INSTITUSI
PENERIMAAN BAHAN MAKANAN
Disusun untuk memenuhi tugas MSMP
Dibimbing oleh : Bu Unjiati SKM, M.kes
Kelompok 1 dan 2:
Anggota :
1. Agustin Dwi Proklamardike P27835113001
2. Kharisma Riska Safitri
P27835113003
3. Diyah Agustina A.R
P27835113004
4. Mika Irianti
P27835113006
5. Ikvina Rohmika
P27835113007
6. Bunga Puspita
P27835113008
7. Endita wahyuana P
P27835113009
8. Maryatul F
P27835113010
9. Nur Fauziyah
P27835113012
10. Dewi Khusnul C
P27835113013
11. Devita Anggraeni
P27835113036
12. Laelatul Rizkyah
P27835113037
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN DIII GIZI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemberian makanan secara massal, sudah dirasa kepentingannya sejak zaman dahulu kala.
Bahkan sejak terjadi pembangunan arca-arca serta piramida dinegara-negara timur tengah.
Kebutuhan ini dimulai dengan adanya kebutuhan masyarakat.
Dengan berkembangnya suatu masyarakat, maka terjadi proses pepindahan penduduk dan
dimulailah pertukaran barang atau makanan selama proses berlangsung. Di Indonesia
perkembangan dan sejarah mengenai makanan institusi ini masih sangat terbatas.
Penyelenggaraan makanan ini sudah ada sejak tahun 600. Sebagaimana halnya dengan Negara
berkembang makanan institusi ini berjalan agak lambat (Nursiah mukrie, 1990).
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin menyadari
akan pentingnya kualitas makanan bagi peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya
manusia. Perkembangan pangan telah memberikan peluang bisnis dalam berbagai bidang
seperti kesehatan, usaha jasa boga, industri pangan dan lain sebagainya. Jasa boga adalah suatu
institusi atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar
tempat usaha atas dasar pesanan (Depkes RI 1993).
Akhir-akhir ini, usaha pelayanan jasa boga mengalami peningkatan dan kemajuan pesat
sesuai perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Kondisi ini ditunjang dengan pergeseran
pola pangan masyarakat sebagai akibat perubahan gaya hidup. Sebagian kelompok masyarakat
memenuhi kebutuhan pangannya di luar tempat tinggalnya, sehingga pelayanan jasa boga
merupakan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pangan mereka dan harus tersedia
segera. Setiap proses penyelenggaraan makanan tidak akan terlepas dari masalah penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran bahan makanan karena hal ini menentukan kualitas makanan.
Adapun dalam penyimpanan ternyata sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan yang
disimpan. Penurunan kualitas yang terjadi selama masa penyimpanan, dapat menimbulkan
kerugian yang tidak kecil. Serta juga dalam penerimaan dan penyaluran akan berpengaruh pada
kualitas bahan makanan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa pengertian penerimaan bahan makanan?
1.2.2 Apa tujuan penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
1.2.3 Apa prinsip penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
1.2.4 Apa fungsi penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
1.2.5 Apa saja alat yang dibutuhkan dalam penerimaan bahan makanan dalam suatu
1.2.6
1.2.7
1.2.8
institusi?
Bagaimana proses penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
Apa saja syarat penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
Apa saja jenis penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi?
1.2.9
1.2.10
1.2.11
1.2.12
1.2.13
1.2.14
1.2.15
1.2.16
1.2.17
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Dapat mengetahui tahapan dari penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi.
1.3.2
Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari penerimaan bahan makanan dalam institusi
b) Untuk dapat menjelaskan tujuan penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
c) Untuk mengetahui prinsip penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi
d) Untuk dapat menyebutkan fungsi penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
e) Untuk dapat menyebutkan alat yang dibutuhkan dalam penerimaan bahan
makanan dalam suatu institusi
f) Untuk dapat menjelaskan proses
institusi
g) Untuk mengetahui syarat penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi
h) Untuk dapat menyebutkan jenis penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi
i) Untuk dapat menjelaskan metode penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
j) Untuk mengetahui etika dalam penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi
k) Untuk dapat menjelaskan letak ruang dalam penerimaan bahan makanan dalam
suatu institusi
l) Untuk dapat melakukan pencatatan penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
m) Untuk dapat melakukan pengawasan penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
n) Untuk dapat melakukan pelaporan penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
o) Untuk dapat menjelaskan alur dalam penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
p) Untuk mengetahui syarat petugas penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
q) Untuk mengetahui tugas pokok dari penerimaan bahan makanan dalam suatu
institusi
1.4
Manfaat penelitian
1.4.1
1.4.2
Manfaat praktis
Dapat memberikan pengetahuan mahasiswa tentang penerimaan bahan makanan
dalam suatu institusi.
Manfaat teoritis
Dapat menjadi bahan evaluasi tentang pencatatan dan pelaporan, metode, dan syaratsyarat petugas dalam penerimaan bahan makanan dalam suatu institusi, khususnya
institusi dalam penyelenggaraan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
spesifikasi
bahan
makanan
serta
faktur
pembelian
dari
pihak
1) Petugas penerimaan bahan makanan menerima faktur dan spesifikasi satuan dan
jumlah bahan makanan yang dipesan. Jika jumlah dan mutu tidak sesuai, maka
petugas penerimaan bahan makanan berhak mengembalikannya. Namun, petugas
penerimaan bahan makanan harus mencatat semua bahan yang diterima dan bahan
makanan
yang
dikembalikan
untuk
dilaporkan
kepada
bagian
pada
penerimaan
dalam
bahan makanan
penangananya
memberi
sehari-hari.
pengaruh
Idealnya
lokasi
terhadap
bagian
penerimaan bahan makanan berdekatan dengan jalur pelayanan dan gudang. Letaknya
sebaiknya dapat dicapai dengan kendaraan, ruangan cukup luas untuk memeriksa bahan
makanan yang diterima serta dilengkapi pula dengan timbangan sejajar dengan lantai, kereta
pengangkut bahan makanan, meja kerja dan beberapa container yang dianggap perlu, sesuai
dengan kemampuan volume bahan makanan yang akan diterima. Lantai harus memiliki
permukaan yang rata untuk memudahkan pembersihan dan mencegah mikro organisme, tata
letak dilantai minimal 10 cm. Petugas harus menguasai macam peralatan utama antara
timbangan, dimana keakuratan sangat penting. Ruangan jarak penerimaan idealnya harus
dekat dengan pintu pengiriman bahan makanan. (Nursiah Mukrie,1990).
2.12 Pencatatan Penerimaan Bahan Makanan
Pencatatan bahan makanan yang akan diterima harus dilakukan secara teliti, sisitematik
dan teratur merupakan salah satu faktor penting sebagai dokumentasi tertulis mengenai
jumlah, mutu bahan makanan yang diterima. Kadangkala data tersebut dapat digunakan untuk
menghitung taksiran kebutuhan bahan makanan yang akan datang atau dapat digunakan pula
sebagai alat monitoring kegiatan (Nursiah Mukrie,1990).
Didalam mebuat form pencatatan ada dua cara yaitu sederhana dan komplek.
Keistimewaan sederhana antara lain: mudah, cepat dalam membuat form, namun dalam
pengisiannya memrlukan waktu lama, karena petugas harus menulis atau melengkapi sendiri
data tersebut. Sedangkan cara form komplek petugas tinggal mengisi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat contoh berikut:
Tanggal :
Order pemb. No :
No :
Jumlah
Uraian
Dikirim
per Nama
rekanan
Tanggal :
Jumlah
yang ACC
Harga
Total
Dikirim
satuan
harga
gdk-gdb
d) Mengisi formulir penerimaan dan membuat laporan penerimaan harian, membuat berita
acara penerimaan bahan makanan secara tertulis.
e) Membuat laporan bahan makanan yang didiskualifikasi kepada atasan yang
bersangkutan.
f) Melakukan pencatatan semua bahan makanan yang diterima.
g) Mengirim bahan makanan yang diterima ke bagian penyimpanan kering dan segar.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam penyelenggaraan makanan sangat erat kaitannya dengan penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran bahan makanan. Dalam penerimaan bahan makanan merupakan langkah yang awal
untuk menentukan kualitas dan mutu dari bahan pangan yang akan dijadikan dalam
penyelenggaraan makanan dalam institusi. Untuk penerimaan bahan makanan terdapat tahap
tahap yang dilakukan diantaranya :
a. Pemasukan, pemakaian bahan makanan harian.
b. Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian peralatan dapur.
c. Pencatatan kegiatan macam dan jumlah klien setiap hari.
d. Perhitungan harga makanan perorang sehari, rata-rata dalam tiap bulan dan setiap tiga
bulan.
e. Laporan tribulan untuk pimpinan (Depkes RI, 1991).
DAFTAR PUSTAKA
o Mukrie, Nursiah. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta :Proyek
pengembangan pendidikan tenaga gizi pusat
o Salmawati, temu. 2006. Penyelenggaraan makanan, tingkat kecukupan dan status gizi
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Bogor : Institut Pertanian
Bogor
o Anonim. 2011. Penyelenggaraan makanan (http://repository.usu.ac.id/f) di akses tanggal 24 Mei
2012.
o Anonim. 2011. Menerima dan menyimpan bahan makanan (http://chefcommis.wordpress.com/)
diakses tanggal 24 mei 2012
o Widyati, Retno.2002. Higiene & Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
o Moehji, Sjahmien. 1992. Ilmu gizi. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
o Aritonang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan Makanan. Yogyakarta : Leutika.