STUDI KELAYAKAN
PERTAMBANGAN NIKEL
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Kelayakan merupakan kajian yang dilakukan pada tahap kegiatan eksplorasi.
Studi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi dan kelayakan kegiatan
penambangan yang akan dilakukan. Penyusunan studi kelayakan mengacu pada Surat
Keputusan Bupati Morowali Nomor 540.2/SK.019/DESDM/IX/2009 Tanggal 11 Mei 2009
tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala yang sebelumnya telah dikeluarkan pula Surat Keputusan Bupati
Morowali Nomor : 540/SK-PW.039/DESDM/II/2008 Tanggal 11 Februari 2008 tentang
Persetujuan Pencadangan Wilayah untuk Lokasi Pertambangan PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala.
Lokasi Wilayah IUP PT. Maghantara Multimedia Nusaphala terletak di Desa Labota
dan Padabaho Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dengan
Kode Wilayah MW218 seluas 2.318 Ha. Secara geografis terletak pada 12205’6,99” BT -
12207’25,38” BT dan 2052’58,87” LS - 2057’43,92” LS. Berdasarkan hasil penyelidikan yang
diperoleh, bahwa hingga saat ini masih belum bisa untuk penentuan seberapa besar kadar
dan volume laterit yang potensial untuk dieksploitasi. Akan tetapi daerah penyebaran laterit
yang memiliki indikasi potensi endapan laterit adalah setengah luas IUP atau seluas 1.150
Ha. Dari luasan penyebaran laterit dan estimasi ketebalan ore 5 meter dan nilai densitas 1.5,
maka estimasi sumber daya tereka sekitar 90.000.000 Ton.
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open cast) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah :
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (stripping), dan penggalian
nikel (excavating). PT. Maghantara Multimedia Nusaphala tidak berencana untuk
membangun industri pengolahan dan pemurnian mineral. Kegiatan pemasaran dilakukan
dalam bentuk raw material yang akan dipasarkan di dalam dan di luar negeri.
Studi Kelayakan i
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala juga akan merekrut tenaga kerja dalam
jumlah besar yang akan diterima secara bertahap. Tenaga kerja yang diterima dapat
berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap dengan jumlah total
setelah tambang beroperasi konstran mencapai 410 orang.
Akhir dari proses penambangan nikel adalah pemasaran. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala akan melakukan pemasaran hasil tambang dalam bentuk raw material ke industri
pengolaha dan pemurnian nikel baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Proses
pemasaran ini didukung oleh peningkatan kebutuhan nikel di pasar dunia.
Analisa kelayakan kegiatan penambangan bijih nikel yang akan dilakukan PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala menunjukkan bahwa NPV positif, IRR lebih besar dari
IRR minimum dan nilai PBP lebih kecil dari umur tambang, maka dapat disimpulkan bahwa
rencana penambangan bijih nikel oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala layak
secara ekonomi.
Studi Kelayakan ii
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. I-1
1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... I-2
1.3. Ruang Lingkup dan Metoda Studi .................................................................. I-2
1.4. Pelaksana Studi ........................................................................................... I-3
1.5. Jadwal Waktu Studi ...................................................................................... I-3
BAB II KEADAAN UMUM
2.1. Lokasi dan Luas Wilayah IUP ......................................................................... II-1
2.2. Keadaan Lingkungan Daerah ......................................................................... II-3
BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
BAB IV ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
4.1. Estimasi Sumber Daya .................................................................................. IV-1
4.2. Estimasi Cadangan ....................................................................................... IV-4
BAB V GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
5.1. Rekomendasi Geoteknik................................................................................ V-1
5.2. Hidrologi dan Hidrogeologi ............................................................................ V-4
BAB VI RENCANA PENAMBANGAN
6.1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan .................................................. VI-1
6.2. Rencana Produksi ........................................................................................ VI-3
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja ...................................................................... VI-6
6.4. Peralatan Tambang ...................................................................................... VI-7
6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan ........................ VI-8
6.6. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Sumber Daya pada Pascatambang ........... VI-8
BAB VII RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
BAB VIII INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN
8.1. Jenis dan Spesifikasi Infrastruktur.................................................................. VIII-1
8.2. Jadwal Konstruksi ........................................................................................ VIII-5
8.3. Rincian Biaya Konstruksi ............................................................................... VIII-5
Studi Kelayakan iv
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
Studi Kelayakan v
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
DAFTAR TABEL
Studi Kelayakan vi
PT. MAGHANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lokasi Wilayah IUP Eksplorasi PT. Maghantara Multimedia Nusaphala ... 2
Gambar 3.1. Peta Geologi Lembar Bungku ............................................................ 3
Gambar 5.1. Grafik Faktor Slope Stability .............................................................. 2
Gambar 5.2. Rekomendasi Desain Pit Tambang ..................................................... 3
Gambar 6.1. Alir Kegiatan Penambangan .............................................................. 2
Gambar 6.2. Desain Jalan Tambang ..................................................................... 6
Gambar 9.1. Struktur Organisasi Lingkungan dan K3 .............................................. 4
Gambar 9.2. Struktur Organisasi Departemen HSE ................................................. 18
Gambar 10.1. Bagan Organisasi PT. Wahida Persada.............................................. 3
Gambar 11.1. Produksi Nikel di Indonesia ............................................................. 2
Gambar 11.2. Ekspor Nikel Indonesia (juta ton) ..................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan industri untuk pemanfaatan bahan galian logam bijih nikel terus
mengalami peningkatan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga
permintaan akan pemenuhan bahan baku berupa bijih nikel juga terus meningkat. Selain itu,
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang mewajibkan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri
menyebabkan industri pengolahan dan pemurnian mineral khususnya bijih nikel yang
peningkatan yang akan diiringi pula oleh pemenuhan kebutuhan bahan baku yang besar.
Untuk mencapai sinergi antara kepentingan teknis, ekonomis, dan lingkungan, serta
untuk memenuhi aspek legal usaha penambangan bijih nikel, maka diperlukan satu studi
mendalam mengenai tingkat kelayakan usaha penambangan nikel yang akan dilaksanakan
oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.
Maksud dan tujuan dari kegiatan studi kelayakan Penambangan Nikel di konsesi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala adalah:
1) Mengkaji dan mengevaluasi data geologi, eksplorasi, kualitas Nikel untuk keperluan
perencanaan tambang.
Ruang lingkup Studi Kelayakan yang dilakukan dalam rangka perhitungan teknis dan
nilai ekonomis bijih Nikel di Wilayah Izin Usaha Pertambangan ini meliputi beberapa aspek
kajian, yaitu :
1. Kesampaian daerah ke lokasi daerah penyelidikan atau lokasi rencana penambangan.
2. Keadaan geologi; topografi; dan cadangan bijih Nikel meliputi; litologi; arah
penyebaran; kualitas kandungan mineral; serta jumlah cadangan.
3. Rencana penambangan yang mencakup metoda; tahapan pekerjaan; jenis dan jumlah
peralatan tambang.
4. Sarana jalan tambang.
5. Pelabuhan
6. Sarana penunjang, seperti; basecamp, perkantoran, workshop, warehouse, power plant,
water tower, dll.
7. Investasi dan analisa ekonomi.
8. Analisa prospek Nikel.
9. Organisasi
1. Studi kepustakaan
2. Studi laporan eksplorasi
3. Studi tata-cara dan alat penambangan
4. Studi Nikel
5. Analisa ekonomi
1. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
dan data primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan.
3. Evaluasi data, untuk menentukan kelayakan teknis dan ekonomis tentang rencana
penambangan bijih Nikel pada PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.
Daerah studi kelayakan penambangan nikel adalah Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.
BAB II
KEADAAN UMUM
Secara administrasi, lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala terletak di Desa Labota dan Padabaho Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Secara geografis, lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala berada pada koordinat:
Tabel 2.1. Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala
No Garis Bujur (BT) Lintang Selatan(LS)
₀ ‘ “ BT ₀ ‘ “ LS
1 121 6 48.26 BT 1 55 48.70 LS
2 121 6 48.26 BT 1 57 43.92 LS
3 121 5 6.99 BT 1 55 43.92 LS
4 121 5 6.99 BT 1 55 48.70 LS
5 121 6 28.94 BT 1 55 48.70 LS
6 121 6 28.94 BT 1 55 30.77 LS
7 121 6 58.07 BT 1 55 30.77 LS
8 121 6 58.07 BT 1 55 9.19 LS
9 121 6 28.94 BT 1 55 9.19 LS
10 121 6 28.94 BT 1 54 45.89 LS
11 121 6 6.67 BT 1 54 45.89 LS
12 121 6 6.67 BT 1 54 31.84 LS
13 121 5 51.25 BT 1 54 31.84 LS
14 121 5 51.25 BT 1 54 23.62 LS
15 121 5 26.58 BT 1 54 23.62 LS
16 121 5 26.58 BT 1 54 8.00 LS
17 121 5 15.82 BT 1 54 8.00 LS
18 121 5 15.82 BT 1 53 30.51 LS
19 121 5 7.23 BT 1 53 30.51 LS
20 121 5 7.23 BT 1 53 18.82 LS
21 121 5 21.22 BT 1 53 18.82 LS
22 121 5 21.22 BT 1 53 3.34 LS
23 121 5 35.43 BT 1 53 3.34 LS
24 121 5 35.43 BT 1 52 58.87 LS
25 121 6 39.05 BT 1 52 58.87 LS
26 121 6 39.05 BT 1 53 42.20 LS
27 121 6 47.99 BT 1 53 42.20 LS
28 121 6 47.99 BT 1 53 50.46 LS
29 121 7 3.12 BT 1 53 50.46 LS
30 121 7 3.12 BT 1 54 10.48 LS
31 121 7 25.38 BT 1 54 10.48 LS
32 121 7 25.38 BT 1 55 48.70 LS
Gambar 2.1. Lokasi Wilayah IUP Eksplorasi PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang terbentuk bersama
dengan dua kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan
Kabupaten Banggai Kepulauan. Bagian paling utara terdapat wilayah Kecamatan Mamosalato
dan Bungku Utara, di bagian paling selatan terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan,
yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil. Sedangkan di bagian timur adalah perairan
Teluk Tolo serta bagian paling barat terdapat wilayah Kecamatan Mori Atas.
Dilihat dari posisi di permukaan bumi, wilayah Kabupaten Morowali terletak pada
pesisir pantai di perairan Teluk Tomori dan Teluk Tolo, serta kawasan lainnya terletak di
kawasan hutan dan lembah pegunungan. Pada tahun 2004, Kabupaten Morowali mengalami
pemekaran sehingga kecamatan yang semula berjumlah 10 menjadi 13 kecamatan.
Kecamatan Bungku Utara dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu Bungku Utara dan
Mamosalato. Sedangkan Bungku Barat dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu Bungku
Barat, Bumi Raya, dan Wita Ponda.
Luas daratan Kabupaten Morowali diperkirakan kurang lebih 15.490,12 km2 atau
sekitar 22,77% dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten Morowali
menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten/kota lainnya di
Sulawesi Tengah. (https://morowalikab.bps.go.id)
2.2.2. Penduduk
sebesar 190.012 jiwa, dan dan pada akhir tahun2008 sebesar 198.998 jiwa. Ditinjau dari jenis
kelaminnya, jumlah penduduk akhir tahun 2008 laki-laki lebih besar dari pada perempuan
yaitu 101.481 jiwa dibanding 97.517 jiwa dengan rasio jenis kelamin 104,06.
Penduduk Morowali tahun 2008 tersebar di 13 kecamatan di mana penduduk
terbanyak berada di Kecamatan Petasia dengan jumlah 30.155 jiwa atau sekitar 15,15 persen
dari total penduduk. Sementara jumlah penduduk terkecil di Kecamatan Bahodopi sebesar
6.501 atau 3,27 persen dari total penduduk. Pada akhir tahun 2008 di Kabupaten Morowali
terdapat sebanyak 49.375 rumah tangga, sehingga rata-rata jumlah penduduk setiap rumah
tangga terdiri dari 4 jiwa per rumah tangga.
Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Menui Kepulauan merupakan daerah
terpadat yaitu 61 jiwa per km2 dan yang kecamatan dengan kepadatan paling rendah
sebanyak tiga kecamatan, yakni Bahodopi, Bungku Utara, dan Mamosalato sebesar 6 jiwa per
km2. Secara umum kepadatan penduduk di Morowali pada tahun 2008 berubah dari tahun
sebelumnya sebesar 12 jiwa per km2 menjadi 13 jiwa per km2.
Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali menurut Kecamatan Tahun
2008
No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk (km2) Penduduk Per km2
1 Menui Kepulauan 13.712 223,63 61
2 Bungku Selatan 17,203 1.271,19 14
3 Bahodopi 6,468 1.080,98 6
4 Bungku Tengah 22,648 1.112,80 22
5 Bungku Barat 8,521 758,93 13
6 Bumi Raya 11,38 504,77 24
7 Witaponda 14,99 519,70 32
8 Lembo 19,494 1.332,84 15
9 Mori Atas 17,449 2.557,74 7
10 Petasia 29,52 1.635,24 18
11 Soyo Jaya 7,514 605,51 13
12 Bungku Utara 13,665 2.406,79 6
13 Mamosalato 9,099 1.480,00 6
Jumlah 198,998 15.490,12 13
Sumber: Kabupaten Morowali dalam Angka 2009
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan
Rasio Jenis Kelamin Tahun 2008
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
1 Menui Kepulauan 6.847 6.865 99,74
2 Bungku Selatan 8,921 8,778 101,63
3 Bahodopi 3,333 3,168 105,21
4 Bungku Tengah 12,277 11,652 105,36
5 Bungku Barat 4,828 4,695 102,83
6 Bumi Raya 6,184 5,939 104,13
7 Witaponda 8,476 8,141 104,11
8 Lembo 9,85 9,644 102,14
2.2.4. Pendidikan
Untuk melihat kualitas sumber daya manusia suatu daerah, dapat dilihat dari tingkat
pendidikan penduduknya dan lembaga pendidikan/sarana pendidikan yang tersedia.
Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berperan
penting dalam pembangunan. Sasaran pembangunan pendidikan dititik beratkan pada
peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan, dimulai
dari kegiatan prasekolah (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya
peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan
manusia berkualitas. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia
sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan
penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar yang seluas-luasnya.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di wilayah studi mengalami peningkatan
walaupun tidak terlalu signifikan dari tahun ketahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat
perkembangan pembangunan pendidikan di wilayah studi seperti, banyaknya sekolah dan
guru, perkembangan berbagai rasio. Fasilitas pendidikan yang tersedia di wilayah studi hanya
sampai tingkat SMA. sehingga masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan setelah
menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTA harus melanjutkan sekolahnya di ibukota
Kabupaten.
Tabel 2.5. Jumlah Murid, Guru, Sekolah di Kab. Morowali, 2010
guru ratarata mengajar 12 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang
guru semakin banyak, dimana untuk jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru
mengajar 17 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru mengajar 18 murid. Hal ini
dikarenakan tingginya minat masyarakat akan pentingnya pendidikan belum dapat diimbangi
oleh banyaknya tenaga pengajar di Morowali.
Daya tampung kelas terhadap banyaknya murid haruslah seimbang agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik. Semakin banyak murid dalam kelas semakin turun daya
serap murid terhadap materi. Kemampuan daya tampung ruang kelas untuk jenjang
pendidikan SD di Morowali mencapai 17 murid. Pada jenjang pendidikan SLTP dan SMA daya
tampung ruang kelas lebih banyak dari tingkat SD masing-masing mencapai 26 murid dan 29
murid per kelas.
2.2.5. Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan secara langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya
pembangunan kesehatan melalui penyediaan fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
mendorong partisipasi aktif masyarakat yang berorientasi khususnya pada golongan
masyarakat berpenghasilan rendah.
Upaya penyediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Bungku Tengah pada tahun 2010
sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari
ketersediaan sarana kesehatan yang dapat diakses oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan derajad kesehatan, seperti: rumah sakit, puskesmas, apotek, dll. Pada tabel di
bawah ini dapat dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang berada di Kabupaten Morowali Tahun
2010.
Tabel 2.7. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bungku Tengah
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 2
3 Puskesmas Pembantu 5
4 Polindes/Poskesdes 9
5 Posyandu 31
6 Apotik 8
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali Tahun 2010
Fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar rencana tapak proyek sesungguhnya belum
cukup memadai. Dimana jumlah rumah sakit dan puskesmas rawat inap yang masih sangat
minim untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan perkembangan daerah kedepan dengan
adanya rencana kegiatan yang akan dilaksanakan ini.
2.2.6. Agama
Tabel 2.8. Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan Tahun 2008
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
6. Endapan Laterit Nikel, Endapan laterit nikel merupakan endapan hasil pelapukan dari
batuan ultrabasa peridotit. Endapan ini terbentuk pada daerah-daerah depresi di
puncak-puncak bukit dengan slope kurang dari 10o. Peranan air tanah juga menentukan
pembentukan bijih nikel. Hanya pada kecepatan aliran air tanah tertentu pengayaan
(residual enrichment) bijih nikel bisa terjadi. Berdasarkan hasil eksplorasi langsung ke
lapangan sebaran endapan laterit nikel yang dianggap sebagai pembawa bijih nikel,
tersingkap di Desa Labota dan Padabaho Kecamatan Bahodopi.
Tanah merah di daerah eksplorasi sebagai pembawa bijih nikel, umumnya banyak
dijumpai dipunggungan-punggungan bukit dan juga kadang di puncak-puncak bukit. Luas
keseluruhan sebaran tanah merah di daerah penyelidikan diperkirakan ± 1.850 ha. Selain
tanah merah, dijumpai pula adanya tanah yang berwarna coklat kemerahan, yang dianggap
sebagai tanah pembawa bijih nikel pula, dengan luas sebaran sekitar ± 2.510 ha.
Menentukan batas tanah merah dengan tanah coklat kemerahan di lapangan sangatlah sulit,
hal ini disebabkan karena perubahan dari tanah merah ke tanah coklat kemerahan terjadi
secara berangsur (gradasi). Hasil pengamatan langsung ke lapangan tanah yang berwarna
merah kecoklatan ini selalu berada menumpang di atas tanah yang berwarna coklat
kemerahan. Sehingga dengan demikian tanah yang berwarna coklat kemerahan selalu
terlihat langsung kontak dengan batuan sumbernya (source rock).
Tanah laterit yang dijumpai secara megaskopis berwarna merah kecoklatan, kadang
di beberapa tempat dijumpai adanya tanah merah yang teroksidasi jadi warna karat besi,
agak gembur, agak plastis, tebal sekitar 1-3 m, adanya fragmen batuan peridotit, ada akar-
akar pohon, kontak dengan batuan beku ultrabasa (peridotit) abu-abu kehijauan-keputihan
bagian bawahnya, lapuk dan terkekarkan.
BAB IV
ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
Berdasarkan hasil penyelidikan yang diperoleh, bahwa hingga saat ini masih belum
bisa untuk penentuan seberapa besar kadar dan volume laterit yang potensial untuk
dieksploitasi. Akan tetapi daerah penyebaran laterit yang memiliki indikasi potensi endapan
laterit adalah setengah luas IUP atau seluas 1.150 Ha. Dari luasan penyebaran laterit dan
estimasi ketebalan ore 5 meter dan nilai densitas 1.5, maka estimasi sumber daya tereka
sekitar 90.000.000 Ton.
Adapun metode yang akan dilakukan nantinya (setelah memiliki data data yang
cukup) adalah Metode menghitung sumberdaya nikel laterit dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weighting (IDW). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data
primer dan data sekunder. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari
lokasi penelitian kemudian diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan
masalah dalam penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi
sumberdaya yaitu menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan bantuan
software surpac 6.0. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan data diantaranya yaitu
Data litologi, yaitu berupa data profil nikel laterit titik bor, Data assay,merupakan data hasil
analisa kadar nikel, Data collar, merupakan data koordinat serta elevasi titik bor, data
survey, adalah data total kedalaman titik bor.
Data di atas kemudian diolah dengan bantuan MS. excel untuk membuat database
awal dan kemudian data tersebut diimpor ke surpac 6.0 untuk selanjutnya agar dapat
mengetahui sumberdaya nikel laterit. Pengolahan data manual dengan menggunakan
metode IDW dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah data
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir (m)
k = pangkat
Z = kadar asli
Pemahaman tentang domain geologi Nikel laterit tidak terlepas pentingnya terhadap
pemahaman teori pelapukan dan pembentukan endapan laterit. Endapan nikel laterite
merupakan produk pelapukan batuan mafic dan ultramafic yang mengalami proses
pengayaan dalam kurun waktu geologi. Umumnya ada 2 faktor yang mempengaruhi
palapukan batuan yaitu faktor fisika dan faktor kimia. Pelapukan batuan yang diakibatkan
proses fisika dipengaruhi oleh angin, air, es, tumbuhan dan binatang. Sedangkan pelapukan
yang diakibatkan oleh faktor kimia disebabkan adanya kontak batuan terhadap air dalam hal
ini muka air tanah, oksigen, karbon dioksida, inorganic dan organik yang memiliki sifat asam.
Zona Batuan dasar (Bedrock), zona batuan dasar atau bedrock berada pada bagian
bawah profile, merupakan batuan batuan ultramafic yang belum mengalami proses
pelapukan. Komposisi kimia batuan memiliki kemiripan terhadap komposisi kimia bedrock
yang tidak teralterasikan. Terdapat struktur joints dan fracture terjadi seiring terjadinya
tekanan hydrostatic pada batuan. Sementara sirkulasi air permukaan meresep melalui joints
dan fracture.
Zona Saprolit, zona ini berada diatas batuan dasar (bedrock), umumnya boulder
sebagai hasil proses oksidasi dan merupakan tanah penutup (overburden). Pada sub zona
iron capping lapisan permukaan ini porositas buruk-sedang, sedangkan densitas material
sebagian atau seluruhnya telah mengalami pelapukan, dimana proses pelapukan tersebut
terjadi pada joint dan fracture boulder. Tekstur atau fragment batuan masih dikenali dan
proses pelapukan belum berlangsung dengan sempurna.
Zona limonit, zona ini berada pada bagian atas profile laterite dan merupakan
pembentukan akhir pelapukan batuan ultrabasa serta terkonsentrasinya elemen non-mobile
yang diakibatkan proses pelindian pada batuan ultrabasa. Lapisan permukaan zona limonite
bagian atas tersusun oleh sub zona lapisan iron capping, berwarna merah disebut sebagai
red limonite. Sub zona ini memiliki karakteristik kaya akan mineral hematite terbentuk relatif
tinggi dan kondisi asli tekstur batuan tidak teridentifikasi akibat proses pelapukan yang telah
berlangsung sempurna.
Berdasarkan dari data testpit yang sudah dilakukan identifikasi dan refleksi
kesesuaian terhadap distribusi populasi serta merujuk pada teori dasar laterisasi maka
generalisasi domain laterite geologi didaerah penelitian dikelompokkan atas tiga yaitu
domain laterit limonit, domain laterit saprolit dan domain laterit batuan dasar (bedrock).
Selain itu untuk mengestimasi bijih,tentunya ada kadar batas penambangan yang
dilakukan sehingga klasifikasi bijih nikel berbeda. Dari data perusahaan didapatkan
parameter klasifikasi bijih nikel dengan cut off gradeNi ≥ 1.5%. Dari parameter-parameter
yang disebutkan sebelumnya, estimasi sumberdaya dengan metode inverse distance
weighted (IDW) dengan menggunakan software Gemcom Surpac 6.0. dapat dilakukan
lakukan setelah data data yang dibutuhkan sudah ada.
4.1.4. Pemodelan
penaksiran dan pendekatan dengan metode-metode tertentu. Salah satu bentuk model
endapan dapat dibuat Berdasarkan penampang vertikal yang dibuat dari estimasi data
pemboran. Data hasil pemboran tersebut harus dianalisis menggunakan beberapa
parameter agar Korelasi yang dibuat dapat mendekati kondisi yang sebenarnya. Ada banyak
metode yang dapat dipakai untuk memodelkan dan menghitung besaran cadangan endapan
mineral. Salah satunya adalah metode blok model.
Metode yang digunakan dalam estimasi cadangan sama dengan metode yang
digunakan untuk estimasi sumberdaya. Metode yang digunakan ialah metode Inverse
Distance Weighting (IDW). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data primer dan
data sekunder. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian
kemudian diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan masalah dalam
penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi sumberdaya yaitu
menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan bantuan software surpac
6.0. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan data diantaranya yaitu:
a. Data litologi, yaitu berupa data profil nikel laterit titik bor.
b. Data assay,merupakan data hasil analisa kadar nikel.
c. Data collar, merupakan data koordinat serta elevasi titik bor.
d. Data survey, adalah data total kedalaman titik bor.
Data di atas kemudian diolah dengan bantuan MS. excel untuk membuat database
awal dan kemudian data tersebut diimpor ke surpac 6.0. untuk selanjutnya agar dapat
mengetahui sumberdaya nikel laterit. Pengolahan data manual dengan menggunakan
metode IDW dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Z* = Kadar yang ditaksir
n = Jumlah data
i = kadar ke-i (i=1, ..., n)
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir (m)
k = pangkat
Z = kadar asli
Sementara identifikasi terhadap % kadar MgO dan % kadar SiO2, setelah melewati
zona transisi perlahan mulai meningkat pada zona saprolit hingga optimum meningkat
signifikan ketika memasuki zona batuan dasar (bedrock) dibandingkan pada zona limonit.
dalam estimasi sumberdaya daerah penelitian diantaranya yaitu densitas material. Densitas
material sangat berperan penting dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena
densitas material adalah suatu parameter yang digunakan untuk mendapatkan angka
tonase dari suatu sumberdaya/cadangan yang didapatkan dari hasil kali volume dengan
densitas material itu sendiri. Adapun densitas material bijih nikel pada PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala adalah adalah sebesar 1.5 ton/m3. Selain itu untuk mengestimasi
bijih, tentunya ada kadar batas penambangan yang dilakukan sehingga klasifikasi bijih nikel
berbeda. Dari data perusahaan didapatkan parameter klasifikasi bijih nikel dengan cut off
gradeNi ≥ 1.5%. Dari parameter-parameter yang disebutkan sebelumnya, estimasi
sumberdaya dengan metode inverse distance weighted (IDW) dengan menggunakan
software Gemcom Surpac 6.0 dapat dilakukan lakukan.
4.2.4. Pemodelan
BAB V
GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
Penambangan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan terus
menerus untuk mencapai suatu tingkat optimal pit limit yang maksimal. Untuk menunjang
design pit limit tersebut, diperlukan berbagai data dan informasi, salah satunya adalah data
geologi teknik. Data geologi teknik, memberikan informasi mengenai kekuatan serta
karakteristik lapisan tanah/batuan yang berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang.
Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan
pemetaan maupun penyelidikan geologi teknik. Dengan tersedianya data geologi teknik pada
suatu daerah yang akan dikembangkan, diharapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pengembangan pit maupun perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau
diperkecil.
Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng adalah penentuan nilai
faktor keamanan (safety factor). Faktor keamanan adalah nilai empirik yang didapat dari gaya
penahan dibagi dengan gaya pendorong.
Demikian halnya dalam menentukan faktor keamanan lokasi penambangan bijih nikel di
daerah studi dikerjakan dengan asumsi kondisi muka air tanah (water table) bervariasi antara ⅔
sampai ½ dari tinggi jenjang (bench), dan dalam kondisi kering serta kondisi jenuh air. Dari
berbagai hasil penelitian diantaranya dengan metode bishop factor bahwa lereng stabil
memiliki nilai FK (faktor keamanan) ≥ 1,25.
Rekomendasi geoteknik untuk geometri dan dimensi lereng dengan FK minimum sebesar
1,2 dapat dilihat pada tabel berikut:
No Item Geometri
1 Desain Tambang Sudut kemiringan tambang 560
Tinggi Jenjang 5 meter
Lebar Berm 2 meter
2 Disposal Sudut kemiringan tambang 200
Tinggi lereng tunggal 10 meter
Lebar Berm 20 meter
3 Quarry Sudut kemiringan tambang 450
Tinggi Jenjang 5 meter
Lebar Berm 2,5 meter
5.1.4. Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis, Probabilitas Longsor, dan
Tingkat Keparahan Longsor
Rekomendasi faktor keamanan baik untuk desain pit tambang, timbunan disposal dan
quary adalah 1,2.
Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu
harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan yang mengalir dipermukaan tanah
dan mengalirkannya kedalam saluran pembuangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi
lebih lanjut ke sungai atau tempat pembuangan air lainnya.
1. Jenis
Dalam perencanaan penyaliran tambang, data-data yang dibutuhkan untuk analisis hidrologi
dan geohidrologi diantaranya:
- Peta Rupabumi
Merupakan batas daerah tangkapan air (catchmen area). DTA ini dipakai untuk
menentukan debit limpasan rencana yang dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah
Data curah hujan yang dibutuhkan adalah data curah hujan harian dalamckurung waktu
10 – 20 tahun terakhir.
- Data Geolistrik
Data geolistrik yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis hidrogeologi adalah susunan
vertikal lapisan batuan daerah penelitian.
Banyaknya stasiun pengamatan curah hujan dapat memberikan informasi yang benar serta
cukup mengenai intensitas dan waktu berlangsungnya hujan adalah seperti telah ditetapkan
oleh World Meteorogical Organization (WMO).
2. Jumlah
Jumlah data yang dibutuhkan sangat menentukan tingkat akurasi penaksiran debit rencana.
Untuk peta rupabumi dibutuhkan peta rupabumi dengan resolusi yang tinggi yang digunakan
analisis tutupan/penggunaan lahan, dan kemiringan lereng. Untuk jumlah data daerah
tangkapan hujan disesuaikan dengan topografi dilokasi penelitian dan disesuaikan dengan
blok-blok tambang yang akan dibuka. Data curah hujan harian dibutuhkan sebanyak 20
tahun
terakhir. Sedangkan data geolistrik dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah blok dimana
setiap bloknya dilakukan tiga kali pengukuran.
3. Sebaran Data
Sebaran data curah hujan yang dibutuhkan didaerah penelitian untuk kebutuhan analisis
debit limpasan adalah data curah hujan yang menggambarkan kejadian hujan di daerah
Lokasi Kegiatan selama 20 tahun terakhir.
Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi.
Fenomena hidrologi seperti besarnya curah hujan, temperatur, penguapan, lamanya penyinaran
matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air, selalu berubah menurut waktu. Untuk
suatu tujuan tertentu data-data hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan, dan ditafsirkan
dengan menggunakan prosedur tertentu (Yuliana, 2008).
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya
kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis
frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data hujan. Data yang digunakan adalah
data debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data yang terjadi selama satu tahun yang terukur
selama beberapa tahun (Triadmodjo, 2008).
Berdasarkan hasil analisis frekwensi untuk melakukan pemilihan jenis sebaran diperoleh
jenis sebaran yang sesuai dengan frekwensi kejadian hujan ialah distribusi Log Person Tipe III.
Sedangkan untuk perhitungan debit limpasan digunakan rumus Rasional sebagai berikut:
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Karena air tanah berada di bawah permukaan tanah maka diperlukan metode khusus
untuk memetakan kondisi bawah permukaan. Metode geolistrik resistivitas digunakan untuk
penyelidikan bawah permukaan (Sjodahl, 2006). Penyelidikan geolistrik resistivitas dilakukan atas
dasar sifat fisika batuan/tanah terhadap arus listrik, dimana setiap batuan yang berbeda akan
mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Metode geolistrik dikembangkan pada awal
1900-an, tetapi mulai banyak digunakan sejak tahun 1970-an, hal ini terkait dengan ketersediaan
komputer untuk memproses dan menganalisis data geolistrik. Metode ini digunakan secara luas
dalam mencari ketersediaan sumber daya airtanah (Reynold, 1998). Selain itu, geolistrik banyak
digunakan dalam studi-studi yang berkaitan dengan hidrogeologi (Aaltonen, dkk. 2001), pencarian
mineral tambang, studi-studi mengenai lingkungan serta banyak digunakan di bidang geoteknik
(Griffiths, dkk. 1990; Griffiths dan Barker, 1993; Dahlin dan Loke, 1998; Olayinka, 1999; Olayinka
dan Yaramanci, 1999; Amidu dan Olayinka, 2006).
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geolistrik yang mempelajari
sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Besaran fisis
yang dipelajari adalah resistivitas batuan akibat adanya medan potensial dan arus yang terjadi di
bawah permukaan bumi. Prinsip kerja metode resistivitas ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua buah elektroda arus. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah
elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda
tertentu dapat ditentukan variasi harga resistivitas masing-masing lapisan batuan di bawah titik
ukur.
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan
akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem
penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, Debit air limpasan dihasilkan dalam
setiap 1 ha bukaan lahan dan kemiringan lereng di atas > 15% adalah 0,105 m3/detik. Koefisien
limpasan yang digunakan adalah 0,9 dengan pertimbangan lahan bukaan pertambangan
mempunyai kemiringan yang curam. Pembuatan fasilitas penyaliran tambang berupa saluran
drainase dan kolam pengendapan direkomendasikan dapat menampung dengan efektif debit air
limpasan tersebut. Untuk kapasitas kolam pengendapan volume air akan dikalikan 1,25 sebagai
zona aman. Sedangkan hasil analisis hidrogeologi menunjukan didaerah penelitian terkhusus pada
daerah blok-blok penambangan tidak ditemukan adanya indikasi cebakan air tanah.
b. Kebutuhan Pompa
- Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan
pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
- Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan
untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk
ke saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang
langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
- Sistem Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.
Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran
horisontal tersebut dan shaft.
Metode yang digunakan didaerah penelitian adalah dengan menggunakan system kolam
terbuka tidak menggunakan system pemompaan. Desain penambangan dibuat sedemikian rupa
dengan menempatkan kolam pengendapan pada elevasi terendah sehingga air dapat mengalir
dengan baik.
BAB VI
RENCANA PENAMBANGAN
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open cast) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah :
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (stripping), dan penggalian
nikel (excavating). Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara yang aman dari kegiatan
penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan reklamasi.
Alur kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala diilustrasikan sebagaimana disajikan pada Gambar berikut:
Tanah pucuk merupakan tanah yang mempunyai unsur hara yang sangat tinggi dan
sangat diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pengupasan tanah pucuk (top
soil) dilakukan setelah pembersihan lahan dari pepohonan dan semak-semak. Tanah pucuk
dikupas antara 20 – 50 cm, ditimbun pada suatu tempat tertentu (top soil area yang
terlindung dari adanya erosi serta lokasi penimbunannya diusahakan mudah dijangkau.
Apabila disimpan dalam jangka waktu lama ditutup dan dilindungi dengan penanaman
legume cover crop, untuk dipergunakan lagi pada saat kegiatan reklamasi.
Tanah penutup atau overburden merupakan lapisan tanah yang tidak mengandung
nikel atau tanah dengan kadar nikel yang sangat kecil sehingga tidak ekonomis untuk
diproses. Pengupasan lapisan tanah penutup atau over burden (OB) dilakukan setelah
pengupasan tanah pucuk (top soil), dengan cara:
5) Pemuatan kapal
Pemuatan kekapal dimulai dari pengangkutan tumpukan bijih di stockile (EFO) yang
berdekatan dengan dermaga muat. Bijih yang diangkut langsung dicurah ke tongkang
melalui dermaga muat, selanjutnya tongkang yang telah terisi bijih ditarik dengan
menggunakan tug boat menuju kapal (vesel) atau langsung menuju industri pengolahan dan
pemurnian mineral (Smelter).
tertambang.
Tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai dari penambangan dan pengiriman
material ore ini sebesar 100.000 ton per bulan. Hal ini diperoleh karena adanya batasan
kapasitas dan waktu yang dibutuhkan tongkang untuk dapat mengangkut material ore dari
pelabuhan. Target produksi maksimum material ore PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
adalah sebesar 100.000 WMT (Wet Metric Tonnes) ore per bulan.
6.2.4. Peledakan
Dalam rencana pengangkutan material hal yang paling penting adalah geometri jalan
angkut/jalan tambang. Jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan antara permukaan
kerja dengan lokasi RoM stockpile dan lokasi penimbunan Iapisan penutup. Jalan tambang
Sedangkan geometri jalan angkut di Iuar areal pit untuk kecepatan yang lebih tinggi
sebagai berikut:
- Lebar minimal adalah 15 m.
- Lebar jalan pada belokan minimal adalah 20 m.
- Turning radius minimal adalah sebesar 30 m.
Jalan tambang ini perlu dirawat dengan baik untuk menjamin kelancaran operasi
pengangkutan dan menjaga iifetime dari ban agar tetap tinggi. Alat-alat yang diperlukan
untuk perawatan jalan adalah grader, compactor dan truk penyiraman jalan.
Hari kerja efektif adalah hari kerja yang efektif digunakan untuk bekerja dalam
setahun. Jumlah hari dalam setahun 365 hari. Jumlah hari libur nasional/tahun 15 hari
sedangkan jumlah kehilangan hari kerja lain-lain dalam setahun 50 hari. Jadi jumlah hari
kerja efektif PT. Maghantara Multimedia Nusaphala adalah 300 hari.
Gilir kerja merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam sistem bagian yang memiliki
jam kerja berbeda dengan reguler, dimana seseorang dimungkinkan bekerja melebihi atau
kurang dari empat puluh jam dalam sebulan. Sistem bagian-bagian ini terdiri dari shift pagi,
siang, maupun malam. Umumnya pekerja shift memulai jam kerja antara jam tujuh atau
delapan pagi sampai pukul enam sore (dikondisikan pada kebijakan perusahaan). Hal ini
dikarenakan pekerja shift tidak memiliki standard hours seperti pegawai tetap atau reguler.
Pekerja shift ini terdiri dari pekerja part-time, pekerja kontrak, maupun pekerja yang bekerja
untuk dirinya sendiri. Bekerja secara bergilir tidak hanya berada atau dilakukan hanya dalam
satu negara.
Waktu kerja operasi penambangan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala terdiri dari
2 shift/hari, dengan waktu kerja mulai dari pukul 07.00 – 17.00 dan dilanjutkan dari jam
17.00 – 03.00.
Peralatan tambang dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu peralatan tambang utama
(main equipment) dan peralatan penunjang (auxiliary equipment). Peralatan tambang
utama, meliputi peralatan untuk pengupasan tanah penutup (overburden removal
equipment), peralatan untuk pengambilan bijih (ore getting equipment), serta peralatan
pendukung (supporting equipment).
Jumlah peralatan tambang utama dan peralatan transportasi yang akan digunakan
pada proyek penambangan dan pengiriman material ore adalah sebagai berikut:
BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
BAB VIII
INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN
Bangunan Perumahan/Mess
Mess karyawan yang akan dibangun seluruhnya seluas 300 m² terdiri
dari bangunan mess senior staff house seluas 100 m² dan bangunan karyawan
staf seluas 200 m². Bangunan karyawan non staf terdiri dari 2 unit masing-
masing dengan luas 120 m². Tiap-tiap unit terdiri dari 6 kamar tidur berukuran 2,5
m x 3 m, ruang istirahat dengan ukuran 3 m x 6 m, teras dengan ukuran 2 m x 20
m, selasar dengan ukuran 1,5 m x 20 m dan dilengkapi dengan MCK dengan 3 buah
kamar mandi berukuran 2 x 2,5 m, serta dapur.
Gudang Peralatan
Bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan suku cadang alat-alat
berat dan peralatan tambang lainnya dan termasuk dalam bangunan workshop
dengan luas lahan 10 x 10 m².
adanya sudut yang ditimbulkan oleh panjang alat angkut, sehingga menjadi 20
meter dan kemiringan maksimum 8 %. Di kedua sisi jalan angkut perlu dibuat
tanggul yang tingginya 0,8 meter (0,5 x tinggi ban dump truck 32 ton sebesar ¾ m).
Dimensi jalan angkut yang diterapkan adalah sebagai berikut :
Lebar = 4 x lebar truk jungkit (m)
= 4 x 3 m = 12 m
Lebar jalan pada belokan = 20 m
Kemiringan jalan =8%
Turning radius untuk alat angkut < 50 ton minimum 6 m
Turning radius yang di pakai = 18
Biaya untuk sarana dan prasarana transportasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
BAB IX
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Penambangan nikel yang akan dilakukan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya karena adanya perubahan fisik
yang terjadi di permukaan tanah. Hal ini terkait dengan kegiatan penambangan maupun
kegiatan lain seperti pembangunan faslitas tambang.
Dalam rangka meminimalkan dampak tersebut itu, perlu melakukan analisis mengenai
dampak penambangan terhadap lingkungan. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan
sudah terencana sejak awal. Analisis masalah lingkungan secara lengkap terdapat dalam
dokumen AMDAL yang akan disampaikan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
Kajiannya dilakukan secara khusus dan terpisah dari kajian studi kelayakan ini.
Dampak yang intensitasnya besar dan penting harus dikendalikan. Sifat besar dan
pentingnya dampak mengacu kepada baku mutu yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup atau acuan Iainnya. Dengan demikian maka perlu dilakukan pemantauan terhadap
dampak secara berkala sesuai dengan ketentuan AMDAL yaitu dengan me|akukan pengujian
terhadap beberapa komponen, misalnya komponen geofisika-kimia, komponen biologi dan
komponen sosial ekonomi dan budaya.
1. Pengelolaan Aset
Mengingat perizinan penambangan nikel PT. Maghantara Multimedia Nusaphala diperoleh
melalui Kuasa Pertambangan, maka pengelolaan aset setelah masa penambangan nikel
selesai (habis) wajib dikembalikan kepada pemerintah kabupaten yang telah
mengeluarkan izin (Kuasa Pertambangan).
2. Sosialisasi Program Pascatambang
Tujuan program ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lokasi
penambangan mengenai rencana akan berakhirnya kegiatan penambangan PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala dan memberikan solusi yang bermanfaat bagi
masyarakat melalui rencana program-program pascatambang yang akan dilaksanakan
oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala.
3. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Reklamasi dan revegetasi lanjutan dilakukan untuk areal penambangan yang terakhir dan
lokasi penumpukan tanah penutup (dumping area) dengan memperhatikan tata guna
lahan seperti yang tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun rencana Pengelolaan dan pemantauan lingkungan
selama masa Operasi penambangan disesuaikan dengan sasaran akhir penutupan
tambang.
9.2. Keselamatan Pertambangan
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi
dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan
pertambangan.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja
dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya
dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi
salah satu budaya industrial
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh
perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi
bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun
longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan
suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,
bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.
Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga
komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai
sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan
prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko.
a. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api.
Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat
pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan
yang fatal.
b. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di
dalam tambang, serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga
disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.
c. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-
roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke
udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak
(explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi
oleh kebakaran.
Penilaian resiko menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per. 05/Men/1996
adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Penilaian resiko tersebut menggunakan rumus berikut:
R =LxC
Keterangan:
R = Resiko
Penilaian resiko merupakan perkalian antara nilai kemungkinan (likelihood) dan nilai
keparahan (consequences) dari suatu kejadian yang membahayakan yang terjadi pada
aktivitas tambang. Penilaian resiko mengacu pada tabel matrik level.
Penilaian peringkat risiko didasarkan pada matriks penilaian risiko dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di
tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan
pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat
tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang tidak
diinginkan’).
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa
yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau
mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan
memastikan mereka efektif.
Sebelum memulai suatu pekerjaan yang baru dan atau di lingkungan yang baru dan
atau pada orang yang baru, maka dari itu perlu disusun dan disosialisasikan analisis
keselamatan kerja dan lingkungan hidup atau Job Safety Analysis (JSA) kepada karyawan
yang bersangkutan.
Untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dengan menyediakan suatu mekanisme
proses pemantauan segala kegiatan yang berpotensi memiliki tingkat risiko berbahaya,
yang disebabkan oleh aktivitas karyawan, kontraktor dan kegiatan non rutin internal. Izin
kerja harus diterbitkan ketika melaksanakan kegiatan/aktivitas di Perusahaan yang
bersifat non rutin tersebut.
Supervisor dari departemen terkait harus membuat izin kerja secara umum dan dilengkapi
dengan spesifik izin kerja untuk jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan izin kerja secara
khusus ke Departmen HSE, jenis ijin kerja khusus meliputi pekerjaan:
• General Work Permit;
• Height Work Permit;
• Hot Work Permit;
• Confined Space Work Permit;
• Electrical Work Permit;
• Excavation Work Permit; dan
• Lock Out Tag Out Permit.
SMKP merupakan Sistem manajemen yang menjadi bagian dari sistem manajemen
perusahaan dalam rangka mengendalikan risiko keselamatan pertambangan yang terdiri dari
K3 pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan (K3 Pertambangan dan KO
Pertambangan).
a. Kebijakan
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk menciptakan kondisi kerja
yang aman, nyaman dan kondusif untuk para karyawan, kontraktor dan tamu sehingga
dapat melakukan pekerjaan dan terbebas dari kecelakaan dan penyakit kerja. Untuk itu,
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala memiliki strategi perencanaan Sistem Manejemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) yang didalamnya mencerminkan visi, misi dan
kebijakan serta tujuan akhir dari pelaksanaan Sistem Menajemen Keselamatan
Pertambangan.
Adapun kebijakan Management PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dalam pelaksanaan
SMKP sebagai berikut :
• Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen untuk meyediakan lingkungan
kerja dimana karyawan PT. Maghantara Multimedia Nusaphala dan kontraktor dapat
melaksanakan pekerjaan mereka bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan kerja harus mendapatkan prioritas dari semua aspek
opersional perusahaan. Semua pihak, termasuk karyawan PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala dan kontraktor, memiliki tanggung jawab bersama untuk bekerja dengan
aman dan sehat sesuai prosedur dan standar keselamatan dan kesehatan kerja PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, mereka juga memiliki tanggaung jawab untuk
membangun dan mengembangkan perilaku aman dan sehat.
• Kebijakan Keamanan
Semua pihak, termasuk karawan dan kontraktornya, memiliki tanggung jawab
bersama untuk menciptakan kondisi keamanan yang kondusif ditempat kerja.
Mangement PT. Maghantara Multimedia Nusaphala berkomitmen melakukan inisiatif-
inisiatif pengamanan personil dan aset fisik maupun non fisik. Management PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala juga berkomitmen menerapkan konsep-konsep
pengamanan terpadu ang menggabungkan unsur pengamanan internl, TNI Polri, dan
masyarakat dalam rangka memastikan keberlangsungan bisnis PT. Maghantara
Multimedia Nusaphala.
a. Peralatan Tangan
b. Peralatan Listrik
• Semua fitting / sambungan kabel daya listrik harus dirancang untuk itu, misalnya stop
kontak dan soket, fitting ini bebas dari kerusakan (tidak ada kabel atau koneksi yang
terbuka).
• General Purpose Outlet adalah di mana peralatan sedang terhubung, dilindungi oleh
Residual Current Device (RCD) dalam kasus di mana sirkuit tidak memiliki RCD maka
RCD portabel harus dipasang.
Pengguna peralatan listrik terutama alat-alat tangan dapat berisiko besar karena sifatnya,
untuk memastikan bahwa semua plug dalam peralatan listrik tetap terjaga dalam kondisi
aman. Seluruh peralatan listrik harus diinspeksi oleh orang yang berwenang sebelum
digunakan. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memberikan tagging
untuk setiap peralatan yang telah dilakukan inspeksi.
Mengacu ke prosedur WIL-HSE-SOP-113 Isolation, Lock Out, and Tag Out bahwa petugas
yang diberi wewenang untuk melakukan prosedur pengisolasian harus mendapatkan
penjelasan yang jelas tentang pengertian LOTO dan memahami batasan prosedur LOTO
dan hanya orang orang yang telah ditunjuk saja yang dapat menggunakan LOTO, adapun
peralatan yang belum dilengkapi dengan fasilitas LOTO dapat menggunakan pelabelan
tanda bahaya.
Untuk itulah perlu dilakukan proses pemeriksaan dan identifikasi risiko yang muncul,
termasuk didalamnya adalah adanya identifikasi potensi energi yang mungkin terlepas dan
mengakibatkan cedera pada pekerja pada saat dilakukan perbaikan pada peralatan,
setelah dilakukan pemeriksaan kemudian perlu adanya registrasi terhadap peralatan yang
memerlukan prosedur LOTO.
Semua peralatan yang digunakan harus mempunyai prosedur tertulis untuk isolasi. Isolasi
yang dimaksudkan adalah tata laksana untuk mencegah adanya energi energi yang
mungkin dapat terlepas dan berpotensi untuk mencederai pekerja.
Pemasangan label LOTO harus di area yang mudah terlihat oleh operator di area yang
mana operator pertama kali harus mengakses area tersebut untuk menjalankan unit (kunci
kontak, pintu utama, electric swith dan lain-lain). Label LOTO hanya boleh dipasang dan
dilepas oleh karyawan yang namanya tertera di label tersebut, apabila orang lain hendak
melepas label LOTO maka ada prosedur khusus yang harus dipenuhi.
d. Pelindung Mesin
Untuk itulah perlu dilakukan proses pemeriksaan dan identifikasi risiko yang muncul,
termasuk di dalamnya adalah adanya identifikasi bagian yang berputar pada peralatan
dan bisa mengakibatkan cedera pada pekerja pada saat melakukan pekerjaan, setelah
dilakukan pemeriksaan kemudian perlu adanya registrasi terhadap peralatan yang
memerlukan pelindung mesin.
Pelindung mesin yang terpasang setidaknya memenuhi persyaratan:
• Menyediakan perlindungan yang positif;
• Mencegah akses terhadap bagian mesin yang berbahaya;
• Tidak menyebabkan ketidaknyamanan bagi para operator;
• Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan proses perawatan yang
minimal;
• Tidak menimbulkan bahaya baru, misalnya tidak ada bagian yang tajam, bagian yang
kasar dan sumber bahaya lainnya; dan
Tujuan dibuatnya prosedur pengamanan ini agar setiap pekerjaan pada setiap instalasi
pertambangan dapat terlaksana dengan aman dan lancar serta selamat (safety process)
sehingga tercapai zero accident.
Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap fasilitas, prasarana, instalasi, dan APD serta
perlengkapan pertambangan layak dan aman digunakan untuk kegiatan operasional
pertambangan, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud.
PT. Maghantara Multimedia Nusaphala akan melakukan kajian tehnis untuk setiap
aktivitas awal atau baru sebelumnya dimulainya aktivitas pertambangan. Perusahaan harus
juga melakukan kajian tehnis untuk setiap pergantian atau modifikasi pada sistem, fasilitas,
prasarana, instalasi, dan perlengkapan pertambangan.
Ada banyak hal yang perlu dikerjakan berkaitan dengan Keselamatan Operasi
Pertambangan (KO Pertambangan). Pada dasarnya KO Pertambangan tidaklah hal baru,
karena banyak hal diatas telah banyak dilakukan oleh perusahaan pertambangan maupun
perusahaan layanan pertambangan seperti komisioning unit, prosedur management of change
(MOC) untuk setiap pergantian, penunjukan tenaga tehnis (juru las, juru ledak, juru ukur, dan
sebagainya).
pekerjaan di lapangan.
- Rambu-rambu peringatan
Fungsi rambu-rambu peringatan antara lain, untuk:
Peringatan Bahaya dari atas
Peringatan Bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan Bahaya kebakaran
Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
Larangan utnuk memasuki area tertentu
Petunjuk untuk melapor
BAB X
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi disesuaikan dengan
rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan
dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan,
sedangkan untuk tenaga yang terlibat Iangsung dalam operasi penambangan, terutama
untuk operator alat perat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus dioperasikan dengan
memperhatikan jumlah shift dan target produksi.
Analisis jabatan (job analysis) selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang
cocok dengan kebutuhan kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.
Sebagai upaya untuk mendukung berbagai berbagai tahapan kegiatan dari PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, maka langkah strategi yang akan dilaksanakan guna
mengisi formasi pekerjaan tersebut adalah dengan menyusun berdasarkan kriteria dari
status tenaga kerja yang akan diangkat.
Adapun kriteria status tenaga kerja yang akan diangkat tersebut adalah meliputi:
Site
Jenis Total Karyawan
Tenaga Pimpinan 0 Diploma/Sarjana
Tenaga Manager 3 Diploma/Sarjana
Tenaga Profesional 20 Diploma/Sarjana
Tenaga Supervisi 35 Diploma/Sarjana
Tenaga Terampil 75 Diploma/Sarjana
Tenaga Terlatih 90 Diploma
Tenaga Administrasi 45 Diploma
Lain-Lain 100 SMA
Jumlah 368
1. Pendidikan dan Pelatihan Pekerja Tambang Program pelatihan yang diadakan oleh
perusahaan merupakan tanggung jawab dari KTT.
KTT wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja baru, pekerja tambang
untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran
tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya yang tetapkan oleh KAIT.
Program pendidikan dan pelatihan bagi pekerja tambang terbuka sekurang-kurangnya
mencakup pelajaran sebagai berikut:
a. Kewajiban dari seorang pekerja tambang;
Untuk program pendidikan dan pelatihan lainnya mata pelajaran tambahan disesuaikan
dengan kegiatan dan jenis pekerjaan pada kegiatan usaha penambangan tersebut.
BAB XI
PEMASARAN
Selama ini jenis pertambangan yang awam dikenal publik serta memiliki nilai tinggi
masih disematkan pada emas, tembaga bahkan batu bara sebagai bahan bakar energi.
Namun, Indonesia memiliki nikel, di mana belum banyak publik mengetahui apa saja
manfaat serta produk turunan dari nikel. Salah satu turunan yang kerap dikenal adalah
stainless steel, yang kerap menjadi bahan aksesoris dapur serta lapisan penguat lainnya.
tersebut berawal dari kendaraan berbahan bakar listrik. Dengan memiliki baterai sebagai
dapur pacu utama, sumber energi tersebut berbahan dasar dari nikel. Indonesia memiliki
peran yang signifikan dalam pasar nikel dunia, sebab 27 persen pasokan nikel dunia dimiliki
oleh Nusantara. Produksi ini termasu bentuk produk hulu bijih Nikel di mana terdapat
sebanyak 50 juta ton/tahun, maupun produk hilir (FeNi, NPI, Matte) kurang lebih 907 ribu
ton/tahun.
Indonesia merupakan salah satu pemain utama dalam industri nikel dunia, terutama
dalam suplai DSO dengan tujuan Cina dan nikel matte tujuan Jepang. Setiap tahun terjadi
peningkatan jumlah ekspor DSO karena meningkatnya kebutuhan Cina dan beberapa negara
produsen stainlesssteel lainnya di Asia. Produksi nikel Indonesia adalah sebagai berikut:
Konsumsi nikel dalam negeri terutama untuk memasok industri stainlesssteel, dalam
bentuk hasil olahan atau pemurnian seperti nikel matte, ferronikel dan NPI atau produk
akhir lainnya. Beberapa perusahaan pengolah bijih nikel di Indonesia diantaranya adalah PT.
Vale dan ANTAM.
Kebutuhan nikel dunia terus meningkat selama 40 tahun terakhir (dan diperkirakan
trend peningkatan itu akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang hingga tahun
2030. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di
dunia kemudian disusul Australia, Brazil, Rusia dan Kuba. Sebagai salah satu pemilik
sumber daya dan cadangan nikel terbesar dunia, peran penting Indonesia juga
terlihat dari perdagangan bijih dan konsentrat nikel dunia.
Ekspor nikel Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang
digambarkan pada Gambar 11.2. Tujuan ekspor utama adalah Jepang dalam bentuk nikel
matte, sementara Cina dalam bentuk DSO, NPI dan ferronikel.
Jenis produk yang akan dipasarkan oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala
berupa produk mentah (Bijih dan kosentrat nikel) dengan asumsi harga yang digunakan
adalah pada kisaran US$ 20/ton.
BAB XII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
Sehubungan dengan studi kelayakan dan kajian prospek cadangan nikel PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala, maka selain studi besarkan aspek-aspek teknis, studi
berdasarkan aspek finansial dan perekonomian juga dilakukan. Analisis keekonomian
dilakukan berdasarkan skenario rencana penambangan dan produksi tahunan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada bab rencana penambangan.
Beberapa acuan dan studi yang digunakan untuk membuat model ekonomi prospek
sumber daya nikel antara lain:
• Hasil kajian teknis yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang meliputi aspek
geologi, penambangan, pengolahan mineral, dan dan kajian mengenai transportasi serta
prospek pemasaran.
• Investasi kapital dan biaya operasi yang dibutuhkan berasal dari proyek penambangan
yang serupa.
• Proyeksi arus kas (cash flow) prospek nikel yang ditambang perusahaan tersusun
berdasarkan perencanaan penambangan dengan metode open pit selama 30 tahun
produksi.
• Biaya langsung dan tak langsung lain seperti pajak dan royalt.
• Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan analisis keekonomian seperti discount rate,
harga, eskalasi harga dan biaya, nilai tukar valas, pajak, dan lain-lain.
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Jika IRR investasi lebih besar dari
IRR minimum dan PBP lebih kecil dari umur tambang, maka rancangan penambangan bijih
nikel layak secara ekonomi.
Perencanaan produksi nikel akan memberikan manfaat kepada Pemerintah Pusat dan
Daerah melalui royalti dan pajak yang dibayar oleh perusahaan. Nilai royalti dan pajak yang
akan diterima oleh pemerintah secara kuantitatif dijelaskan pada proyeksi cash flow.
12.2. Investasi
12.2.1. Modal Tetap
Sejumlah investasi biaya kapital dibutuhkan untuk membiayai proyek berdasarkan
perencanaan produksi perusahaan. Saat ini perusahaan belum melaksanakan operasi pada
area konsesi. Oleh karena itu, pada awal produksi perusahaan terlebih dahulu harus
menyiapkan infrastruktur dan fasilitas pendukung seperti akses menuju jalan tambang,
perkantoran, fasilitas akomodati pegawai, fasilitas pengolahan, dan lain-lain. Biaya awal yang
dibutuhkan perusahaan meliputi:
- Investasi pra-pengembangan; pemboran, studi kelayakan, AMDAL
- Biaya pembebesan lahan
- Biaya pengadaan bangunan
- Biaya konstruksi jalan
- Biaya pembangunan pelabuhan
- Baya eksplorasi berkelanjutan
- Dan biaya-biaya capital lainnya
Tabel ini menunjukkan bahwa total biaya kapital untuk pengembangan infrastruktur
di tambang nikel sebesar Rp. 25.542.625.000,-. Rincian biaya meliputi penambahan biaya
tidak langsung (10%), biaya kepemilikan (5%), biaya darurat (10%), dan biaya EPCM (15%).
Biaya tersebut tidak termasuk dalam biaya pra-penambangan dan eksplorasi, dan studi
kelayakan diasumsikan sebesar Rp. 6.500.000.000,-.
Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan untuk melaksanakan
operasional dan membayar kewajiban jangka pendek sebelum perusahaan menerima
pendapatan aktual dari penjualan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan termasuk di dalamnya biaya operasi dan beban kewajiban jangka
pendek selama 3 bulan pada tahun pertama produksi. Berdasarakan asumsi tersebut maka
perusahaan harus mengumpulkan Rp. 20.096.662.500 untuk modal kerja yang di dalamnya
termasuk biaya operasi kuarter I tahun pertama produksi.
Secara umum sumber pendanan untuk biaya investasi atau biaya kapital diperoleh dari
dua sumber, yaitu dana perusahaan (ekuitas) dan pinjaman. Jumlah dana yang harus
disediakan di awal produksi adalah Rp. 20.096.662.500,-. Ketika studi kelayakan masih
dilaksanakan maka belum ada dana terstruktur, sehingga diasumsikan sumber pendanaan
berasal dari dana perusahaan atau ekuitas (30%) dan pinjaman/investasi dari luar perusahaan
(70%).
12.4. Pendapatan
Perhitungan aliran kas dalam analisis investasi kegiatan penambangan nikel sangat
dipengaruhi oleh perkiraan harga jual produk yang dihasilkan. Semakin akurat perkiraan harga
jual komoditi di masa yang akan datang akan meningkatkan ketetapan perhitungan
keuntungan proyek, perhitungan analisis investasi, serta penentuan kelayakan proyek.
Laporan laba rugi adalah salah satu laporan keuangan yang menunjukkan pendapatan,
pengeluaran, dan laba atau kerugian yang dihasilkan perusahaan selama periode waktu
tertentu.
Arus kas atau cash flow adalah sebuah perincian yang menunjukkan jumlah
pemasukan dan pengeluaran dalam suatu periode tertentu.
12.5.3. Neraca
Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu usaha
layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari beberapa aspek keuangan. Kriteria ini sangat
tergantung dari kebutuhan masing-masing dan metode mana yang digunakan. Setiap metode
yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Adapun kriteria atau teknik yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
usaha atau investasi antara lain : Average Rate of Return (ARR), Payback Period (PP), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Probabilitas Index (PI).
Nilai Discount Rate yang dimasuk menjadi parameter dalam kelayakan investasi PT.
Maghantara Multimedia Nusaphala. Berdasarkan asumsi nilai discount rate untuk NPV adalah
10%.
Interst Rate of Return adalah besarnya tingkat bunga (discount interest rate) yang
menjadikan biaya pengeluaran dan penerimaan besarnya sama. Laju pengembalian ini pada
studi-studi terhadap proposal proyek yang ditawarkan dipakai sebagai alat untuk menentukan
alternatif proyek. Dengan melihat angka dari Rate of Return ini pemilik modal akan dapat
menyimpulkan yang dimodali menguntungkan atau tidak.
Karena dalam perhitungan tidak dipengaruhi oleh suku bunga komersil yang berlaku
sehingga sering disebut IRR (Internal Rate of Return). Dengan demikian bila ternyata hasilnya
lebih besar (>) dari suku bunga komersil yang berlaku, maka sering disebutkan bahwa proyek
tersebut menguntungkan, tetapi bila lebih kecil (<) maka dianggap rugi.
Prosedur perhitungan Rate of Return dimana PV untuk semua biaya = PV untuk semua
penerimaan. IRR dapat lebih mudah dicari dengan trial and error dengan pertama-tama
menjumlahkan cash flows (CF) dari semua biaya pengeluaran dan penerimaan. Bila hasilnya
negatif maka dapat diketahui bahwa proposal yang diajukan tidak Iayak karena sebenarnya
dengan penjumlahan CF ini kita telah melakukan prosedur perhitungan dengan besarnya IRR
(atau nilai i) diatas nol. Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan,
digunakan analisis IRR.
IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan
proyek (Soekartawi, 1996). Penggunaan Investasi akan Iayak jika diperoleh IRR yang
persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, karena proyek
berada dalam keadaan yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak Iayak untuk
dilaksanakan. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i1 persen
NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i2 persen
i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV positif, sehingga disimpulkan bahwa
kegiatan penambangan nikel oleh PT. Maghantara Multimedia Nusaphala untuk menghasilkan
material ore dinilai ekonomis.
Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi mempakan cara yang praktis untuk
mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV selisih antara Present Value dari
arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya (Soekartawi, 1996).
Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif
atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang
dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang Diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya
total yang dikeluarkan. NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari
manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
i = tingkat bunga
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kepekaan usulan rencana penambangan bijih
nikel ini, akan dilakukan analisis kepekaan terhadap beberapa unsur yang pengaruhnya cukup
besar terhadap aIiran kas.
BAB XIII
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kelayakan IUP eksplorasi PT. Wahida Persada dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
LAMPIRAN
Studi Kelayakan
122°4'0"E 122°6'0"E 122°8'0"E 122°10'0"E
2°52'0"S
2°52'0"S
STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah
0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km
SKALA 1:50.000
2°54'0"S
2°54'0"S
Bahodopi
2°56'0"S
2°56'0"S
SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
PETA SITUASI
2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S
2°52'0"S
2°52'0"S
STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah
PETA GEOLOGI
±
Formasi Tomata
SKALA 1:50.000
Formasi Tomata
Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM
Georeferensi : WGS84
2°54'0"S
2°54'0"S
Formasi Geologi
Formasi Toloka
Formasi Tomata
Formasi Toloka
Kompleks Ultramafic
2°56'0"S
2°56'0"S
SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
Kompleks Ultramafic
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Peta Landsystem Provinsi Sulawesi Tengah, Skala 1 : 250.000
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
PETA SITUASI
2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S
2°52'0"S
2°52'0"S
STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah
PETA TOPOGRAFI
0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km
SKALA 1:50.000
2°54'0"S
2°54'0"S
Ketinggian Tempat
2°56'0"S
2°56'0"S
SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
PETA SITUASI
2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S
2°52'0"S
2°52'0"S
20
0
200 m
150 m
50 50
0
STUDI KELAYAKAN
250
m 0
30
0m m
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
10
150
m
m
m
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
0
30
150 m
m
550 m
35
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
m
100 m
650
Provinsi Sulawesi Tengah
m
550
15
m
0
50
0
m
PETA KONTUR
20
0 m
±
m
250 m 250
600
700
60
70 300 m
m
0 500 m
0
m
m
m
100 m
0 0,375 0,75 1,5 2,25
Km
SKALA 1:50.000
50 m
700
m Proyeksi Peta : Universal Transverse Mecator - UTM
Georeferensi : WGS84
2°54'0"S
2°54'0"S
750 m
500
Sistem Grid : Geografi
10
70
400
0
0
m
Catatan:
m
400 m
m
Batas administrasi merupakan batas indikatif
150 m
50
600
m
75
0
500
m
800
m
20 20 Legenda Keterangan Tematik
m
0 0 m
m m 0
50
Jalan
350 m 20 Lokasi Kegiatan
m 5
Sungai
1000 m
950
Laut & Garis Pantai
0
50
Pemukiman
1050
m
m
m m
Kontur Interval 50 m
0 0
15
00
45 m
m
11
0
30
Kontur Minor
Bahodopi
Kontur Mayor
45
0
m
10
600
00
m
m
950 m
0
55
550 m
80
10
0 m m
0
50
25
2°56'0"S
500 m
2°56'0"S
65
m 1050 m 450 m 0 m
m
SUMBER PETA :
m
00
m
11
0
0
250 m
1000
105
60
750 m 1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
m 80
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
1050 m
0 700 0
55
1150
m m
3. Data Digital Elevation Model
80
1100 m
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
0
m
m
1100
50
m
0
0
m m
85
0 m
90 0
m
65 m
750
0m 800 m PETA SITUASI
500 m
105 750 m
m
0
550 m
50
650 m 700 m 121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E
0 400
30
m
1000 m
85 SULAWESI TENGAH
0
800 m
m
m
m
0 m m 10
85 0 0m 0
0
80 100 95 00
80
1000
m
m m
2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S
0
85
0
850 m
70
800 m
1000 m
80
950 m
1050 m 250 m
m
150
800 m
20
m
121°0'0"E 121°20'0"E 121°40'0"E 122°0'0"E 122°20'0"E 122°40'0"E
70
0
0
90
0
65
m
m
0
50
m
550
10
1000 m
900 m
m
1000 m
95
0
Tanda Tangan
0
95
m
m
m
0
75
95
850 m
350 m
m
950 m
0
0
0
0
15
900
95
m
Direktur Utama
m
2010 A3
m
2°52'0"S
2°52'0"S
STUDI KELAYAKAN
Pertambangan Bijih Nikel PT. PT. Maghantara Multimedia
Nusaphala di Desa Labota dan Padabaho
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah
0 0,375 0,75
± 1,5 2,25
Km
SKALA 1:50.000
2°54'0"S
2°54'0"S
Kelas Lereng
2 - 8 % (Datar)
8 - 15 % (Landai)
15 - 25 % (Agak Curam)
25 - 45 % (Curam)
> 45 % (Sangat Curam)
2°56'0"S
2°56'0"S
SUMBER PETA :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Prov. Sulawesi Tengah Skala 1 : 250.000
3. Data Digital Elevation Model
4. SK. Bupati Morowali Nomor : 540.2/SK.019/DESM/V/2009 Tanggal 11 Mei 2009
PETA SITUASI
2°58'0"S
SULAWESI TENGGARA
2°58'0"S
BUPATI MOROWALI,
MEMUTLTSKT{N
Pemegang Saham
l. Nama ALIE CENDRAWAN
Nilai Saham Rp. 675.000.000,-
Pekerjaan Swasta
Alamat Jln. KH. MAS MANSYUR II B NO.l7
RT.O15/RW.004 Kel. Duri Pulo, Kec. Gambir
Jakafia Pusat
Kewarganegaraan Indonesia
Lokasi Penambangan :
Peta dan daftar koordinat wIUp yang diterbitkan oleh Bupati Morowali
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Klputusan ini.
Lokasi Eksplorasi : Desa Labota dan padabaho
jilEH : 8 rahun
;1[* ffi'si.'.:lEkprorasi
a. Penyelidikan Umum selama 2 Tahun
b. Eksplorasi Selama 5 Tahun
c. Studi Kelayakan selama I Tahun
Ditetapkan di :
Tanggal: tt uls^ au9
/>
z
-a
)'
OF
'.1 E 'U NE@
an _-c
rca
@= I ETBTffiEE FE E
!EEI < > r:E r:c o t'9, z !Fs
(J J
2 qa>o leE9c-9>aao
U HgEgHH.HJ> *'
ll'1 r^v!!trd=; tE
xa
aaBEX
lE -F*-xi
iE <62
sl ix
gc
"l
x;! <:2Z9Ntl x!;cF
!.lE<ra F
> r: s a =r *ll zbltEr
3 g;= * 'll
I =r:={
r36wFL
EP >€b
q; -I.. EgEFiE
EX
ts9
!,
:d
<; Eo
"ll"= iSeEEE
Fn- II FqETEX
s ia
:5*
= ; -n :l
c IE f'J II HEFIE
:e9 EU f;iEFf;
: 2
- ^li
!8"; ll\-
2 IF
t>
ZE
i
LAMPIRAN II
Surat Keputusan (SK) Bupati Morowali
Nomor: 40 .o/ gv.ag / )q,Drl.l V I a<y,
Tanggal: tt Mli W9
KOORDINAT WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) EKSPLORASI
PT. MAGI{ANTARA MULTIMEDIA NUSAPHALA
LOKASI
PROVINSI SULAWESI ENGAH
KABUPATEN MOROWALI
KECAMATAN BAHODOPI
DESA LABOTA DANPADABAHO
KOMODITAS NiKEL DMP
. LUAS WTLAYAH 2.318 Ha
KODE WILAYAH MW2t8
rFm,
LAMPIRAN III
B. Kewajiban
1. Memilih yurisdiksi pada Pengadilan Negeri tempat dimana lokasi WIUP berada;
2- Mendirikan kantor perwakilan dilokasi tempat dimana wIUp berada;
3. Melaporkzur rencana investasi;
4- Menempatkan sejumlah dana sebagai jaminan pelaksanaan untuk kegiatan Eksplorasi
dalam bentuk deposito sebesar US. $ 1.00.000 pada Bank Pemerintah yang ditunjuk
oleh dan atas nama Bupati Morowali sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. Menyampaikan RKAB selambat-lambatnya pada bulan November yang meliputi
rencana tahun depan dan realisasi kegiatan setiap tahun berjalan kepada Bupati dengan
tembusan kepada Menteri dan Gubernur
6. Menyampaikan Laporan Kegiatan Triwulanan yang harus diserahkan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah akhir dari triwulan takwim secara berkala kepada
Bupati dengan tembusan Menteri dan Gubernur;
7. Apabila ketentuan batas waktu penyampaian RKAB dan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada angka 5 (lima) dan 6 (enam) tersebut diatas terlampir, maka kepada
pemegang IUP Eksplorasi akan diberikan peringatan tertulis;
8. Menyampaikan Rencana Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat sekitar
wilayah pertambangan sebagai bagian dari RKAB kepada Bupati Morowali;
9. Memenuhi ketentuan perpajakan sesoai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. Membayar Iuran Tetap setiap tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
11. Menyusun AMDAL atau UKIAIPL sesuai ketentuan paeaturan perundang-undangan
dan merupakan bagian dari dokumen studi kelayakan lingkungan; ,
12. Menyusun dokumen reklamasi dan dokumen pascatambang sesuai ketentuan
peraturan perundang-und arrgarr;
13' Menyampaikan dokumen rencana pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
14' Menempatkan dana jaminan reklamasi dan pascatambang
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
15' Mengangkat seorang Kepala Teknik rambang yang
bertanggungjawab atas Kegiatan
IUP Eksplorasi, Keselamatan, dan Kesehata;ii"4l
Lingkungan pertambangan;
r"rt#i*;" ;;;"e"[r*,
16' Permohonan Peningk{a]l
IUP Eksplorasi unutk IUP operasi produksi harus diajukan
paling lambat 3 (tiga) bulan sebeium berakhimyu rn*u izin ini dengan ditengtapl
persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-un6angan;
17' Kelalaian atas ketentuan teisebut pada-butir
io , r"""grtibatkan IUp Eksplorasi
berakhir menurut h** dan segali u,sf1 nertamtanga;dih"ntikan. oar*l*gr."
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya"keputusan
ini pemegang IUp
harus mengangkat keluar segala sesuatu yang menjadi
milikny4 kecuali benda-
benda/bangunan yang dipergrrnat n,ritut t"p""tirrg* umum;
-bgngrrnan
18. Menerapkan kaidah pertamban[inyang baik;
19' Mengelola keuangan sesuai dengansystem
akuntansi Indoruresia;
20' Melaporkan pelaksan*n p"tg"-bangan dan permberduy*
secara berkala; -u.yarakat setempat
21'Melaporkan dan menjaga kelestarian firngsi dan
daya dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuai dengan ketenfuan perafuran perundang-undangan;
22. Mengutamakan pemanfaatan tenaga lerja setemput,
sesuai dengan ketentuar peraaturan perundang_und*g*;
u*irg dan jasa daram negeri
^- Mengikutsertakan
23'
... ,x
seoptimal *.r.,gLi, pengusaha lokal yang ada didaerah tersebut;
24'Mengutarnakan penggunaan perusahu*
Juru p"rturu*!"* lokal danlatau nasional
serta menyampaikan data pelaksanaan penggunaan .,saha
berkala atau sewaktu-wakru apabila diperlukari;- .ia.a penunjang ,""u.u
Z''Dilatang melibatkan anak perusahaui a*tat* afiliasinya
dalam bidang usaha jasa
perltambangan di wIUp yang diusahakannya,
_
26' Menyerahkan seluruh data hasil kegiatan iup
kecuari den[an izin Menteri;
H..proiuri r."puau Bupati dengan
tembusan Menteri dan Gubernur
27'Melaporkan pelaksanaSn-pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setempat
sebagai bagian laporan berkalaf
28. Memberikan ganti rugi kepada pemegang hak
atas tanah dan tegakan yang terganggu
akibat kegiatan ItIp Eksplorasi;
29' Mengajukan permohonan penghentian kegiatan
IUP eksplorasi dan pengembalian
WIUP;
30" Melaporkan mineral atau batubara yang tergali
pada saat pelaksanaan kegiatan IUp
Eksplorasi;
3l' Menyampaikan la.poran akhir kegiatan ItrP Eksplorasi yang
berupa laporan akhir
kegiatan penyelidikan umum, laporan akhir kegiatan
laporan akhir studi
kelayakaan termasuk laporan pemetaan untuk sei-wuh "ropio*.i,
wnip v"g *i"r-iri"]"rip"ti
:
i. Suatu penyelidikarr tentang jumlah dan jenis usaha setimpat yang mungkin,
diperlukan untuk melayani kebutuhan pengusahaan dan pemukiman tetap ylng
mungkin berkembang dalam jangka waklu 5 (lima) tahun setelah dimulainya
kegiatan operasi produksi;
j. Penelitian metalungi dan pemasaran untuk menentukan kemampuan hasil perolehan
mineral dan penjualannya serta kontrak penjualannya;
k. Penelitian pemasaran untuk menentukan kemampuan hasil perolehan batubara dan
kemungkinan penjualan batubara yang telah ditingkatkan mutunya serta persyaratan
kontrak yang sesuai terhadap produk yang dapat dijuat;
l. Suatu penyelidikan pendahuluan tentang kelayakan mendirikan fasilias peleburan
dan pemumian, yang cukup untuk memperkirakan modal dan biaya operasi serta
kemungkinan sumber tenaga listrik yang diperlukan dikemudian hari;
m. Suatu analisa keuangan yang menyeluruh, berdasarkan kriteria yang tepat untuk
suatu usaha pertambangan, atas lairan kas, (cash Jtow) yang prospek dan tingkat
pengembaliarr (rate of rotum) dari pengusahaan;
n. Suatu penyelidikan tentang fasilitas penyediaan air yang sesuai unhrk keperluan
usaha pertambangan, industri dan pemukim afi tetap;
o. studi dan penyelidikan yang lengkap sehubungan dengan hal-hal berikut :
1). Kelayakan dan biaya unhrk membangun fasilitas telekomunikasi yang sesuai;
2). Kelayaka dan biaya pembangunan serta fasilitas pengoperasian untuk
penyediaan tenaga listrik yang diperlukan bagi konstruksi, penambangan,
industry dan pemukiman tetap sehubungan dengan pengusahaan;
3). Kelayakan dan biaya untuk pembangunan instalasi air yang sesuai dengan
kebufuhan pengusahaan.
li*,";iril#"?iliTffr ffiTi}frr",1t*;:il:lketenruanperaturanperundang_
undangan.
Z-u P a-\
Q.--:-r'