Menimbang : 1. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan, Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Publik di Lingkungan Badan POM serta Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan;
2. bahwa dengan memanfaatkan hasil masukan hasil survey kepuasan masyarakat
dan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan publik di Direktorat Pengawasan
Kosmetik dan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan publik
berkelanjutan;
3. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 dan 2 perlu
menetapkan Keputusan Direktur Pengawasan Kosmetik tentang Standar Pelayanan
Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik.
Mengingat : 1. Undang- Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko;
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan;
6. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan;
7. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 26 tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat dan
Makanan;
8. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 27 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini akan dilakukan
perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Mei 2022
Direktur Pengawasan Kosmetik
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas berkat, rahmat dan
izin-Nya sehingga Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik dapat terselesaikan
dengan baik yang nantinya merupakan acuan dan petunjuk teknis bagi pelaku usaha dalam melakukan
pengajuan permohonan layanan di Direktorat Pengawasan Kosmetik. Selain itu, standar pelayanan ini
juga bermanfaat bagi petugas pelayanan dalam melakukan penilaian pelayanan publik di Direktorat
Pengawasan Kosmetik.
Penyusunan Standar Pelayanan Publik ini merupakan pembaharuan dan Standar Pelayanan Direktorat
Pengawasan Kosmetik yang telah dibuat di tahun 2021, dengan telah mengikutsertakan masyarakat yang
mewakili berbagai unsur dan profesi antara lain: tokoh masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan
lembaga swadaya masyarakat serta memanfaatkan masukan hasil survey kepuasan masyarakat (SKM)
dan pengaduan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan publik
yang berkesinambunga.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dari awal sampai akhir proses
tersusunnya Standar Pelayanan Publik di Direktorat Pengawasan Kosmetik, dan diharapkan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan tanggung jawab untuk peningkatan mutu
pelayanan Direktorat Pengawasan Kosmetik.
A. Latar Belakang
Direktorat Pengawasan Kosmetik merupakan salah satu unit kerja di Kedeputian II Badan Pengawas
Obat dan Makanan yang melaksanakan pelayanan publik dalam rangka pengawasan di bidang kosmetik.
Jenis layanan publik yang diberikan Direktorat Pengawasan Kosmetik, yaitu sertifikasi sarana kosmetik
dan ekspor-impor kosmetik. Untuk menjamin pemberian pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau dan terukur, perlu dibuat suatu Standar Pelayanan Publik di Direktorat Pengawasan
Kosmetik yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan serta disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan publik, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Diharapkan dengan terbitnya Standar Pelayanan dapat meningkatkan pelayanan publik yang
dilaksanakan Direktorat Pengawasan Kosmetik, dan secara umum dapat menunjang peningkatan kinerja
Badan POM bagi masyarakat.
2. Sasaran
a) Memberikan pelayanan prima pada pelaku usaha.
b) Meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan publik di Direktorat Pengawasan Kosmetik sesuai
dengan kebutuhan pelaku usaha khususnya dan masyarakat pada umumnya.
c) Direktorat Pengawasan Kosmetik mampu menerapkan Standar Pelayanan Publik dengan baik
dan konsisten.
1 | Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar Pelayanan Direktorat Pengawasan Kosmetik ini meliputi:
1. penyelenggaraan pelayanan;
2. jaminan pelayanan;
3. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan;
4. pengelolaan pengaduan; dan
5. evaluasi kinerja.
Dalam Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik ini yang dimaksud dengan:
1. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau nonperseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
2. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga Online Single Submission setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.
3. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang selanjutnya disingkat KBLI adalah kode
klasifikasi yang diatur oleh lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang statistik.
4. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran
mukosa mulut terutama untuk membersihkan mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
5. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat PKRT adalah alat, bahan, atau
campuran bahan untuk pemeliharaan dan perawatan untuk kesehatan manusia, yang ditujukan untuk
penggunaan di rumah tangga dan fasilitas umum.
6. Industri Kosmetika adalah industri yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik yang selanjutnya disingkat CPKB adalah seluruh aspek
kegiatan pembuatan kosmetika yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
8. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
9. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi dan autentikasi.
10. Surat Keterangan Impor yang selanjutnya disingkat SKI adalah surat persetujuan pemasukan Obat
dan Makanan ke dalam wilayah Indonesia dalam rangka memperlancar arus barang untuk
kepentingan perdagangan (custom clearance dan cargo release) atau dalam rangka pengawasan
peredaran Obat dan Makanan.
11. Surat Keterangan Ekspor yang selanjutnya disingkat SKE adalah surat keterangan yang diterbitkan
Sebelum mengajukan pelayanan publik di Direktorat Pengawasan Kosmetik, pelaku usaha wajib memiliki
NIB yang mencantumkan KBLI sesuai dengan pelayanan yang akan dilakukan. Terdapat beberapa jenis
pelayanan yang dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Kosmetik, yaitu:
1. Layanan sertifikasi sarana kosmetik, meliputi:
a) Persetujuan Denah Bangunan Industri Kosmetik
b) Sertifikat CPKB
c) Sertifikat Pemenuhan Aspek CPKB
d) Penggunaan Fasilitas Produksi Kosmetik Bersama PKRT
2. Layanan ekspor impor kosmetik, meliputi :
a) Surat Keterangan Ekspor (SKE)
b) Surat Keterangan Impor (SKI)
c) Special Access Scheme (SAS)
d) Rekomendasi Importir Produsen Bahan Berbahaya
Keterangan:
a. Pemohon mengajukan permohonan persetujuan denah bangunan industri kosmetika yang
dilengkapi dengan dokumen persyaratan secara elektronik melalui http://www.e-
sertifikasi.pom.go.id yang terintegrasi dengan Online Single Submission – Risk Based
Approach (OSS – RBA)
b. BPOM melakukan verifikasi secara daring terhadap permohonan yang dilakukan paling
5. Produk Pelayanan
Persetujuan Denah Bangunan Industri Kosmetik
B. Sertifikat CPKB
1. Persyaratan
• Sertifikat CPKB Baru
a) Persetujuan Denah Bangunan Industri Kosmetika;
b) dokumen penerapan 12 (dua belas) aspek sistem mutu sesuai dengan Peraturan Badan
yang mengatur mengenai CPKB;
7 | Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik
c) surat persetujuan penggunaaan fasilitas Bersama yang masih berlaku dengan bentuk
sediaan sesuai dengan permohonan untuk sarana produksi yang menggunakan fasilitas
Bersama dengan obat atau obat tradisional; dan
d) memiliki penanggung jawab teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam hal terjadi perubahan administrasi Sertifikat CPKB, tidak dilakukan pemeriksaan
sarana. Namun dilakukan evaluasi dengan mempertimbangkan penerapan sistem mutu aspek
CPKB berdasarkan:
a) hasil pemeriksaan rutin; dan/atau
b) riwayat Kosmetika yang diedarkan.
Keterangan:
a. Pemohon mengajukan permohonan sertifikat CPKB yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan secara elektronik melalui http://www.e-sertifikasi.pom.go.id yang terintegrasi
dengan Online Single Submission – Risk Based Approach (OSS – RBA)
b. BPOM melakukan verifikasi secara daring terhadap permohonan yang dilakukan paling
lama 3 (tiga) Hari kerja terhitung sejak dokumen permohonan diunggah
c. Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi dokumen dinyatakan lengkap dan benar, BPOM
memberikan surat perintah bayar secara elektronik kepada Industri Kosmetika.
d. Industri Kosmetika melakukan pembayaran dengan nominal sebagaimana tercantum dalam
surat perintah bayar, paling lambat lama 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak tanggal
surat perintah bayar diterbitkan.
e. Evaluasi dokumen dan pemeriksaan sarana dilaksanakan paling lama 35 (tiga puluh lima)
5. Produk Pelayanan
Sertifikat CPKB
Dalam hal terjadi perubahan administrasi Sertifikat Pemenuhan Aspek, tidak dilakukan
pemeriksaan sarana. Namun dilakukan evaluasi dengan mempertimbangkan penerapan
sistem mutu aspek CPKB berdasarkan:
1) hasil pemeriksaan rutin; dan/atau
2) riwayat Kosmetika yang diedarkan.
Dalam hal terjadi perubahan teknis Sertifikat Pemenuhan Aspek CPKB karena
penambahan kapasitas produksi dengan perubahan fungsi ruangan tanpa perubahan
Dalam hal terjadi perubahan teknis Sertifikat Pemenuhan Aspek CPKB karena:
1) penambahan ruangan terkait perubahan kapasitas produksi dengan perubahan
terhadap tingkat kebersihan;
2) penambahan gudang di luar alamat yang tercantum pada izin sarana; dan/atau
3) penambahan gudang di satu lokasi sarana, dilakukan pemeriksaan sarana.
Keterangan :
a. Pemohon mengajukan permohonan sertifikat pemenuhan aspek CPKB yang dilengkapi
dengan dokumen persyaratan secara elektronik melalui http://www.e-sertifikasi.pom.go.id
yang terintegrasi dengan Online Single Submission – Risk Based Approach (OSS – RBA)
Bahan baku produk PKRT yang digunakan merupakan bahan baku yang diizinkan untuk
digunakan dalam Kosmetika sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan yang mengatur mengenai persyaratan teknis bahan Kosmetika.
Bahan baku produk PKRT yang digunakan merupakan bahan baku yang diizinkan untuk
digunakan dalam Kosmetika sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan yang mengatur mengenai persyaratan teknis bahan Kosmetika.
Persyaratan khusus :
1) dokumen legal yang menyatakan perubahan nama badan usaha/badan hukum (akta
notaris); dan/atau
19 | Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik
2) dokumen dari Pemerintah Daerah setempat yang menyatakan perubahan alamat
tanpa perubahan lokasi.
Bahan baku produk PKRT yang digunakan merupakan bahan baku yang diizinkan untuk
digunakan dalam Kosmetika sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan yang mengatur mengenai persyaratan teknis bahan Kosmetika.
Keterangan:
h. Industri Kosmetika menyampaikan tambahan data paling banyak 3 (tiga) kali dengan batas
waktu masing-masing paling lambat 20 (dua puluh) Hari terhitung sejak tanggal hasil
evaluasi.
i. Perhitungan jangka waktu dihentikan (clock off) sampai dengan Industri Kosmetika
menyampaikan tambahan data
j. Perhitungan waktu evaluasi dilanjutkan (clock on) setelah Industri Kosmetika
menyampaikan tambahan data secara lengkap dan benar sesuai dengan batas waktu
k. BPOM menerbitkan keputusan terhadap hasil evaluasi berupa:
1) persetujuan; atau
2) penolakan.
l. BPOM menerbitkan keputusan penolakan kepada Industri Kosmetika, dalam hal:
1) hasil evaluasi tidak memenuhi syarat; dan/atau
2) Industri Kosmetika tidak menyerahkan tambahan data
5. Produk Pelayanan
Surat Persetujuan Penggunaan Fasilitas Produksi Kosmetik Bersama dengan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Keterangan :
a. Pemohon mengajukan permohonan penerbitan SKI yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan secara elektronik melalui www.e-bpom.pom.go.id.
b. Evaluator melakukan evaluasi terhadap permohonan sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan.
c. Sub Koordinator melakukan verifikasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi permohonan dari
Evaluator
d. Pengajuan SKI yang telah ditindaklanjuti oleh Sub Koordinator kemudian akan di
verifikasi kembali dan direkomendasi secara elektronik.
e. Permohonan dapat diterima jika setiap persyaratan telah dipenuhi dengan lengkap dan
benar.
f. Permohonan dapat dikembalikan/ditolak jika terdapat hal yang tidak sesuai.
g. Persetujuan dan Penerbitan SKI akan dilakukan atas nama Direktur unit yang melakukan
pelayanan penerbitan SKI.
3. Jangka waktu pelayanan
SKI diterbitkan dalam batas waktu paling lama 6 (enam) Jam terhitung sejak permohonan
diterima secara lengkap dan memenuhi persyaratan
5. Produk Pelayanan
Surat Keterangan Impor (SKI) Kosmetika dan Bahan Kosmetika
Keterangan :
a. Pemohon mengajukan permohonan penerbitan SKE yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan secara elektronik melalui https://e-bpom.pom.go.id.
b. Evaluator melakukan evaluasi terhadap permohonan sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan.
c. Sub Koordinator melakukan verifikasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi permohonan dari
Evaluator
d. Pengajuan SKE yang telah ditindaklanjuti oleh Sub Koordinator kemudian akan di
verifikasi kembali dan direkomendasi secara elektronik menggunakan Tanda Tangan
Elektronik.
e. Permohonan dapat diterima jika setiap persyaratan telah dipenuhi dengan lengkap dan
benar.
f. Permohonan dapat dikembalikan/ditolak jika terdapat hal yang tidak sesuai.
g. Persetujuan dan Penerbitan SKE akan dilakukan atas nama Direktur unit yang melakukan
pelayanan penerbitan SKE.
5. Produk Pelayanan
Surat Keterangan Ekspor (SKE) Kosmetika
Keterangan :
a. Pemohon mengajukan permohonan penerbitan izin pemasukan melalui mekanisme jalur
khusus atau Special Access Scheme (SAS) yang dilengkapi dengan dokumen persyaratan
secara elektronik melalui https://e-bpom.pom.go.id.
b. Evaluator melakukan evaluasi terhadap permohonan sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan.
c. Sub Koordinator melakukan verifikasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi permohonan dari
Evaluator
d. Pengajuan SAS yang telah ditindaklanjuti oleh Sub Koordinator kemudian akan di
verifikasi kembali dan direkomendasi secara elektronik.
e. Permohonan dapat diterima jika setiap persyaratan telah dipenuhi dengan lengkap dan
benar.
f. Permohonan dapat dikembalikan/ditolak jika terdapat hal yang tidak sesuai.
g. Persetujuan dan Penerbitan SAS akan dilakukan atas nama Direktur unit yang melakukan
pelayanan penerbitan SAS.
3. Jangka Waktu Pelayanan
Izin SAS diterbitkan dalam batas waktu paling lama 3 (tiga) Hari Kerja terhitung sejak
permohonan diterima secara lengkap dan memenuhi persyaratan
5. Produk Pelayanan
Izin Special Access Scheme (SAS) Kosmetika
Keterangan :
a. Pemohon mengajukan permohonan Rekomendasi Importir Produsen Bahan Berbahaya
Untuk Kosmetika yang dilengkapi dengan dokumen persyaratan melalui email ke
apiipb2.kos@gmail.com
b. Evaluator melakukan evaluasi terhadap permohonan sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan.
c. Jika setiap persyaratan telah dipenuhi dengan lengkap dan benar, maka Evaluator membuat
konsep surat rekomendasi.
d. Sub Koordinator melakukan verifikasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi permohonan dari
Evaluator
e. Pengajuan Rekomendasi Importir Produsen Bahan Berbahaya Untuk Kosmetika yang telah
ditindaklanjuti oleh Sub Koordinator kemudian akan di verifikasi kembali olek
Koordinator.
f. Persetujuan dan Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Bahan Berbahaya Untuk
Kosmetika akan dilakukan atas nama Direktur unit yang melakukan pelayanan.
g. Permohonan dapat dikembalikan/ditolak jika terdapat hal yang tidak sesuai.
A. Dasar Hukum
1. Dasar hukum terkait layanan sertifikasi sarana kosmetik, meliputi:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko;
b) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan;
c) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 tahun 2021 tentang Standar
Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
Sektor Obat dan Makanan;
d) Peraturan Badan Nomor 33 Tahun 2021 tentang Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetika
Yang Baik.
e) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika Yang Baik;
f) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 25 tahun 2019 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik;
g) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 26 tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan;
2. Dasar hukum terkait layanan ekspor impor kosmetik, meliputi:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko;
b) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan
c) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan
Impor
d) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor
e) Peraturan Badan POM No. 10 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk
Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan
f) Peraturan Badan POM Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan
POM Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke
Dalam Wilayah Indonesia;
g) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Perubahan
E. Kompetensi Pelaksana
1. Pegawai yang memiliki pengetahuan di bidang pengawasan kosmetika serta peraturan perundang-
undangan;
2. Pegawai yang memiliki keterampilan mengelola data dan informasi;
3. Pegawai yang mampu menyampaikan informasi secara lengkap, terbuka, bertanggung jawab,
serta santun kepada pihak yang memerlukan; dan
4. Pegawai yang mampu mengoperasikan komputer.
5 3
D3
S1
Apoteker
14 S2
11
F. Pengawasan Internal
1. Dilakukan secara berjenjang hingga di tingkat pengawasan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
terkait;
2. Dilakukan sistem pengendalian internal pemerintah dan pengawasan fungsional oleh Inspektorat;
dan
3. Dilakukan secara berkelanjutan.
4 PPNPN 7
H. Jaminan Pelayanan
1. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan; dan
2. memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban dan akan melakukan perbaikan secara terus-
menerus.
Implementasi Standar Pelayanan Direktorat Pengawasan Kosmetik ini secara terus menerus selalu
dipantau pelaksanaannya. Pemantauannya tidak hanya terkait dengan sejauh mana pelayanan telah
memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan tetapi juga terkait dengan aspek manajemen dalam
penyelenggaraan pelayanan izin.
Direktorat Pengawasan Kosmetik sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sejak
Tahun 2017 dan secara konsisten mulai dari pimpinan sampai staf paling bawah, penerapan sistem
manajemen mutu diharapkan melakukan perbaikan/peningkatan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun
atau selalu melaksanakan perubahan kearah yang lebih baik dengan terobosan dan inovasi-inovasi baru.
Dengan melakukan pemantauan pada pelaksanaan Standar Pelayanan Direktorat Pengawasan Kosmetik
maupun penerapan sistem manajemen mutu dengan harapan akan tercipta peningkatan kepuasan
pelayanan. Adapun implementasi Monitoring dan Evaluasi yang telah dilaksanakan di Direktorat
Pengawasan Kosmetik melalui :
A. Monitoring
1. Audit Eksternal, dilaksanakan oleh pihak ketiga setahun sekali;
2. Audit Eksternal Reformasi Birokrasi dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi setahun sekali; dan
3. Audit Internal, dilaksanakan oleh Tim Auditor Internal di Lingkungan Badan POM setahun
sekali;
B. Evaluasi
1. Rapat Tinjau Manajemen (RTM) dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun, dimaksudkan
untuk mengevaluasi hal-hal yang bersifat mendesak untuk segera ditindaklanjuti, seperti hasil
penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM), pelayanan perijinan terkait persyaratan, tindak lanjut
hasil audit, pengukuran kinerja penyedia eksternal, kebutuhan sumber daya, pencapaian sasaran
mutu serta peluang-peluang untuk peningkatan;
2. Pemberian Reward untuk mengetahui tingkat kinerja staf pelaksana secara periodik. Penilaian
dilaksanakan oleh Tim Penilai Reward setiap 1 bulan sekali dan hasil penilaiannya
diumumkan pada saat pelaksanaan sosialisasi Employee of the month serta foto staf terbaik
terpasang di ruang pelayanan;
3. Survey Kepuasan Masyarakat ( SKM ) oleh Inspektorat Badan Pengawas Obat dan Makanan,
setahun sekali;
38 | Standar Pelayanan Publik Direktorat Pengawasan Kosmetik
4. Survey Kepuasan Masyarakat dilaksanakan secara mandiri oleh Direktorat Pengawasan Kosmetik
secara berkala setiap diadakannya kegiatan atau desk konsultasi bagi pelaku usaha.
5. Membuat Laporan Tahunan Direktorat Pengawasan Kosmetik dilaksanakan setiap tahun;
6. Membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada tingkat Eselon I
(Kedeputian) dilaksanakan setiap tahun;