifat fisika dan kimia sebagai berikut
(Donaldsonville, 1980) :

a. Sifat fisis melamin :

 Kepadatan  : 1,573 g / cm
 Panas pembentukan ∆ H 0f (25◦C) : - 71,72 kJ / mol
 Panas dari pembakaran (25◦C) : - 1967 kJ / mol
 Panasnya sublimasi (25◦C) : - 121 kJ / mol
 Kapasitas panas molar (25◦C) : 155 J/Kmol
 Panas spesifik kapasitas cp ,J/kgK
 Entropi (25)◦C) : 149 J / Kmol
 Entropi formasi ∆ S0f (25◦C) : - 835 J / Kmol
 Energi pembentukan ∆G0f (25◦C) : 177 kJ / mol
 Kelarutan (30◦C) Etanol : 0,06 g / 100 mL,
Aseton : 0,03
Dimethylformamide: 0,01
Ethyl cellosolve : 1.12
Air : 0,5
b. Sifat kimia:
Sifat kimia melamin adalah sebagai berikut :

 Cincin s-triazine sangat stabil dan hanya terpotong di bawah kondisi


drastis(mis., pemanasan di atas 600 ◦C atau fusi dengan senyawa alkali).
 Dengan studi difraksi sinar-X, kristalmelamin telah terbukti hanya ada
distruktur triamino simetris; hal yang sama juga benaruntuk fase uap dan
untuk solusi netral dan alkali.
 Sebagian besar reaksi komersial penting melibatkanhanya kelompok −NH2,
yang berperilaku kimia sebagai amido daripada fungsi amino.

2. Amonia
Amonia merupakan produk samping yang dihasilkan dari pembuatan
melamin dengan menggunakan bahan baku urea. Beberasa sifat fisik dan kimia
dari amonia yaitu (MSDS, 2015):
Rumus kimia : NH3
Berat molekul : 17,031 g/mol
Specific Volume saat 20°C & 101,325 kPa : 1405,6 ml/g
Titik didih saat 101,325 kPa : -33,4°C
Relative density (udara = 1) saat 101,325 kPa : 0,599 Kg/ m3
Warna : Tidak berwarna
Rasa : Asam
Bau : Bau menyengat
3.3 Penentuan Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik sangat penting dalam perancangan pabrik karena
hal ini dapat mempengaruhi kedudukan pabrik dalam persaingan maupun
kelangsungan hidup pabrik tersebut. Pemilihan lokasi pabrik yang tepat dapat
memberikan keuntungan yang maksimal.
Ada beberapa faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi tujuan
utama dari suatu pabrik, dimana tujuan utama ini meliputi kegiatan produksi dan
distribusi produk. Kegiatan produksi dan distribusi produk diatur menurut jenis,
kualitas, waktu, dan tempat yang dibutuhkan konsumen dengan tingkat harga
yang terjangkau, namun masih memberikan keuntungan bagi pabrik itu sendiri.

Faktor tersebut meliputi:


1. Letak Sumber Bahan Baku
Bahan baku utama pembuatan melamin adalah urea. Bahan baku
melamin diperoleh dari PT. Pupuk Kujang di daerah Cikampek, Jawa
Barat. Sumber bahan baku merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan lokasi pabrik, karena hal ini dapat mempengaruhi biaya
transportasi dan biaya penyimpanan.
2. Pemasaran produk
Lokasi pemasaran dapat mempengaruhi harga produk. Pendirian
lokasi pabrik yang berdekatan dengan pasar utama bertujuan untuk
mempermudah pemasaran produk agar segera sampai ke konsumen.
Industri yang menggunakan produk Melamin di Pulau Jawa, seperti Jawa
Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, DKI Jakarta sebagai contoh PT.
Arjuna Karya Utama yang merupakan produsen bahan perekat, dan lain-
lain.
3. Sarana transportasi
Sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk proses penyediaan
bahan baku dan pemasaran produk. Fasilitas transportasi yang memadai
seperti jalan raya sebagai sarana transportasi darat dan tersedia pelabuhan
sebagai sarana transportasi laut dapat mempermudah dalam transportasi
bahan baku dan pemasaran produk.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperlukan adalah tenaga kerja yang terampil
dan diprioritaskan diambil di daerah sekitar pabrik. Kawasan Cikampek
berlokasi tidak jauh dari wilayah Jabotabek yang sarat dengan lembaga
pendidikan formal sehingga memiliki potensi tenaga ahli maupun non ahli
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
5. Penyediaan bahan bakar dan energi
Daerah Cikampek merupakan kawasan Industri sehingga
penyediaan bahan bakar dan energi dapat dipenuhi dengan baik.
6. Penyediaan Air
Kebutuhan air untuk proses produksi dapat diperoleh dari sumber
air Sungai Parungkadali dan sungai Cikao.
7. Karakterisasi lokasi
Daerah Cikampek merupakan kawasan industri sehingga untuk
pendirian suatu pabrik akan lebih mudah.
LAMPIRAN
Perhitungan Gross Profit Margin (GPM)

Tabel 1. Daftar Harga Bahan Baku


Nama Bahan Harga (Rp/kg)
Urea 3497
Melamin 11616
Ammonia 2549

Reaksi Dekomposisi Urea


6 (NH2)2CO → C3N3(NH2)3 + 6NH3

Tabel 2. Perhitungan Gross Profit Margin Bahan Baku Alumina dan Urea
Satuan (NH2)2CO C3N3(NH2)3 NH3

Koefisien Reaksi 6 1 6

Molecular weight
60,06 126,12 17,031
(gram/mol)

Kg 0,36 0,13 0,12

kg/kg melamin 2,7692 1 0,9231

IDR/kg 3497 11616 2549

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku

= ∑ [(kg produk/ kg melamin) x harga produk] - ∑ [(kg reaktan/ kg


produk) x harga reaktan]

= [(1 x 11616) + (0,9231 x 2549)] – [(2,7692x 3947)]

= Rp.3.038,95-

Yang dihitung GLISEROL + 3TBA => TE


G + TBA => TE + H20

C3H8O3 + 3C4H10O ↔ C15 H36O3 + H2O

C7H16O3 + C4H10O ↔ C11H24O3 + H2O C15H32O3 + H2O

C8H18O + C4H10O ↔

formasi
1
-
tert
-
butyl gliserol dan 1,3
-
di
-
tert
-
butil
gliserol

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Perindustrian diakses dari https://www.kemenperin.go.id/. Diskses
pada tanggal 10 Oktober 2019 pada pukul 10.00 WIB.
Louisiana, ,1980, Melamine Chemicals, Donaldsonville, Product Brochure,
70346 (USA).
MSDS, 2015
Pemerintah Indonesia, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Peraturan Pemerintah, 2012, Undang-Undang Republik Indonesia No. 50 Tahun
2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sasol , 2019 , “Safety Data Sheet”.
Toxicological Review Of Urea, U.S. Environmental Protection Agency
Washington, DC, 2011.
Turton, R., J. A Shaewitz, D. Bhattacharyya, dan W. B. Whiting. 2018. ”Analysis,
Synthesis, and Design of Chemical Processes”. 5th Ed. Prentice-Hall, Inc.
Ullman, 2003, Encyclopedia of Industrial Chemistry, Vol A, VCH, Germany.

Anda mungkin juga menyukai