Anda di halaman 1dari 16

Pemberian Makanan Dan Terapi Nutrisi

1. Pemberian Makanan Dan Terapi Nutrisi Terintegrasi Untuk Pasien


Dengan Resiko Nutrisional
A. Produksi Dan Distribusi Makanan
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian
diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi.

2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik dan
jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan
memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya.

3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan


Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan
instalasi gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem
penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh BLUD RSUD Cut
Nyak Dhien Meulaboh adalah sistem swakelola, yaitu mulai instalasi
bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan
penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan


Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi :
a. Perencanaan Menu
Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu
yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan
kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi
pelayanan yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 10
hari
b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan
makanan berdasarkan menu atau Panduan menu dan rata- rata
jumlah konsumen atau pasien yang dilayani.
Tujuannya adalah agar tersedianya daftar pesanan bahan
makanan sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan.
Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
adalah sebagai berikut :
 Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan
makanan
 Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
 Adanya spesifikasi bahan makanan
 Adanya daftar pesanan bahan makanan
 Tersedianya dana
Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus
mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :
 Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan
untuk esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah psien.
 Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik
 Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan
permintaan.
 Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan
(order)

5. Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanan


a. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan Bahan Makanan adalah suatu kegiatan uang
meliputi pemeriksaan / penelitian , pencatatan dan pelaporan
tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap untuk
diolah.Peryaratannya adalah :
 Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa
macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.
 Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
Langkah- langkah Penerimaan Bahan Makanan :
 Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik
kemudian diperiksa satu persatu, untuk mengetahui ada
barang yang ada, kurang atau berlebih.
 Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan
kecil sesuai jenis- jenis barang.
 Esok harinya masing- masing bagian pengolahan mengambil
bahan makanan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara menata ,
menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan
basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan
kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya
agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan. Untuk
memenuhi hal ini maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Adanya sistem penyimpanan barang
 Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan
sesuai persyaratan.
 Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan
makanan.
c. Penyaluran Bahan Makanan
Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara mendistribusikan
bahan makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya agar
tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang sesuai dengan pesanan. Sehingga harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut :
 Adanya bon permintaan bahan makanan
 Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan

6. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam
penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara
lain membersihkan, memotong, mengupas, mengupas, mengocok,
merendam. Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan
makanan, serta bumbu- bumbu sebelum dilakukan kegiatan
pemasakan. Sehingga untuk melakukan persiapan bahan makanan
harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan;
b. Tersedianya peralatan persiapan;
c. Tersedianya protap persiapan;
d. Tersedianya aturan proses – proses persiapan;

7. Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahanbahanmakanan merupakan suatu kegiatan mengubah(
memasak)bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya
pengolahan bahan makanan adalah :
a. Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.
b. Meningkatkan nilai cerna
c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan
penampilan makanan.
d. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Tersedianya siklus menu.
b. Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)
c. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
d. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
e. Tersedianya aturan penilaian.
f. Tersedianya prosedur tetap pengolahan.

8. Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen
yang dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.)
Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan
ketentuan yang berlaku. Agar pendistribusian makanan dapat
berjalan dengan baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit
menyangkut standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta
dietetika.
 Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
 Adanya peraturan pengambilan makanan
 Adanya bon permintaan makanan.
 Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan
konsumen.
 Tersedianya peralatan makanan
 Tersedianya sarana pendistribusian makanan
 Tersedianya tenaga pramusaji.
 Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
Adapun sistem penyaluran makanan dirumah sakit umum kec.
Mandau adalah sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan
pasien dibagikan dan disajikan dalam alat makan di tempat
pengolahan.

B. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan Dan Ruang Rawat Inap


1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet,
pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada
klien/ pasien rawat jalan. Tujuannya adalah memberikan
pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Pelayanan gizi pasien rawat jalan merupakan serangkaian
kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian status gizi.
b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan
penyakit.
c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit
dan cara pemberian makanan
d. Konseling dan penyuluhan gizi.
e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

2. Asuhan Gizi Rawat Inap


Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses
kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang
rawat inap.
Asuhan gizi rawat inap berawal dari pengkajian/asessment awal.
Asessment awal merupakan proses penting untuk identifikasi
kebutuhan pasien. Asesment nutrisional menggunakan metode
MST (Malnutrision Screening Tools) yang dilakukan di IGD. Jika
kriteria pemeriksaan >= 2 maka ahli gizi memberikan saran
intervensi diet
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat
inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit,
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi
pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama
perawatan yang meliputi :
a. Pengkajian status gizi.
b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan
penyakit.
c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit
dan cara pemberian makanan
d. Konseling dan penyuluhan gizi.
e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

C. Penelitian Dan Pengembangan Gizi


1. Pengertian
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi
rumah sakit atau unit pelayanan gizi merupakan pendukung
kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara terencana dan terus
menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka
meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit. Unit pelayanan gizi
menyusun program- program penelitian dan pengembangan yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang
disusun berdasarkan kaidah- kaidah penelitian yaitu adanya
usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan, serta
dokumen hasil penelitian. Kegiatan penelitian dan
pengembangan gizi terapan diupayakan dengan
mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia.
2. Tujuan
a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS
b. Evaluasi kegiatan PGRS
c. Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan besdasarkan
aspek asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah
sakit.
4. Ruang Lingkup Pengembangan
Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi dapat dilakukan
pada berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu
pelayanan gizi. Beberapa aspek penting adalah aspek sumber
daya manusia, standar terapi diet, standar sarana prasarana dan
penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai tehnik
pengolahan makanan.

D. Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan.


Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan di
RSUD Cut NyakDhienMeulaboh juga masih kurang lengkap.
Berdasarkan arus kerja maka ruangan dan peralatan yang
dibutuhkan adalah sebagai barikut :
1. Ruang penerimaan dan peralatan yang dibutuhkan :
Timbangan 100- 300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta
angkut, pembuka botol, pisau dsb
2. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar
Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer,
3. Ruang persiapan bahan makanan
Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin pemotong dan
penggiling daging, mixer, blender, timbangan meja, talenan,
bangku kerja, bak cuci.
4. Ruang masak dan alat yang dibutuhkan.
Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer,
blender, lemari es, meja pemanas,pemanggang, toaster, meja
kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.
5. Ruang pencuci dan penyimpanan alat
6. Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari
7. Dapur Susu
Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci
botol, mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas.

2. Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian


1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan
pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan
bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit
maupun untuk pengambilan keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
 Formulir pemesanan bahan makanan harian.
 Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian
gudang instalasi gizi pada hari itu.
 Pencatatan sisa bahan makanan (harian) meliputi bahan
makan basah dan bahan makanan kering.
b) Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan
Makanan
 Buku laporan timbang terima barang antara penggantian
rotasi (berisi pesan- pesan yang penting)
 Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
 Buku laporan pasien baru makanan biasa
 Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
c) Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan
Instalasi Gizi.
 Membuat kartu inventaris peralatan masak.
 Membuat kartu inventaris peralatan makan
 Membuat kartu inventaris peralatan kantor
 Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk simpan
pinjam)
 Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
 Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan
Makanan
 Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan
untuk yang akan datang selama triwulan/ tahunan.
 Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan
makanan
 Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang
perhari dalam satu kali putaran menu
 Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
 Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e) Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat
Inap.
 Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet,
termasuk catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
 Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
 Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
 Formulir perubahan diet
 Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
 Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
f) Pencatatan Dan Pelaporan di Ruang Penyuluhan Dan
Konsultasi Gizi/ Poliklinik Gizi.
 Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama,
diagnosa, jenis diet, antropometri)
 Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
 Formulis anemnesis.
 Formulir frekwensi makan
 Formulir status pasien.
 Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien
rawat jalan dan rawat inap). Semua laporan dikumpulkan,
lalu dibuat rangkuman kemudian disampaikan kepada
kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk dimanfaatkan,
sesuai dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit.

2. Pengawas Standar Porsi


a. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan
dengan penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti
susu dan bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok
ukuran atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi atau
bila perlu ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai
untuk jenis hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur
dengan kontainer/panci yang standar dan bentuk sama.
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah)
harus digunakan standar porsi dan standar resep.

Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit


1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan
metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri,
gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajiann dietetik dan pola makan
berdasarkan anemnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan
pasien
4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan
bahan makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan
bahan makanan.

E. Resiko Nutrisi
Tahapan pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap diawali dengan
melakukan :
a. Skrining Gizi Atau Penapisan
Semua organisasi profesi di bidang nutrisi baik
merekomendasikan uji skrining malnutrisi atas semua pasien
yang dirawat di rumah sakit. Tahapan awal ini bertujuan untuk
mengidentifiaksi pasien dengan malnutrisi dan pasien dengan
risikomalnutrisi, terutama untuk pasien dengan sakit kritis.
Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan penilaian
penapisan nutrisi dalam 48 jam perawatan dan penilaian status
nutrisi lengkap pada pasien dengan penyakit kritis.
Skrininggizi atau penapisan dilakukan oleh ahli gizi/Dietisien dan
penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh Dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang
beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau dalam kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi dimana pasien
mengalami kelainan metabolik, hemodialisis, bayi, anak, geriatrik,
kanker dengan kemoterapi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, infeksi, sakit kritis, dan lain sebagainya.Skrining gizi
dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metode skrining gizi yang digunakan sebaiknya
dilakukan dengan waktu yang singkat, cepat, dan disesuaikan
dengan kondisi pasien. Metode skrining gizi yang digunakan
adalah modifikasi dari Malnutrition Skrining Toolsuntuk dewasa
dan skrining STRONG-kids untuk anak.

MST adalah metode penilaian gizi yang dipakai di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh :

Bagian 1 : Penapisan
Bagian 1 : Penapisan

Apakah ada penurunan berat badan tanpa disengaja?

Tidak ada Skor : 0

Turun 1–5 kg Skor : 1

Turun 6–10 kg Skor : 2

Turun 11–15 kg Skor : 3

Turun > 15 kg Skor : 4

Apakah ada penurunan nafsu makan atau


sulit makan?

Tidak Skor : 0

Ada Skor : 1

Bagian 2: Penentuan Risiko

Skor MST : 0 atau 1, tidak ada risiko malnutrisi:


Bila lama rawat lebih dari 7 hari, penapisan ulang dan dapat
diulang tiap minggu

Skor MST : 2 atau lebih, risiko malnutrisi:


Lakukan intervensi nutrisi, konsultasi gizi dalam 24–72 jam

skrining Strong kids untuk usia 0 bulan sampai dengan 14 tahun


Parameter nilai
Apakah pasien tampakkurus ? o Ya 1
o Tidak 0

Apakah terdapat penurunan berat o Ya 1


badan selama satu bulan terakhir ? o Tidak 0
(berdasarkan penilaian objektif data
berat badan bila ada ataupenilaian
subjektif orang tua pasien atauuntuk
bayi < 1 tahun berat badab tidak naik
selama 3 bulan terakhir )
Apakah terdapat salah satu dari kodisi o Ya 1
tersebut? (diare ≥ 5 kali/hari dan o Tidak 0
muntah >3 kali/hari dalam seminggu
terakhir atau asupan makanan
berkurang selama 1 minggu terakhir)
Apakah terdapat penyakit atau o Ya 1
keadaan yang mengakibatka pasien o Tidak 0
berisiko mengalami malnutrisi? (lihat
tabel )
 Nilai score :
 0 : Risiko rendah,
 1-3 : Risiko sedang,
 4-5 : Risiko Tinggi

Daftar penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan


malnutrisi
 Diare kronik ( lebih dari 2 minggu)
 Penyakit jantung bawaan (Tersangka)
 Infeksi HIV (Tersangka)
 Kanker (Tersangka )
 Penyakit hati kronik
 Penyakit ginjal kronik
 TB paru
 Terpasang stoma
 Trauma
 Luka bakar luas
 Kelainan anatomi daerah mulut yang mengakibatkan kesulitan
makan (mis : bibir sumbing)
 Rencana atau paska operasi mayor (missal : laparatomi,
torakotomi)
 Kelainan metabolic bawaan
 Retardasi mental
 Keterlambatan perkembangan
 Lain-lain berdasarkan pertimbangan dokter

Bila dari hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko


malnutrisi, maka dilakukanpengkajian/ assessment gizi dan
dilanjutkan dengan langkah – langkah proses asuhan gizi
terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau
tidak beresiko malnutrisi dianjurkan dilakukan skrining ulang
setelah dirawat 1 minggu. Jika hasil skrining ulang pasien
beresiko malnutrisi maka dilakukan asuhan gizi terstandar.
Pasien yang mengalami sakit kritis atau kasus sulit yang beresiko
mengalami gangguan gizi tingkat berat, akan lebih baik bila
ditangani oleh Tim kesehatan.

b. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Kalori


Untuk pemberian nutrisi suportif, pertama kali diperlukan
penghitungan kebutuhan kalori dari pasien. American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) merekomendasikan
caraindirect calorimetry untuk menentukan besaran kebutuhan
kalori pasien. Adapun menghitung kebutuhan kalori juga dapat
dilakukan melalui persamaan yang telah divalidasi, seperti
diperoleh dari jumlah kebutuhan energi basal atau basal energy
expenditure (BEE) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi
pasien. BEE dalam hal ini dihitung dengan menggunakan
persamaan Harris-Benedict. Untuk praktisnya, BEE dikalikan
faktor pengali yaitu faktor aktivitas (FA) dan faktor stress (FS).
Kebutuhan kalori = BEE x FA x FS
Faktor pengali aktivitas (FA) adalah 1,2 untuk aktivitas rendah,
1,3 sedang, dan 1,5 untuk tinggi. Sedangkan faktor pengali untuk
stress (FS) adalah 1–1,1 untuk stres ringan, 1,2–1,4 untuk stres
sedang, dan 1,5–2 untuk stres berat.
Untuk praktisnya, kebutuhan kalori untuk pasien
biasanyaberkisar antara 25–35 kkal /kg/hari. Persamaan ini
dianjurkan untuk menghitung kalori apabila tidak dapat
dilakukan indirect calorimetry. Kebutuhan protein adalah 0,8–1,5
g (0,13–0,24 g nitrogen)/kg/hari. Sebagian, yaitu 20–35%
kebutuhan kalori diberikan dalam bentuk lemak yang harus
mencakup lemak esensial berupa asam linoleat (4% total kalori)
dan asam linolenat (0,2–0,4% total kalori). Pemberian air biasanya
30-35mL/kg/hari dengan tambahan lain adalah mineral,
elektrolit, dan mikronutrien lain serta serat.

c. Cara Pemberian Nutrisi


Adapun cara pemberian nutrisi sendiri sangat disarankan
pemberian nutrisi enteral dibandingkan parenteral. Pemberian
secara enteral dapat berupa oral maupun artifisial. Artifisial dapat
berupa parenteral atau pemasangan selang atau tubing.
Kontraindikasi pemberian enteral adalah keadaan tidak stabil
meliputi gangguan hemodinamik, obstruksi usus, perdarahan
saluran cerna yang masif, iskemia intestinal, malabsorpsi berat,
serta inflamasi berat saluran cerna. Adapun pemberian nutrisi
parenteral juga tidak diindikasikan untuk pasien keganasan yang
bersifat terminal atau sudah ditentukan end of life care. Selama
tidak ada kontraindikasi, lebih diutamakan pemberian nutrisi
lewat jalur enteral.

d. Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas melalui serangkaian kegiatan mulai dari :
a. Assesment/pengkajian gizi,
b. Diagnosis gizi,
c. Intervensi gizi,
d. Monitoring dan Evaluasi gizi.
e. konseling
Proses asuhan gizi terstandar dilakukan pada pasien yangberesiko
kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi atau kondisi khusus
dengan penyakit tertentu. Langkah PAGT terdiri dari :
1. Pengkajian Gizi/ Nutrition Assesment
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
(yang dicatat dan berhubungan dengan gizi). Pengkajian gizi
dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) pengukuran antropometri,
2) data biokimia,
3) pemeriksaan fisik klinis,
4) anamnesis riwayat gizi,
5) riwayat personal.
 Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
:
a. Pengukuran tinggi badan (TB)
b. Berat badan (BB)
c. Panjang badan (PB)
d. Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak
dapat diukur
e. Lingkar lengan atas (LILA)
f. Tebal lipatan kulit (skinfold)
g. Lingkar kepala
h. Lingkar dada
i. Lingkar pinggang
j. Lingkar pinggul
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa
ukuran tersebut diatas, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
rasio BB menurut TB.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi
status gizi pada bayi, anak, dan remaja adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan ini dapat diukur melalui pengukuran antropometri
yaitu berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lainnya
yang kemudian dibandingkan dengan standar.
 Biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status
metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan
dari data laboratorium yang terkait dengan masalah gizi harus
selaras dengan data assessment gizi lainnya, seperti riwayat
gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen,
pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses
penyakit, tindakan pengobatan, prosedur dan status hidrasi
(cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi, sehingga hal
tersebut perlu dipertimbangkan.
 Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi.
Pemeriksaan fisik terkait dengan masalah gizi merupakan
kombinasi dari tanda – tanda vital dan antropometri yang
dikumpulkan dari catatan medik pasien.
 Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi merupakan data meliputi asupan
makanan termasuk komposisi, pola makan, diet, dan data lain
yang terkait. Anamnesis riwayat gizi dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif digunakan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan pasien. Sedangkan
cara kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi melalui food recall selama 24 jam. Kemudian
dilakukan analisis zat gizi yang merujuk pada DKBM.
 Riwayat Personal
Datariwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat –
obatan atau suplemen yang dikonsumsi; sosial budaya;
riwayat penyakit pasien dan data umum pasien.
2. Diagnosis Gizi/ Nutrition Diagnosis
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan
antara data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya.
Kemudian memilih masalah gizi yang spesifik dan menentukan
masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi
sesuai dengan standart rumah sakit. Pernyataan diagnosis gizi
menggunakan PES (Problem Etiologi Sign Symptom). Diagnosis gizi
dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI (Domain Intake), NC
(Domain Klinis), dan NB (Domain Prilaku/lingkungan).
3. Intervensi Gizi/ Nutrition Intervention
Intervensi gizi yang dilakukan meliputi :
a. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis giziyang ditegakkan.
Menetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah
gizinya, penyebab, gejala dan tanda, kemudian tentukan pula jadwal
frekuensi asuhan. Perencanaan intervensi meliputi, penetapan tujuan
intervensi dan preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat
menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat
gizi, jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur
makanan atau pemberian makan.
b. Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas apa, dimana, kapan, dan bagaimana
intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan
data kembali, agar dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau
tidaknya modifikasi intervensi gizi.
4. Monitoring Evaluasi/ Nutrition Monitoring and Evaluation
Kegiatan monitoring danevaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui
respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Empat langkah monitoring dan evaliasi gizi :
1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/
pasien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah
sesuai dengan yang diharapkan. Mengecek pemahaman dan
ketaatan diit pasien,mengecek asupan makan, menentukan apakah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status
gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status
hemodinamik sertakondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi
hasil pemeriksaan lain
 Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda dan gejala
dari diagnosisis gizi.
 Evaluasi hasil
Berdasarkan tahapan diatas, didapatkan 4 jenis hasil :
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makan dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi
yaitu, pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia,
dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak pada pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
 Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi
antara lain Subjektive Objektive Assesment Planning (SOAP) dan
Assesment Diagnosisi Intervensi Monitoring (ADIME). Format ADIME
merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.
5. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan
mampu mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan.
Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang
membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus
dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya.
Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.

Anda mungkin juga menyukai