Jumlah uang total sebelum pengurangan apa pun juga yang dibayarkan oleh majikan
atau pemberi kerja dan ditentukan melalui negoisasi atau kesepakatan antara majikan
dan karyawan (pekerja).
Gaji kotor yang dibayarkan kepada penerima gaji atau karyawan dihitung dengan
menggunakan kartu jam kerja masing-masing karyawan.
Dalam menentukan jumlah gaji yang dibayarkan majikan atau perusahaan kepada
karyawannya menggunakan data seperti nama karyawan, tarif gaji per jam kerja, jam
masuk dan keluar setiap hari kerja, jumlah jam kerja per hari dan jam kerja total
selama 1 minggu, dan tanda tangan bagian personalia yang menyetujui informasi
data pada kartu jam kerja.
Jumlah uang yang dibawa pulang oleh karyawan dan sama jumlahnya dengan gaji
kotor minus setiap pengurangan apapun yang dikenakan.
Dari kartu jam kerja tersebut bagian personalia dapat menghitung gaji kotor sebagai
berikut:
Jam kerja x Tarif per jam = 37 jam x Rp 500/jam = Rp 1.850.000
Rumus untuk gaji kotor untuk menghitung jam kerja atau tarif per jam:
CONTOH SOAL
Gaji kotor Pak Rukiman adalah Rp 4.500.000 untuk 10 jam kerja. Berapa tarif per
jamnya ?
Gaji kotor yang diterima Pak Ratula adalah Rp 1.500.000 pada tarif per jam adalah
150.000. Berapakah jam kerjanya ?
Jam kerja = Gaji kotor
Tarif per jam
Jam kerja = Rp 1.500.000
150.000
= 10
Lembur umumnya dipakai untuk menyatakan kelebihan jam kerja di atas 8
jam dalam 1 hari atau 40 jam dalam 1 minggu. Contoh : Pak Boli bekerja 13 jam
maka ia akan dibayar lembur 5 jam (13 – 8 = 5), dan kalua seminggu Pak Boli bekerja
65 jam maka ia akan dibayar lembur 15 jam (65 – 40 = 25).
Tarif lembur biasanya 1,5 kalinya tarif per jam kerja regular (biasa). Tarif ini
disebut time and a half. Contoh : jika tarif per jam Toni Rp 50.000 maka tarif lembur
Toni adalah 1,5 x Rp 50.000 = Rp 75.000
Minggu atau hari-hari besar nasional biasanya dibayar 2 kali tarif per jam kerja
reguler. Tarif ini disebut tarif double time. Contoh : Tarif per jam kerja sebesar Rp
5.000/ jam maka tarif lembur pada hari minggu atau hari-hari besar nasional adalah
2 x Rp 5.000 = Rp 10.000/ jam.
CONTOH SOAL
Tarif per jam kerja adalah Rp 5.000 ditambah satu setengah kali tarif reguler untuk
tiap-tiap kelebihan jam kerja di atas 40 jam per minggu. Hitunglah :
a. Total jam kerjanya
Jumlah seluruh jam kerja = total jam kerja
8,5 + 10 + 7,5 + 10 + 9 = 45
b. Gaji kotornya
Gaji kotor dalam hal ini adalah jumlah gaji reguler dan gaji lembur. Cara
menghitung gaji regulernya sebagai berikut:
Jam kerja reguler x tarif per jam = gaji kotor regular
40 x Rp 5.000 = Rp 200.000
Untuk menghitung gaji lembur, pertama harus menghitung jam kerja lembur
dan tarif lembur : Jam kerja lembur = (45 – 40) jam = 5 jam
Tarif lembur = Rp 5.000 x 1,5 = Rp 7.500
Gaji lembur :
Jam kerja lembur x tarif lembur = gaji lembur
5 x Rp 7.500 = Rp 37.500
Gaji kotor untuk minggu tersebut adalah :
Gaji reguler + gaji lembur = Rp 200.000 + Rp 37.500 = Rp 237.500
Fee yang dibayarkan untuk jasa yang diberikan (misalnya menjual) dan biasanya
dinyatakan sebagai persentase dari uang yang diterima oleh perusahaan. Komisi
yang diterima dihitung berdasarkan besarnya penjualan yang dihasilkannya
CONTOH SOAL
Misalkan sani sedang bekerja atas dasar komisi 25%. Ini berarti bahwa pemberi kerja
akan membayar sani 25 sen untuk setiap rupiah yang sani masukkan ke perusahaan
melalui penjualan. Tarif komisi dikalikan dengan penjualan sama dengan jumlah
komisi yang diterima. Oleh karena itu, komisi sani pada penjualan senilai Rp 8.000
akan menjadi :
Gaji karyawan tidak dibayar menurut dasar per jam maka seorang karyawan dapat
dibayarkan per minggu, per bulan, atau per tahun
CONTOH SOAL
Gaji Delta setahun adalah Rp 5.200.000. Berapa gajinya seminggu ?
Gaji / periode pembayaran = gaji setahun
periode pembayaran/tahun
= Rp 5.200.000
52 minggu
= Rp 100.000/ minggu
PESANGON
Contoh Soal :
Ana telah bekerja di perusahaan tersebut selama 15 tahun. Ana mendapatkan upah
pokok sebesar Rp. 18.250.000. terdiri dari GP, TT, T. Tidak Tetap. Ana di PHK oleh
perusahaannya efisiensi TK. Berapakah uang konpensasi yang menjadi hak Ana,
jika, Ana masih memiliki cuti selama 7 hari.
RUMUS :
Pesangon x 9 Upah
No Perhitungan Hasil
1 Pesangon (9x2) 18 bulan upah
2 Penghargaan 4 bulan upah
3 Pesangon & Penghargaan Rp 110.000.000
4 Pajak u/ Rp50 Juta pertama(0%) 0
5 Pajak u/ Rp50 Juta berikutnya(5%) Rp 2.500.000
6 Pajak u/ Rp10 Juta (15%) Rp 1.500.000
7 Total Pajak Rp 4.000.000
8 Penghasilan Bersih (3-7) Rp 106.000.000
PERHITUNGAN PESANGON & PENGHARGAA N
MASA K E R J A D A L A M UU N O. 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA
- Pesangon pekerja dalam UU Cipta Kerja yang baru disahkan sebesar 19 kali
ditambah 6 kali dalam program lainnya, yakni Jaminan Kehilangan Pekerjaan.
- Besaran manfaat ini berubah dari perhitungan pesangon yang menggunakan UU
No. 13/2020.
- "[Pesangon dalam UU Cipta Kerja] terdiri dari 19 kali upah dan 6 kali dari JKP
(jaminan kehilangan pekerjaan) sehingga menjadi 25 kali. Hal itu diberikan saat
terjadi pemutusan hubungan kerja dengan masa kerja yang ditetapkan sesuai aturan.
- JKP adalah program jaminan sosial yang akan dijalankan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan). Layanan
ini diberikan kepada pekerja yang berhenti kerja sebelum memasuki pensiun
berupa insentif selama menganggur hingga pelatihan.
Berikut rumus perbandingan perhitungan pesangon pekerja dalam UU No. 13/2003 dan UU
Cipta Kerja:
a. UU No. 13/2003:
Untuk masa kerja 24 tahun atau lebih perhitungan pesangon adalah
1.15 (2 x 9 + 1 x 10) = 32.2 kali upah
b. UU Cipta Kerja
- Dalam UU Cipta Kerja, koefisien 1,15 diturunkan menjadi 1.
- Sehingga dengan asumsi rumus sama maka perhitungan pesangon adalah:
1 x (2 x 9 + 1 x 10) = berarti 28 kali
- Namun jika koefisien 2 kali ini akan ditetapkan menjadi 1 sehingga perhitungan
pesangon menjadi:
1x (1 x 9 + 1 x 10) = 19 kali
Uang Pesangon
- Masa kerja kurang dari 1 tahun, mendapatkan uang pesangon sebesar 1 bulan upah
- Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, mendapatkan uang pesangon
2 bulan upah.
- Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, mendapatkan uang pesangon
3 bulan upah
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, mendapatkan uang pesangon
4 bulan upah
- Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, mendapatkan uang pesangon
5 bulan upah
- Masa kerja 5 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 tahun, mendapatkan uang pesangon
6 bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, mendapatkan uang pesangon
7 bulan upah
- Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, mendapatkan uang pesangon
8 bulan upah
- Masa kerja 8 tahun atau lebih, mendapatkan uang pesangon 9 bulan upah.
1. Imbalan Ekstrinsik
a. Berbentuk Uang: Gaji, upah, honor, bonus, komisi, insentif, upah , dsb
b. Berbentuk benefit / tunjanga uang cuti, makan, transpot, asuransi, jamsostek,
pensiun, rekreasi, beasiswa.
2. Imbalan Intrinsik Jenjang karier, lingkungan kerja, Pekerjaan yang menarik
1. Gaji, adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari statusnya sebagai karyawan yang memberikan kontribusi
dalam mencapai tujuan perusahaan
2. Upah, Imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan
yang diberikan
3. Intensif, bentuk pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja dan gainsharing,
sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktivitas
atau penghematan biaya.
4. Kesejahteraan (benefit and Service), bentuk penghargaan tambahan / komponen
tambahan (financial dan non financial ) biasanya dalam bentuk: tunjangan hari
raya, uang pensiun, darmawisata
Tujuan Strategik
- Tingkat upah yangberlaku
- Pengadaan dan permintaan Tenaga kerja
- Kekuatan Serikat Pekerja
- Peraturan Pemerintah
Faktor Internal:
1. Dana organisasi
2. Serikat pekerja/organisasi karyawan
3. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
4. Kemampuan dan kesediaan perusahaan
5. Produktivitas kerja karyawan
6. Posisi jabatan karyawan
Faktor Eksternal:
1. Adanya hukum ekonomi dengan undang-undang dan keppresnya
2. Biaya hidup/cost of living
3. Kebijakan pemerintah
4. Kondisi perekonomian nasional
1. Azas Adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan
kerja, masa kerja dan memenuhi persyaratan internal konsistensi. Dengan
demikian karyawan dapat menerima kompensasi dengan jumlah yang berbeda.
2. Azas Layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada
tingkat normatif yang ideal. Tolak ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya
kompensasi didasarkan atas upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi
yang berlaku.
A. Perundingan Bipartite
Perundingan bipartite sama dengan negosiasi, yaitu menyelesaikan sengketa oleh
para pihak tanpa melibatkan pihak lain dengan tujuan mencari kesepakatan bersama
atas dasar kerjasama yang harmonis dan kreatif. Menurut UU No.2 Tahun 2004
pengertian perundingan bipartite merupakan perundingan antara pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial. Undang- undang secara tegas telah menentukan bahwa setiap
perselisihan dalam hubungan indutrial antara pekerja dan pengusaha wajib
hukumnya untuk diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang berselisih, yaitu secara
bipartite sebelum menempuh jalur penyelesaian yang lain.
1. Mediasi
Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang
berada di setiap kantor instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
pelimpahan penyelesaian perselisihan mediator harus sudah mengadakan
penelitian tentang duduknya perkara dan segera mengadakan sidang mediasi.
Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani
oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator serta didaftar di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak
mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima pelimpahan penyelesaian
perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4).
2. Konsiliasi
Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang
terdaftar pada kantor instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota.
Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan PHK atau perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah kerjanya meliputi tempat
pekerja/buruh bekerja.
Penyelesaian oleh konsiliator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan penyelesaian secara
tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para pihak.
Para pihak dapat mengetahui nama konsiliator yang akan dipilih dan
disepakati dari daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan pada
kantor instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permintaan
penyelesaian perselisihan secara tertulis, konsiliator harus sudah mengadakan
penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-lambatnya pd hari kerja
kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi pertama.
Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator dan didaftar di
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum
pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti
pendaftaran.
3. Arbitrase
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase meliputi
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbiter dilakukan atas
dasar kesepakatan para pihak yang berselisih. Kesepakatan para pihak yang
berselisih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan secara tertulis
dalam surat perjanjian arbitrase, dibuat rangkap 3 (tiga) dan masing-masing
pihak mendapatkan 1 (satu) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga pulih) hari kerja sejak penandatanganan surat
perjanjian penunjukan arbiter.
Pemeriksaan atas perselisihan harus dimulai dalam waktu selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah penandatanganan surat perjanjian
penunjukan arbiter.
Atas kesepakatan para pihak, arbiter berwenang untuk memperpanjang
jangka waktu penyelesaian perselisihan hubungan industrial 1 (satu) kali
perpanjangan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
Pemeriksaan perselisihan hubungan industrial oleh arbiter atau majelis
arbiter dilakukan secara tertutup kecuali para pihak yang berselisih
menghendaki lain. Dalam sidang arbitrase, pihak yang berselisih dapat diwakili
oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus. Penyelesaian perselisihan hubungan
industrial oleh arbiter harus diawali dengan upaya mendamaikan kedua belah
pihak yang berselisih.
Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak
yang berselisih dan merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap. Putusan
arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah arbiter menetapkan
putusan. Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat2nya
30 hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter, apabila putusan diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: