Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu sub system dari sebuah system pelayanan kesehatan
nasional secara menyeluruh. Selain itu rumah sakit juga merupakan sebuah industry jasa yang
berfungsi untuk memenuhi salah satu kebutuhan primer manusia, baik sebagai individu,
masyarakat atau bangsa secara keseluruhan guna meningkatkan derajat hidup yang utama yaitu
kesehatan.
Dalam menyelenggarakan fungsinya maka Rumah Sakit menyelenggarakan kegiatan
pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan penunjang medis dan
nonmedis, pelayanan kesehatan masyarakat dan rujukan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan, administrasi umum dan keuangan.
Pelayanan gizi di Rumah Sakit merupakan salah satu bagian yang menunjang sistem
manajeman pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam melayani pasien. Makanan yang
disediakan oleh Instalasi Gizi sudah diperhitungkan jumlah dan nilai gizinya, dan harus
dihabiskan agar penyembuhannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
Rumah Sakit Ulin Banjarmasin adalah Rumah Sakit Tipe A yang sudah
menyelenggarakan fungsinya sebagai rumah sakit. Kegiatan penyelenggaraan salah satunya
adalah kegiatan penunjang medis yang didukung dengan adanya Instalasi Gizi. Kegiatan
pelayanan gizi di Instalasi Gizi yang dilakukan meliputi pengadaan atau penyelenggaraan
makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, pelayanan konsultasi gizi, penelitian dan
pengembangan gizi terapan.
Salah satu kegiatan manajemen logistik dalam penyelenggaraan makanan Instalasi Gizi
di RSUD Ulin Banjarmasin untuk konsumen adalah perencanaan persediaan makanan.
Perencanaan bahan makanan dilakukan agar jumlah persediaan bahan makanan dapat efisien
dan efektif, mendukung kelancaran proses produksi rumah sakit.

Pelaksanaan penyelenggaraan makanan meliputi perencanaan anggaran belanja makanan,


perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, penyediaan, penerimaan,
penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan, persiapan, pengolahan, penyaluran makanan
hingga pencatatan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Manajemen
penyelenggaraan makanan sendiri sebenarnya berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk
menghasilkan makanan yang berkualitas baik (Mukrie dkk, 1990).
Penerimaan bahan makanan merupakan bagian penting dalam menyelenggarakan
makanan di RSUD Ulin Banjarmasin karena pada saat penerimaan bahan makanan harus
sangat diperhatikan untuk mengetahui mutu makanan dan bahan makanan yang kita pesan
sesuai dengan bahan makanan yang kita terima. Dari permasalahan tersebut dalam penelitian
ini kami akan melihat gambaran kegiatan penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin.

1.2 Rumusan Masalah


Menganalisis studi kelayakan pada Sistem Penerimaan Bahan Makanan Di Rumah Sakit
Ulin Banjarmasin.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kelayakan Sistem Penerimaan Bahan Makanan Di Rumah Sakit Ulin
Banjarmasin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prinsip penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
2. Untuk dapat menyebutkan alat yang dibutuhkan dalam penerimaan bahan makanan di
RSUD Ulin Banjarmasin
3. Untuk dapat menjelaskan proses penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
4. Untuk mengetahui syarat penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
5. Untuk dapat menyebutkan jenis penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
6. Untuk dapat menjelaskan metode penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
7. Untuk mengetahui etika dalam penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
8. Untuk dapat menjelaskan letak ruang dalam penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
9. Untuk dapat melakukan pencatatan penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
10. Untuk dapat melakukan pengawasan penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
11. Untuk dapat melakukan pelaporan penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
12. Untuk dapat menjelaskan alur dalam penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
13. Untuk mengetahui syarat petugas penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
14. Untuk mengetahui tugas pokok dari penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjrmasin
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Dapat memberikan pengetahuan mahasiswa tentang penerimaan bahan makanan
dalam suatu institusi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Dapat menjadi bahan evaluasi tentang pencatatan dan pelaporan, metode, dan
syarat-syarat petugas dalam penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi,
khususnya institusi dalam penyelenggaraan makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit


Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian kegiatan perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan
yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan
evaluasi. Penyelenggaraan makan di RS dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan
makanan yang berkualitas baik dan jumlahnya yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan
yang layak dan memadai bagi pasien atau klien yang membutuhkannya (Aritonang, 2012).
Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah sakit adalah pasien. Sesuai dengan kondisi
Rumah Sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau
keluarga pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan
merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat
inap. (PGRS, 2006)
Pelayanan makanan juga merupakan komponen yang cukup besar dalam pembiayaan
rumah sakit sehingga perlu dikelola secara baik agar bermanfaat secara berdaya guna dan
berhasil guna adanya perubahan orientasi nilai dan perkembangan pemikiran yang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan suatu rumah sakit
sebagaiindustri pelayanan jasa dituntut dapat memberikan kepuasan pelanggan atau pasiennya.

2.2 Prinsip Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerimaan Bahan Makanan


Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penerimaan bahan makanan adalah:
a. Jumlah bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan makanan yang
ditulis dalam faktur pembelian dan sama jumlahnya dengan daftar permintaan institusi
b. Mutu bahan makanan yang diterima harus sama dengan spesifikasi bahan makanan yang
diminta pada saat kontrak Pengertian penerimaan bahan makanan
c. Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi memeriksa atau
meneliti, mencatat, dan melaporkan macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan (Depkes RI,1990).
Sedangkan menurut Nursiah A. Mukkrie, (1990) Penerimaan bahan makanan perjanjian
jual beli.
d. Harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur pembelian harus sama dengan harga
bahan makanan yang tercantum dalam penawaran bahan makanan.

2.3 Alat-alat Penerimaan Bahan Makanan


Adapun alat-alat dalam penerimaan bahan makanan adalah
a. Kereta pengangkut bahan makanan/ troli
b. Meja kerja
c. Timbangan
d. Tempat pencucian bahan makanan
e. Rak (Tempat penyimpanan sementara)

2.4 Proses Dasar Penerimaan Bahan Makanan


Proses dasar dalam penerimaan bahan makanan menurut Sue Grossbauner (2001) adalah
a. Memeriksa kembali daftar pesanan bahan makanan
b. Memeriksa spesifikasi bahan makanan
c. Memutuskan menerima atau menolak bahan makanan.
d. Memeriksa kembali daftar penerimaan bahan makannan
e. Menyalurkan bahan makanan kegudang

2.5 Syarat Penerimaan Bahan Makanan


Berikut syarat-syarat penerimaan bahan makanan :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan
makanan yang akan diterima
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.

2.6 Jenis Penerimaan Bahan Makanan


Penerimaan bahan makanan terdiri dari dua bagian, yaitu penerimaan bahan makanan
langsung dan penerimaan bahan makanan tidak langsung. Penerimaan bahan makanan tersebut
tergantung pada besar kecilnya lembaga. Biasanya lembaga memilih penerimaan bahan
makanan secara langsung. Proses penerimaan bahan makanan langsung adalah bahan makanan
diterima dan langsung diperiksa oleh bagian penerimaan bahan makanan, kemudian rekanan
langsung mengirim ke bagian penyimpanan bahan makanan. Proses penerimaan bahan
makanan tidak langsung adalah bahan makanan diterima oleh unit penerimaan, kemudian
petugas unit penerimaan menyalurkan bahan makanan ke bagian penyimpanan bahan makanan
(Nursiah Mukrie,1990).

2.7 Metode Penerimaan Bahan Makanan


Berikut ini merupaka metode penerimaan bahan makanan menurut Nursiah Mukrie
(1990).
1. Blind Receiving
Blind receiving atau disebut juga cara buta petugas penerimaan bahan makanan tidak
menerima spesifikasi bahan makanan serta faktur pembelian dari pihak
penjual/leveransir. Petugas penerimaan bahan makanan langsung mengecek, menimbang
dan menghitung bahan makanan yang datang di ruang penerimaan kemudian mencatat di
buku laporan atau formulir yang telah dilengkapi dengan jumlah, berat, panjang dan
spesifikasi lain jika diperlukan. Pihak leveransir mengirim faktur penerimaan bahan
makanan langsung ke bagian pembayaran/pembelian dan bagian penerimaan bahan
makanan juga mengirim lembar formulir bahan makanan yang telah diterima untuk
dicocokan oleh bagian pembayaran/pembelian.
2. Konvensional
Petugas penerimaan bahan makanan menerima faktur dan spesifikasi satuan dan
jumlah bahan makanan yang dipesan. Jika jumlah dan mutu tidak sesuai, maka petugas
penerimaan bahan makanan berhak mengembalikannya. Namun, petugas penerimaan
bahan makanan harus mencatat semua bahan yang diterima dan bahan makanan yang
dikembalikan untuk dilaporkan kepada bagian pembayaran/pembelian. Prosedur
pengembalian bahan makanan, sebaiknya petugas penerimaan bahan makanan turut
mengakui adanya ketidak cocokan pesanan dengan pengiriman yang ditandai dengan
membubuhkan tanda tangan di lembar formulir pengembalian bahan makanan,
disamping itu perlu diberikan catatatan bahan makanan tersebut diganti segera atau
diubah dalam faktur pembelian.

2.8 Etika Penerimaan Bahan Makanan


Menurut Nursiah Mukrie (1990) Penerimaan bahan makanan adalah rangkaian kegiatan
memeriksa, mencatat, dam melaporkan bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak (surat perjanjian jual beli). Oleh karena itu,
dalam kegiatan penerimaan bahan makanan diperlukan tenaga yang bertugas menerima bahan
makanan dengan syarat harus mempunyai sikap:
a) Tanggung jawab.
b) Mampu mengambil keputusan dengan tepat, cepat dan teliti.
c) Mempunyai keahlian memilih dan menilai spesifikasi bahan makanan yang baik.
d) Memiliki pengetahuan yang luas tentang bahan makanan.
e) Tidak mudah berkompromi dengan penjual/rekanan.
f) Bijaksana dan jujur.
g) Ramah kepada penjual dan rekanan.
h) Taat dan tepat janji yang diberikan kepada penjual/rekanan.

2.9 Letak Ruang Penerimaan Bahan Makanan


Lokasi pada penerimaan bahan makanan memberi pengaruh terhadap keefektifitasan
dalam penangananya sehari-hari. Idealnya lokasi bagian penerimaan bahan makanan
berdekatan dengan jalur pelayanan dan gudang. Letaknya sebaiknya dapat dicapai dengan
kendaraan, ruangan cukup luas untuk memeriksa bahan makanan yang diterima serta
dilengkapi pula dengan timbangan sejajar dengan lantai, kereta pengangkut bahan makanan,
meja kerja dan beberapa container yang dianggap perlu, sesuai dengan kemampuan volume
bahan makanan yang akan diterima. Lantai harus memiliki permukaan yang rata untuk
memudahkan pembersihan dan mencegah mikro organisme, tata letak dilantai minimal 10 cm.
Petugas harus menguasai macam peralatan utama antara timbangan, dimana keakuratan sangat
penting. Ruangan jarak penerimaan idealnya harus dekat dengan pintu pengiriman bahan
makanan. (Nursiah Mukrie,1990).

2.10Pencatatan Penerimaan Bahan Makanan


Pencatatan bahan makanan yang akan diterima harus dilakukan secara teliti, sisitematik
dan teratur merupakan salah satu faktor penting sebagai dokumentasi tertulis mengenai jumlah,
mutu bahan makanan yang diterima. Kadangkala data tersebut dapat digunakan untuk
menghitung taksiran kebutuhan bahan makanan yang akan datang atau dapat digunakan pula
sebagai alat monitoring kegiatan (Nursiah Mukrie,1990).
Didalam mebuat form pencatatan ada dua cara yaitu sederhana dan komplek.
Keistimewaan sederhana antara lain: mudah, cepat dalam membuat form, namun dalam
pengisiannya memrlukan waktu lama, karena petugas harus menulis atau melengkapi sendiri
data tersebut. Sedangkan cara form komplek petugas tinggal mengisi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat contoh berikut:
Form Bentuk Sederhana
Tanda penerimaan bahan makanan
Diterima dari : Tanggal :
Order pemb. No : No :

Jumlah Uraian Dikirim

Diisi dan diperiksa oleh :

Contoh form yang kompleks


Catatan Penerimaan
Tanggal :
Jumlah Unit Uraian per Nama Jumlah Harga Total Dikirim
item rekanan yang ACC satuan harga gdk-gdb

Diterima dan diperiksa oleh :

2.11Pengawasan Penerimaan Bahan Makanan


Pengawasan dalam penerimaan bahan makanan ini diharapkan untuk mencegah
kerusakan bahan makanan. (Suarsana,2000).
Hubungan dengan food quality control :
- Bahan/barang yang diterima dari luar daerah dilakukan inspeksi untuk menjaga
kebersihanya, bebas dari bau, dan tidak terkontaminasi.
- Bahan-bahan yang tidak sesuai harus segera di retour kepada penggirimnya.
- Kedatangan pengiriman bahan harus diketahui terlebih dahulu, perjanjian harus
dibuat dengan seksama sebelumnya.
2.12Pelaporan Penerimaan Bahan Makanan
Pelaporan kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari
sistem penyelenggaraan makanan, yang meliputi:
a. Pemasukan, pemakaian bahan makanan harian.
b. Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian peralatan dapur.
c. Pencatatan kegiatan macam dan jumlah klien setiap hari.
d. Perhitungan harga makanan perorang sehari, rata-rata dalam tiap bulan dan setiap tiga
bulan.
e. Laporan tribulan untuk pimpinan (Depkes RI, 1991).

2.13Alur Penerimaan Bahan Makanan

Perencanaan anggaran belanja makanan.

Perencanaan menu

Penghitungan kebutuhan makanan.

Pemesanan dan pembelian bahan makanan.

Penerimaan bahan makanan.

Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan.

Persiapan dan pengolahan bahan makanan.

Pendistribusian makanan

2.14Syarat Petugas Penerimaan Bahan Makanan


Dalam pengelolaan makanan sebaiknya dikelola menurut syarat sanitasi makanan dan
memenuhi syarat-syarat gizi, sehingga makanan tersebut bermanfaat bagi tubuh dan tidak
menimbulkan penyakit ataupun keracunan makanan. Pada proses penerimaan bahan baku, ada
beberapa yang paling penting diawasi adalah :
a. Petugas penerima barang harus hadir didampingi chef supervisor.
b. Semua barang yang dikirim oleh supplier harus sesuai dengan pesanan dan kebutuhan,
baik dari segi jenis, mutu maupun jumlahnya.
c. Untuk memeriksa bahan makanan sesuai jenis dan jumlahnya, harap dilihat dalam
purchase Requisition atau purchase order atau market list.
Untuk memeriksa mutu bahan makanan digunakan. Standard Purchase Specification (SPS),
yaitu standar yang telah disepakati oleh pihak pembeli dan penjual yang memuat kesepakatan
tentang karakteristik bahan yang dipesan, misalnya, jenis ukuran, berat, warna, serta
bentuknya.

2.15Tugas Pokok Unit Penerimaan Bahan Makanan


Berikut ini adalah tugas pokok unit penerimaan bahan makanan menurut Nursiah Mukrie
(1990). Pengecekan bahan makananmeliputi :
a) Cek bahan makanan segera setelah bahan makanan datang. Bahan maka,mnan segar harus
didahulukan dalam pengecekan penerimaan bahan makanan. Pengecekan meliputi
pemeriksaan faktur permintaan, tanggal pengiriman, jumlah, berat, panjang, tanggal
kadaluarsa, satuan, ukuran. Contoh permintaan bahan makanan beku suhu 00C, bila pada
saat diterima bahan makanan tersebut bersuhu diatas 00, maka bahan makanan tersebut
harus dikembalikan.
b) Cap bahan makanan baik segar/ kering dengan tanda bahan makanan sudah diperiksa dan
tanggal bahan makanan diterima, sehingga memudahkan dalam penggunaan system FIFO
( first in first out).
c) Menandatangani faktur pembelian bahan makanan sesuai dengan yang diterima.
d) Mengisi formulir penerimaan dan membuat laporan penerimaan harian, membuat berita
acara penerimaan bahan makanan secara tertulis.
e) Membuat laporan bahan makanan yang didiskualifikasi kepada atasan yang bersangkutan.
f) Melakukan pencatatan semua bahan makanan yang diterima.
g) Mengirim bahan makanan yang diterima ke bagian penyimpanan kering dan segar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional deskriptif. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui Kegiatan Penerimaan di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.

3.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik atau metode wawancara. Metode
wawancara yaitu menanyakan secara langsung apa yang ingin ditanyakan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Hari dan Tanggal : Rabu, 10 April 2019
b. Tempat : Ruang penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah manajemen sistem penyelenggaraan makanan
Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Kegiatan Penerimaan di Rumah Sakit Ulin
Banjarmasin.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2008).
Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu observasi langsung
berperan aktif. Peneliti menanyakan langsung kepada pihak yang bersangkutan.
Peneliti berusaha mendapatkan informasi yang mendalam pada proses kegiatan
tersebut.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang digunakan adalah Kegiatan Penerimaan di Rumah Sakit
Ulin Banjarmasin.
3.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Skala


Penelitian Ukur Ukur
Penerimaan Penerimaan bahan makanan Observasi dan Deskriptif Ordinal
bahan merupakan kegiatan yang wawancara
makanan meliputi pemeriksaan/penelitian,
pencatatan, dan pelaporan
tentang macam, kualitas, dan
kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan
serta spesifikasi yang telah
ditetapkan dalam perjanjian jual
dan beli.

1.8 Pengolahan dan Analisa Data


3.6.2 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari proses wawancara menggunakan kuesioner dan
observasi diolah dan dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data dilakukan
menggunakan program Microsoft Word.
3.6.3 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan perbandingan hasil yang
telah diamati dengan standar Penerimaan Bahan Makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin yaitu menggunakan Pedoman Gizi Rumah Sakit “PGRS”.
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Irianton. 2014. Penyelenggaraan Makanan : Manajemen Sistem Pelayanan


Swakelola dan Jasa Boga di Instalasi Gizi Rumah Sakit.Yogyakarta: Leutika Books.
Moehyi, Syahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Penerbit
Bhratara.
Komenkes RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI
Makrie, Nursiah, dkk. 1994. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Depkes RI
Makrie, Nursiah, dkk. 1994. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Lanjut. Jakarta: Depkes RI

Mukrie, Nursiah. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta :Proyek
pengembangan pendidikan tenaga gizi pusat
Salmawati, temu. 2006. Penyelenggaraan makanan, tingkat kecukupan dan status gizi
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Bogor : Institut
Pertanian Bogor
Anonim. 2011. Penyelenggaraan makanan (http://repository.usu.ac.id/f) di akses tanggal 16
Mei 2018.
Anonim. 2011. Menerima dan menyimpan bahan makanan
(http://chefcommis.wordpress.com/) diakses tanggal 16 Mei 2018
Widyati, Retno.2002. Higiene & Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Moehji, Sjahmien. 1992. Ilmu gizi. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Aritonang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan Makanan. Yogyakarta : Leutika.
Anonim. 2012. Study Kelayakan Dalam Perijinan dan Perencanaan Rumah Sakit Umum
Malang. Malang : Universitas Brawijaya
Aritonang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan Makanan. Yogyakarta : Jurusan Gizi Poltekkes.
Departemen Kesehatan RI .2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI,Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Dirjen Pelayanan
Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Jakarta.1991.
Departemen Kesehatan RI,Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta. 2003.
Departemen Kesehatan RI.Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Dirjen Binkesmas,
Jakarta. 2007
Depkes RI. 2005.Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta.
Iwaningsih, Sri. Konsep Better Hospital Food, dalam Materi Short Course Food Service.
Asosiasi Dietisien Indonesia, Garden Permata Hotel, 23-26 Juni. Bandung. 2010.
Mukrie, A. N. 1996. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi Jakarta :Depkes
RI
Mukrie N, Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2000.

Anda mungkin juga menyukai