Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN

STUDI KELAYAKAN

PERTAMBANGAN NIKEL
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

PT. WAHIDA PERSADA

DESA LABOTA DAN PADABAHO


KECAMATAN BAHODOPI
KABUPATEN MOROWALI
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi Kelayakan merupakan kajian yang dilakukan pada tahap kegiatan eksplorasi.
Studi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi dan kelayakan kegiatan
penambangan yang akan dilakukan. Penyusunan studi kelayakan mengacu pada Surat
Keputusan Bupati Morowali Nomor 540.2/SK.019/DESDM/IX/2009 Tanggal 11 Mei 2009
tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala yang sebelumnya telah dikeluarkan pula Surat Keputusan Bupati
Morowali Nomor : 540/SK-PW.039/DESDM/II/2008 Tanggal 11 Februari 2008 tentang
Persetujuan Pencadangan Wilayah untuk Lokasi Pertambangan PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala.

Lokasi Wilayah IUP PT. Maghantara Multimedia Nusaphala terletak di Desa Labota
dan Padabaho Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dengan
Kode Wilayah MW218 seluas 2.318 Ha. Secara geografis terletak pada 12205’6,99” BT -
12207’25,38” BT dan 2052’58,87” LS - 2057’43,92” LS. Berdasarkan hasil penyelidikan yang
diperoleh, bahwa hingga saat ini masih belum bisa untuk penentuan seberapa besar kadar
dan volume laterit yang potensial untuk dieksploitasi. Akan tetapi daerah penyebaran laterit
yang memiliki indikasi potensi endapan laterit adalah setengah luas IUP atau seluas 1.150
Ha. Dari luasan penyebaran laterit dan estimasi ketebalan ore 5 meter dan nilai densitas 1.5,
maka estimasi sumber daya tereka sekitar 90.000.000 Ton.

Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open cast) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah :
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (stripping), dan penggalian
nikel (excavating). PT. Maghantara Multimedia Nusaphala tidak berencana untuk
membangun industri pengolahan dan pemurnian mineral. Kegiatan pemasaran dilakukan
dalam bentuk raw material yang akan dipasarkan di dalam dan di luar negeri.

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala akan membangun infrastruktur guna


mendukung kegiatan penambangan nikel yang akan dilakukan. Infrastruktur yang akan
dibangun meliputi infrastruktur utama seperti jalan angkut, kantor, laboratorium, dan camp
serta infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, rumah genset, dan lain-lain.

Kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Maghantara Multimedia


Nusaphala akan menimbulkan dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sehingga perlu

Studi Kelayakan i
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

upaya untuk mengelola dampak-dampak yang timbul tersebut tidak mengganggu


lingkungan dengan indikator tidak melebihi baku mutu lingkungan. Selain itu pula, perlu
upaya untuk melakukan pemantauan terhadap dampak-dampak tersebut untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan pengelolaan yang telah dilakukan. Secara rinci,
upaya/langka-langkah pengelolaan lingkungan maupun pemantauan lingkungan yang
disajikan dalam dokumen RKL dan RPL yang akan disusun setelah studi kelayakan ini. Selain
itu, PT. Maghantara Multimedia Nusaphala juga akan sangat memperhatikan keselamatan
pertambangan dengan melaksanakan K3.

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala juga akan merekrut tenaga kerja dalam
jumlah besar yang akan diterima secara bertahap. Tenaga kerja yang diterima dapat
berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap dengan jumlah total
setelah tambang beroperasi konstran mencapai 410 orang.

Akhir dari proses penambangan nikel adalah pemasaran. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala akan melakukan pemasaran hasil tambang dalam bentuk raw material ke industri
pengolaha dan pemurnian nikel baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Proses
pemasaran ini didukung oleh peningkatan kebutuhan nikel di pasar dunia.

Analisa kelayakan kegiatan penambangan bijih nikel yang akan dilakukan PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala menunjukkan bahwa NPV positif, IRR lebih besar dari
IRR minimum dan nilai PBP lebih kecil dari umur tambang, maka dapat disimpulkan bahwa
rencana penambangan bijih nikel oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala layak
secara ekonomi.

Studi Kelayakan ii
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. I-1
1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... I-2
1.3. Ruang Lingkup dan Metoda Studi .................................................................. I-2
1.4. Pelaksana Studi ........................................................................................... I-3
1.5. Jadwal Waktu Studi ...................................................................................... I-3
BAB II KEADAAN UMUM
2.1. Lokasi dan Luas Wilayah IUP ......................................................................... II-1
2.2. Keadaan Lingkungan Daerah ......................................................................... II-3
BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
BAB IV ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
4.1. Estimasi Sumber Daya .................................................................................. IV-1
4.2. Estimasi Cadangan ....................................................................................... IV-4
BAB V GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
5.1. Rekomendasi Geoteknik................................................................................ V-1
5.2. Hidrologi dan Hidrogeologi ............................................................................ V-4
BAB VI RENCANA PENAMBANGAN
6.1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan .................................................. VI-1
6.2. Rencana Produksi ........................................................................................ VI-3
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja ...................................................................... VI-6
6.4. Peralatan Tambang ...................................................................................... VI-7
6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan ........................ VI-8
6.6. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Sumber Daya pada Pascatambang ........... VI-8
BAB VII RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
BAB VIII INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN
8.1. Jenis dan Spesifikasi Infrastruktur.................................................................. VIII-1
8.2. Jadwal Konstruksi ........................................................................................ VIII-5
8.3. Rincian Biaya Konstruksi ............................................................................... VIII-5

Studi Kelayakan iv
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB IX LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN


9.1. Perlindungan Lingkungan .............................................................................. IX-1
9.2. Keselamatan Pertambangan .......................................................................... IX-5
BAB X ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
10.1. Bagan Organisasi ....................................................................................... X-1
10.2. Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja ........................................... X-4
BAB XI PEMASARAN
11.1. Kebijakan Pemerintah ................................................................................. XI-1
11.2. Prospek Pemasaran .................................................................................... XI-1
11.3. Jenis dan Jumlah Produk, Serta Asumsi Harga............................................... XI-3
BAB XII INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
12.1. Parameter Analisis Keekonomian.................................................................. XII-1
12.2. Investasi ................................................................................................... XII-2
12.3. Biaya Produksi ........................................................................................... XII-4
12.4. Pendapatan ............................................................................................... XII-4
12.5. Laporan Keuangan ..................................................................................... XII-5
12.6. Analisis Kelayakan ...................................................................................... XII-5
12.7. Analisa Kepekaan dan Resiko (Sensitivity) ..................................................... XII-8
12.8. Penerimaan Negara .................................................................................... XII-9
BAB XIII KESIMPULAN

Studi Kelayakan v
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jadwal Waktu Studi ............................................................................. I-3


Tabel 2.1. Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala .................................................. II-1
Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali menurut
Kecamatan Tahun 2008 ....................................................................... II-4
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali menurut Kecamatan,
Jenis Kelamin, dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2008 ................................ II-4
Tabel 2.4. Tabel Ketenagakerjaan Kabupaten Morowali .......................................... II-5
Tabel 2.5. Jumlah Murid, Guru, Sekolah di Kab. Morowali, 2010 .............................. II-6
Tabel 2.6. Indikator Pendidikan kabupaten Morowali .............................................. II-6
Tabel 2.7. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bungku Tengah ....................... II-7
Tabel 2.8. Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan Tahun 2008 ................... II-12
Tabel 5.1. Geometri dan Dimensi Lereng ............................................................. V-3
Tabel 6.1. Jumlah Peralatan Tambang yang Dibutuhkan........................................ VI-8
Tabel 8.1. Jenis dan Jumlah Alat yang Digunakan ................................................. VIII-4
Tabel 9.1. Penilaian Peringkat Risiko ................................................................... IX-8
Tabel 9.2. Penyediaan APD di PT. Wahida Persada ............................................... IX-11
Tabel 10.1. Kebutuhan Tenaga Kerja .................................................................... X-4
Tabel 12.1. Perkiraan Biaya Kapital untuk Kegiatan Penambangan ........................... XII-3

Studi Kelayakan vi
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lokasi Wilayah IUP Eksplorasi PT. Maghantara Multimedia Nusaphala ... 2
Gambar 3.1. Peta Geologi Lembar Bungku ............................................................ 3
Gambar 5.1. Grafik Faktor Slope Stability .............................................................. 2
Gambar 5.2. Rekomendasi Desain Pit Tambang ..................................................... 3
Gambar 6.1. Alir Kegiatan Penambangan .............................................................. 2
Gambar 6.2. Desain Jalan Tambang ..................................................................... 6
Gambar 9.1. Struktur Organisasi Lingkungan dan K3 .............................................. 4
Gambar 9.2. Struktur Organisasi Departemen HSE ................................................. 18
Gambar 10.1. Bagan Organisasi PT. Wahida Persada.............................................. 3
Gambar 11.1. Produksi Nikel di Indonesia ............................................................. 2
Gambar 11.2. Ekspor Nikel Indonesia (juta ton) ..................................................... 3

Studi Kelayakan vii


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala adalah perusahaan yang bergerak di bidang


eksplorasi dan eksploitasi penambangan nikel yang memiliki konsesi Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) Eksplorasi di Desa Labota dan Padabaho Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

Kebutuhan industri untuk pemanfaatan bahan galian logam bijih nikel terus
mengalami peningkatan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga
permintaan akan pemenuhan bahan baku berupa bijih nikel juga terus meningkat. Selain itu,
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang mewajibkan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri
menyebabkan industri pengolahan dan pemurnian mineral khususnya bijih nikel yang
peningkatan yang akan diiringi pula oleh pemenuhan kebutuhan bahan baku yang besar.

Melihat potensi bisnis dan mendukung peningkatan industri pertambangan di


Indonesia yang juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
eksplorasi dan ekspolitasi penambangan nikel melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah
konsesi pertambangan yang telah dimiliki, yaitu di Desa Labota dan Padabaho, Kecamatan
Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Eksplorasi dilakukan untuk
melihat dan mengkaji kelayakan lokasi IUP, baik kelayakan secara teknis maupun kelayakan
ekonomi.

Berdasarkan studi literatur, area IUP PT Maghantara Multimedia Nusaphala


menunjukkan potensi sebaran laterit yang harus dilaksanakan eksplorasi lanjutan. Eksplorasi
suatu bahan galian dilakukan secara terencana, sistematis dan terarah untuk mencari,
menemukan, dan mengevaluasi keekonomian suatu endapan. Mengusahakan suatu bahan
galian harus dilaksanakan berdasarkan pada kegiatan yang bersifat manajerial, meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Kegiatan yéng
bersifat manajerial dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan usaha pertambangan.

Untuk mencapai sinergi antara kepentingan teknis, ekonomis, dan lingkungan, serta
untuk memenuhi aspek legal usaha penambangan bijih nikel, maka diperlukan satu studi

Studi Kelayakan I-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

mendalam mengenai tingkat kelayakan usaha penambangan nikel yang akan dilaksanakan
oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari kegiatan studi kelayakan Penambangan Nikel di konsesi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala adalah:

1) Mengkaji dan mengevaluasi data geologi, eksplorasi, kualitas Nikel untuk keperluan
perencanaan tambang.

2) Membuat perencanaan tambang terbuka, perencanaan penanganan dan pemanfaatan


Nikel, serta penilaian kelayakan ekonomi.

1.3. Ruang Lingkup dan Metoda Studi

Ruang lingkup Studi Kelayakan yang dilakukan dalam rangka perhitungan teknis dan
nilai ekonomis bijih Nikel di Wilayah Izin Usaha Pertambangan ini meliputi beberapa aspek
kajian, yaitu :
1. Kesampaian daerah ke lokasi daerah penyelidikan atau lokasi rencana penambangan.
2. Keadaan geologi; topografi; dan cadangan bijih Nikel meliputi; litologi; arah
penyebaran; kualitas kandungan mineral; serta jumlah cadangan.
3. Rencana penambangan yang mencakup metoda; tahapan pekerjaan; jenis dan jumlah
peralatan tambang.
4. Sarana jalan tambang.
5. Pelabuhan
6. Sarana penunjang, seperti; basecamp, perkantoran, workshop, warehouse, power plant,
water tower, dll.
7. Investasi dan analisa ekonomi.
8. Analisa prospek Nikel.
9. Organisasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, dilakukan berbagai studi yaitu :

1. Studi kepustakaan
2. Studi laporan eksplorasi
3. Studi tata-cara dan alat penambangan
4. Studi Nikel
5. Analisa ekonomi

Studi Kelayakan I-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Metoda studi yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan kegiatan, yaitu:

1. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
dan data primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan.

2. Analisa data untuk menghasilkan perhitungan jumlah cadangan; sistem penambangan,


jumlah peralatan; sarana penunjang dan perhitungan analisa kelayakan ekonomi.

3. Evaluasi data, untuk menentukan kelayakan teknis dan ekonomis tentang rencana
penambangan bijih Nikel pada PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.

1.4. Pelaksana Studi

Pelaksana studi penyusunan Dokumen Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan


sendiri oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dengan jalan survey wawancara
(Interview) untuk data sekunder dari berbagai pihak yang berkaitan dengan hal-hal studi
kelayakan di wilayah studi dan survey lapangan dan observasi langsung dalam pengambilan
data primer.

Daerah studi kelayakan penambangan nikel adalah Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

1.5. Jadwal Waktu Studi

Pelaksanaan studi dilaksanakan selama 1 (Satu) Tahun yang dilakukan dengan


tahapan sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jadwal Waktu Studi
Bulan Ke
No Kegiatan
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengumpulan data dan informasi
dasar
2 Penyusunan Rencana Kerja
3 Survey Lapangan
4 Penyusunan Laporan
5 Presentasi Laporan

Studi Kelayakan I-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB II
KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi dan Luas Wilayah IUP

Secara administrasi, lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala terletak di Desa Labota dan Padabaho Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Secara geografis, lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala berada pada koordinat:
Tabel 2.1. Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala
No Garis Bujur (BT) Lintang Selatan(LS)
₀ ‘ “ BT ₀ ‘ “ LS
1 121 6 48.26 BT 1 55 48.70 LS
2 121 6 48.26 BT 1 57 43.92 LS
3 121 5 6.99 BT 1 55 43.92 LS
4 121 5 6.99 BT 1 55 48.70 LS
5 121 6 28.94 BT 1 55 48.70 LS
6 121 6 28.94 BT 1 55 30.77 LS
7 121 6 58.07 BT 1 55 30.77 LS
8 121 6 58.07 BT 1 55 9.19 LS
9 121 6 28.94 BT 1 55 9.19 LS
10 121 6 28.94 BT 1 54 45.89 LS
11 121 6 6.67 BT 1 54 45.89 LS
12 121 6 6.67 BT 1 54 31.84 LS
13 121 5 51.25 BT 1 54 31.84 LS
14 121 5 51.25 BT 1 54 23.62 LS
15 121 5 26.58 BT 1 54 23.62 LS
16 121 5 26.58 BT 1 54 8.00 LS
17 121 5 15.82 BT 1 54 8.00 LS
18 121 5 15.82 BT 1 53 30.51 LS
19 121 5 7.23 BT 1 53 30.51 LS
20 121 5 7.23 BT 1 53 18.82 LS
21 121 5 21.22 BT 1 53 18.82 LS
22 121 5 21.22 BT 1 53 3.34 LS
23 121 5 35.43 BT 1 53 3.34 LS
24 121 5 35.43 BT 1 52 58.87 LS
25 121 6 39.05 BT 1 52 58.87 LS
26 121 6 39.05 BT 1 53 42.20 LS
27 121 6 47.99 BT 1 53 42.20 LS
28 121 6 47.99 BT 1 53 50.46 LS
29 121 7 3.12 BT 1 53 50.46 LS
30 121 7 3.12 BT 1 54 10.48 LS
31 121 7 25.38 BT 1 54 10.48 LS
32 121 7 25.38 BT 1 55 48.70 LS

Studi Kelayakan II-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gambar 2.1. Lokasi Wilayah IUP Eksplorasi PT. Maghantara Multimedia Nusaphala

Studi Kelayakan II-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

2.2. Keadaan Lingkungan Daerah

2.2.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang terbentuk bersama
dengan dua kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan
Kabupaten Banggai Kepulauan. Bagian paling utara terdapat wilayah Kecamatan Mamosalato
dan Bungku Utara, di bagian paling selatan terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan,
yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil. Sedangkan di bagian timur adalah perairan
Teluk Tolo serta bagian paling barat terdapat wilayah Kecamatan Mori Atas.

Dilihat dari posisi di permukaan bumi, wilayah Kabupaten Morowali terletak pada
pesisir pantai di perairan Teluk Tomori dan Teluk Tolo, serta kawasan lainnya terletak di
kawasan hutan dan lembah pegunungan. Pada tahun 2004, Kabupaten Morowali mengalami
pemekaran sehingga kecamatan yang semula berjumlah 10 menjadi 13 kecamatan.
Kecamatan Bungku Utara dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu Bungku Utara dan
Mamosalato. Sedangkan Bungku Barat dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu Bungku
Barat, Bumi Raya, dan Wita Ponda.

Kabupaten Morowali secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tojo Una-Una


 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Selatan
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo dan Kab. Banggai
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Poso, Tojo Una-Una, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Luas daratan Kabupaten Morowali diperkirakan kurang lebih 15.490,12 km2 atau
sekitar 22,77% dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten Morowali
menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten/kota lainnya di
Sulawesi Tengah. (https://morowalikab.bps.go.id)

2.2.2. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Morowali setiap tahunnya selalu bertambah. Jumlah


penduduk Morowali tahun 2003 tercatat 165.542 jiwa, tahun 2004 tercatat 166.477 jiwa,
tahun 2005 tercatat 170.200 jiwa, tahun 2006 tercatat 178.328 jiwa, tahun 2007 tercatat

Studi Kelayakan II-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

sebesar 190.012 jiwa, dan dan pada akhir tahun2008 sebesar 198.998 jiwa. Ditinjau dari jenis
kelaminnya, jumlah penduduk akhir tahun 2008 laki-laki lebih besar dari pada perempuan
yaitu 101.481 jiwa dibanding 97.517 jiwa dengan rasio jenis kelamin 104,06.
Penduduk Morowali tahun 2008 tersebar di 13 kecamatan di mana penduduk
terbanyak berada di Kecamatan Petasia dengan jumlah 30.155 jiwa atau sekitar 15,15 persen
dari total penduduk. Sementara jumlah penduduk terkecil di Kecamatan Bahodopi sebesar
6.501 atau 3,27 persen dari total penduduk. Pada akhir tahun 2008 di Kabupaten Morowali
terdapat sebanyak 49.375 rumah tangga, sehingga rata-rata jumlah penduduk setiap rumah
tangga terdiri dari 4 jiwa per rumah tangga.
Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Menui Kepulauan merupakan daerah
terpadat yaitu 61 jiwa per km2 dan yang kecamatan dengan kepadatan paling rendah
sebanyak tiga kecamatan, yakni Bahodopi, Bungku Utara, dan Mamosalato sebesar 6 jiwa per
km2. Secara umum kepadatan penduduk di Morowali pada tahun 2008 berubah dari tahun
sebelumnya sebesar 12 jiwa per km2 menjadi 13 jiwa per km2.
Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali menurut Kecamatan Tahun
2008
No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk (km2) Penduduk Per km2
1 Menui Kepulauan 13.712 223,63 61
2 Bungku Selatan 17,203 1.271,19 14
3 Bahodopi 6,468 1.080,98 6
4 Bungku Tengah 22,648 1.112,80 22
5 Bungku Barat 8,521 758,93 13
6 Bumi Raya 11,38 504,77 24
7 Witaponda 14,99 519,70 32
8 Lembo 19,494 1.332,84 15
9 Mori Atas 17,449 2.557,74 7
10 Petasia 29,52 1.635,24 18
11 Soyo Jaya 7,514 605,51 13
12 Bungku Utara 13,665 2.406,79 6
13 Mamosalato 9,099 1.480,00 6
Jumlah 198,998 15.490,12 13
Sumber: Kabupaten Morowali dalam Angka 2009
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan
Rasio Jenis Kelamin Tahun 2008
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
1 Menui Kepulauan 6.847 6.865 99,74
2 Bungku Selatan 8,921 8,778 101,63
3 Bahodopi 3,333 3,168 105,21
4 Bungku Tengah 12,277 11,652 105,36
5 Bungku Barat 4,828 4,695 102,83
6 Bumi Raya 6,184 5,939 104,13
7 Witaponda 8,476 8,141 104,11
8 Lembo 9,85 9,644 102,14

Studi Kelayakan II-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin


9 Mori Atas 9,006 8,443 106,67
10 Petasia 15,136 15,019 100,78
11 Soyo Jaya 4325 3,597 120,24
12 Bungku Utara 7,349 6,917 106,25
13 Mamosalato 4,949 4,659 106,22
Jumlah 101,481 97,517 104,06
Sumber: Kabupaten Morowali dalam Angka 2009

2.2.3. Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), lebih dari dua pertiga penduduk
Morowali termasuk dalam angkatan kerja. Partisipasi angkatan kerja mengalami sedikit
peningkatan selama periode 2008-2010 dari 70,90, persen menjadi 71,36 persen. Pasar
tenaga kerja di Morowali juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini
dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya
mencapai lebih dari 90 persen pada tahun 2009 yaitu sebesar (95,13%). Tingkat
pengangguran terlihat semakin menurun selama kurun waktu 2008-2010. Pada tahun 2007
tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 4,87 persen. Angka ini menurun menjadi 4,87
persen pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pilihan bekerja di sektor
pertanian (A) masih mendominasi pasar kerja di Morowali dengan persentase sebesar 66,32
persen pada tahun 2010, yang diikuti dengan sektor jasa-jasa (S) dengan persentase sebesar
26,24 persen. Sementara pekerja disektor manufaktur (M) sebanyak 7,44 persen. Selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini.
Tabel 2.4. Tabel Ketenagakerjaan Kabupaten Morowali
Uraian Bekerja di Sektor
Tingkat
No Tahun Bekerja A M
TPAK (%) Penganguran S (%)
(%) (%) (%)
Terbuka(%)
1 2008 70,90 3,92 96,08
2 2009 69,91 4,99 95,01
3 2010 71,36 4,87 95,13 66,32 7,44 26,24
Sumber: Bps Kabupaten Morowali Tahun 2010

2.2.4. Pendidikan

Untuk melihat kualitas sumber daya manusia suatu daerah, dapat dilihat dari tingkat
pendidikan penduduknya dan lembaga pendidikan/sarana pendidikan yang tersedia.
Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berperan
penting dalam pembangunan. Sasaran pembangunan pendidikan dititik beratkan pada

Studi Kelayakan II-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan, dimulai
dari kegiatan prasekolah (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya
peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan
manusia berkualitas. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia
sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan
penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar yang seluas-luasnya.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di wilayah studi mengalami peningkatan
walaupun tidak terlalu signifikan dari tahun ketahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat
perkembangan pembangunan pendidikan di wilayah studi seperti, banyaknya sekolah dan
guru, perkembangan berbagai rasio. Fasilitas pendidikan yang tersedia di wilayah studi hanya
sampai tingkat SMA. sehingga masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan setelah
menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTA harus melanjutkan sekolahnya di ibukota
Kabupaten.
Tabel 2.5. Jumlah Murid, Guru, Sekolah di Kab. Morowali, 2010

No Jenjang Pendidikan Jumlah sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid

1 SD 261 233 29198


2 SLTP 57 533 9213
3 SLTA 24 329 5919
Sumber: Dinas P dan P Kab. Morowali
Dalam periode 2008-2010 kemampuan baca tulis penduduk Morowali terlihat semakin
baik, hal ini terlihat dari peningkatan Angka Melek Huruf dari 97,24 pada tahun 2008 menjadi
97,08 pada tahun 2010. Dilihat dari lamanya bersekolah penduduk Morowali tergolong
sebentar, indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 9,38 tahun, atau
memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP. Angka ini masih lebih rendah dari ratarata Sulawesi
Tengah yaitu 7,89 tahun.
Tabel 2.6. Indikator Pendidikan kabupaten Morowali
Rata-rata Angka Partisipasi Rasio Siswa terhadap
Angka
No Tahun Lama Sekolah (umur) Guru
Melek
Sekolah 7-12 13-15 16-18 SD SMP SMA
Huruf
(tahun)
1 2008 97,24 7,63 96,67 79,97 60,94 0,04 12,77 12,54

2 2009 97,44 7,78 96,67 79,97 60,94 9,84 12,40 13,39


3 2010 97,08 9,38 - - - 12,03 17,28 18,53

Sumber: Dinas P dan P Kab. Morowali,2010

Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan.


Pada jenjang pendidikan SD di Kabupaten Morowali untuk tahun ajaran 2010/2011 seorang

Studi Kelayakan II-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

guru ratarata mengajar 12 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang
guru semakin banyak, dimana untuk jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru
mengajar 17 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru mengajar 18 murid. Hal ini
dikarenakan tingginya minat masyarakat akan pentingnya pendidikan belum dapat diimbangi
oleh banyaknya tenaga pengajar di Morowali.
Daya tampung kelas terhadap banyaknya murid haruslah seimbang agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik. Semakin banyak murid dalam kelas semakin turun daya
serap murid terhadap materi. Kemampuan daya tampung ruang kelas untuk jenjang
pendidikan SD di Morowali mencapai 17 murid. Pada jenjang pendidikan SLTP dan SMA daya
tampung ruang kelas lebih banyak dari tingkat SD masing-masing mencapai 26 murid dan 29
murid per kelas.

2.2.5. Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan secara langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya
pembangunan kesehatan melalui penyediaan fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
mendorong partisipasi aktif masyarakat yang berorientasi khususnya pada golongan
masyarakat berpenghasilan rendah.

Upaya penyediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Bungku Tengah pada tahun 2010
sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari
ketersediaan sarana kesehatan yang dapat diakses oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan derajad kesehatan, seperti: rumah sakit, puskesmas, apotek, dll. Pada tabel di
bawah ini dapat dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang berada di Kabupaten Morowali Tahun
2010.
Tabel 2.7. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bungku Tengah
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 2
3 Puskesmas Pembantu 5
4 Polindes/Poskesdes 9
5 Posyandu 31
6 Apotik 8
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali Tahun 2010
Fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar rencana tapak proyek sesungguhnya belum
cukup memadai. Dimana jumlah rumah sakit dan puskesmas rawat inap yang masih sangat
minim untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan perkembangan daerah kedepan dengan
adanya rencana kegiatan yang akan dilaksanakan ini.

Studi Kelayakan II-7


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

2.2.6. Agama

Keberhasilan proses pembangunan suatu wilayah salah satunya memerlukan


dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan nilai moral yang di tunjang oleh
agama. Agama yang dianut oleh masyarakat kabupaten morowali bermacam-macam yakni
agama islam, protestan, kotolik, hindu, dan budha. Keragaman agama di kabupaten morowali
di pengaruhi oleh banyaknya etnis-etnis dari luar kabupaten morowali yang datang untuk
merantau. Karakter dan agama di Kabupaten Morowali selengkapnya disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 2.8. Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan Tahun 2008

Sumber: Kabupaten Morowali dalam Angka 2009

Studi Kelayakan II-8


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, secara stratigrafi daerah penelitian


tersusun oleh tiga satuan batuan, dari tua ke muda terdiri dari: Satuan Batuan Beku
Ultrabasa, Satuan Batugamping, Alluvium.
1. Satuan Batuan Beku Ultrabasa hampir menempati 60% daerah penelitian,
tersebar di bagian barat, timur, dan selatan daerah penelitian. Batuan yang ditemukan
adalah peridotit, dunit dan harzburgit.
2. Satuan Batu gamping menempati 5% daerah penelitian, tersebar di bagian barat
daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari batugamping dan sisipan batupasir pada bagian
bawahnya.
3. Alluvium yang terdiri dari pasir, lempung, kerikil, kerakal, dan bongkahan batuan beku
ultrabasa terendapkan di sekitar sungai stadium tua di sebelah barat dan bagian tengah
daerah penyelidikan. Endapan permukaan yang belum terkompaksi ini menindih Satuan
Batuan Beku Ultrabasa secara tidak selaras.
4. Satuan Batuan Ultrabasa, Satuan batuan ultrabasa tersebar di daerah tepi barat dan
utara batas lokasi Izin Usaha Pertambangan(IUP), yang tersingkap baik. Satuan ini
secara morfologi pada umumnya menempati satuan morfologi perbukitan bergelombang
kuat dan satuan morfologi bergelombang lemah. Satuan ini disusun oleh batuan beku
ultrabasa/peridotit, dan sering tersingkap di tebing-tebing jalan yang terkupas dan juga
terlihat tersingkap di beberapa sungai yang ada di lokasi penyelidikan, secara
megaskopis batuan ini berwarna abu-abu kehijauan-kehitaman dengan warna lapukan
coklat kekuningan-coklat keputihan, fanerik, dijumpai adanya Bijih-Bijih mika, dan
dibeberapa tempat kadang dijumpai adanya Bijih berwarna putih mengkilat. Batuan
ultrabasa (peridotit) di lokasi ini sering terlihat terkekarkan (retak-retak) kuat-lemah
yang diisi oleh unsur lempungan dan kuarsa. Dan juga di lapangan terlihat kontak
langsung dengan tanah berwarna merah kecoklatan dan coklat kemerahan serta kadang
dijumpai sebagai fragmen-fragmen batuan dalam satuan tanah yang diperkirakan
sebagai batuan source rock untuk bijih nikel di daerah Izin Usaha Pertambangan(IUP).
5. Satuan Endapan Alluvial, Satuan endapan alluvial tersebar di bagian selatan daerah
penyelidikan. Satuan ini secara morfologi pada umumnya menempati daerah-daerah
pedataran, yang merupakan daerah pemukiman penduduk setempat dan daerah
persawahan. Batuan yang tersingkap berupa endapan-endapan permukaan yang belum
terkompaksi menindih secara tidak selaras diatas formasi yang lainnya.

Studi Kelayakan III-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

6. Endapan Laterit Nikel, Endapan laterit nikel merupakan endapan hasil pelapukan dari
batuan ultrabasa peridotit. Endapan ini terbentuk pada daerah-daerah depresi di
puncak-puncak bukit dengan slope kurang dari 10o. Peranan air tanah juga menentukan
pembentukan bijih nikel. Hanya pada kecepatan aliran air tanah tertentu pengayaan
(residual enrichment) bijih nikel bisa terjadi. Berdasarkan hasil eksplorasi langsung ke
lapangan sebaran endapan laterit nikel yang dianggap sebagai pembawa bijih nikel,
tersingkap di Desa Labota dan Padabaho Kecamatan Bahodopi.

Tanah merah di daerah eksplorasi sebagai pembawa bijih nikel, umumnya banyak
dijumpai dipunggungan-punggungan bukit dan juga kadang di puncak-puncak bukit. Luas
keseluruhan sebaran tanah merah di daerah penyelidikan diperkirakan ± 1.850 ha. Selain
tanah merah, dijumpai pula adanya tanah yang berwarna coklat kemerahan, yang dianggap
sebagai tanah pembawa bijih nikel pula, dengan luas sebaran sekitar ± 2.510 ha.
Menentukan batas tanah merah dengan tanah coklat kemerahan di lapangan sangatlah sulit,
hal ini disebabkan karena perubahan dari tanah merah ke tanah coklat kemerahan terjadi
secara berangsur (gradasi). Hasil pengamatan langsung ke lapangan tanah yang berwarna
merah kecoklatan ini selalu berada menumpang di atas tanah yang berwarna coklat
kemerahan. Sehingga dengan demikian tanah yang berwarna coklat kemerahan selalu
terlihat langsung kontak dengan batuan sumbernya (source rock).
Tanah laterit yang dijumpai secara megaskopis berwarna merah kecoklatan, kadang
di beberapa tempat dijumpai adanya tanah merah yang teroksidasi jadi warna karat besi,
agak gembur, agak plastis, tebal sekitar 1-3 m, adanya fragmen batuan peridotit, ada akar-
akar pohon, kontak dengan batuan beku ultrabasa (peridotit) abu-abu kehijauan-keputihan
bagian bawahnya, lapuk dan terkekarkan.

Studi Kelayakan III-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gambar 3.1. Peta Geologi Lembar Bungku

Studi Kelayakan III-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB IV
ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

4.1. Estimasi Sumber Daya


4.1.1. Metoda

Berdasarkan hasil penyelidikan yang diperoleh, bahwa hingga saat ini masih belum
bisa untuk penentuan seberapa besar kadar dan volume laterit yang potensial untuk
dieksploitasi. Akan tetapi daerah penyebaran laterit yang memiliki indikasi potensi endapan
laterit adalah setengah luas IUP atau seluas 1.150 Ha. Dari luasan penyebaran laterit dan
estimasi ketebalan ore 5 meter dan nilai densitas 1.5, maka estimasi sumber daya tereka
sekitar 90.000.000 Ton.

Adapun metode yang akan dilakukan nantinya (setelah memiliki data data yang
cukup) adalah Metode menghitung sumberdaya nikel laterit dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weighting (IDW). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data
primer dan data sekunder. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari
lokasi penelitian kemudian diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan
masalah dalam penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi
sumberdaya yaitu menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan bantuan
software surpac 6.0. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan data diantaranya yaitu
Data litologi, yaitu berupa data profil nikel laterit titik bor, Data assay,merupakan data hasil
analisa kadar nikel, Data collar, merupakan data koordinat serta elevasi titik bor, data
survey, adalah data total kedalaman titik bor.

Data di atas kemudian diolah dengan bantuan MS. excel untuk membuat database
awal dan kemudian data tersebut diimpor ke surpac 6.0 untuk selanjutnya agar dapat
mengetahui sumberdaya nikel laterit. Pengolahan data manual dengan menggunakan
metode IDW dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Z* = Kadar yang ditaksir

n = Jumlah data

Studi Kelayakan IV-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

i = kadar ke-i (i=1, ..., n)

di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir (m)

k = pangkat

Z = kadar asli

4.1.2. Domain/Zona Mineralisasi

Pemahaman tentang domain geologi Nikel laterit tidak terlepas pentingnya terhadap
pemahaman teori pelapukan dan pembentukan endapan laterit. Endapan nikel laterite
merupakan produk pelapukan batuan mafic dan ultramafic yang mengalami proses
pengayaan dalam kurun waktu geologi. Umumnya ada 2 faktor yang mempengaruhi
palapukan batuan yaitu faktor fisika dan faktor kimia. Pelapukan batuan yang diakibatkan
proses fisika dipengaruhi oleh angin, air, es, tumbuhan dan binatang. Sedangkan pelapukan
yang diakibatkan oleh faktor kimia disebabkan adanya kontak batuan terhadap air dalam hal
ini muka air tanah, oksigen, karbon dioksida, inorganic dan organik yang memiliki sifat asam.

Topografi merupakan hal kritikal yang mengontrol terhadap pembentukan profile


laterit. Umumnya akumulasi endapan nikel berkembang baik pada topografi yang relative
landai dan tidak berkembang baik pada topografi yang terjal. Akibat dari proses geologi
tersebut, produk geokimia endapan laterit tersebut secara vertikal memiliki karakteristik
kekhasan memisahkan sifat fisik zona laterisasi. Sehingga secara umum terbagi menjadi 3
zona yaitu Limonite, Saprolit dan Badrock.

Zona Batuan dasar (Bedrock), zona batuan dasar atau bedrock berada pada bagian
bawah profile, merupakan batuan batuan ultramafic yang belum mengalami proses
pelapukan. Komposisi kimia batuan memiliki kemiripan terhadap komposisi kimia bedrock
yang tidak teralterasikan. Terdapat struktur joints dan fracture terjadi seiring terjadinya
tekanan hydrostatic pada batuan. Sementara sirkulasi air permukaan meresep melalui joints
dan fracture.

Zona Saprolit, zona ini berada diatas batuan dasar (bedrock), umumnya boulder
sebagai hasil proses oksidasi dan merupakan tanah penutup (overburden). Pada sub zona
iron capping lapisan permukaan ini porositas buruk-sedang, sedangkan densitas material
sebagian atau seluruhnya telah mengalami pelapukan, dimana proses pelapukan tersebut
terjadi pada joint dan fracture boulder. Tekstur atau fragment batuan masih dikenali dan
proses pelapukan belum berlangsung dengan sempurna.

Studi Kelayakan IV-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Zona limonit, zona ini berada pada bagian atas profile laterite dan merupakan
pembentukan akhir pelapukan batuan ultrabasa serta terkonsentrasinya elemen non-mobile
yang diakibatkan proses pelindian pada batuan ultrabasa. Lapisan permukaan zona limonite
bagian atas tersusun oleh sub zona lapisan iron capping, berwarna merah disebut sebagai
red limonite. Sub zona ini memiliki karakteristik kaya akan mineral hematite terbentuk relatif
tinggi dan kondisi asli tekstur batuan tidak teridentifikasi akibat proses pelapukan yang telah
berlangsung sempurna.

Berdasarkan dari data testpit yang sudah dilakukan identifikasi dan refleksi
kesesuaian terhadap distribusi populasi serta merujuk pada teori dasar laterisasi maka
generalisasi domain laterite geologi didaerah penelitian dikelompokkan atas tiga yaitu
domain laterit limonit, domain laterit saprolit dan domain laterit batuan dasar (bedrock).

4.1.3. Parameter Estimasi

Sebelum melakukan perhitungan sumberdaya, terlebih dahulu harus mengetahui


parameter-parameter penting yang akan digunakan dalam estimasi sehingga estimasi yang
dilakukan akan lebih akurat hasilnya. Adapun parameter-parameter penting yang digunakan
dalam estimasi sumberdaya daerah penelitian diantaranya yaitu densitas material. Densitas
material sangat berperan penting dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena
densitas material adalah suatu parameter yang digunakan untuk mendapatkan angka
tonase dari suatu sumberdaya/cadangan yang didapatkan dari hasil kali volume dengan
densitas material itu sendiri. Adapun densitas material bijih nikel pada PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala adalah sebesar 1.5 ton/m3 (hasil sampel testpit).

Selain itu untuk mengestimasi bijih,tentunya ada kadar batas penambangan yang
dilakukan sehingga klasifikasi bijih nikel berbeda. Dari data perusahaan didapatkan
parameter klasifikasi bijih nikel dengan cut off gradeNi ≥ 1.5%. Dari parameter-parameter
yang disebutkan sebelumnya, estimasi sumberdaya dengan metode inverse distance
weighted (IDW) dengan menggunakan software Gemcom Surpac 6.0. dapat dilakukan
lakukan setelah data data yang dibutuhkan sudah ada.

4.1.4. Pemodelan

Pemodelan endapan mineral dan perhitungan cadangan merupakan hal penting


dalam proses penambangan sumber daya mineral. Pemodelan dan perhitungan cadangan
endapan mineral tersebut dijadikan sebagai dasar evaluasi untuk menghasilkan keputusan
apakah suatu endapan layak atau tidak layak ditambang. Pemodelan endapan mineral
diharapkan sedapat mungkin mendekati Keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan

Studi Kelayakan IV-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

penaksiran dan pendekatan dengan metode-metode tertentu. Salah satu bentuk model
endapan dapat dibuat Berdasarkan penampang vertikal yang dibuat dari estimasi data
pemboran. Data hasil pemboran tersebut harus dianalisis menggunakan beberapa
parameter agar Korelasi yang dibuat dapat mendekati kondisi yang sebenarnya. Ada banyak
metode yang dapat dipakai untuk memodelkan dan menghitung besaran cadangan endapan
mineral. Salah satunya adalah metode blok model.

Ukuran blokmodel pada PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berdasarkan jarak


lubang bor, lebar dan panjangblokmodel adalah setengah jari jarak lubang bor. Penaksiran
blok model PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berdasarkan litologi nya dibagi menjadi
lima bagian dasar pewarnaan tersebut sesuai dengan standar yang umumnya digunakan
dalam pemodelan tambang untuk mempermudah mengenali jenis litologi bahan galianuntuk
mengetahui warna berdasarkan litologi nikel tersebut maka dibuatlah standar pewarnaan
sesuai dengan ketentuan.

4.2. Estimasi Cadangan


4.2.1. Metoda

Metode yang digunakan dalam estimasi cadangan sama dengan metode yang
digunakan untuk estimasi sumberdaya. Metode yang digunakan ialah metode Inverse
Distance Weighting (IDW). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data primer dan
data sekunder. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian
kemudian diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan masalah dalam
penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi sumberdaya yaitu
menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan bantuan software surpac
6.0. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan data diantaranya yaitu:

a. Data litologi, yaitu berupa data profil nikel laterit titik bor.
b. Data assay,merupakan data hasil analisa kadar nikel.
c. Data collar, merupakan data koordinat serta elevasi titik bor.
d. Data survey, adalah data total kedalaman titik bor.

Data di atas kemudian diolah dengan bantuan MS. excel untuk membuat database
awal dan kemudian data tersebut diimpor ke surpac 6.0. untuk selanjutnya agar dapat
mengetahui sumberdaya nikel laterit. Pengolahan data manual dengan menggunakan
metode IDW dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Studi Kelayakan IV-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Keterangan:
Z* = Kadar yang ditaksir
n = Jumlah data
i = kadar ke-i (i=1, ..., n)
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir (m)
k = pangkat
Z = kadar asli

4.2.2. Domain/Zona Mineralisasi

Karakteristik dan kecenderungan geokimia endapan Nikel laterit pada daerah


penelitian berdasarkan vertikal profilpada zona limonit, saprolit dan bedrock terhadap 5
element (%Ni, %Co, %Fe,%MgO dan %SiO2) yang digunakan untuk memisahkan domain
geologi daerah penelitian berdasarkan data geokimia pemboran, gradual menunjukkan
bahwa%kadar Ni akan meningkat perlahan mulai dari zona limonit hingga zona saprolite,
sedangkan pada zona batuan dasar(bedrock) %kadar Ni akan berkurang.Kemudian %kadar
Co relatif meningkat pada zona limonit hingga zona transisi yaitu perbatasan antara zona
limonit dan zona saprolit, dan sangat rendah pada zona badrock. Pada Zona limonit proporsi
% kadar Fe sangat tinggi, ketika memasuki zona Saprolite maka %Fe rendah dan akan
terlihat berkurang tajam pada Zona Badrock.

Sementara identifikasi terhadap % kadar MgO dan % kadar SiO2, setelah melewati
zona transisi perlahan mulai meningkat pada zona saprolit hingga optimum meningkat
signifikan ketika memasuki zona batuan dasar (bedrock) dibandingkan pada zona limonit.

Berdasarkan identifikasi dan refleksi kesesuaian terhadap distribusi populasi serta


merujuk pada teori dasar laterisasi maka generalisasi domain laterite geologi didaerah
penelitian dikelompokkan atas tiga yaitu domain laterit limonit, domain laterit saprolit dan
domain laterit batuan dasar (bedrock).

4.2.3. Parameter Estimasi

Sebelum melakukan perhitungan cadangan, terlebih dahulu harus mengetahui


parameter-parameter penting yang akan digunakan dalam estimasi sehingga estimasi yang
dilakukan akan lebih akurat hasilnya. Adapun parameter-parameter penting yang digunakan

Studi Kelayakan IV-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

dalam estimasi sumberdaya daerah penelitian diantaranya yaitu densitas material. Densitas
material sangat berperan penting dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena
densitas material adalah suatu parameter yang digunakan untuk mendapatkan angka
tonase dari suatu sumberdaya/cadangan yang didapatkan dari hasil kali volume dengan
densitas material itu sendiri. Adapun densitas material bijih nikel pada PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala adalah adalah sebesar 1.5 ton/m3. Selain itu untuk mengestimasi
bijih, tentunya ada kadar batas penambangan yang dilakukan sehingga klasifikasi bijih nikel
berbeda. Dari data perusahaan didapatkan parameter klasifikasi bijih nikel dengan cut off
gradeNi ≥ 1.5%. Dari parameter-parameter yang disebutkan sebelumnya, estimasi
sumberdaya dengan metode inverse distance weighted (IDW) dengan menggunakan
software Gemcom Surpac 6.0 dapat dilakukan lakukan.

4.2.4. Pemodelan

Pemodelan endapan mineral dan perhitungan cadangan merupakan hal penting


dalam proses penambangan sumber daya mineral. Pemodelan dan perhitungan cadangan
endapan mineral tersebut dijadikan sebagai dasar evaluasi untuk menghasilkan keputusan
apakah suatu endapan layak atau tidak layak ditambang. Pemodelan endapan mineral
diharapkan sedapat mungkin mendekati Keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan
penaksiran dan pendekatan dengan metode-metode tertentu. Salah satu bentuk model
endapan dapat dibuat Berdasarkan penampang vertikal yang dibuat dari estimasi data
pemboran. Data hasil pemboran tersebut harus dianalisis menggunakan beberapa
parameter agar Korelasi yang dibuat dapat mendekati kondisi yang sebenarnya.

Studi Kelayakan IV-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB V
GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1. Rekomendasi Geoteknik

Penambangan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan terus
menerus untuk mencapai suatu tingkat optimal pit limit yang maksimal. Untuk menunjang
design pit limit tersebut, diperlukan berbagai data dan informasi, salah satunya adalah data
geologi teknik. Data geologi teknik, memberikan informasi mengenai kekuatan serta
karakteristik lapisan tanah/batuan yang berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang.

Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan
pemetaan maupun penyelidikan geologi teknik. Dengan tersedianya data geologi teknik pada
suatu daerah yang akan dikembangkan, diharapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pengembangan pit maupun perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau
diperkecil.

Pemodelan kemantapan lereng dilakukan untuk menentukan geometri lereng


penambangan dan penimbunan yang aman. Sifat-sifat fisik dan mekanika batuan berhubungan
erat dengan bahaya longsoran tanah, untuk itu lebih diperlukan data berupa bobot isi, volume
dan kemampuan porositas dan kandungan air yang ada dalam suatu daerah front kerja
tambang. Air tanah, air hujan dan air limpasan dari sungai atau anak sungai akan lebih
menambah beban kepada material batuan serta menimbulkan erosi pada lereng. Adanya erosi
pada front penambangan dapat menyebabkan perubahan geometri lereng dan pendangkalan
pada saluran air yang mengakibatkan terganggunya drainase. Air merupakan media pelarut
yang baik, dengan adanya faktor hidrologi dan geohidrologi akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap slope stability, karena dapat menimbulkan tingkat pelapukan yang tinggi dan
memperbesar tekanan air pada pori batuan. Makin besar tekanan air pori, akan semakin kecil
kekuatan geser material/batuan, sehingga kemantapan lereng semakin rendah.

Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng adalah penentuan nilai
faktor keamanan (safety factor). Faktor keamanan adalah nilai empirik yang didapat dari gaya
penahan dibagi dengan gaya pendorong.

▪ Nilai FK< 1,0 lereng longsor

Studi Kelayakan V-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

▪ Nilai FK 1,0 – 1,2 lereng dalam kondisi kritis


▪ Nilai FK> 1,25 lereng dianggap aman

Demikian halnya dalam menentukan faktor keamanan lokasi penambangan bijih nikel di
daerah studi dikerjakan dengan asumsi kondisi muka air tanah (water table) bervariasi antara ⅔
sampai ½ dari tinggi jenjang (bench), dan dalam kondisi kering serta kondisi jenuh air. Dari
berbagai hasil penelitian diantaranya dengan metode bishop factor bahwa lereng stabil
memiliki nilai FK (faktor keamanan) ≥ 1,25.

Gambar 5.1. Grafik Faktor Slope Stability

Gambar 5.1. Grafik Faktor Slope Stability

5.1.1. Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan

Rekomendasi penggalian dan penggarukan tergantung kondisi tanah/batuan yang akan


digali. Untuk zona limonit dan saprolit dilakukan dengan direct digging mengingat material yang
bersifat soft/lunak. Sedangkan untuk zona bedrock dilakukan dengan ripping terlebih dahulu
kemudian dilakukan stock pilling dan pengangkutan.

5.1.2. Rekomendasi Penyanggaan, Dimensi Front Produksi

Kegiatan penambangan yang dilakukan didaerah penelitian tidak menggunakan system


penyanggaan.

Studi Kelayakan V-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

5.1.3. Rekomendasi Geomentri dan Dimensi Lereng

Rekomendasi geoteknik untuk geometri dan dimensi lereng dengan FK minimum sebesar
1,2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1. Geometri dan Dimensi Lereng

No Item Geometri
1 Desain Tambang Sudut kemiringan tambang 560
Tinggi Jenjang 5 meter
Lebar Berm 2 meter
2 Disposal Sudut kemiringan tambang 200
Tinggi lereng tunggal 10 meter
Lebar Berm 20 meter
3 Quarry Sudut kemiringan tambang 450
Tinggi Jenjang 5 meter
Lebar Berm 2,5 meter

Gambar 5.2. Rekomendasi Desain Pit Tambang

Studi Kelayakan V-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

5.1.4. Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis, Probabilitas Longsor, dan
Tingkat Keparahan Longsor

Rekomendasi faktor keamanan baik untuk desain pit tambang, timbunan disposal dan
quary adalah 1,2.

5.1.5. Rekomendasi Pemantauan Geoteknik

Rekomendasi pemantauan geoteknik dilakukan dengan Robotic Total Station (RTS).


Pengamatan RTS hanya tiga parameter, yaitu sudut vertikal, sudut horizontal dan jarak ke arget.
Dalam kasus pengamatan, target dipasang di atas tiang yang pada gilirannya dipasang pada
moldboard tersebut. Target tersebut dipasang pada tiang sehingga garis optik pandang ke robot
dapat dipertahankan tidak peduli orientasi kelas tersebut. Alat ini tidak hanya digunakan di dunia
pertambangan tetapi juga didunia konstruksi.

5.2. Hidrologi dan Hidrogeologi


5.2.1. Akuisisi Data

Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu
harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan yang mengalir dipermukaan tanah
dan mengalirkannya kedalam saluran pembuangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi
lebih lanjut ke sungai atau tempat pembuangan air lainnya.

Besarnya saluran-saluran penampung dan saluran pembuangan harus cukup untuk


mengalirkan debit air berasal dari daerah alirannya masing-masing. Demikian juga bangunan-
bangunan yang harus dibuat pada saluran itu, seperti gorong-gorong, jembatan, dan lain
sebagainya harus cukup besar untuk mengalirkan debit saluran.

Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luas biasa


(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding
terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya sangat
langka. Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis tidak tergantung (independent) dan terdistribusi
secara acak dan bersifat statistik.

Studi Kelayakan V-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

1. Jenis

Dalam perencanaan penyaliran tambang, data-data yang dibutuhkan untuk analisis hidrologi
dan geohidrologi diantaranya:

- Peta Rupabumi

Peta Rupabumi yang digunakan dalam kajian ini mempunyai skala1:250.000

- Daerah Tangkapan Hujan (Catchmen Area)

Merupakan batas daerah tangkapan air (catchmen area). DTA ini dipakai untuk
menentukan debit limpasan rencana yang dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah

- Data Curah Hujan

Data curah hujan yang dibutuhkan adalah data curah hujan harian dalamckurung waktu
10 – 20 tahun terakhir.

- Data Geolistrik

Data geolistrik yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis hidrogeologi adalah susunan
vertikal lapisan batuan daerah penelitian.

Banyaknya stasiun pengamatan curah hujan dapat memberikan informasi yang benar serta
cukup mengenai intensitas dan waktu berlangsungnya hujan adalah seperti telah ditetapkan
oleh World Meteorogical Organization (WMO).

2. Jumlah

Jumlah data yang dibutuhkan sangat menentukan tingkat akurasi penaksiran debit rencana.
Untuk peta rupabumi dibutuhkan peta rupabumi dengan resolusi yang tinggi yang digunakan
analisis tutupan/penggunaan lahan, dan kemiringan lereng. Untuk jumlah data daerah
tangkapan hujan disesuaikan dengan topografi dilokasi penelitian dan disesuaikan dengan
blok-blok tambang yang akan dibuka. Data curah hujan harian dibutuhkan sebanyak 20
tahun

terakhir. Sedangkan data geolistrik dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah blok dimana
setiap bloknya dilakukan tiga kali pengukuran.

Studi Kelayakan V-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

3. Sebaran Data

Sebaran data curah hujan yang dibutuhkan didaerah penelitian untuk kebutuhan analisis
debit limpasan adalah data curah hujan yang menggambarkan kejadian hujan di daerah
Lokasi Kegiatan selama 20 tahun terakhir.

5.2.2. Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi


5.2.2.1. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi.
Fenomena hidrologi seperti besarnya curah hujan, temperatur, penguapan, lamanya penyinaran
matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air, selalu berubah menurut waktu. Untuk
suatu tujuan tertentu data-data hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan, dan ditafsirkan
dengan menggunakan prosedur tertentu (Yuliana, 2008).

Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya
kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis
frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data hujan. Data yang digunakan adalah
data debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data yang terjadi selama satu tahun yang terukur
selama beberapa tahun (Triadmodjo, 2008).

Berdasarkan hasil analisis frekwensi untuk melakukan pemilihan jenis sebaran diperoleh
jenis sebaran yang sesuai dengan frekwensi kejadian hujan ialah distribusi Log Person Tipe III.
Sedangkan untuk perhitungan debit limpasan digunakan rumus Rasional sebagai berikut:

Q = 0,278 x C x I x A

Dimana:

Q = Debit air limpasan m3//detik

C = Koefisien limpasan tanpa satuan (0,9)

A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Studi Kelayakan V-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

5.2.2.2. Analisis Hidrogeologi

Karena air tanah berada di bawah permukaan tanah maka diperlukan metode khusus
untuk memetakan kondisi bawah permukaan. Metode geolistrik resistivitas digunakan untuk
penyelidikan bawah permukaan (Sjodahl, 2006). Penyelidikan geolistrik resistivitas dilakukan atas
dasar sifat fisika batuan/tanah terhadap arus listrik, dimana setiap batuan yang berbeda akan
mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Metode geolistrik dikembangkan pada awal
1900-an, tetapi mulai banyak digunakan sejak tahun 1970-an, hal ini terkait dengan ketersediaan
komputer untuk memproses dan menganalisis data geolistrik. Metode ini digunakan secara luas
dalam mencari ketersediaan sumber daya airtanah (Reynold, 1998). Selain itu, geolistrik banyak
digunakan dalam studi-studi yang berkaitan dengan hidrogeologi (Aaltonen, dkk. 2001), pencarian
mineral tambang, studi-studi mengenai lingkungan serta banyak digunakan di bidang geoteknik
(Griffiths, dkk. 1990; Griffiths dan Barker, 1993; Dahlin dan Loke, 1998; Olayinka, 1999; Olayinka
dan Yaramanci, 1999; Amidu dan Olayinka, 2006).

Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geolistrik yang mempelajari
sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Besaran fisis
yang dipelajari adalah resistivitas batuan akibat adanya medan potensial dan arus yang terjadi di
bawah permukaan bumi. Prinsip kerja metode resistivitas ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua buah elektroda arus. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah
elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda
tertentu dapat ditentukan variasi harga resistivitas masing-masing lapisan batuan di bawah titik
ukur.

5.2.3. Rekomendasai Hidrologi dan Hidrogeologi


a. Rencana Penyaliran Tambang

Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan
akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem
penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.

Studi Kelayakan V-7


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, Debit air limpasan dihasilkan dalam
setiap 1 ha bukaan lahan dan kemiringan lereng di atas > 15% adalah 0,105 m3/detik. Koefisien
limpasan yang digunakan adalah 0,9 dengan pertimbangan lahan bukaan pertambangan
mempunyai kemiringan yang curam. Pembuatan fasilitas penyaliran tambang berupa saluran
drainase dan kolam pengendapan direkomendasikan dapat menampung dengan efektif debit air
limpasan tersebut. Untuk kapasitas kolam pengendapan volume air akan dikalikan 1,25 sebagai
zona aman. Sedangkan hasil analisis hidrogeologi menunjukan didaerah penelitian terkhusus pada
daerah blok-blok penambangan tidak ditemukan adanya indikasi cebakan air tanah.

b. Kebutuhan Pompa

Perencanaan penyaliran tambang daerah penelitian menggunakan metode mine


dewatering. Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan. Beberapa
metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:

- Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan
pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
- Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan
untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk
ke saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang
langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
- Sistem Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.
Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran
horisontal tersebut dan shaft.

Metode yang digunakan didaerah penelitian adalah dengan menggunakan system kolam
terbuka tidak menggunakan system pemompaan. Desain penambangan dibuat sedemikian rupa
dengan menempatkan kolam pengendapan pada elevasi terendah sehingga air dapat mengalir
dengan baik.

Studi Kelayakan V-8


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB VI
RENCANA PENAMBANGAN

6.1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan

Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open cast) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah :
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (stripping), dan penggalian
nikel (excavating). Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara yang aman dari kegiatan
penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan reklamasi.

Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah sepanjang


singkapan nikel mengikuti garis kontur (contour mining) pada batas tertentu, kemudian
diikuti dengan penggalian lapisan nikel. Teknik penggalian nikel bertahap dari elevasi yang
paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah
ditentukan (down dip). Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti
sebaran sumberdaya lapisan nikel pada setiap pit yang akan ditambang.

Alur kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala diilustrasikan sebagaimana disajikan pada Gambar berikut:

Studi Kelayakan VI-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gambar 6.1. Alir Kegiatan Penambangan

Studi Kelayakan VI-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

6.2. Rencana Produksi

6.2.1. Tahapan Kegiatan Penambangan


1) Pengupasan dan pengumpulan tanah pucuk

Tanah pucuk merupakan tanah yang mempunyai unsur hara yang sangat tinggi dan
sangat diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pengupasan tanah pucuk (top
soil) dilakukan setelah pembersihan lahan dari pepohonan dan semak-semak. Tanah pucuk
dikupas antara 20 – 50 cm, ditimbun pada suatu tempat tertentu (top soil area yang
terlindung dari adanya erosi serta lokasi penimbunannya diusahakan mudah dijangkau.
Apabila disimpan dalam jangka waktu lama ditutup dan dilindungi dengan penanaman
legume cover crop, untuk dipergunakan lagi pada saat kegiatan reklamasi.

Pembersihan lahan, pengupasan dan pengumpulan tanah pucuk dilakukan


menggunakan alat Bulldozer tipe D 85 SS/D 76 dengan working radius 50 meter ke arah
”down tip” untuk ditumpuk sementara.

2) Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping)

Tanah penutup atau overburden merupakan lapisan tanah yang tidak mengandung
nikel atau tanah dengan kadar nikel yang sangat kecil sehingga tidak ekonomis untuk
diproses. Pengupasan lapisan tanah penutup atau over burden (OB) dilakukan setelah
pengupasan tanah pucuk (top soil), dengan cara:

- Pendorongan langsung dengan dozer (direc dozing) ke arah ”up dip”.


- Kombinasi excavator PC 200/Caterpillar 330 (bucket = 2,1 m3 ) dengan dump truck (DT)
kapasitas 18 ton, yaitu tanah penutup digali dan diangkut serta dibuang keluar daerah
tambang (out pit dump) di waste dump area. Jarak angkut dari front tambang ke waste
dump area ± 500 meter – 1.000 meter, kemudian OB dari blok berikutnya diangkut atau
didorong langsung ke areal yang kosong (in pit dump) setelah bijih nikel tambang untuk
kemudian direklamasi.
- Pekerjaan clearing dan stripping tanah penutup, dilakukan dengan menggunakan
bulldozer tipe D 85 SS/D76 untuk mendorong dan menimbun daerah bekas front
tambang yaitu daerah yang telah habis ditambang atau ditinggalkan (back and filling),

3) Penambangan bijih nikel


Penambangan adalah proses penggalian bijih nikel (laterit) setelah tanah pucuk dan
tanah penutup dipindahkan. Penambangan bijih nikel dilakukan dengan cara tambang

Studi Kelayakan VI-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

terbuka (open pit mining) menggunakan sistem bench.


Jumlah bench untuk setiap front tambang tergantung pada ketebalan bijih yang
terdapat pada setiap blok cadangan, sehingga front tambang di suatu blok ada yang hanya
memiliki 1 (satu) tingkat bench, namun ada juga yang memiliki 2 (dua) tingkat bench.
Kegiatan penambangan dapat dilakukan mulai dari bawah atau dari atas, tergantung
dari kondisi front yang ditambang. Penggalian/loading dilakukan dengan menggunakan
excavator. Untuk kontrol kadar agar sesuai dengan rencana kegiatan penambangan, maka
dipersiapkan sebanyak 5 - 7 front penambangan per tahun.

4) Pengangkutan bijih nikel

Berdasarkan tujuan pengangkutan atau produk, ada 3 (tiga) kegiatan pengangkutan


yang dapat dibedakan sebagai berikut :

- Pengangkutan dari lokasi penggalian ke Stockyard (ETO).


- Pengangkutan ore dari Stockyard (ETO) menuju ke Stockfile (EFO) berdekatan dengan
dermaga untuk disimpan sementara dan siap dikapalkan.
- Pengangkutan dari lokasi penggalian (Pit Tambang) ke Stockpile (EFO) untuk disimpan
sementara dan siap dikapalkan.

Kegiatan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat angkut dump truck


(DT) 10 roda yang dimulai dari front tambang untuk kemudian ditumpahkan ke stockyard
(ETO). Kemudian bijih nikel yang ada di stockyard (ETO) diangkut menuju stock pile (EFO)
dan siap untuk dikapalkan.

5) Pemuatan kapal

Pemuatan kekapal dimulai dari pengangkutan tumpukan bijih di stockile (EFO) yang
berdekatan dengan dermaga muat. Bijih yang diangkut langsung dicurah ke tongkang
melalui dermaga muat, selanjutnya tongkang yang telah terisi bijih ditarik dengan
menggunakan tug boat menuju kapal (vesel) atau langsung menuju industri pengolahan dan
pemurnian mineral (Smelter).

6.2.2. Rencana Produksi dan Target Produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang terbuka adalah batas


daerah kajian kelayakan, penyebaran nikel, dimensi lereng aman, rencana produksi, cut off
gfade, jalan raya dan perkampungan, aliran sungai. Faktor-faktor tersebut digunakan
sehingga dapat diperoleh pit limit sebagai batasan dalam perhitungan cadangan

Studi Kelayakan VI-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

tertambang.

Tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai dari penambangan dan pengiriman
material ore ini sebesar 100.000 ton per bulan. Hal ini diperoleh karena adanya batasan
kapasitas dan waktu yang dibutuhkan tongkang untuk dapat mengangkut material ore dari
pelabuhan. Target produksi maksimum material ore PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
adalah sebesar 100.000 WMT (Wet Metric Tonnes) ore per bulan.

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala belum mengetahui lama produksi karena


sumberdaya yang terdapat di wilayah IUP belum ada.

6.2.3. Sekuen Penambangan dan Penimbunan

Sekuen penambangan dan penimbunan merupakan bentuk-bentuk penambangan


yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga
bentuk akhir pit. Sekuen penambangan disebut juga phase, slice, stage atau pushback.
Tujuan umum dari sekuen penambangan dan penimbunan adalah untuk membagi seluruh
volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga mudah
ditangani. Sekuen penambangan dan penimbunan yang direncanakan dengan baik akan
memudahkan perancangan tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana.

Dalam merencanakan suatu sekuen penambangan dan penimbunan, ada beberapa


factor yang perlu diperhatikan seperti faktor geologi, geoteknik, alat berat yang digunakan,
penjadwalan produksi, desain pit penambangan, disposal serta rencana penyaliran. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, maka tahapan penambangan yang
direncanakan akan berjalan dengan baik. Tahapan penambangan yang dirancang secara
baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk operasi peralatan kerja tambang.

6.2.4. Peledakan

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala tidak melakukan peledakan dalam melakukan


kegiatan penambangan tetapi dilakukan dengan cara menggali (drigging) menggunakan
excavator.

6.2.5. Rencana Pengangkutan Material

Dalam rencana pengangkutan material hal yang paling penting adalah geometri jalan
angkut/jalan tambang. Jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan antara permukaan
kerja dengan lokasi RoM stockpile dan lokasi penimbunan Iapisan penutup. Jalan tambang

Studi Kelayakan VI-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

disiapkan untuk 2 jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 30 km/jam.


Kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 20 km/jam. Geometri
jalan tambang yang berada didalam areal pit adalah sebagai berikut:
- Lebar jalan tambang adalah 8 m
- Kemiringan jalan maksimum adalah 8% untuk panjang jalan maksimum sejauh 900 m.
- Safety berm adalah sebesar 1,5 m (tinggi) dengan kemiringan 1,5 : 1

Gambar 6.2. Desain Jalan Tambang

Sedangkan geometri jalan angkut di Iuar areal pit untuk kecepatan yang lebih tinggi
sebagai berikut:
- Lebar minimal adalah 15 m.
- Lebar jalan pada belokan minimal adalah 20 m.
- Turning radius minimal adalah sebesar 30 m.
Jalan tambang ini perlu dirawat dengan baik untuk menjamin kelancaran operasi
pengangkutan dan menjaga iifetime dari ban agar tetap tinggi. Alat-alat yang diperlukan
untuk perawatan jalan adalah grader, compactor dan truk penyiraman jalan.

6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja

6.3.1. Jumlah Hari Kerja efektif

Hari kerja efektif adalah hari kerja yang efektif digunakan untuk bekerja dalam
setahun. Jumlah hari dalam setahun 365 hari. Jumlah hari libur nasional/tahun 15 hari
sedangkan jumlah kehilangan hari kerja lain-lain dalam setahun 50 hari. Jadi jumlah hari
kerja efektif PT. Maghantara Multimedia Nusaphala adalah 300 hari.

Studi Kelayakan VI-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

6.3.2. Jumlah Gilir Kerja

Gilir kerja merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam sistem bagian yang memiliki
jam kerja berbeda dengan reguler, dimana seseorang dimungkinkan bekerja melebihi atau
kurang dari empat puluh jam dalam sebulan. Sistem bagian-bagian ini terdiri dari shift pagi,
siang, maupun malam. Umumnya pekerja shift memulai jam kerja antara jam tujuh atau
delapan pagi sampai pukul enam sore (dikondisikan pada kebijakan perusahaan). Hal ini
dikarenakan pekerja shift tidak memiliki standard hours seperti pegawai tetap atau reguler.
Pekerja shift ini terdiri dari pekerja part-time, pekerja kontrak, maupun pekerja yang bekerja
untuk dirinya sendiri. Bekerja secara bergilir tidak hanya berada atau dilakukan hanya dalam
satu negara.

Waktu kerja operasi penambangan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala terdiri dari
2 shift/hari, dengan waktu kerja mulai dari pukul 07.00 – 17.00 dan dilanjutkan dari jam
17.00 – 03.00.

6.4. Peralatan Tambang

Perhitungan kebutuhan peralatan tambang dilakukan dengan mempertimbangkan


target produksi, waktu produksi, potensi cadangan tertambang dalam pit, dan jarak angkut
dari lokasi penambangan ke lokasi penimbunan dan perhitungan jam kerja.

Peralatan tambang dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu peralatan tambang utama
(main equipment) dan peralatan penunjang (auxiliary equipment). Peralatan tambang
utama, meliputi peralatan untuk pengupasan tanah penutup (overburden removal
equipment), peralatan untuk pengambilan bijih (ore getting equipment), serta peralatan
pendukung (supporting equipment).

Jumlah peralatan tambang utama dan peralatan transportasi yang akan digunakan
pada proyek penambangan dan pengiriman material ore adalah sebagai berikut:

Tabel 6.1. Jumlah Peralatan Tambang yang DIbutuhkan


No Jenis/Tipe Jumlah Keterangan
1 Bulldozer 1 Unit
2 Wheel Dozer 2 Unit
3 Wheel Loader 2 Unit
4 Excavator 6 Unit
5 Excavator 2 Unit
6 Dump Truck 34 Unit
7 Motor Grader 1 Unit
8 Compactor 4 Unit

Studi Kelayakan VI-7


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

No Jenis/Tipe Jumlah Keterangan


9 Water Truck 6 Unit
10 Crane Truck 2 Unit
11 Lube Truck 1 Unit
12 Fuel Truck 5 Unit
13 Pump Multiflow 2 Unit
14 Lighting 8 Unit
15 Jeep 4 WD 4 Unit
16 Pick Up 4 WD 6 Unit

6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan


Untuk bahan galian yang belum terpasarkan, PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
melakukan penyimpanan di suatu tempat khusus (Storage). Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari terjadinya penurunan kualitas dari bahan galian tersebut.

6.6. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Sumber Daya pada Pascatambang.


Pada metode penambangan terbuka (open cast) akan ada sumberdaya yang tidak
dapat diambil dan sisa sumberdaya akan tetap dibiarkan pada tempatnya. Hal ini disebabkan
karena alasan-alasan teknis, ekonomi dan lingkungan, antara Iain:
1. Batas kedalaman pit yang masih ekonomis untuk ditambang.
2. Sudut dan tinggi lereng yang masih aman
3. Keterdapatan sungai
4. Keterdapatan struktur geologi

Studi Kelayakan VI-8


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala tidak berencana untuk membangun industri


pengolahan dan pemurnian mineral. Kegiatan pemasaran dilakukan dalam bentuk raw
material yang akan dipasarkan di dalam dan di luar negeri.

Studi Kelayakan VII-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB VIII
INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN

8.1. Jenis dan Spesifikasi Infrastruktur

Infrastruktur yang dimaksudkan adalah segala sarana dan prasarana yang


direncanakan akan dibangun untuk mendukung beroperasinya kegiatan penambangan bijih
Nikel PT. Maghantara Multimedia Nusaphala. Sebelum dimulai kegiatan pembangunan
infrastruktur maka dilakukan penyiapan lahan terlebih dahulu. Kegiatan penyiapan lahan
dimaksudkan untuk mencari lokasi-lokasi yang akan dipakai sebagai lokasi base camp
penambangan dan kegiatan-kegiatan lainnya.

8.1.1. Bangunan Kantor dan Perumahan/Mess


Bangunan Kantor
Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang
yang digunakan untuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
dari kegiatan operasi pertambangan pada lokasi tersebut. Sarana perkantoran
sebagai pusat pengendalian dari kegiatan-kegiatan pertambangan, baik kegiatan
operasional di lapangan maupun kegiatan administrasi dan kearsipan. Ukuran
bangunan kantor disesuaikan dengan jumlah karyawan yang bekerja. Lokasi
bangunan kantor dipilih berdasarkan kemudahan jalan masuk dan keluar daerah
tambang. Beberapa fasilitas yang disediakan dalam kantor antara lain : Fasilitas
jaringan listrik, Fasilitas jaringan air/ sumber air bersih, Fasilitas jaringan komunikasi,
Fasilitas computer dan lain-lain.

Bangunan Perumahan/Mess
Mess karyawan yang akan dibangun seluruhnya seluas 300 m² terdiri
dari bangunan mess senior staff house seluas 100 m² dan bangunan karyawan
staf seluas 200 m². Bangunan karyawan non staf terdiri dari 2 unit masing-
masing dengan luas 120 m². Tiap-tiap unit terdiri dari 6 kamar tidur berukuran 2,5
m x 3 m, ruang istirahat dengan ukuran 3 m x 6 m, teras dengan ukuran 2 m x 20
m, selasar dengan ukuran 1,5 m x 20 m dan dilengkapi dengan MCK dengan 3 buah
kamar mandi berukuran 2 x 2,5 m, serta dapur.

Studi Kelayakan VIII-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

8.1.2. Bangunan Utilitas Energi


Stasiun BBM
Untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar operasi pertambangan di
lokasi, maka perlu dibangun stasiun pengisian BBM, terdiri dari 2 tanki
bahan bakar yang mempunyai kapasitas 100.000 liter. Dari tanki BBM disalurkan
melalui pipa menuju ruang pelayanan yang mengatur pemakaian bahan bakar. Luas
bangunan untuk stasiun BBM ini adalah 100 m² (10 m x 10 m).

Bangunan Gardu Listrik/Genset


Bangunan gardu pembangkit listrik dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik untuk beberapa kepentingan. Luas bangunan adalah 50 m²
(10 m x 5 m). Genset sebagai pembangkit tenaga listrik atau generator
yang disediakan berkapasitas 10 MW. Sebagai pondasi genset digunakan pondasi
beton bertulang. Pondasi ini dibuat untuk meredam getaran yang ditimbulkan oleh
mesin genset.

Bangunan Instalasi Air


Luas bangunan untuk instalasi air ini adalah 40 m² (8 m x 5 m), yang akan
disediakan untuk keperluan :
Penyediaan air minum, Bangunan pompa air dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan air minum. Stasiun pompa air ini harus dapat menyediakan air bersih dan
sehat yang memenuhi kualitas kesehatan.
Penyediaan air bersih, Penyediaan air bersih diluar kepentingan untuk air minum
disediakan oleh intalasi pengolahan air yang memanfaatkan air sungai, kebutuhan air
untuk pencucian kendaraan dan bengkel alat-alat berat.

8.1.3. Bangunan Utilitas Mekanik


Bengkel tambang
Bengkel merupakan infrastruktur yang digunakan untuk alat-alat berat yang
memerlukan perbaikan dan perawatan. Letak bangunan ini diusahakan tidak terlalu
jauh dari lokasi penambangan agar alat-alat berat yang memerlukan perbaikan dapat
dengan cepat diperbaiki. Bangunan ini juga dilengkapi dengan peralatan bengkel alat
berat. Kontruksinya dari kayu dengan atap asbes. Luas lahan yang direncanakan
adalah :

- Bengkel beratap (workshop) = 15 m x 50 m = 750 m²

- Bengkel tidak beratap = 15 m x 100 m = 1.500 m²

Studi Kelayakan VIII-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gudang Peralatan
Bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan suku cadang alat-alat
berat dan peralatan tambang lainnya dan termasuk dalam bangunan workshop
dengan luas lahan 10 x 10 m².

8.1.4. Tempat Ibadah


Bangunan tempat ibadah berupa mushola yang berukuran 8 m x 5 m, terdiri
dari ruang sholat, ruang penjaga dan tempat wudhu.

8.1.5. Pos Keamanan


Pos keamanan akan dibangun pada setiap lokasi yang strategis yang
membutuhkan pengamanan khusus yaitu di daerah perkantoran, perumahan,
pengolahan, stockpile, dan gudang bahan peledak. Pos keamanan yang akan
dibangun sebanyak 5 Unit masing-masing berukuran 3 x 3 m.

8.1.6. Stock Pile


Merupakan tempat penyimpanan ore Bijih nikel. Selain menampung ore nikel,
stockpile tersebut juga dilengkapi dengan lahan parkir alat berat. Luasan area stock
pile diperhitungkan dengan besarnya target produksi yang diperlukan setiap ritase
pengangkutan.

8.1.5.1. Mobilisasi Bahan dan Peralatan


Mobilisasi Bahan, peralatan dan alat berat akan dimobilisasi secara berangsur
sampai pada tahap operasional. Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan alat berat
akan melalui jalan poros Trans Sulawesi di Kabupaten Morowali menuju ke lokasi
tambang. Mobilisasi bahan merupakan kegiatan pengangkutan bahan material yang
dibutuhkan untuk pembangun konstruksi pertambangan. Pengangkutan bahan material
menggunakan dum truck. Untuk mobilisasi bahan dan peralatan PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala akan mematuhi peraturan sebagai berikut.
 mematuhi kebijakan dan peraturan keselamatan
 mamatuhi batas kecepatan
 menghindari penggunaan klakson secara berlebihan, khususnya diareal
pemukiman
 selalu berkomunikasi dengan intnasi terkait yang bertanggung jawab atas
lalulintas
 memepertahankan jarak aman dengan kendaraan lain
 mematuhi batas berat muatan jalan dan jembatan

Studi Kelayakan VIII-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

 memasang rambu-rambu lalu lintas


Pada kegiatan ini akan dihasilkan Limbah B3 dan untuk pengelolaannya akan
disediakan tempat penyimpanan sementara limbah B3 dengan mengurus izinnya ke
BPLH Kabupaten Morowali dan bekerja sama dengan pihak ketiga yang memiliki izin
dari Kementerikan Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk pengangkutan limbah
B3 tersebut. Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah oli bekas. Jenis
peralatan yang digunakan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dapat dilihat
pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1. Jenis dan Jumlah Alat yang Digunakan


No Nama Alat Jumlah Negara Asal Tahun Produksi
1 Bulldozer 1 Eropa 2004
2 Wheel Dozer 2 Eropa 2004
3 Wheel Loader 2 Eropa 2004
4 Excavator 6 Jepang 2000
5 Excavator 2 Jepang 2000
6 Dump Truck 34 Jepang 2000
7 Motor Grader 1 Jepang 2000
8 Compactor 4 Jepang 2000
9 Water Truck 6 Jepang 2000
10 Crane Truck 2 Jepang 2000
11 Lube Truck 1 Jepang 2000
12 Fuel Truck 5 Jepang 2000
13 Pump Multiflow 2 Eropa 2007
14 Lighting 8 - 2003
15 Jeep 4 WD 4 Jepang 2000
16 Pick Up 4 WD 6 Eropa 2004

8.1.5.2. Pembuatan Jalan Tambang


Jalan tambang yang dimaksud adalah jalan yang menghubungkan permukaan
kerja dengan lokasi ROM stockpile dan lokasi penimbunan lapisan penutup. Jalan
angkut disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck berkecepatan
maksimum 40 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh
lebih dari 25 km/jam.

Pedoman lebar jalan angkut direkomendasikan 4 kali lebar alat angkut


terbesar. Dengan asumsi alat angkut terbesar adalah dump truck dengan kapasitas
angkut adalah 30 ton dan pada tikungan lebar jalan angkut ditambah karena

Studi Kelayakan VIII-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

adanya sudut yang ditimbulkan oleh panjang alat angkut, sehingga menjadi 20
meter dan kemiringan maksimum 8 %. Di kedua sisi jalan angkut perlu dibuat
tanggul yang tingginya 0,8 meter (0,5 x tinggi ban dump truck 32 ton sebesar ¾ m).
Dimensi jalan angkut yang diterapkan adalah sebagai berikut :
 Lebar = 4 x lebar truk jungkit (m)

= 4 x 3 m = 12 m
 Lebar jalan pada belokan = 20 m
 Kemiringan jalan =8%
 Turning radius untuk alat angkut < 50 ton minimum 6 m
 Turning radius yang di pakai = 18

8.2. Jadwal Konstruksi

Kegiatan konstruksi infrastruktur tambang selain infrastruktur jalan dilakukan


sebelum pelaksanaan kegiatan penambangan. Sedangkan infrastruktur jalan dibangun
selama kegiatan penambangan mengikuti front tambang yang dibuka.

8.3. Rincian Biaya Konstruksi

Biaya untuk sarana dan prasarana transportasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Biaya investasi, adalah sebagai berikut:


- Biaya pembebasan tanah,
- Biaya pembuatan jalan dan
- Biaya pembelian petalatan pengangkutan.
2. Biaya operasi, adalah sebagai berikut:
- Biaya pemeliharaan jalan dan
- Biaya operasi pengangkutan material ore dari front penambangan aktif sampai ke
stockyard/dermaga milik PT. Maghantara Multimedia Nusaphala sampai ke dermaga
milik para konsumen. Biaya transportasi yang diperhitungkan meliputi biaya
pembuatan sarana transportasi dan biaya operasi transportasi.
Dari semua komponen biaya sarana dan operasional transportasi dari awal tahun sampai
dengan akhir tahun penambangan dengan faktor eskalasi 3% dan discount rate 11%
maka diperoleh Net Present Value biaya transportasi material ore dan EUA biaya
transportasi material ore.

Studi Kelayakan VIII-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Transportation cost (biaya transportasi) adalah besarnya biaya untuk mengangkut


material ore nikel per ton (USD/ton) dari front penambangan aktif sampai ke titik
pembelian (pembeli), yaitu stockyard/dermaga (FOB barge). Dengan demikian titik
transshipment adalah di stockyard/dermaga PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah:

- Nilai tukar : US$ 1.00 = Rp. 10.000,00


- Interest rate : 11 %/tahun
- Eskalasi biaya : 3 %tahun

Studi Kelayakan VIII-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB IX
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

9.1. Perlindungan Lingkungan

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 1453.K/29/MEM/2000 tanggal 3 November


2000 tentang pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan
Umum, maka menteri ESDM mengeluarkan peraturan mengenal pelaksanaan AMDAL dan
UKL/UPL.

Kegiatan penambangan bijih nikel oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala


direncanakan melalui tahapan pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi. Secara
keseluruhan kegiatan penambangan bijih nikel akan memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, pengelolaan dan pemantauan
lingkungan akan dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif yang timbul.

9.1.1. Dampak Kegiatan

Langkah atau metode pendekatan yang dilakukan dalam melakukan identifikasi


adanya dampak penting adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pustaka-pustaka terutama yang berhubungan dengan rencana kegiatan


penambangan dan pengolahan ore,
2. Menelaah rencana kegiatan penambangan dan pengolahan ore yang akan dilakukan,
3. Menelaah karakteristik lingkungan di daerah kegiatan pada saat kajian kelayakan
dilakukan
4. Pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun dokumen AMDAL atau UKU/UPL,
5. Penggunaan baku mutu lingkungan sebagai penentu ada tidaknya dampak berdasaerkan
perubahan parameter yang diteliti.
6. Analogi, yaitu membandingkan masalah lingkungan yang timbul sebagai akibat
kegiatan yang sejenis di daerah lain.

Acuan untuk mengetahui tingkat pentingnya dampak adalah:

1. Undang-undang No. 23 tahun 1997 (Pengelolaaan Lingkungan Hidup),


2. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 (tentang AMDAL).

Studi Kelayakan IX-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

3. Keputusan Ketua Bapedal No. Kep/056/1994 (Pedoman mengenai Ukuran Dampak


Penting).

Berdasarkan pedoman tersebut di atas,maka ada 8 faktor penentu dampak penting


yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak,


2. Luas wilayah persebaran dampak,
3. Lamanya dampak berlangsung,
4. Intensitas dampak.
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
6. Banyaknya komponen lingkungan Iain yang terkena dampak,
7. Sifat komulatif dampak dan
8. Berbalik atau tidaknya dampak.

Terkait dengan proyek penambangan nikel oleh PT. Maghantara Multimedia


Nusaphala, proses prakiraan dampak lingkungan mengikuti sistematika berikut:

1. Prakiraan keadaan lingkungan tanpa (sebelum) proyek penambangan nikel berlangsung,


2. Prakiraan keadaan lingkungan pada waktu proyek penambangan nikel berlangsung,
pada tahap pembangunan maupun operasi penambangan nikel,
3. Dampak yang diperkiraan adalah perbandingan keadaan lingkungan sebelum, selama dan
sesudah proyek penambangan nikel berlangsung.

Prakiraan dampak lingkungan di masa mendatang diIakukan berdasarkan keadaan


lingkungan saat penelitian atau disebut zona lingkungan awal (environment baseline). Hal ini
disebabkan keanekaragaman subyek yang menjadi lingkupnya, maka diperlukan berbagai
tenaga ahli untuk menangani secara intensif dan ekstensif. Disamping itu juga harus dilihat
kecenderungan perkembangan lingkungan berdasarkan dinamika yang tumbuh dalam obyek
pengkajian, kemudian diadakan ekstrapolasi ke masa depan yang mencakup rentang kurun
waktu prakiraan dampak yang ingin dikaji.

Penambangan nikel yang akan dilakukan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya karena adanya perubahan fisik
yang terjadi di permukaan tanah. Hal ini terkait dengan kegiatan penambangan maupun
kegiatan lain seperti pembangunan faslitas tambang.

Studi Kelayakan IX-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Dalam rangka meminimalkan dampak tersebut itu, perlu melakukan analisis mengenai
dampak penambangan terhadap lingkungan. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan
sudah terencana sejak awal. Analisis masalah lingkungan secara lengkap terdapat dalam
dokumen AMDAL yang akan disampaikan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
Kajiannya dilakukan secara khusus dan terpisah dari kajian studi kelayakan ini.

9.1.2. Pengelolaan Lingkungan

Dampak yang intensitasnya besar dan penting harus dikendalikan. Sifat besar dan
pentingnya dampak mengacu kepada baku mutu yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup atau acuan Iainnya. Dengan demikian maka perlu dilakukan pemantauan terhadap
dampak secara berkala sesuai dengan ketentuan AMDAL yaitu dengan me|akukan pengujian
terhadap beberapa komponen, misalnya komponen geofisika-kimia, komponen biologi dan
komponen sosial ekonomi dan budaya.

Kegiatan upaya pengendalian/pengelolaan dampak penting tersebut harus diikuti


dengan pemantauan Iingkungan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengendaliannya
yaitu dengan cara memantau sumber dampak, metode pemantauannya, lokasi dan
jumlah frekuensi pemantauannya.

Upaya atau langkah-langkah menanggulangi dampak negatif dan mengoptimalkan


dampak positif yang disebabkan oleh adanya kegiatan penambangan bijih nikel Maghantara
Multimedia Nusaphala secara rinci dan detail disajikan dalam dokumen RKL.

9.1.3. Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan kualitas lingkungan akan dilakukan pada seluruh komponen


lingkungan yang dikelola. Pemantauan akan dijadikan dasar tingkat keberhasilan seluruh
program pengelolaan lingkungan.

Upaya atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pemantauan


lingkungan hidup yang terdampak akibat kegiatan penambangan bijih nikel PT Maghantara
Multimedia Nusaphala secara rinci dan detail disajikan dalam dokumen RPL.

9.1.4. Organisasi Perlindungan Lingkungan

Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, Departemen


HSE akan dibentuk dan dipantau langsung oleh General Manager dan dipimpin oleh seorang
Manager HSE. Manager HSE bertanggung jawab atas semua hal yang bersangkutan dengan

Studi Kelayakan IX-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

lingkungan dan keselamatan pertambangan selama kegiatan operasional tambang serta


didukung oleh seorang penata (Superintendent). Struktur organisasi Departemen HSE PT.
Wahida Persada dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9.1. Struktur Organisasi Lingkungan dan K3

9.1.5. Kegiatan Pasca Tambang

Pascatambang merupakan masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada seluruh


atau sebagaian wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi yang disebabkan
berakhirnya izin usaha pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagain
wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi (Kep. Menteri Pertambangan
dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995). Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 1211.K/008/M.PE/1995 berisi tentang kewajiban pengusaha pertambangan sebagai
Pemegang Kuasa Pertambangan dalam kegiatan Pascatambang sebagaimana diatur dalam
Pasal 26, 27 dan 28, yaitu:

1. Pengusaha pertambangan wajib menyampaikan Iaporan secara tertulis kepada Direktur


Jenderal mengenai rencana penutupan tambang selambat-Iambatnya 1 (satu) tahun,
sebelum berakhimya operasi penambangan. Kewajiban ini berlaku juga bagi rencana
pengembalian seluruh atau sebagian dari wilayah usaha pertambangan tahap
eksploitasi/operasi produksi;
2. Dalam Iaporan rencana penutupan tambang tersebut memuat mengenai adanya
dampak lingkungan yang perlu dikelola pada pascatambang dan pelaksanaan pengelolaan
dampak lingkungan dimaksud;

Studi Kelayakan IX-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

3. Batas waktu tanggung jawab pengusaha pertambangan dalam pengelolaan dan


pemantauan lingkungan pada pascatambang ditetapkan oleh direktur jenderal.

Dalam upaya memenuhi pogram pascatambang, PT. Maghantara Multimedia


Nusaphala merencanakan melaksanakan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan Aset
Mengingat perizinan penambangan nikel PT. Maghantara Multimedia Nusaphala diperoleh
melalui Kuasa Pertambangan, maka pengelolaan aset setelah masa penambangan nikel
selesai (habis) wajib dikembalikan kepada pemerintah kabupaten yang telah
mengeluarkan izin (Kuasa Pertambangan).
2. Sosialisasi Program Pascatambang
Tujuan program ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lokasi
penambangan mengenai rencana akan berakhirnya kegiatan penambangan PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala dan memberikan solusi yang bermanfaat bagi
masyarakat melalui rencana program-program pascatambang yang akan dilaksanakan
oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.
3. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Reklamasi dan revegetasi lanjutan dilakukan untuk areal penambangan yang terakhir dan
lokasi penumpukan tanah penutup (dumping area) dengan memperhatikan tata guna
lahan seperti yang tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun rencana Pengelolaan dan pemantauan lingkungan
selama masa Operasi penambangan disesuaikan dengan sasaran akhir penutupan
tambang.
9.2. Keselamatan Pertambangan

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi
dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan
pertambangan.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari


risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3

Studi Kelayakan IX-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama


dapat mencegah korban manusia.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja
dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya
dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi
salah satu budaya industrial

9.2.1. Manajemen Risiko

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh
perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi
bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun
longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan
suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,
bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan


perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak
pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh perusahaan, mulai diterapkan
manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai menerapkan
pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi.

Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga
komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai
sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan
prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko.

9.2.1.1. Identifikasi Bahaya

Adapun identifikasi bahaya yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan


adalah sebagai berikut :

Studi Kelayakan IX-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

a. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api.
Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat
pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan
yang fatal.
b. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di
dalam tambang, serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga
disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.
c. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-
roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke
udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak
(explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi
oleh kebakaran.

9.2.1.2. Penilaian Resiko

Penilaian resiko menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per. 05/Men/1996
adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Penilaian resiko tersebut menggunakan rumus berikut:

R =LxC

Keterangan:

R = Resiko

L = Nilai likelihood (nilaikemungkinan)

C = Nilai consequences (nilai keparahan)

Penilaian resiko merupakan perkalian antara nilai kemungkinan (likelihood) dan nilai
keparahan (consequences) dari suatu kejadian yang membahayakan yang terjadi pada
aktivitas tambang. Penilaian resiko mengacu pada tabel matrik level.

Penilaian peringkat risiko didasarkan pada matriks penilaian risiko dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Studi Kelayakan IX-7


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Tabel 9.1. Penilaian Peringkat Risiko

Studi Kelayakan IX-8


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

9.2.1.3. Pengendalian Resiko

Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di
tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan
pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat
tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang tidak
diinginkan’).
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa
yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau
mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan
memastikan mereka efektif.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya


untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan
untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart
Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan
inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko
untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau
pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat
deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang
bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan
pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan secara umum pada


perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar


2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

Studi Kelayakan IX-9


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

9.2.2. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

9.2.2.1. Pengelolaan Keselamatan Kerja

Pelaksanaan dan pengelolaan K3 disamping harus berdasarkan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, Perusahaan juga menetapkan standar-standar Keselamatan
Pertambangan perusahaan. yang terdiri dari:

• Prosedur Management Representative;

• Prosedur Departemen HSE;

Sebelum memulai suatu pekerjaan yang baru dan atau di lingkungan yang baru dan
atau pada orang yang baru, maka dari itu perlu disusun dan disosialisasikan analisis
keselamatan kerja dan lingkungan hidup atau Job Safety Analysis (JSA) kepada karyawan
yang bersangkutan.

a) Izin Kerja Khusus

Untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dengan menyediakan suatu mekanisme
proses pemantauan segala kegiatan yang berpotensi memiliki tingkat risiko berbahaya,
yang disebabkan oleh aktivitas karyawan, kontraktor dan kegiatan non rutin internal. Izin
kerja harus diterbitkan ketika melaksanakan kegiatan/aktivitas di Perusahaan yang
bersifat non rutin tersebut.

Supervisor dari departemen terkait harus membuat izin kerja secara umum dan dilengkapi
dengan spesifik izin kerja untuk jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan izin kerja secara
khusus ke Departmen HSE, jenis ijin kerja khusus meliputi pekerjaan:
• General Work Permit;
• Height Work Permit;
• Hot Work Permit;
• Confined Space Work Permit;
• Electrical Work Permit;
• Excavation Work Permit; dan
• Lock Out Tag Out Permit.

b) Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri (APD) merupakan semua peralatan yang dirancang untuk melindungi
pekerja terhadap satu atau beberapa jenis bahaya yang berpotensi membahayakan

Studi Kelayakan IX-10


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

kesehatan dan keselamatan. Seluruh ketentuan APD PT. Maghantara Multimedia


Nusaphala diatur dalam prosedur WIL-HSE-SOP-209 Personal Protective Equipement
dengan mengacu kepada peraturan perundangan dan persyaratan lainnya. Sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku seperti Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 555.K/26/M.PE/1995 pasal 4 ayat 3, disebutkan bahwa pengusaha harus menyediakan
segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri, fasilitas dan biaya yang diperlukan
untuk terlaksananya peraturan ini.
APD yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan bijih nikel meliputi pelindung
pernapasan, pelindung pendengaran, pelindung mata, pelindung kaki, pelindung tangan
dan pelindung kepala. PT Maghantara Multimedia Nusaphala telah mengidentifikasi
kebutuhan APD dengan mengacu kepada peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya. Selain itu, PT Wahida Persada juga memastikan bahwa APD yang tersedia masih
layak pakai dan sesuai dengan masa pakainya. Adapun jenis dan masa pakai APD PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala adalah sebagai berikut:
Tabel 9.2. Penyediaan APD di PT. Wahida Persada
Fungsi APD Jenis APD Masa pakai
Pelindung pendengaran Ear plug 1 - 2 bulan
Toxic dust mask 3 minggu
Pelindung pernafasan Chemical mask 3 bulan
Dust mask 2 minggu
Safety glass 3 bulan
Pelindung mata
Goggle 3 bulan
Clear face shield 6 bulan
Pelindung wajah Dark face shield 1 tahun
Welding face shield 1,5 tahun
Cotton safety gloves Disposable
Chemical safety gloves 4 bulan
Pelindung tangan Welding safety gloves 8 bulan
Rubber safety gloves Disposable
Arm protector 1 tahun
Celemek Kulit 1 tahun
Back support 2 tahun
Pelindung tubuh PT. Maghantara Multimedia
Long uniform
Nusaphala Standard
Safety vest 1 tahun
Pelindung kepala Helmet 3 tahun
Safety shoes 1 tahun
Pelindung kaki
Safety boot 1 tahun
Harness 1,5 tahun
Pelindung bahaya terjatuh
Lanyard 1,5 tahun

9.2.2.2. Pengelolaan Kesehatan Kerja


PT. Maghantara Multimedia Nusaphala akan melakukan pengelolaan kesehatan kerja
yang mana dilakukan dalam rangka terjadinya sakit dan penyakit akibat kerja serta
menciptakan budaya hidup bersih dan sehat (higienis dan sanitasi). Berdasarkan ketentuan
pasal 3 ayat (1) Undang Undang No.1 Tahun 1970 dimana syarat-syarat keselamatan kerja

Studi Kelayakan IX-11


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

terdapat 50% merupakan syarat-syarat kesehatan kerja. Sedangkan ketentuan pasal 8


menyebutkan kewajiban perusahaan untuk:
- Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterima maupun yang akan dipindahkan, sesuai dengan sifat pekerjaan yang
akan diberikan kepadanya.
- Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
Pemeriksaan Kesehatan dan Status Sehat karyawan dibagi menjadi 3 jenis; Sebelum
proses penerimaan karyawan, pemeriksaan kesehatan karyawan dan pemeriksaan kesehatan
kontraktor. Pemeriksaan kesehatan karyawan terdiri atas pemeriksaan kesehatan secara
periodik dan pemeriksaan karyawan setelah masa perjanjian bekerja berakhir. Hasil
pemeriksaan kesehatan berlaku sampai 6 bulan sejak hasil pemeriksaan terbit untuk proses
penerimaan karyawan baru. Departemen HR berhak untuk meminta calon karyawan
mengikuti pemeriksaan kesehatan khusus yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dijalani. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pemeriksaan kesehatan para karyawannya
kepada Human Resources Department sebelum mereka bekerja.

9.2.2.3. Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengelolaan lingkungan kerja ditetapkan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala


yang mencakup pengendalian atas debu, kebisingan, getaran, pencahayaan, kualitas dan
kuantitas udara kerja, radiasi, faktor kimia, faktor biologi dan kebersihan lingkungan kerja.
Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja akan dilakukan secara berkala atau sesuai
kebutuhan oleh petugas yang berkompeten. PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
memastikan setiap alat pemeriksaan, ukur, dan uji lingkungan diperlihara dan dikalibrasi
sesuai dengan ketentuan perundangan dan standar yang berlaku. Setiap tahun, PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala akan melaporkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
kerja pertambangan kepada instansi terkait.

9.2.2.4. Sistem Managemet Keselamatan Pertambangan (SMKP)

SMKP merupakan Sistem manajemen yang menjadi bagian dari sistem manajemen
perusahaan dalam rangka mengendalikan risiko keselamatan pertambangan yang terdiri dari
K3 pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan (K3 Pertambangan dan KO
Pertambangan).

Studi Kelayakan IX-12


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

SMKP meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Kebijakan
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk menciptakan kondisi kerja
yang aman, nyaman dan kondusif untuk para karyawan, kontraktor dan tamu sehingga
dapat melakukan pekerjaan dan terbebas dari kecelakaan dan penyakit kerja. Untuk itu,
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala memiliki strategi perencanaan Sistem Manejemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) yang didalamnya mencerminkan visi, misi dan
kebijakan serta tujuan akhir dari pelaksanaan Sistem Menajemen Keselamatan
Pertambangan.
Adapun kebijakan Management PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dalam pelaksanaan
SMKP sebagai berikut :
• Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk meyediakan lingkungan
kerja dimana karyawan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dan kontraktor dapat
melaksanakan pekerjaan mereka bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan kerja harus mendapatkan prioritas dari semua aspek
opersional perusahaan. Semua pihak, termasuk karyawan PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala dan kontraktor, memiliki tanggung jawab bersama untuk bekerja dengan
aman dan sehat sesuai prosedur dan standar keselamatan dan kesehatan kerja PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, mereka juga memiliki tanggaung jawab untuk
membangun dan mengembangkan perilaku aman dan sehat.

• Kebijakan Keselamatan Operasi Pertambangan


PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen menciptakan lingkungan operasi
dimana karywn PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dan kontraktornya dapat
menjalankan operasinya dengan cara yang produktif, efisien dan aman, bebas dari
kejadian yang berakibatkehilangan atau berhentinya operasi, hal ini meliputi:
- Membangun dan mengelola sistem management serta melaksanakan perawatan
sarana, prasarana, instalasi dan peralatan tambang.
- Memastikan keamanan istalasi
- Memastikan kelayakan saana, prasarana, instalasi dan peralatan tambang.
- Memastikan kompetensi tenaga teknik.
- Melakukan evaluasi laporan kajian teknis pertambangan.

Studi Kelayakan IX-13


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

- Melaksanakan peningkatan berkelanjutan kinerja keselamatan operasi


pertambangan dalam upaya mencegah kerusakan aset dan terhentina produksi.
- Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien dan produkstif.
• Kebijakan Lingkungan
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk secara efektif mengelola
dampak lingkungan hidup sebagai akibat dari kegiatan operasinya, hal ini meliputi :
- Pencegahan pencemaran
- Mengembalikan semua area bekas tambang ke dalam kondisi ang produkstif,
stabil, dan aman.
- Pemeliharaan Keanekaragaman hayati
- Pelaksanaan upaya konservasi air dan energi

Dampak lingkungan hidup harus dipertimbangkan di dalam semua aspek kegiatan


operaional perusahaan dan semua karayawan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
dan kontraktornya harus bertindak secara bertanggung jawab terhadap lingkungan
hidup.

• Kebijakan Keamanan
Semua pihak, termasuk karawan dan kontraktornya, memiliki tanggung jawab
bersama untuk menciptakan kondisi keamanan yang kondusif ditempat kerja.
Mangement PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen melakukan inisiatif-
inisiatif pengamanan personil dan aset fisik maupun non fisik. Management PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala juga berkomitmen menerapkan konsep-konsep
pengamanan terpadu ang menggabungkan unsur pengamanan internl, TNI Polri, dan
masyarakat dalam rangka memastikan keberlangsungan bisnis PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala.

9.2.3. Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan

9.2.3.1. Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana, Prasarana,


Instalasi, dan Peralatan Pertambangan.

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala melakukan proses identifikasi dari peralatan


pendukung yang digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional melalui proses
identifikasi ini, PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berupaya untuk meminimalkan potensi
risiko yang muncul dari penggunaan peralatan kerja melalui SMKP.

Studi Kelayakan IX-14


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

a. Peralatan Tangan

Sesuai dengan prosedur WIL-HSE-SOP-125 Handtools, setiap perkakas tangan harus


diregistrasi dan disimpan di tempat khusus agar perkakas tangan tidak mudah rusak dan
mudah untuk dilakukan pengendalian. Setiap perkakas yang akan digunakan oleh PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala harus melalui proses analisis kebutuhan sehingga
perkakas yang digunakan nantinya akan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Setiap perkakas yang telah disediakan oleh PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala dilarang untuk dilakukan perubahan (menambah, mengurangi, memodifikasi)
dan apabila terdapat perkakas yang cacat/rusak harus segera diberi label, diperbaiki atau
diganti.

b. Peralatan Listrik

Peralatan listrik hanya dapat digunakan jika kriteria berikut dipatuhi:

• Semua fitting / sambungan kabel daya listrik harus dirancang untuk itu, misalnya stop
kontak dan soket, fitting ini bebas dari kerusakan (tidak ada kabel atau koneksi yang
terbuka).

• Kabel listrik dilengkapi dengan tag inspeksi arus.

• General Purpose Outlet adalah di mana peralatan sedang terhubung, dilindungi oleh
Residual Current Device (RCD) dalam kasus di mana sirkuit tidak memiliki RCD maka
RCD portabel harus dipasang.

Pengguna peralatan listrik terutama alat-alat tangan dapat berisiko besar karena sifatnya,
untuk memastikan bahwa semua plug dalam peralatan listrik tetap terjaga dalam kondisi
aman. Seluruh peralatan listrik harus diinspeksi oleh orang yang berwenang sebelum
digunakan. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memberikan tagging
untuk setiap peralatan yang telah dilakukan inspeksi.

c. Lock Out Tag Out (LOTO)

Mengacu ke prosedur WIL-HSE-SOP-113 Isolation, Lock Out, and Tag Out bahwa petugas
yang diberi wewenang untuk melakukan prosedur pengisolasian harus mendapatkan
penjelasan yang jelas tentang pengertian LOTO dan memahami batasan prosedur LOTO
dan hanya orang orang yang telah ditunjuk saja yang dapat menggunakan LOTO, adapun
peralatan yang belum dilengkapi dengan fasilitas LOTO dapat menggunakan pelabelan

Studi Kelayakan IX-15


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

tanda bahaya.

Untuk itulah perlu dilakukan proses pemeriksaan dan identifikasi risiko yang muncul,
termasuk didalamnya adalah adanya identifikasi potensi energi yang mungkin terlepas dan
mengakibatkan cedera pada pekerja pada saat dilakukan perbaikan pada peralatan,
setelah dilakukan pemeriksaan kemudian perlu adanya registrasi terhadap peralatan yang
memerlukan prosedur LOTO.

Semua peralatan yang digunakan harus mempunyai prosedur tertulis untuk isolasi. Isolasi
yang dimaksudkan adalah tata laksana untuk mencegah adanya energi energi yang
mungkin dapat terlepas dan berpotensi untuk mencederai pekerja.
Pemasangan label LOTO harus di area yang mudah terlihat oleh operator di area yang
mana operator pertama kali harus mengakses area tersebut untuk menjalankan unit (kunci
kontak, pintu utama, electric swith dan lain-lain). Label LOTO hanya boleh dipasang dan
dilepas oleh karyawan yang namanya tertera di label tersebut, apabila orang lain hendak
melepas label LOTO maka ada prosedur khusus yang harus dipenuhi.

d. Pelindung Mesin

Sesuai dengan prosedur WIL-HSE-SOP-114 Machine Guarding, bahwa semua peralatan


yang digunakan harus dilakukan kontrol yang aman. Kontrol yang dimaksudkan adalah
tata laksana untuk mencegah adanya cedera pada pekerja yang diakibatkan karena benda
berputar di bagian mesin yang mengenai pekerja dan berpotensi untuk mencederai
pekerja.

Untuk itulah perlu dilakukan proses pemeriksaan dan identifikasi risiko yang muncul,
termasuk di dalamnya adalah adanya identifikasi bagian yang berputar pada peralatan
dan bisa mengakibatkan cedera pada pekerja pada saat melakukan pekerjaan, setelah
dilakukan pemeriksaan kemudian perlu adanya registrasi terhadap peralatan yang
memerlukan pelindung mesin.
Pelindung mesin yang terpasang setidaknya memenuhi persyaratan:
• Menyediakan perlindungan yang positif;
• Mencegah akses terhadap bagian mesin yang berbahaya;
• Tidak menyebabkan ketidaknyamanan bagi para operator;
• Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan proses perawatan yang
minimal;
• Tidak menimbulkan bahaya baru, misalnya tidak ada bagian yang tajam, bagian yang
kasar dan sumber bahaya lainnya; dan

Studi Kelayakan IX-16


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

• Terlihat dengan jelas dan area untuk perlindungan mesin maksimal.

9.2.3.2. Pengamanan Instalasi

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala akan membuat Standar Operasional prosedur


(SOP) berkaitan pengamanan instalasi seperti instalasi kelistrikan, instalasi hydraulic, instalasi
pneumatic, instalasi bahan bakar cair, instalasi gas, instalasi air, instalasi proteksi kebakaran,
instalasi komunikasi

Tujuan dibuatnya prosedur pengamanan ini agar setiap pekerjaan pada setiap instalasi
pertambangan dapat terlaksana dengan aman dan lancar serta selamat (safety process)
sehingga tercapai zero accident.

9.2.3.3. Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatam Pertambangan

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk memiliki Prosedur


Pengujian kelayakan (commissioning) Fasilitas, Prasarana, Instalasi, Alat pelindung diri
(sepatu safety, helm safety, baju safety dll) dan Perlengkapan pertambangan. Diluar itu harus
dilakukan pelajari dengan cara berkala dan mendokumentasikan hasil pengujian kelayakan
yang sudah dilakukan.

Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap fasilitas, prasarana, instalasi, dan APD serta
perlengkapan pertambangan layak dan aman digunakan untuk kegiatan operasional
pertambangan, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud.

9.2.3.4. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala akan melakukan kajian tehnis untuk setiap
aktivitas awal atau baru sebelumnya dimulainya aktivitas pertambangan. Perusahaan harus
juga melakukan kajian tehnis untuk setiap pergantian atau modifikasi pada sistem, fasilitas,
prasarana, instalasi, dan perlengkapan pertambangan.

Ada banyak hal yang perlu dikerjakan berkaitan dengan Keselamatan Operasi
Pertambangan (KO Pertambangan). Pada dasarnya KO Pertambangan tidaklah hal baru,
karena banyak hal diatas telah banyak dilakukan oleh perusahaan pertambangan maupun
perusahaan layanan pertambangan seperti komisioning unit, prosedur management of change
(MOC) untuk setiap pergantian, penunjukan tenaga tehnis (juru las, juru ledak, juru ukur, dan
sebagainya).

Studi Kelayakan IX-17


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

9.2.3.5. Organisasi dan Personil Keselamatan Kerja Pertambangan

Untuk menjamin pelaksanaan dan pengelolaan standar-standar keselamatan


pertambangan yang tepat, Departemen HSE akan dibentuk dan dipantau langsung oleh
General Manager dan dipimpin oleh seorang Manager HSE. Manager HSE bertanggung jawab
atas semua hal yang bersangkutan dengan lingkungan dan keselamatan pertambangan
selama kegiatan operasional tambang serta didukung oleh seorang penata (Superintendent).
Struktur organisasi Departemen HSE PT Maghantara Multimedia Nusaphala dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 9.2. Struktur Organisasi Departemen HSE

9.2.4. Penyediaan Peralatan Pertambangan

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala telah mengidentifikasi peralatan K3 agar


keselamatan kerja bagi karyawan dan kontraktor dapat dalam melakukan pekerjaannya dapat
terjamin keselamatan dan kesehatan kera, serta perusahaan PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala akan berkomitmen untuk mengadakan peralatan K3 pertambangan tersebut.

Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 dalam pelaksanaan proyek


meliputi beberapa hal antara lain:

1 Promosi Program K3, meliputi:


- Pemasangan Bendera K3, Bendera Negara, dan Bendera Perusahaan
- Pemasangan Sign Board K3 yang dapat berisi antara lain : Slogan-slogan yang
mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat. Selain itu juga berisi gambar-
gambar atau pamflet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi
proyek. Slogan maupun pamflet-pamflet dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi

Studi Kelayakan IX-18


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

pekerjaan di lapangan.

2 Sarana Peralatan untuk K3, terdiri dari:


- Yang melekat pada orang, yaitu:
 Topi helm
 Sepatu Lapangan
 Sabuk Pengaman untuk pekerja di tempat yang tinggi
 Sarung tangan untuk pekerja tertentu
 Masker pengaman untuk gas beracun untuk pekerja tertentu
 Kaca mata untuk las
 Obat-obatan untuk P3K
 Pelampung tenang (untuk lokasi tertentu)

- Sarana Peralatan Lingkungan, yaitu:


 Tabung Pemadam Kebakaran pada ruang-ruang
 Pagar Pengaman yang mana pada pekerjaan tertentu harus dipasang pagar seperti
railing pagar untuk lokasi penggalian,tepi bangunan tinggi, dan lain sebagainya
 Penangkal Petir
 Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
 Jaring pengaman sekitar tepi bangunan

- Rambu-rambu peringatan
Fungsi rambu-rambu peringatan antara lain, untuk:
 Peringatan Bahaya dari atas
 Peringatan Bahaya benturan kepala
 Peringatan bahaya longsoran
 Peringatan Bahaya kebakaran
 Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
 Larangan utnuk memasuki area tertentu
 Petunjuk untuk melapor

9.2.5. Rencana dan Bahan Berbahaya Lainnya

PT. Maghantara Multimedia Nusaphala tidak berencana menggunakan bahan peledak


dalam kegiatan penambangannya, sehingga tidak ada rencana penggunaan bahan peledak.

Studi Kelayakan IX-19


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB X
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

10.1. Bagan Organisasi

Dalam pelaksanaan proyek penambangan bijih nikel PT. Maghantara Multimedia


Nusaphala menyusun organisasi lapangan seramping mungkin untuk menjamin efisiensi
operasi penambangan dan tetapi memiliki otonomi yang cukup untuk menjamin kelancaran
kegiatan penambangan, baik dalam kaitannya dengan aspek teknis maupun nonteknis.
Bentuk organisasi yang akan diterapkan adalah organisasi fungsi dimana kegiatan
penambangan dibagi menjadi fungsi-fungsi yang terpisah tetapi masih tetap dapat bekerja
sama.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi disesuaikan dengan
rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan
dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan,
sedangkan untuk tenaga yang terlibat Iangsung dalam operasi penambangan, terutama
untuk operator alat perat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus dioperasikan dengan
memperhatikan jumlah shift dan target produksi.

Pengawasan proyek penambangan nikel dilakukan oleh seorang geological assistant


grade control dimana tugasnya adalah melakukan supervisi dari aktifitas penambangan
pengangkutan penumpukan material di stockpiIe/stockyard, pemuatan material ke tongkang
dan perawatan semua jalan yang dilalui oleh kendaraan selama proses berlangsung.
Geological assistant grade control ini akan membawahi beberapa grade control sampler dan
dispatcher dan akan memberi Iaporan kepada senior supervisor operation. Sedangkan
kegiatan bongkar muat di pelabuhan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dan
pengangkutan material ke screning station portable akan disupervisi oleh departemen SCM
(supply chain management) PT. Maghantara Multimedia Nusaphala yang tugas utamanya
juga menangani pengangkutan material kebutuhan-kebutuhan pabrik dan Iainnya dari
pelabuhan.

Pada kegiatan proses pencampuran material, penyaringan di screening station


portable dan pengangkutan material SSP (screening station product-nya akan dilakukan
supervisinya oleh crew mine civil dan screening station. Kualitikasi syarat tenaga kerja
disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya (Job requirement). Mereka yang akan direkrut
adalah mereka yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai.

Studi Kelayakan X-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Analisis jabatan (job analysis) selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang
cocok dengan kebutuhan kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.

Studi Kelayakan X-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gambar 10.1. Bagan Organisasi PT. Maghantara Multimedia Nusaphala

Studi Kelayakan X-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Sebagai upaya untuk mendukung berbagai berbagai tahapan kegiatan dari PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, maka langkah strategi yang akan dilaksanakan guna
mengisi formasi pekerjaan tersebut adalah dengan menyusun berdasarkan kriteria dari
status tenaga kerja yang akan diangkat.

Adapun kriteria status tenaga kerja yang akan diangkat tersebut adalah meliputi:

Tabel 10.1. Kebutuhan Tenaga Kerja


HO Tingkat Pendidikan
Jenis Total Karyawan
Tenaga Pimpinan 2 Sarjana
Tenaga Manager 4 Sarjana
Tenaga Profesional 5 Diploma/Sarjana
Tenaga Supervisi 8 Diploma/Sarjana
Tenaga Terampil 10 Diploma/Sarjana
Tenaga Terlatih 2 Diploma
Tenaga Administrasi 8 SMA
Lain-Lain 3 SMP
Jumlah 42

Site
Jenis Total Karyawan
Tenaga Pimpinan 0 Diploma/Sarjana
Tenaga Manager 3 Diploma/Sarjana
Tenaga Profesional 20 Diploma/Sarjana
Tenaga Supervisi 35 Diploma/Sarjana
Tenaga Terampil 75 Diploma/Sarjana
Tenaga Terlatih 90 Diploma
Tenaga Administrasi 45 Diploma
Lain-Lain 100 SMA
Jumlah 368

10.2. Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja

1. Pendidikan dan Pelatihan Pekerja Tambang Program pelatihan yang diadakan oleh
perusahaan merupakan tanggung jawab dari KTT.
KTT wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja baru, pekerja tambang
untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran
tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya yang tetapkan oleh KAIT.
Program pendidikan dan pelatihan bagi pekerja tambang terbuka sekurang-kurangnya
mencakup pelajaran sebagai berikut:
a. Kewajiban dari seorang pekerja tambang;

Studi Kelayakan X-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

b. Wewenang dan tanggung jawab dari seorang pengawas;


c. Pengenalan lingkungan kerja;
d. Rencana penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan darurat, termasuk
tanda/peringatan bahaya;
e. Kebakaran dan pemadam kebakaran;
f. Aspek kesehatan dan keselamatan dari tugas yang akan diberikan;
g. Mengenal bahaya dan menghindarinya;
h. Bahaya listrik dan permesinan;
i. Pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
j. Bahaya kebisingan, debu dan panas serta tindakan perlindungan.

Untuk program pendidikan dan pelatihan lainnya mata pelajaran tambahan disesuaikan
dengan kegiatan dan jenis pekerjaan pada kegiatan usaha penambangan tersebut.

2. Pendidikan dan Pelatihan Pengawas


KTT wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para pengawas tambang
terbuka dengan mata pelajaran sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
b. Manajemen keselamatan kerja;
c. Fungsi supervisi pengawasan K3 diantaranya:
- Tanggung jawab K3 pengawas;
- Inspeksi K3 terencana dan pengamatan total;
- Pertemuan K3 terencana;
- Job Safety Analysis (JSA), dan
- Investigasi kecelakaan;
d. Peraturan-peraturan keselamatan dan cara kerja yang aman;
e. Pengenalan bahaya dan cafa menghindarinya;
f. Tindakan dalam keadaan darurat dan tata cara penyelamatan;
g. Penyelamatan diri dan alat-alat bantu pernapasan;
h. Bahaya permesinan dan perlistrikan;
i. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
j. Pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
k. Dampak lingkungan dari kegiatan.

Studi Kelayakan X-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB XI
PEMASARAN

11.1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah tentang pemasaran hasil produksi penambangan nikel dalam


sejarahnya mengalami banyak perubahan. Akan tetapi yang akan dibahas dalam hal ini
adalah sejak diterbitkannya Undang-undang Repubrik Indonesia Nomor 04 Tahun 2009.
Kebijaksanaan pemerintah sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang
Repubrik Indonesia Nomor : 04 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Dimana pada pasal 102 berbunyi Pemegang IUP dan IUPK wajib Meningkatkan Nilai Tambah
Sumber Daya Mineral dan/atau Batubara dalam pelaksanaan Penambangan, Pengolahan
dan Pemurnian, serta Pemanfaatan Mineral dan Batubara. Kemudian pada Pasal 103 Ayat 1
dijelaskan lebih lanjut bahwa Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan
Pengolahan dan Pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.
Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 ini jelas bahwa kebijakan pemerintah terhadap
hasil produksi pertambangan, harus dilakukan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam
negeri atau dengan kata lain kebijakan tersebut melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri.
Akan tetapi pada tahun 2010 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pada pasal 84, ayat 3,
yang berbunyi: Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat
melakukan ekspor mineral atau batubara yang diproduksi setelah teerpenuhinya kebutuhan
mineral dan batubara dalam negeri. Peraturan ini membuka peluang dibolehkannya ekspor
mineral.

11.2. Prospek Pemasaran


11.2.1. Dalam Negeri

Selama ini jenis pertambangan yang awam dikenal publik serta memiliki nilai tinggi
masih disematkan pada emas, tembaga bahkan batu bara sebagai bahan bakar energi.
Namun, Indonesia memiliki nikel, di mana belum banyak publik mengetahui apa saja
manfaat serta produk turunan dari nikel. Salah satu turunan yang kerap dikenal adalah
stainless steel, yang kerap menjadi bahan aksesoris dapur serta lapisan penguat lainnya.

Seiring perkembangan zaman, nilai pengembangan produk mulai berubah,


munculnya revolusi pada sektor transportasi membuat nikel menjadi produk tambang yang
berpotensi akan diburu pasar global beberapa tahun ke depan. Mobil listrik, semua hal

Studi Kelayakan XI-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

tersebut berawal dari kendaraan berbahan bakar listrik. Dengan memiliki baterai sebagai
dapur pacu utama, sumber energi tersebut berbahan dasar dari nikel. Indonesia memiliki
peran yang signifikan dalam pasar nikel dunia, sebab 27 persen pasokan nikel dunia dimiliki
oleh Nusantara. Produksi ini termasu bentuk produk hulu bijih Nikel di mana terdapat
sebanyak 50 juta ton/tahun, maupun produk hilir (FeNi, NPI, Matte) kurang lebih 907 ribu
ton/tahun.

Indonesia merupakan salah satu pemain utama dalam industri nikel dunia, terutama
dalam suplai DSO dengan tujuan Cina dan nikel matte tujuan Jepang. Setiap tahun terjadi
peningkatan jumlah ekspor DSO karena meningkatnya kebutuhan Cina dan beberapa negara
produsen stainlesssteel lainnya di Asia. Produksi nikel Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar 11.1. Produksi Nikel di Indonesia

Studi Kelayakan XI-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Gambar 11.2. Ekspor Nikel Indonesia (juta ton)

Konsumsi nikel dalam negeri terutama untuk memasok industri stainlesssteel, dalam
bentuk hasil olahan atau pemurnian seperti nikel matte, ferronikel dan NPI atau produk
akhir lainnya. Beberapa perusahaan pengolah bijih nikel di Indonesia diantaranya adalah PT.
Vale dan ANTAM.

11.2.2. Luar Negeri

Kebutuhan nikel dunia terus meningkat selama 40 tahun terakhir (dan diperkirakan
trend peningkatan itu akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang hingga tahun
2030. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di
dunia kemudian disusul Australia, Brazil, Rusia dan Kuba. Sebagai salah satu pemilik
sumber daya dan cadangan nikel terbesar dunia, peran penting Indonesia juga
terlihat dari perdagangan bijih dan konsentrat nikel dunia.

Ekspor nikel Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang
digambarkan pada Gambar 11.2. Tujuan ekspor utama adalah Jepang dalam bentuk nikel
matte, sementara Cina dalam bentuk DSO, NPI dan ferronikel.

11.3. Jenis dan Jumlah Produk, Serta Asumsi Harga

Jenis produk yang akan dipasarkan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
berupa produk mentah (Bijih dan kosentrat nikel) dengan asumsi harga yang digunakan
adalah pada kisaran US$ 20/ton.

Studi Kelayakan XI-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB XII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

12.1. Parameter Analisis Keekonomian

Sehubungan dengan studi kelayakan dan kajian prospek cadangan nikel PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, maka selain studi besarkan aspek-aspek teknis, studi
berdasarkan aspek finansial dan perekonomian juga dilakukan. Analisis keekonomian
dilakukan berdasarkan skenario rencana penambangan dan produksi tahunan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada bab rencana penambangan.

Beberapa acuan dan studi yang digunakan untuk membuat model ekonomi prospek
sumber daya nikel antara lain:

• Hasil kajian teknis yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang meliputi aspek
geologi, penambangan, pengolahan mineral, dan dan kajian mengenai transportasi serta
prospek pemasaran.

• Investasi kapital dan biaya operasi yang dibutuhkan berasal dari proyek penambangan
yang serupa.

• Proyeksi arus kas (cash flow) prospek nikel yang ditambang perusahaan tersusun
berdasarkan perencanaan penambangan dengan metode open pit selama 30 tahun
produksi.

• Biaya langsung dan tak langsung lain seperti pajak dan royalt.

• Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan analisis keekonomian seperti discount rate,
harga, eskalasi harga dan biaya, nilai tukar valas, pajak, dan lain-lain.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode penambangan yang digunakan


adalah open pit dengan rencana produksi sebesar 1.000.000 ton setiap tahun.

Analis keekonomian dilakukan berdasarkan metode aliran kas diskonto. Beberapa


komponen dasar yang digunakan pada analisis keekonomian adalah biaya kapital, biaya
produksi, serta biaya lain yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan jumlah produksi.

Indikator utama yang digunakan untuk menentukan kelayakan pada perencanaan


produksi nikel adalah Net Present Value (NPV). NPV dengan nilai positif menunjukkan bahwa
rencana penambangan bijih nikel layak secara ekonomi. Indikator lain yang digunakan adalah

Studi Kelayakan XII-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Jika IRR investasi lebih besar dari
IRR minimum dan PBP lebih kecil dari umur tambang, maka rancangan penambangan bijih
nikel layak secara ekonomi.

Menigingat kemungkinan terjadinya fluktuasi oleh beberapa faktor yang akan


memengaruhi kelayakan dari sisi ekonomi, pengambilan keputusan perlu didukung oleh
analisis sensitivitas terhadap indikator-indikator tersebut. Penggunaan analisis sensitivitas
dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor-faktor seperti harga dan biaya operasi
terhadap NPV serta parameter paling sensitif terhadap perubahan tersebut.

Perencanaan produksi nikel akan memberikan manfaat kepada Pemerintah Pusat dan
Daerah melalui royalti dan pajak yang dibayar oleh perusahaan. Nilai royalti dan pajak yang
akan diterima oleh pemerintah secara kuantitatif dijelaskan pada proyeksi cash flow.

12.2. Investasi
12.2.1. Modal Tetap
Sejumlah investasi biaya kapital dibutuhkan untuk membiayai proyek berdasarkan
perencanaan produksi perusahaan. Saat ini perusahaan belum melaksanakan operasi pada
area konsesi. Oleh karena itu, pada awal produksi perusahaan terlebih dahulu harus
menyiapkan infrastruktur dan fasilitas pendukung seperti akses menuju jalan tambang,
perkantoran, fasilitas akomodati pegawai, fasilitas pengolahan, dan lain-lain. Biaya awal yang
dibutuhkan perusahaan meliputi:
- Investasi pra-pengembangan; pemboran, studi kelayakan, AMDAL
- Biaya pembebesan lahan
- Biaya pengadaan bangunan
- Biaya konstruksi jalan
- Biaya pembangunan pelabuhan
- Baya eksplorasi berkelanjutan
- Dan biaya-biaya capital lainnya

Biaya kapital diperlukan untuk membiayai investasi-investasi berkenaan dengan rencana


produksi nikel PT. Maghantara Multimedia Nusaphala. Perkiraan dan rencana biaya kapital
dalam pengembangan tambang PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Studi Kelayakan XII-2


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Tabel 12.1. Perkiraan Biaya Kapital untuk Kegiatan Penambangan.

Tabel ini menunjukkan bahwa total biaya kapital untuk pengembangan infrastruktur
di tambang nikel sebesar Rp. 25.542.625.000,-. Rincian biaya meliputi penambahan biaya
tidak langsung (10%), biaya kepemilikan (5%), biaya darurat (10%), dan biaya EPCM (15%).
Biaya tersebut tidak termasuk dalam biaya pra-penambangan dan eksplorasi, dan studi
kelayakan diasumsikan sebesar Rp. 6.500.000.000,-.

12.2.2. Modal Kerja

Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan untuk melaksanakan
operasional dan membayar kewajiban jangka pendek sebelum perusahaan menerima
pendapatan aktual dari penjualan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan termasuk di dalamnya biaya operasi dan beban kewajiban jangka
pendek selama 3 bulan pada tahun pertama produksi. Berdasarakan asumsi tersebut maka

Studi Kelayakan XII-3


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

perusahaan harus mengumpulkan Rp. 20.096.662.500 untuk modal kerja yang di dalamnya
termasuk biaya operasi kuarter I tahun pertama produksi.

12.2.3. Sumber Dana

Secara umum sumber pendanan untuk biaya investasi atau biaya kapital diperoleh dari
dua sumber, yaitu dana perusahaan (ekuitas) dan pinjaman. Jumlah dana yang harus
disediakan di awal produksi adalah Rp. 20.096.662.500,-. Ketika studi kelayakan masih
dilaksanakan maka belum ada dana terstruktur, sehingga diasumsikan sumber pendanaan
berasal dari dana perusahaan atau ekuitas (30%) dan pinjaman/investasi dari luar perusahaan
(70%).

12.3. Biaya Produksi

Sehubungan dengan analisis investasi perusahaan, estimasi biaya produksi dalam


rangka operasi produksi tambang terdiri dari Land Clearing, Overburden, biaya penambangan,
biaya pengangkutan bijih dan tanah/batuan sisa, biaya pengapalan, biaya administrasi dan
lain-lain. Biaya ini diperhitungkan dari biaya satuan pekerjaan, peralatan, tenaga kerja,
material dan bahan habis yang diperlukan.

12.4. Pendapatan

Perhitungan aliran kas dalam analisis investasi kegiatan penambangan nikel sangat
dipengaruhi oleh perkiraan harga jual produk yang dihasilkan. Semakin akurat perkiraan harga
jual komoditi di masa yang akan datang akan meningkatkan ketetapan perhitungan
keuntungan proyek, perhitungan analisis investasi, serta penentuan kelayakan proyek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam produksi dan pendapatan dari produksi


tambang yang diperhitungkan adalah:

• Mining recovery : 95%

• Moisture Content : 35%

• Ore grade : 1.8% Ni dan 18.0% Fe

Studi Kelayakan XII-4


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

12.5. Laporan Keuangan


12.5.1. Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah salah satu laporan keuangan yang menunjukkan pendapatan,
pengeluaran, dan laba atau kerugian yang dihasilkan perusahaan selama periode waktu
tertentu.

12.5.2. Arus Kas

Arus kas atau cash flow adalah sebuah perincian yang menunjukkan jumlah
pemasukan dan pengeluaran dalam suatu periode tertentu.

12.5.3. Neraca

Laporan keuangan yang di dalamnya terdapat informasi terkait akun-akun aktiva,


modal serta kewajiban perusahaan pada satu periode tertentu.

12.6. Analisis Kelayakan

Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu usaha
layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari beberapa aspek keuangan. Kriteria ini sangat
tergantung dari kebutuhan masing-masing dan metode mana yang digunakan. Setiap metode
yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.

Dalam penilaian suatu usaha hendaknya penilai menggunakan beberapa sekaligus.


Artinya semakin banyak metode yang digunakan, maka akan semakin memberikan gambaran
yang lengkap sehingga diharapkan memberikan hasil yang akan diperoleh menjadi lebih baik.

Adapun kriteria atau teknik yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
usaha atau investasi antara lain : Average Rate of Return (ARR), Payback Period (PP), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Probabilitas Index (PI).

12.6.1. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital atau Discount Rate

Nilai Discount Rate yang dimasuk menjadi parameter dalam kelayakan investasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala. Berdasarkan asumsi nilai discount rate untuk NPV adalah
10%.

Studi Kelayakan XII-5


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

12.6.2. Perhitungan Internal Rate of Return (DCFROR/IRR)

Interst Rate of Return adalah besarnya tingkat bunga (discount interest rate) yang
menjadikan biaya pengeluaran dan penerimaan besarnya sama. Laju pengembalian ini pada
studi-studi terhadap proposal proyek yang ditawarkan dipakai sebagai alat untuk menentukan
alternatif proyek. Dengan melihat angka dari Rate of Return ini pemilik modal akan dapat
menyimpulkan yang dimodali menguntungkan atau tidak.

Karena dalam perhitungan tidak dipengaruhi oleh suku bunga komersil yang berlaku
sehingga sering disebut IRR (Internal Rate of Return). Dengan demikian bila ternyata hasilnya
lebih besar (>) dari suku bunga komersil yang berlaku, maka sering disebutkan bahwa proyek
tersebut menguntungkan, tetapi bila lebih kecil (<) maka dianggap rugi.

Prosedur perhitungan Rate of Return dimana PV untuk semua biaya = PV untuk semua
penerimaan. IRR dapat lebih mudah dicari dengan trial and error dengan pertama-tama
menjumlahkan cash flows (CF) dari semua biaya pengeluaran dan penerimaan. Bila hasilnya
negatif maka dapat diketahui bahwa proposal yang diajukan tidak Iayak karena sebenarnya
dengan penjumlahan CF ini kita telah melakukan prosedur perhitungan dengan besarnya IRR
(atau nilai i) diatas nol. Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan,
digunakan analisis IRR.

IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan
proyek (Soekartawi, 1996). Penggunaan Investasi akan Iayak jika diperoleh IRR yang
persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, karena proyek
berada dalam keadaan yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak Iayak untuk
dilaksanakan. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i1 persen

NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i2 persen

i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

Studi Kelayakan XII-6


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

Berdasarkan hasil perincian biaya penambangan, selanjutnya disusun Proyeksi


Aliran Kas. Proyeksi Aliran Kas dipergunakan untuk menentukan tingkat keuntungan proyek
ini dengan meIihat besar keuntungan yang didapat. Dalam aliran kas, hasil perhitungan biaya
produksi digabungkan dengan pendapatan dan kas untuk proyek berjalan selama 10 tahun.
Adapun kriteria penilaian yang dipergunakan adalah nilai netto sekarang (net present
value/NPV).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV positif, sehingga disimpulkan bahwa
kegiatan penambangan nikel oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala untuk menghasilkan
material ore dinilai ekonomis.

12.6.3. Perhitungan Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi mempakan cara yang praktis untuk
mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV selisih antara Present Value dari
arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya (Soekartawi, 1996).

Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif
atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang
dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang Diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya
total yang dikeluarkan. NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari
manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

t = lamanya waktu investasi

i = tingkat bunga

Studi Kelayakan XII-7


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

12.6.4. Perhitungan Pay Back Period (PBP)

Tingkat pengembalian invéstasi diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi


yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Menghitung Payback
Period tidak perlu memperhitungkan tingkat bunga dan Present Value dengan menggunakan
disccount factor. Penghitungan Payback Period hendaknya dilakukan setelah menghitung IRR
dan kriteria nvestasi lainnya. Semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka proyek
Iayak untuk diusahakan dan sebaliknya semakin lambat investasi yang digunakan itu
dikembalikan maka proyek tidak Iayak untuk diusahakan.

12.7. Analisa Kepekaan dan Resiko (Sensitivity)

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kepekaan usulan rencana penambangan bijih
nikel ini, akan dilakukan analisis kepekaan terhadap beberapa unsur yang pengaruhnya cukup
besar terhadap aIiran kas.

1. Penurunan Tingkat Harga Jual


Bila analisis kepekaan dilakukan dengan menurunkan tingkat harga, ternyata
penambangan bijih nikel ini masih Iayak diusahakan hingga harga nikel turun sampai 10%
dari harga awal patokan US$ 20/MT. namun dengan Payback Period yang cukup lama
serta keuntungan yang lebih kecil dari nilai investasi; Jika harga jual nikel turun hingga
20% dari harga patokan maka proyek ini sudah tidak layak lagi.
2. Kenaikan Biaya Operasi dan Produksi
Hasil perhitungan, jika biaya operasi dan produksi dinaikkan hingga 25 % makan
penambangan bijih nikel ini tidak layak lagi diusahakan.

3. Kenaikan Biaya Investasi


Berdasarkan hasiI analisis kepekaan dilakukan dengan menaikkan biaya investasi sebesar
20%, ternyata penambangan bijih nikel ini masih Iayak diusahakan.

12.8. Penerimaan Negara

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan


bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan yang berasal dari penerimaan
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luar
negeri.Penerimaa Negara akan cenderung meningkat dengan semakin konsistennya kegiatan
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.

Studi Kelayakan XII-8


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BAB XIII
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kelayakan IUP eksplorasi PT. Wahida Persada dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. PT. Maghantara Multimedia Nusaphala sebagai pemegang izin IUP eksplorasi


berdasarkan Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor 540.2 /SK.019/DESDM/V/2009
Tanggal 11 Mei 2009 tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala seluas 2.318 Ha. terletak di Desa Labota dan
padabaho Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah
2. Estimasi sumber daya tereka sekitar 90.000.000 Ton sehingga dengan kapasitas
produksi 1.000.000 ton/tahun maka umur tambang sekitar 30 Tahun.
3. Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open cast) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah :
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (stripping), dan penggalian
nikel (excavating). Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk,
dilakukan penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara yang aman dari
kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan
reklamasi. Teknik penggalian nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi
yang rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down dip).
4. Pemantuan dan pengelolaan lingkungan hidup akan terus dilakukan dengan mengacu
pada dokumen Amdal yang akan disusun kemudian setelah studi kelayakan ini.
5. Hasil analisis kelayakan, dimana NPV positif, IRR lebih besar dari IRR minimum dan nilai
PBP lebih kecil dari umur tambang, maka dapat disimpulkan bahwa rencana
penambangan bijih nikel oleh PT. Maghantara Multiguna Nusaphala layak secara
ekonomi.

Studi Kelayakan XIII-1


PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

LAMPIRAN

Studi Kelayakan
122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E

2°52'0"S
2°52'0"S

PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah

PETA LOKASI KEGIATAN

0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km

SKALA 1:50.000

Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM


Georeferensi : WGS84

2°54'0"S
2°54'0"S

Sistem Grid : Geografi


Catatan:
Batas administrasi merupakan batas indikatif

Legenda Keterangan Tematik


Jalan Lokasi Kegiatan
Sungai
Laut & Garis Pantai
Pemukiman

Bahodopi

2°56'0"S
2°56'0"S

SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009

PETA SITUASI

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S 2°30'0"S


SULAWESI SELATAN

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S


SULAWESI TENGAH

2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

Lokasi yang dipetakan

Perihal Tanda Tangan Tahun Ukuran Kertas

Direktur Utama 2010 A3

122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E


122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E

2°52'0"S
2°52'0"S

PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah

PETA GEOLOGI

±
Formasi Tomata

0 0,375 0,75 1,5 2,25


Km

SKALA 1:50.000
Formasi Tomata
Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM
Georeferensi : WGS84

2°54'0"S
2°54'0"S

Sistem Grid : Geografi


Catatan:
Batas administrasi merupakan batas indikatif

Legenda Keterangan Tematik


Jalan Lokasi Kegiatan
Sungai
Laut & Garis Pantai
Pemukiman

Formasi Geologi
Formasi Toloka
Formasi Tomata
Formasi Toloka
Kompleks Ultramafic

2°56'0"S
2°56'0"S

SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
Kompleks Ultramafic
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Peta Landsystem Provinsi Sulawesi Tengah, Skala 1 : 250.000
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009

PETA SITUASI

Formasi Toloka 121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S 2°30'0"S


SULAWESI SELATAN

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S


SULAWESI TENGAH

2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

Lokasi yang dipetakan

Perihal Tanda Tangan Tahun Ukuran Kertas

Direktur Utama 2010 A3

122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E


122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E

2°52'0"S
2°52'0"S

PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah

PETA TOPOGRAFI

0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km

SKALA 1:50.000

Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM


Georeferensi : WGS84

2°54'0"S
2°54'0"S

Sistem Grid : Geografi


Catatan:
Batas administrasi merupakan batas indikatif

Legenda Keterangan Tematik


Jalan Lokasi Kegiatan
Sungai
Laut & Garis Pantai
Pemukiman

Ketinggian Tempat

2 - 93 mdpl 468 - 598 mdpl


93 - 225 mdpl 598 - 729 mdpl
225 - 346 mdpl 729 - 880 mdpl
346 - 468 mdpl 880 - 1162 mdpl

2°56'0"S
2°56'0"S

SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009

PETA SITUASI

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S 2°30'0"S


SULAWESI SELATAN

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S


SULAWESI TENGAH

2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

Lokasi yang dipetakan

Perihal Tanda Tangan Tahun Ukuran Kertas

Direktur Utama 2010 A3

122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E


122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E

2°52'0"S
2°52'0"S

PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA


m
250

20
0
200 m

150 m
50 50
0
STUDI KELAYAKAN

250
m 0

30
0m m
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
10

150
m
m

m
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
0
30

150 m

m
550 m
35
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali

m
100 m
650
Provinsi Sulawesi Tengah

m
550
15
m

0
50
0
m
PETA KONTUR
20
0 m

±
m
250 m 250

600

700
60
70 300 m

m
0 500 m

0
m

m
m

100 m
0 0,375 0,75 1,5 2,25
Km

SKALA 1:50.000

50 m
700
m Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM
Georeferensi : WGS84

2°54'0"S
2°54'0"S

750 m
500
Sistem Grid : Geografi

10
70
400

0
0

m
Catatan:

m
400 m

m
Batas administrasi merupakan batas indikatif

150 m
50

600
m

75
0
500

m
800
m
20 20 Legenda Keterangan Tematik
m

0 0 m
m m 0
50

Jalan
350 m 20 Lokasi Kegiatan
m 5

Sungai

1000 m

950
Laut & Garis Pantai
0
50

Pemukiman

1050
m
m
m m
Kontur Interval 50 m
0 0
15

00
45 m

m
11
0
30
Kontur Minor

Bahodopi
Kontur Mayor
45
0
m
10

600
00
m

m
950 m
0

55

550 m
80

10

0 m m
0
50

25

2°56'0"S
500 m
2°56'0"S

65
m 1050 m 450 m 0 m
m

SUMBER PETA :

m
00
m

11
0

0
250 m
1000

105

60
750 m 1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
m 80
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
1050 m

0 700 0
55
1150

m m
3. Data Digital Elevation Model
80

1100 m
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
0
m

m
1100

50
m

0
0

m m
85

0 m
90 0
m

65 m
750
0m 800 m PETA SITUASI

500 m
105 750 m

m
0
550 m

50
650 m 700 m 121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S 2°30'0"S


700

m 300 m SULAWESI SELATAN


m

0 400
30

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S


700 m
800

m
1000 m
85 SULAWESI TENGAH
0
800 m

m
m
m

0 m m 10
85 0 0m 0
0

80 100 95 00
80
1000
m

m m

2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S

0
85
0
850 m

70
800 m

1000 m
80

950 m

1050 m 250 m
m

150
800 m

20

m
121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E
70
0

0
90

0
65

m
m
0

50
m

550
10
1000 m

Lokasi yang dipetakan


75

900 m

m
1000 m

95
0

Perihal Tahun Ukuran Kertas


m

Tanda Tangan
0

95
m

m
m

0
75

95
850 m

350 m
m
950 m

0
0
0
0

15
900

95

m
Direktur Utama
m

2010 A3
m

122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E


122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E

2°52'0"S
2°52'0"S

PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah

PETA KEMIRINGAN LERENG

0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km

SKALA 1:50.000

Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM


Georeferensi : WGS84

2°54'0"S
2°54'0"S

Sistem Grid : Geografi


Catatan:
Batas administrasi merupakan batas indikatif

Legenda Keterangan Tematik


Jalan Lokasi Kegiatan
Sungai
Laut & Garis Pantai
Pemukiman

Kelas Lereng
2 - 8 % (Datar)
8 - 15 % (Landai)
15 - 25 % (Agak Curam)
25 - 45 % (Curam)
> 45 % (Sangat Curam)

2°56'0"S
2°56'0"S

SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009

PETA SITUASI

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S 2°30'0"S


SULAWESI SELATAN

3°15'0"S 3°0'0"S 2°45'0"S


SULAWESI TENGAH

2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S

121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E

Lokasi yang dipetakan

Perihal Tanda Tangan Tahun Ukuran Kertas

Direktur Utama 2010 A3

122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E


BT]PATI MOROWALI
Komplex Perkantoran Bumi Fonuasingko
Telp. (041 1) 402355, 402356 Fax. (041 1) 402356 SUNCKU

KEPUTUSAN BUPATI MOROWAL.I


NOMOR : 5Io.z/sr<. otj / rrrotq/v / zq
TENTANG

PERSETUJUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI


KEPADA PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

BUPATI MOROWALI,

Menimbang ., bahwa setelah berlakunya undang-undang Nomor 4Tahun 2009


tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, mengharuskan
dilakukannya penyesuaian perizinan dari ketentuan undang-Undang
Nomor 11 Tahun 7967 tentang pokok-pokok pertambangan Kepada
undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 yang meliputi lzin usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan IUp Operasi produksi;

bahwa PT. MAGHANTARA MULTiMEDIA NUSAPHALA terah


mendapatkan Persetujuan Pencadangan wilayah berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Morowali Nomor 540/SK_
PW.039/Distamben/ll/2008 tanggal t 1 Februari 2008 tentang
Persetujuan Pencadangan wilayah untuk Lokasi pertambangan pr.
MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA sehingga terah
memenuhi syarat untuk diberikan persetujuan IUp Eksplorasi;

c. bahwa berdasarkan point a dan b di atas, maka perlu ditetapkan daram


Surat Keputusan Bupati ;

Mengingat : 1.undang-undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang ketenagakerjaan


(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3817);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentans pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor r25, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2005 tentangpenetapan peraturan pemerintah
Pengganti undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor r0g, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4548)
1
J. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman Modal
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 67 , Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4724);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4725);
5. Undang-Llndang Nomor 20 Tahun 200g tentang usaha Miko, Kecil
dan Menengah (Lembaran Negara RI Tahun 200g Nomor 93,
l'ambahan Lembaran Negara RI Nomor ag66);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan Minerai
dan Batubara (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4959);
7.
undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 re,tan! pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (l-embaran Negara RI Tahun 2009 Nomor i30,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 50a9);
B. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun lggg tentang Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun
1999 Nornor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomoi 3g3g);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang perubahan
Kedua atas Peraturan Nomor 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan
Undang-undang Nomor l1 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertarnbangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 141);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian
urusan Pemerintah antara pemerintah pusat, pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupatedl(ota (Lembaran Negara Rl
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 200g tintang Rencana Tata
Ruang wilayah Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 200g Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4g33);
1 3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 5 Tahun 201 0 tentang penyeleng garaan
Penataan Ruang (Lembaran Negara R[ Tahun loto'Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5103);
14. Peraturan Pemerintah Nomor zz rahun 20lo tentang wilayah
Perlambangan (Lembaran Negara Ri rahun 2or0 No.no. 28,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5110);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
Kegiatan usaha Pertambangan Mineral dan Batubaia (Lembaran
Negara RI Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5111);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan pengeloiaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Rl Tahun 2010 Nomor 85,
Tambahan I-embaran Negara RI Nomor 5l4Z);
17. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2g rahun
2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa pertambangan Mineral dan
Batubara (Berita Negara RI Tahun 2009 Nomor 3al
)J
18. Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor 540/sK-
PW.039/Distamben/rr12009 tanggar 11 Februari 20og rentang
Persetujuan Pencadangan wilayah untuk Lokasi pertambangan pr.
MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA .

Memperhatikan : Surat Direktur PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA


Nomor 05/MMN/iIl2008 tanggal 07 Februari 200g perihal permohonan
Pencadangan Wilayah Pertambangan..

MEMUTLTSKT{N

Menetapkan KEPUTUSAN BUPATI MOROWALI TENTANG PERSETUJUAN IZIN


USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT.
MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
KESATU : Memberikan Izin Usaha pe:rtambangan Eksplorasi kepada :
Nama Perusahaan PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA
NUSAPHALA
Nama Direktur ALIE CENDRAWAN
Niiai Saham Perusahaan Rp.750.000.000,-

Pemegang Saham
l. Nama ALIE CENDRAWAN
Nilai Saham Rp. 675.000.000,-
Pekerjaan Swasta
Alamat Jln. KH. MAS MANSYUR II B NO.l7
RT.O15/RW.004 Kel. Duri Pulo, Kec. Gambir
Jakafia Pusat
Kewarganegaraan Indonesia

2. Nama MERRY TANDIONO


Nilai Saham Rp. 75.000.000,-
Pekerjaan Swasta
Alamat Jln. KH. MAS MANSYUR II B NO.17
RT.0i5/RW.004 Kel. Duri Pulo, Kec. Gambir
Jakarta Pusat
Kewarganegaraan Indonesia

Alamat Perusahaan JIn. KH. MAS MANSYUR II B NO.17


RT.0151RW.004 Kel. Duri Pulo, Kec. Gambir
Jakarta Pusat

Komoditas NIKEL DMP.

Lokasi Penambangan :

Desa Labota dan Padabaho


Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali
Propinsi Sulawesi Tengah
Kode Wilayah MV/218
Luas 2.3 l8 Ha

Peta dan daftar koordinat wIUp yang diterbitkan oleh Bupati Morowali
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Klputusan ini.
Lokasi Eksplorasi : Desa Labota dan padabaho
jilEH : 8 rahun
;1[* ffi'si.'.:lEkprorasi
a. Penyelidikan Umum selama 2 Tahun
b. Eksplorasi Selama 5 Tahun
c. Studi Kelayakan selama I Tahun

KEDUA : Pemegang IUP Eksplorasi mempunyai hak untuk melakukan kegiatan


penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan dalam WIUp untuk
jangka waktu 8 Tahun d,an dpabila dlam WIUP terdapat Kawasan
Hutan
(Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi tetap dan
Hutan produksi yang daput di Konversi dan areal lzin Usaha
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), maupun perijinan lainnya
yang sah menurut peraturan perundang-undangan dilarang melukukan
kegiatan apapun sebelum mendapat izin dsri pejabat yang berwenang.
KETIGA IUP Eksplorasi ini dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain ranpa
persetuj uan Bupati Morowali.
KEEMPAT PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA sebagai pemegang
IUP Eksplorasi dalam melaksanakan kegiatannyu .n"n pulyai hak dan
kewajiban sebagaimana tercantum daram lampiran III Keputusan
ini.
KEt,IMA Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kerja setelah diterbitkarmya
Keputusan ini sudah harus menyampaikan rencana kerja dan anggaran
biaya kepada Bupati Morowaii.
KEENAM Terhitung sejak 90 (sembilan puluh) hari kerja persetujuan rencana
kerja
dan anggaran biaya sebagaimana dimaksud - dalam diktum Kelima
Pemegang IUP Eksplorasi sudah harus memurai aktifitas di rapangan.
KETUJUH mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan iaka IUp
1*!u
Ekplorasi ini dapat diberhentikan r"*"nturu, dicabut, atau dibatalkan,
apabila pemegang IUP Eksplorasi tidak memenuhi kewajiban dan larangan
sebagaimana dimaksud dalam diktum Ketiga, Keempat, Kerima
daram
Keputusan ini.
KEDE,LAPAN Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebigaimana
mestinya.

Ditetapkan di :
Tanggal: tt uls^ au9

Tembusan disampaikan kepada yth :


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta;
I
2. Menteri Keuangan di Jakarla;
3. Sekretaris Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Jakarta;
4. Ispektur .lenderal Depafiemen Energi dan Sumber Daya Mineral didiJakafta;
5. Direktur Jenderal pajak, Departemen Keuangan di Jakarta;
6. Direktur .Ienderal perbendaharaan, Departemen Keuangan di Jakarta;
7. Direktur .lenderal Pendapatan Daerah, Departemen Dalam Negeri di Jakarta;
8. Gubernur Sulawesi Tengah di palu;
9" Kepala Biro Hukum dan Humas/Kepara Biro Keuangan/Kepala
Biro
Perencanaan dan KerjasamaLuar Negeri, seden Def,artemen
Energi dan
Sumber Daya Mineral di Jakarta;
10. Sekretaris Direktorat Jenderar Mineral, Batubara dan panas
Bumi
di Jakarta;
1 Direktur
1- Teknik dan Lingkungan Mineral, Batubara dan panas Bumi di Jakarta;
12. DirekturPembinaan program Mineral, Batubara dan panas Bumi di Jakarta;
13. DirekturPembinaan pengusahaan Mineral dan Batubara di Jakarta;
14' DirekturPajak Bumi dan Bangunan, Departemen Keuangan di Jakarta;
15. Kepala Dinas Energi dan Sumber DayaMineral, prop.
silawesi rengah di palu;
16. Kepala Dinas Energ_i dan Sumber Daya Minera,
rau. Morowari di BLgku;
17. Direksi PT. MAGHANTARA MULTIMEDIANUSAPHALA
di lakaia
hAAPE/
OO!.!d'EE
-za -
E!: E 3 A mJH 3
N I ' J,J E
;i d rc=r
=::t=6
,;a .. ..?=.
1
rca -vl9
-{:
!= og
-(-:,-
^=: AN
a .. >.\lr'l
NT
x.-D I i 8g\c
l.S:
-) >
z6
z' ,J o
io^
J { !l o
>eF 4
\3
2.7
p 3
-.1
=-
7 N
-
a: I
-? t!
F1

/>
z
-a
)'

OF
'.1 E 'U NE@
an _-c
rca
@= I ETBTffiEE FE E
!EEI < > r:E r:c o t'9, z !Fs
(J J
2 qa>o leE9c-9>aao
U HgEgHH.HJ> *'
ll'1 r^v!!trd=; tE
xa
aaBEX
lE -F*-xi
iE <62
sl ix
gc
"l
x;! <:2Z9Ntl x!;cF
!.lE<ra F
> r: s a =r *ll zbltEr
3 g;= * 'll
I =r:={
r36wFL
EP >€b
q; -I.. EgEFiE
EX
ts9
!,
:d
<; Eo
"ll"= iSeEEE
Fn- II FqETEX
s ia
:5*
= ; -n :l
c IE f'J II HEFIE
:e9 EU f;iEFf;
: 2
- ^li
!8"; ll\-
2 IF
t>
ZE
i
LAMPIRAN II
Surat Keputusan (SK) Bupati Morowali
Nomor: 40 .o/ gv.ag / )q,Drl.l V I a<y,
Tanggal: tt Mli W9
KOORDINAT WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) EKSPLORASI
PT. MAGI{ANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA

LOKASI
PROVINSI SULAWESI ENGAH
KABUPATEN MOROWALI
KECAMATAN BAHODOPI
DESA LABOTA DANPADABAHO
KOMODITAS NiKEL DMP
. LUAS WTLAYAH 2.318 Ha
KODE WILAYAH MW2t8

GARIS BUJTJR GARIS LINTANG


(BUJURTIMUR(BT) LINTANG SELATAN(LUY
NO.
LINTANG SELATAN(LS)
BT LUILS
I t22 6 48.26 BT 2 55 48.70 LS
2 122 6 48.26 BT 2 >t 43_92 LS
J 122 5 6.99 BT 2 57 43.92 LS
4 122 5 6.99 BT 2 55 48.70 LS
5 r22 6 28.94 BT 2 55 48.70 LS
6 t22 6 28.94 BT 2 30.71 LS
7 122 6 58.07 BT 2 55 30.77 LS
8 t22 6 58.07 BT 2 55 9.19 LS
9 122 6 28.94 BT 2 55 9.t9 LS
10 122 6 28.94 BT 2 54 45.89 LS
11 t22 6 6.67 BT 2 54 45.89 LS
t2 122 6 6.67 BT 2 54 31.84 LS
13 122 5 5t.25 BT ") 54 31.84 LS
t4 122 5 51.2s BT 2 54 23.62 LS
15 122 5 26.58 BT 2 54 23.62 LS
t6 t22 5 26.s8 BT 2 54 8.00 LS
l7 t22 5 15.82 BT 2 54 8.00 LS
l8 t22 5 15.82 BT 2 53 30.s1 LS
19 t22 5 7.23 BT 2 53 30.51 LS
20 122 5 7.23 BT 2 53 18.82 LS
21 t22 5 21.22 BT 2 53 18.82 LS
22 122 5 21.22 BT 2 53 3.34 LS
23 122 5 35.43 BT 2 53 3.34 LS
24 122 5 35.43 BT 2 52 58.87 LS
25 122 6 39.0s BT 2 52 58.87 LS
26 122 6 39.0s BT 2 53 42.20 LS
27 122 6 47.99 BT 2 53 42.20 LS
28 122 6 47.99 BT 2 53 50.46 LS
29 122 7 3.12 BT 2 53 50.46 LS
30 122 7 3.12 BT 2 54 1Q.48 LS
31 122 7 25.38 BT 2 54 10.48 LS
32 122 7 25.38 BT A;i ;\r 48.70 LS

rFm,
LAMPIRAN III

Surat Keputusan (SK) Bupati Morowali


Nomor , Vi.a/ s"-o\91 gwonl,{/'rq
Tanggal
' \\ t'lri gag
Hak dan Kewajiban:
A. Hak
1. Mamasuki WTUP sesuai dengan peta dan daftar koordinat pada batas terdekat dengan
daratan sesuai garis pantai.
2. Melaksanakan kegiatan ruP eksplorasi (penyelidikan umurn, ekplorasi, studi
kelayakan dan AMDAL) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Membangun fasilitas penunjang kegiatan IIIP Eksplorasi (penyelidikan urmr1,
ekplorasi, studi kelayakan dan AMDAL) didalam WTup;
4. Dapat mengajukan permohonan untuk sewaktu-waktu menghentikan kegiatan
eksplorasi disetiap bagian atau be.berapa WTTIP dengan alasan bahwa kelanjutan dari
kegiatan eksplorasi tersebut tidak layak atau praktis secara komersial mauprm karena
keadaan kahar, keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan;
5. Mengajukan permohonan pengusahaan min€ral lain yang bukan merupakan asosiasi
mineral utama yang diketemukan dalam WIUp;
6. Mengajukan pernyataan tidak berminat terhadap pengusahaan mineral lain yang bukan
merupakan asosiasi mineral utama yang diketemukan dalam WIUp; :
7. Memanfaatkan sarana-dan prasarana umum untuk keperluan kegiatan IUP Eksplorasi '
(penyelidikan runum, ekplorasi, studi kelayakan dan AMDAL) setelah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan
8. Mengajukan permohonan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan
penjualan atas mineral atau batubara yang tergali;
9. Mengajukan permohonan tertulis untuk melarijutkan atau tidak melanjutkan ke tahap
kegiatan IIIP Operasi Produksi pada sebagian atau beberapa wilayah dalam WTUP.

B. Kewajiban
1. Memilih yurisdiksi pada Pengadilan Negeri tempat dimana lokasi WIUP berada;
2- Mendirikan kantor perwakilan dilokasi tempat dimana wIUp berada;
3. Melaporkzur rencana investasi;
4- Menempatkan sejumlah dana sebagai jaminan pelaksanaan untuk kegiatan Eksplorasi
dalam bentuk deposito sebesar US. $ 1.00.000 pada Bank Pemerintah yang ditunjuk
oleh dan atas nama Bupati Morowali sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. Menyampaikan RKAB selambat-lambatnya pada bulan November yang meliputi
rencana tahun depan dan realisasi kegiatan setiap tahun berjalan kepada Bupati dengan
tembusan kepada Menteri dan Gubernur
6. Menyampaikan Laporan Kegiatan Triwulanan yang harus diserahkan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah akhir dari triwulan takwim secara berkala kepada
Bupati dengan tembusan Menteri dan Gubernur;
7. Apabila ketentuan batas waktu penyampaian RKAB dan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada angka 5 (lima) dan 6 (enam) tersebut diatas terlampir, maka kepada
pemegang IUP Eksplorasi akan diberikan peringatan tertulis;
8. Menyampaikan Rencana Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat sekitar
wilayah pertambangan sebagai bagian dari RKAB kepada Bupati Morowali;
9. Memenuhi ketentuan perpajakan sesoai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. Membayar Iuran Tetap setiap tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
11. Menyusun AMDAL atau UKIAIPL sesuai ketentuan paeaturan perundang-undangan
dan merupakan bagian dari dokumen studi kelayakan lingkungan; ,
12. Menyusun dokumen reklamasi dan dokumen pascatambang sesuai ketentuan
peraturan perundang-und arrgarr;
13' Menyampaikan dokumen rencana pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
14' Menempatkan dana jaminan reklamasi dan pascatambang
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
15' Mengangkat seorang Kepala Teknik rambang yang
bertanggungjawab atas Kegiatan
IUP Eksplorasi, Keselamatan, dan Kesehata;ii"4l
Lingkungan pertambangan;
r"rt#i*;" ;;;"e"[r*,
16' Permohonan Peningk{a]l
IUP Eksplorasi unutk IUP operasi produksi harus diajukan
paling lambat 3 (tiga) bulan sebeium berakhimyu rn*u izin ini dengan ditengtapl
persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-un6angan;
17' Kelalaian atas ketentuan teisebut pada-butir
io , r"""grtibatkan IUp Eksplorasi
berakhir menurut h** dan segali u,sf1 nertamtanga;dih"ntikan. oar*l*gr."
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya"keputusan
ini pemegang IUp
harus mengangkat keluar segala sesuatu yang menjadi
milikny4 kecuali benda-
benda/bangunan yang dipergrrnat n,ritut t"p""tirrg* umum;
-bgngrrnan
18. Menerapkan kaidah pertamban[inyang baik;
19' Mengelola keuangan sesuai dengansystem
akuntansi Indoruresia;
20' Melaporkan pelaksan*n p"tg"-bangan dan permberduy*
secara berkala; -u.yarakat setempat
21'Melaporkan dan menjaga kelestarian firngsi dan
daya dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuai dengan ketenfuan perafuran perundang-undangan;
22. Mengutamakan pemanfaatan tenaga lerja setemput,
sesuai dengan ketentuar peraaturan perundang_und*g*;
u*irg dan jasa daram negeri
^- Mengikutsertakan
23'
... ,x
seoptimal *.r.,gLi, pengusaha lokal yang ada didaerah tersebut;
24'Mengutarnakan penggunaan perusahu*
Juru p"rturu*!"* lokal danlatau nasional
serta menyampaikan data pelaksanaan penggunaan .,saha
berkala atau sewaktu-wakru apabila diperlukari;- .ia.a penunjang ,""u.u
Z''Dilatang melibatkan anak perusahaui a*tat* afiliasinya
dalam bidang usaha jasa
perltambangan di wIUp yang diusahakannya,
_
26' Menyerahkan seluruh data hasil kegiatan iup
kecuari den[an izin Menteri;
H..proiuri r."puau Bupati dengan
tembusan Menteri dan Gubernur
27'Melaporkan pelaksanaSn-pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setempat
sebagai bagian laporan berkalaf
28. Memberikan ganti rugi kepada pemegang hak
atas tanah dan tegakan yang terganggu
akibat kegiatan ItIp Eksplorasi;
29' Mengajukan permohonan penghentian kegiatan
IUP eksplorasi dan pengembalian
WIUP;
30" Melaporkan mineral atau batubara yang tergali
pada saat pelaksanaan kegiatan IUp
Eksplorasi;
3l' Menyampaikan la.poran akhir kegiatan ItrP Eksplorasi yang
berupa laporan akhir
kegiatan penyelidikan umum, laporan akhir kegiatan
laporan akhir studi
kelayakaan termasuk laporan pemetaan untuk sei-wuh "ropio*.i,
wnip v"g *i"r-iri"]"rip"ti
:

a' Peta-peta yang menunjukkan semua tempat dalam


wilayah kegiatan eksplorasi
dimana pemega}g.lu-p terah mengadakan plmbo.rn
.b' salinan daftar dari lubang-lubanfbor (dritngzog aan
utrr, -"rggali sumur-sum,r;
s;ur-sumur tersebut serta
hasil pemeriksaan dari contoh yang terah aiamuit
c. Salinan dari setiap peta geologi d"ngm skara
f,* ai*airu;
geokimia dari wilayah kegiataneksplorasi;
r , 50;-0;'dan geofisika serLa
d. Peta topografi dengan skala I : SO.OO0
32. Melaporkan studi kelayakan, mencakup-:
a' Suatu penyelidikan geologi yang mendalam dan membuktikan
endapan-endapan
bijih dalam wrup termasuk cadangan-cadangan bijih/batubara yang terukur,
terunjuk dan terkira-.sepanjang diperlukan uaEi taayarcan
ekorromi." aarifuau
pengusahaan untuk- dipertimbangkan dan p"rrgrr]
i*-penguj ian ."* p"rg*riil*
contoh endapan-endapan yang bernilai tersebui r"rrui
dJngan rencana kerja yang
telah disetujui;
b' Suatu pengamatan yang terinci mengenai lokasi untuk kegiatan
lq
operasi yang termasuk
iffi*rasi
c.Suatu studi kelayakan teknis dan ekonomis mengenai penambangan, pengangkutan,
pemuatan dan pengapalan bijih/batubara, konsentrat-konsentrat dan hasil dalam
bentuk lain dari WIUP, termasuk penyelidikan teknis tentang kemungkinan lokasi
pelabuhan, jalan-jalan penghubung dari tambaag kepelabuhan sungai dan cara
pengangkutan lain yang cocok;
d. Suatu penyelidikan tentang setiap kemungkinan pengaruh pengangkutan dengan
menggunakan tongkang atau kapal;
e. Suatu penyelidikan tentang lokasi dan rencana bangun lapangan terbang dan
termasuk fasilitas pelabuhan dan pendaratan, apabila dianggap perlu;
f. penyelidikan dan perencanaan bagi pengembangan suatu yang berhubungan dengan
kemungkinan tetap yang sesuai, termasuk rancang bangun fasiiitas perumahan dan
fasilitas sosial, kebudayaan dan kemasyarakatan sejauh diperlukan untuk memenuhi
kebutrihan masyarakat yang mungkin berkembang akibat kegiatan-kegiatan
perusahaan dalam waktu 5 (lima) tahun setelah dimulainya periode operasi;
g. Suatu studi tentang kebutuhan..tenaga kerja dikemudian hari untuk pengusahaan
dengan rnemperkirakan jenis -dan lamanya pelatihan yang diperiukan untuk
menjamin penggantian tenaga kerja asing oleh tenaga kerja indonesia dan
penggunaan tenaga kerja setempat semaksimal mungkin sejalan dengan operasi
yang amar dan efisien dari pengusahaan; '
h. Studi dampak frsik mengenai pengaruh yang akan timbul terhadap lingkungan
hidup sebagai akibat perusahaan, studi tersebut akan dilakukan dengan
berkonsultasi dengan'konsultan independen yang memenuhi persyaratan; :,

i. Suatu penyelidikarr tentang jumlah dan jenis usaha setimpat yang mungkin,
diperlukan untuk melayani kebutuhan pengusahaan dan pemukiman tetap ylng
mungkin berkembang dalam jangka waklu 5 (lima) tahun setelah dimulainya
kegiatan operasi produksi;
j. Penelitian metalungi dan pemasaran untuk menentukan kemampuan hasil perolehan
mineral dan penjualannya serta kontrak penjualannya;
k. Penelitian pemasaran untuk menentukan kemampuan hasil perolehan batubara dan
kemungkinan penjualan batubara yang telah ditingkatkan mutunya serta persyaratan
kontrak yang sesuai terhadap produk yang dapat dijuat;
l. Suatu penyelidikan pendahuluan tentang kelayakan mendirikan fasilias peleburan
dan pemumian, yang cukup untuk memperkirakan modal dan biaya operasi serta
kemungkinan sumber tenaga listrik yang diperlukan dikemudian hari;
m. Suatu analisa keuangan yang menyeluruh, berdasarkan kriteria yang tepat untuk
suatu usaha pertambangan, atas lairan kas, (cash Jtow) yang prospek dan tingkat
pengembaliarr (rate of rotum) dari pengusahaan;
n. Suatu penyelidikan tentang fasilitas penyediaan air yang sesuai unhrk keperluan
usaha pertambangan, industri dan pemukim afi tetap;
o. studi dan penyelidikan yang lengkap sehubungan dengan hal-hal berikut :
1). Kelayakan dan biaya unhrk membangun fasilitas telekomunikasi yang sesuai;
2). Kelayaka dan biaya pembangunan serta fasilitas pengoperasian untuk
penyediaan tenaga listrik yang diperlukan bagi konstruksi, penambangan,
industry dan pemukiman tetap sehubungan dengan pengusahaan;
3). Kelayakan dan biaya untuk pembangunan instalasi air yang sesuai dengan
kebufuhan pengusahaan.

li*,";iril#"?iliTffr ffiTi}frr",1t*;:il:lketenruanperaturanperundang_
undangan.

Z-u P a-\
Q.--:-r'

Anda mungkin juga menyukai