Anda di halaman 1dari 62

Pengawasan Kosmetika

Drs. Arustiyono, Apt., MPH.


Direktur Pengawasan Kosmetik

9 September 2019

.
OUTLINE
1. PENDAHULUAN
2. PERIZINAN SARANA PRODUKSI
DAN SERTIFIKASI CPKB
3. PENGAWASAN SARANA
PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
KOSMETIK
4. PENGAWASAN EKSPOR IMPOR
KOSMETIK
5. SAMPLING DAN PENGUJIAN
KOSMETIK
6. PENGAWASAN PENANDAAN
DAN IKLAN KOSMETIK
Latar Belakang
Selama Tahun 2018 Badan POM menemukan kosmetika ilegal dan/atau
mengandung BD/BB senilai 164 M. Sepanjang Tahun 2018, Badan POM menemukan
pula sebanyak 126 M kosmetik ilegal. Pada januari 2019, temuan kosmetik TMS dan
ilegal sebesar 30 M

Masih banyak penyimpangan pada iklan/promosi kosmetik

SKI post border memicu pelaku usaha tidak memenuhi syarat SKI

Pelaporan monitoring efek samping belum optimal

UKM Kosmetik belum menerapkan CPKB


5 Visi Indonesia Maju

Pembangunan infrastruktur terus berlanjut

Prioritas pembangunan SDM sejak dalam


kandungan

Permudah investasi untuk lapangan kerja

Reformasi birokrasi

APBN harus tepat sasaran


DASAR HUKUM PENGAWASAN
1. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. UU RI No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
3. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
6. PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.04/2017 tentang Ketentuan
Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut
8. Peraturan Menteri Perdagangan No. 87 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor
Produk Tertentu
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 1977 tentang Wadah,
Pembungkus, Penandaan serta Periklanan Kosmetika dan Alat Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1175/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010
tentang Izin Produksi Kosmetika
DASAR HUKUM PENGAWASAN
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Men.Kes/Per/VIII/2010 tentang
Notifikasi Kosmetik
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor
Kesehatan
13. Kepmenkes RI Nomor 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan
Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan Minuman
14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.42.06.10.4556 Tahun 2010 tentang Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik
15. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010
tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika
16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010
Tentang Kriteria Dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika
17. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011
tentang Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika
18. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun 2011
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika
DASAR HUKUM PENGAWASAN
19. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 tentang Bentuk dan Jenis Sediaan
Kosmetika Tertentu yang dapat Diproduksi oleh Industri Kosmetika yang
Memiliki Izin Produksi Golongan B
20. Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011
tentang Metode Analisis Kosmetika
21. Peraturan Kepala Badan POM No. 17 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika.
22. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika
23. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Kosmetik
24. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Iklan
25. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Dokumen Informasi Produk
26. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan
Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia
DASAR HUKUM PENGAWASAN
27. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke
Dalam Wilayah Indonesia
28. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik Sektor Obat dan Makanan
29. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 27 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Publik di lingkungan Badan
POM
30. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.4.3870 Tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika
yang Baik
31. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang
Kosmetik
Struktur Organisasi
Direktorat Pengawasan Kosmetik
Direktorat
Pengawasan Kosmetik

Subdirektorat Subdirektorat
Subdirektorat
Pengawasan Pengawasan Keamanan
Pengawasan Sarana
Informasi dan dan Mutu Kosmetik
Kosmetik
Promosi Kosmetik

Seksi Inspeksi Seksi


Sarana Produksi Seksi Pengawasan
Pengawasan Keamanan Kosmetik
dan Distribusi Informasi
Kosmetik Kosmetik

Seksi Penilaian Seksi Seksi Pengawasan


Sarana Produksi Pengawasan Mutu Kosmetik
dan Distribusi Promosi
Kosmetik Kosmetik
Seksi Tata
Operasional
SISTEM PENGAWASAN TIGA LAPIS
Pengawasan oleh Pemerintah
• Membuat peraturan, persyaratan,
kriteria dan pedoman
Masyarakat • Pengawasan pre market dan post
market
Pemerintah

Pengawasan oleh Industri/ Importir


Pelaku
Usaha • Memproduksi dan mengedarkan produk yang
memenuhi syarat sesuai CPKB
• Memonitor produk kadaluarsa, produk
komplain atau keluhan
• MESKOS

Pengawasan oleh Masyarakat


• Memeriksa kelengkapan dan kualitas
produk yang akan dibeli/ digunakan
• Memantau dan melaporkan produk
yang kadaluarsa, ilegal, palsu, dll
SISTEM PENGAWASAN
KOSMETIKA
PRE MARKET POST MARKET
SANKSI
EVALUATION SURVEILANCE
 INSPEKSI
SARANA SARANA PROD / DIST
 PENERAPAN CPKB  SAMPLING
 PENGUJIAN
PRODUK  PENGAWASAN
 ADMINISTRATIF
 NOTIFIKASI PENANDAAN
 PRO-JUSTITIA
 SURAT KETERANGAN  PENGAWASAN
IMPOR IKLAN
 MONITORING EFEK
SAMPING

FUNGSI BADAN POM


12
PERIZINAN KOSMETIK

SARANA:
1. Persetujuan Denah Bangunan Industri (BPOM)
2. Surat Keterangan Penerapan CPKB (BPOM)
3. Sertifikat Produksi Kosmetik (Kemkes)

PRODUK:
Notifikasi Kosmetik
PERMENKES No 26 tahun 2018
Mencabut Permenkes 1175 tahun 2010 yang mengatur persyaratan, tata cara, dan
masa berlaku perizinan
Permenkes 1175 Permenkes 26
Istilah Izin Produksi Kosmetika Sertifikat Produksi Kosmetika
Persyaratan TDI/IUI/TDP/SIUP NIB
Denah yang disetujui Kepala Badan
Golongan A Memiliki apoteker sebagai penanggung Rencana Produksi Kosmetika
jawab Minimal 1 Apoteker sebagai
Memiliki fasilitas produksi sesuai dengan PJT
produk yang akan dibuat
Memproduksi semua bentuk & jenis sediaan
Memiliki fasilitas laboratorium
Wajib menerapkan CPKB
Golongan B memiliki TTK sebagai PJT Rencana Produksi Kosmetika
Memiliki fasilitas produksi dengan teknologi Minimal 1 Tenaga Teknis
sederhana sesuai produk yang akan dibuat Kefarmasian sebagai PJT
Menerapkan higiene sanitasi dan
dokumentasi sesuai CPKB
Masa 5 Tahun 5 tahun
*Berlaku
RPK: dokumen yang berisi penjabaran dari produk dan pengembangan, sarana produksi,
serta kegiatan penyelenggaraan Industri Kosmetika
ALUR UNTUK MEMPEROLEH SURAT
KETERANGAN PENERAPAN CPKB
1. Surat permohonan audit penerapan CPKB dari
industri ditujukan kepada Deputi II tembusan
Direktur Pengawasan Kosmetik dan Kepala
BB/BPOM setempat
2. BB/BPOM setempat melakukan audit sarana
3. Industri melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan (CAPA) sampai temuan dinyatakan
selesai
4. BB/BPOM melaporkan ke Deputi II tembusan
Direktur Pengawasan Kosmetik (LAHP)
5. Badan POM menerbitkan SKP CPKB
BENTUK SEDIAAN INDUSTRI KOSMETIK
 Gel
 Pasta
 Padat : sabun, lipstik,  Cair
garam mandi, deo stik,  Cairan kental
rempah-rempah,bedak
dingin, stik, pensil  Aerosol
 Serbuk dapat berupa  Suspensi
serbuk tabur atau serbuk
kompak
 Setengah padat (pomade)
 Krim
SERTIFIKASI CPKB
Penerapan
WAJIB
CPKB
CPKB
Sertifikasi
VOLUNTARY
CPKB
• SERTIFIKASI CPKB WAJIB JIKA
INDUSTRI :
– MENERIMA KONTRAK
PRODUKSI
– EKSPOR, untuk negara tertentu

Acuan penerapan CPKB

Peraturan Kepala Badan POM RI No.


Keputusan Kepala Badan POM RI No.
HK.03.42.06.10.4556 tentang
HK.00.05.4.3870 tentang Pedoman Cara
Petunjuk Operasional Cara Pedoman
Pembuatan Kosmetik yang Baik
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik

Dalam tahap revisi Dalam tahap revisi


19
PENGAWASAN KOSMETIKA

RUTIN KHUSUS

Pemenuhan Terhadap : Menindaklanjuti :

Standar Hasil Pengawasan


Persyaratan Informasi adanya Indikasi
Pelanggaran
Surat Tugas
Tanda PETUGAS Pejabat
Pengenal Berwenang

PerKaBPOM No. HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika

Memasuki Setiap Tempat yang diduga digunakan dalam :


• Produksi
- Memeriksa
• Penyimpanan
- Meneliti
• Pengangkutan
• Perdagangan
- Mengambil Contoh

Memeriksa :
• Dokumen/Catatan lain termasuk menggandakan atau mengutip keterangan
tentang produksi, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan
• Penerapan CPKB
• Penandaan dan Klaim Kosmetika
• Promosi dan Iklan Kosmetika
Mengambil contoh/sampling untuk dilakukan Pengujian Lab

Melakukan Pemantauan Hasil Penarikan & Pemusnahan Kos TMS


PEMERIKSAAN SARANA
PRODUKSI
 LEGALITAS SARANA
(Nomor Izin Berusaha, izin produksi/sertifikat produksi, jenis sediaan
yang dapat diproduksi dan masa berlakunya)
 LEGALITAS KOSMETIKA
(ditunjukkan persetujuan pendaftaran/ pemberitahuan notifikasi asli)
 PENERAPAN ASPEK CPKB
(industri golongan A : wajib menerapkan seluruh aspek CPKB
industri golongan B : sekurang-kurangnya aspek higiene sanitasi dan
dokumentasi)
 DOKUMEN INFORMASI PRODUK (DIP)
(harus ada untuk kosmetika ternotifikasi)
 PENANDAAN KOSMETIKA
(dievalusi sesuai persyaratan)
 MATERI IKLAN (LEAFLET, BROSUR, DLL)
(dievaluasi sesuai ketentuan iklan kosmetika)
 SAMPLING UNTUK DIUJI MUTU DAN KEAMANAN
(untuk mengetahui mutu dan keamanan produk (uji lengkap/ bahan
dilarang/ bahan dibatasi)
PEMERIKSAAN SARANA
IMPORTIR
Legalitas Sarana
Dokumen importasi , jenis sediaan yang dapat diimpor dan masa berlakunya
Legalitas Kosmetika
ditunjukkan persetujuan pendaftaran/ pemberitahuan notifikasi asli; LoA (Letter of
Agreement) dari principle
Legalitas Pemasukkan Kosmetika
seluruh dokumen importasi kosmetika (terutama SKI)
Dokumen Informasi Produk (DIP)
harus ada untuk kosmetika ternotifikasi
Penandaan Kosmetika
dievaluasi sesuai (dievalusi sesuai persyaratan)
MATERI IKLAN (LEAFLET, BROSUR, DLL)
(dievaluasi sesuai ketentuan iklan kosmetika)
SAMPLING UNTUK DIUJI MUTU DAN KEAMANAN
(untuk mengetahui mutu dan keamanan produk (uji lengkap/ bahan dilarang/
bahan dibatasi)
PEMERIKSAAN USAHA PERORANGAN/
BADAN USAHA PEMOHON NOTIFIKASI
Legalitas Sarana
Surat Izin Usaha Perdagangan; Nomor Izin Berusaha
Legalitas Kosmetika
ditunjukkan persetujuan pendaftaran/ pemberitahuan notifikasi asli;
Surat perjanjian kerjasama dengan industri kosmetika
Dokumen Informasi Produk (DIP)
harus ada untuk kosmetika ternotifikasi
Penandaan Kosmetika
dievaluasi sesuai persyaratan
Materi Iklan (leaflet, brosur, dll)
dievaluasi sesuai ketentuan iklan kosmetika
Sampling untuk diuji mutu dan keamanan
untuk mengetahui mutu dan keamanan produk (uji lengkap/ bahan
dilarang/ bahan dibatasi)
PEMERIKSAAN SARANA DISTRIBUSI
Legalitas Kosmetika
persetujuan pendaftaran/ pemberitahuan notifikasi dicek kebenarannya
dengan data Badan POM

Penandaan Kosmetika
dievaluasi sesuai persyaratan

Materi Iklan (leaflet, brosur, dll)


dievaluasi sesuai ketentuan iklan kosmetika

Sampling untuk diuji mutu dan keamanan


untuk mengetahui mutu dan keamanan produk (uji lengkap/ bahan
dilarang/ bahan dibatasi)
TINDAK LANJUT PENGAWASAN KOSMETIKA

Hasil
Pemeriksaan

TMS/ TMK MS/ MK

Sanksi Sanksi
Pidana Administratif
SANKSI
Sanksi Administrasi Sanksi Pidana
• Peringatan tertulis • memproduksi atau mengedarkan sediaan
• Larangan mengedarkan kosmetika farmasi dan/atau alat kesehatan persyaratan
untuk sementara keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan
• Penarikan kosmetika yang TMS mutu dipidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
• Pemusnahan kosmetika
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
• Penghentian sementara kegiatan
• memproduksi atau mengedarkan sediaan
produksi & importasi
farmasi dan/atau alat kesehatan yg tdk
• Pembatalan notifikasi memiliki izin Edar dipidana penjara paling
• Penutupan sementara akses online lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
pengajuan notifikasi banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah )
• Mengedarkan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang mencantumkan penandaan
dan informasi TMS dipidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/ atau pidana denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)

• Berdasarkan :
- UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alkes
Persyaratan Mutu & Keamanan Kosmetika

 Bahan kosmetik --> manfaat & risiko


Perka BPOM No. 18 tahun 2015 tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika,
terdapat lampiran: Keamanan
I. Bahan yg boleh digunakan
II. Pewarna yg boleh dlm kosmetik
III. Pengawet yg boleh dlm kosmetik
IV. Tabir surya yg boleh dlm kosmetik
V. Bahan yang dilarang

 Perka No. HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011


tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Mutu
Logam Berat dalam Kosmetika
 Kodeks Kosmetik Indonesia / Standar Lain yang
Diakui
SAMPLING KOSMETIKA 2019

Untuk menjawab kebutuhan sampling representative


(keterwakilan semua resiko yang ada di masyarakat),
maka untuk tahap awal dilakukan perubahan metode
sampling kosmetika tahun 2019 dengan melakukan
kombinasi metode sampling dengan kriteria sebagai
berikut :
Sampling tertentu/ purposived (50%)
Multistage random sampling (50%)
SANKSI

• Peringatan tertulis;
• Larangan mengedarkan kosmetika untuk sementara;
• Penarikan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, kemanfaatan, dan penandaan dari peredaran;
• Pemusnahan kosmetika;
• Penghentian sementara kegiatan produksi dan/atau Importasi;
• Pembatalan notifikasi;
• Penutupan sementara akses online pengajuan permohonan
notifikasi; dan/atau
• Masuk dalam daftar Public Warning untuk kosmetik
mengandung bahan berbahaya / dilarang
PENGAWASAN KEAMANAN DAN MUTU
KOSMETIK

Pada Post Border


Regulasi
 Peraturan Kepala BPOM No. 27 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Publik di lingkungan Badan POM
 Peraturan Kepala BPOM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Importasi Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan
 Perka BPOM No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan
Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia
 Perka BPOM No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat
dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia

 Peraturan Kepala BPOM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan


Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan
 Perka BPOM No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan
Eksportasi Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia
 Perka BPOM No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat
dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia
 Peraturan Kepala BPOM No. 15 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Perka BPOM No. 39 Tahun 2016
Online Single Submission (OSS)

Perka BPOM No. 39 Tahun 2013 tentang Standar


Pelayanan Publik di Lingkungan BPOM

Perka BPOM No. 26 Tahun 2018 tentang


Perka BPOM No. 27 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Pelayanan Publik di Lingkungan BPOM
Elektronik Sektor Obat dan Makanan

Perubahan mekanisme pelayanan perizinan berusaha


melalui sistem OSS berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi secara Elektronik

34
Perka BPOM No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan
Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke Dalam
Wilayah Indonesia Diundangkan tanggal
21 Desember 2017
Perka BPOM No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Penyesuaian HS code
dengan Bea Cukai
Pemasukan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah
Indonesia Implementasi
1 Februari 2018

Perubahan mekanisme pemasukan barang impor :


Border dan Post Border
 Kosmetik dan Bahan baku kosmetik (Post Border)  SKI Post Border

SKI Post syarat untuk peredaran


Border dalam rangka pengawasan
BPOM
Mekanisme Pemasukan Kosmetik Impor 1.2
2

Perka BPOM No. 27 Tahun 2018 –


Anak Lampiran I.9 (Bagian Kedua Sampel registrasi, riset Penggunaan pribadi (jasa pengangkutan
Huruf E.3)
dan pameran / bawaan penumpang
Untuk Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, Obat Kuasi dan
Kosmetik, dilarang melakukan riset
yang bertujuan untuk Diajukan ke
mengetahui penerimaan produk Kepala Badan POM atau
oleh konsumen/ pasar Diajukan ke Direktorat
Balai setempat (sesuai pelabuhan
Jenderal Bea dan Cukai
bongkar)

Persetujuan ijin SAS Sampel registrasi, riset dan


pameran diberikan dalam bentuk hardcopy dan tanda Note : tidak untuk diperjualbelikan;
tangan basah dan dalam jumlah terbatas sesuai
dengan kebutuhan
Alur Proses Registrasi Akun Pemohon
username dan password Aplikasi e-bpom

Website ebpom Mengajukan Verifikasi Email notifikasi


e-bpom@pom.go.id permohonan dokumen online account
secara online
SKI Portal
Proses Paperless
Bayar PNBP INSW
Periksa
secara e-payment
(online)

e-bpom@pom.go.id entry secara Proses Proses


online Tindaklanjut Rekomendasi
Peraturan Kepala BPOM No. 39 Tahun 2013 tentang Pelayanan SKE secara
Standar Pelayanan Publik di lingkungan Badan POM
manual

Peraturan Kepala BPOM No. 15 Tahun 2016 tentang Pelayanan SKE secara
Perubahan Atas Perka BPOM No. 39 Tahun 2016 online bertahap

Dalam rangka peningkatan


pelayanan publik
Eksportasi Kosmetik
Permohonan dokumen ekspor bersifat Voluntary,
tergantung permintaan negara tujuan ekspor

Jenis SKE Kosmetik

• SKE yang diterbitkan Badan POM dan


Certificate of Free Sale menyatakan bahwa produk kosmetika telah
(CFS) terdaftar di Badan POM dan beredar di wilayah
Indonesia.

Surat Keterangan • SKE yang diterbitkan oleh Badan POM yang


Sertifikat CPKB menyatakan bahwa kosmetik telah diproduksi
dengan memenuhi Cara Pembuatan yang Baik.

• SKE yang diterbitkan Badan POM dan


menyatakan bahwa kosmetika yang diproduksi
Certificate of Health (COH)
aman/layak dikonsumsi/digunakan oleh
manusia
Timeline

Waktu Produk
Jenis Layanan Biaya/Tarif
Penyelesaian Layanan
Permohonan 2 hari Sesuai PP Surat
Penerbitan Nomor 32 Keterangan
SKE Kosmetik Tahun 2017 Eskpor CFS,
tentang Jenis COH, Surat
dan Tarif atas Keterangan
Jenis PNBP Sertifikat
CPKB
Laporan Disribusi Alpha Hidroxy Acid (AHA)

Dasar Hukum

Setiap produsen, importir, atau Badan


Keputusan Kepala Usaha/ usaha perorangan pemilik
Badan POM RI Nomor notifikasi yang memproduksi dan/aatau
HK.00.06.42.0255 mengedarkan kosmetika yang
tahun 2006 tentang mengandung AHA dengan kadar diatas
Petunjuk Teknis 10% sampai dengan 70% wajib
Pengawasan Alpha melaporkan penyaluran kosmetika
Hydroxy Acid (AHA) tersebut secara berkala sekali 3 (tiga)
bulan
2.1

Wajib
MESKOS menanggapi dan
menangani
Dasar Hukum keluhan atau
Industri kasus efek tdk
PERMENKES NO. diinginkan
1176/MENKES/PER/VIII/2010
memiliki
TH 2010 TENTANG sistem dan
Bertanggung
NOTIFIKASI KOSMETIK jawab terhadap melakukan
Pasal 17 kosmetika yang penanganan
Importir Keluhan atau efek
PERKA BPOM NO. diedarkan
tdk diinginkan
HK.03.1.23.12.11.10051
TH 2011 TENTANG Kasus efek tdk
MONITORING EFEK diinginkan wajib
SAMPING KOSMETIK dilaporkan ke
Usaha
Perorangan/ Kepala BPOM
Badan Usaha Melalui MESKOS
2.4

SERIUS NON SERIUS

Mengancam Cacat
Kematian Rawat Inap
Jiwa Permanen

Pelaporan pertama Dilaporkan paling lama Wajib lapor


segera, paling lama 7 15 hari kalender secara periodik
hari kalender sejak sejak kejadian setiap 6 bulan
kejadian
Via telepon, faksimili,
e-mail, tertulis
Paling lama 8 hari
kalender sejak pelaporan
pertama, dilengkapi
dengan
formulir,
dokumen/informasi lain yg
diperlukan
2.6

Verifikasi lengkap Verifikasi Evaluasi/ Penelusura


Kelengkapa Status Kajian n ke sarana
n data Produk Risiko dan
Manfaat
Kurang
lengkap
Feedback

Sumber Diseminasi
Tindak Rekomenda
Laporan Tindak si Tindak
Efek Lanjut Lanjut Lanjut
Samping

UPT
BPOM
2.7

Laporan Efek Samping


Kosmetika Ternotifikasi Laporan Efek Samping
Kosmetika Ilegal

Pembatasan penggunaan, Laporan Penarikan Produk


2mg perubahan kadar atau cara Jejaring ASEAN PMAS
pakai
UPT BPOM :
Balai Besar/ Balai / Loka POM
Perubahan penandaan

Pengamanan
setempat
Larangan penggunaan

Pengawasan
Penarikan Produk dan
Pembatalan Nomor Promosi
Notifikasi
PENGAWASAN INFORMASI DAN
PROMOSI KOSMETIK

47
Persyaratan
Penandaan Kosmetik
Perka BPOM No. 19 tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Kosmetik

Penandaan Kosmetik
harus berisi informasi

dapat berbentuk: Lengkap Objektif Tidak menyesatkan


 tulisan, gambar, warna, harus lengkap dg • memberikan informasi
memberikan
atau kombinasinya mencantumkan yang jujur, akurat,
informasi sesuai dg
 bentuk lainnya yg semua informasi yg bertanggung jawab,
kenyataan
disertakan pada dipersyaratkan dan tidak boleh
yg ada dan tidak
kosmetika memanfaatkan
boleh menyimpang
 dimasukkan dalam kekuatiran masyarakat
dari sifat keamanan
kemasan sekunder akan suatu masalah
dan kemanfaatan
 merupakan bagian dari kesehatan
Kosmetika
kemasan primer • tidak boleh
dan/atau sekunder menyatakan seolah-
olah sebagai obat
Persyaratan
Penandaan Kosmetik
• Menggunakan nama INCI
• Menggunakan nama genus & species utk bahan dari tumbuhan
KOMPOSISI • Diurutkan dari kadar terbesar ke terkecil, kec. kadar < 1%
• Pewarna dapat ditulis tidak berurutanBahan pewangi dapat
menggunakan kata “parfum”, “fragrance”, “flavor”

• Ditulis dalam satuan metrik, atau


UKURAN ISI • Sistem imperial yang disertai satuan metrik
Contoh: 10 g; 10 fl oz/30 ml

• ditulis dengan urutan tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan
TANGGAL tahun
KEDALUWARSA • diawali dengan kata “tanggal kedaluwarsa” atau “baik digunakan
sebelum” atau kata dalam bahasa Inggris yang lazim

• Peringatan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-


undangan
PERINGATAN/ • Dicantumkan secara jelas
PERHATIAN Contoh: peringatan untuk sediaan mouthwash mengandung fluoride
atau alcohol  “Tidak digunakan untuk anak usia di bawah 6 tahun”
Persyaratan
Penandaan Kosmetik
Ketentuan penandaan kemasan primer:
• 11 informasi penandaan kosmetik dicantumkan
pada kemasan primer dan kemasan sekunder
• Bila kosmetik dikemas dalam kemasan primer
dan sekunder, namun terdapat keterbatasan
ukuran dan bentuk pada kemasan primer,
maka penandaan pada kemasan primer paling
sedikit memuat informasi nama kosmetik,
nomor bets, dan netto
• hanya dikemas dalam kemasan primer dengan
keterbatasan ukuran serta bentuk kemasan,
maka informasi wajib selain nama, no bets, dan
netto, dicantumkan pada etiket gantung,
brosur, atau shrink wrap yang disertakan pada
kosmetik
Ketentuan Iklan Kosmetika
PerKa BPOM No. 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Iklan Kosmetika
sebagaimana diubah dengan PerKa BPOM No. 18 Tahun 2016

Objektif
Kosmetika hanya dapat memberikan informasi sesuai dg
diiklankan setelah kenyataan yg ada dan tidak boleh
mendapat izin edar. menyimpang dari sifat
kemanfaatan, cara penggunaan,
dan keamanan Kosmetika
Mengacu kepada
Pedoman Teknis IKLAN Tidak Menyesatkan
Pengawasan Iklan
Kosmetik KOSMETIK memberikan informasi yang
akurat dan bertanggung jawab
serta tidak memanfaatkan
Iklan dapat dipublikasikan kekhawatiran masyarakat
melalui media elektronik akan suatu masalah kesehatan
(termasuk media online),
media cetak atau media Lengkap
luar ruang mencantumkan spot Iklan “BACA
CARA PENGGUNAAN
DAN PERINGATAN”, jika
dipersyaratkan
Hal yang DILARANG dalam beriklan

Terdapat 6 aspek hal yang dilarang dalam Iklan Kosmetika

Data Riset dan


Bahasa Norma
Statistik

Pernyataan yang
Testimoni dan
Pemeran Iklan terkait klaim
Rekomendasi
kosmetika
Hal yang DILARANG dalam beriklan

Bahasa Norma Pemeran Iklan


Menggunakan kata: • Bertentangan dengan norma • Diperankan dengan
 “mengobati”, kesusilaan dan ketertiban umum. mencantumkan identitas,
“menyembuhkan”, dan/atau • Menggunakan bendera, lambang menggunakan atribut
kata/kalimat yang bermakna negara dan/atau lagu kebangsaan. dan/atau lokasi yang terkait
• Menampilkan secara tidak layak profesi/otoritas kesehatan.
sama.
pahlawan nasional dan/atau • Diperankan oleh pejabat
 ”halal” bila kosmetika belum monumen kenegaraan. negara pada Iklan komersial
memperoleh sertifikat resmi • Membiarkan bentuk diskriminasi ataupun Iklan layanan
 “aman”, “bebas”, “tidak apapun masyarakat dari suatu produk
berbahaya”, “tidak ada efek • Merendahkan perusahaan, maupun korporasi yang
samping” dan/atau organisasi, industri atau aktivitas bertujuan komersial. Pejabat
kata/kalimat yang bermakna komersial, atau produk lain. negara hanya dapat menjadi
• Mengeksploitasi erotisme atau pemeran Iklan untuk
sama
seksualitas. kepentingan lembaga yang di
 Menggunakan kata “jauh • Memuat hal yang mungkin bawah kewenangannya
lebih” dan/atau kata/kalimat mendukung aksi kekerasan • Diperagakan oleh bayi, kecuali
yang bermakna sama, yang • Mengeksploitasi kemalangan, untuk Kosmetika sediaan bayi.
dihubungkan dengan manfaat penderitaan dan/atau kekhawatiran
produk masyarakat
• Menimbulkan atau
mempermainkan rasa takut,
maupun memanfaatkan
kepercayaan orang terhadap
takhayul
Hal yang DILARANG dalam beriklan

Data Riset & Statistik Testimoni & Rekomendasi Pernyataan Klaim


• Mengolah data riset sedemikian • Memberikan testimoni yang • Mencantumkan pernyataan
rupa sehingga tampilannya dalam mewakili orang lain, lembaga, mengenai fungsi di luar dari
Iklan menyesatkan masyarakat kelompok, golongan atau fungsi
dan/atau memanipulasi data. masyarakat luas. • Mencantumkan pernyataan
• Menyalahgunakan istilah ilmiah, • Menggunakan rekomendasi dari tidak mengandung nama
statistik dan grafik. suatu laboratorium, lembaga riset, bahan (ingredient) yang
• Menggunakan tanda bintang (*) instansi pemerintah, organisasi diperbolehkan dalam
atau tanda lain yang bermakna profesi kesehatan atau kecantikan Kosmetika, dikecualikan untuk
sama yang dapat menyesatkan atau dan/atau tenaga kesehatan. bahan yang terkait dengan
membingungkan masyarakat. • Memuat nama, logo/lambang budaya, agama.
Pencantuman penjelasan dari tanda dan/atau identitas dari • Mencantumkan pernyataan
bintang (*) atau tanda lain yang Kementerian/ Lembaga dan tidak mengandung bahan yang
bermakna sama harus dapat lebih Laboratorium/Instansi yang dilarang dalam Kosmetika.
memperjelas pernyataan yang melakukan analisis serta • Menjanjikan hasil mutlak
dimaksud, relevan dan mudah mengeluarkan sertifikat terhadap seketika jika ternyata
dibaca. Kosmetika, dikecualikan untuk logo penggunaannya harus
dengan nama yang melekat digunakan secara teratur dan
menjadi satu kesatuan (misalkan terus-menerus.
sertifikat halal dari Majelis Ulama
Indonesia).
Pengawasan Iklan dan
Penandaan Kosmetik

Pemantauan promosi/iklan &


Pengawasan Penandaan

Tidak ada Persetujuan Evaluasi Iklan &


Iklan & Penandaan Penandaan kosmetika
Sebelum Beredar
Audit DIP

Tindak Lanjut ke
Perusahaan

Berbeda dengan komoditas lain, Monitoring


seperti obat
Petugas pusat dan balai harus memiliki
kompetensi sebagai evaluator penandaan &
iklan
Sistem Pengawasan Iklan
• media cetak
Pemantauan iklan kosmetika • media elektronik
• media luar ruang

Evaluasi Iklan kosmetika


• Dapat melibatkan tim ahli
Penentuan hasil evaluasi • Dilakukan juga pada audit
DIP
iklan kosmetika

Pelaporan hasil evaluasi iklan


kosmetika
• Peringatan
• Perintah penarikan
Tindak lanjut • Pemusnahan
• Audit DIP
MEKANISME TINDAK LANJUT PENGAWASAN IKLAN KOSMETIK DI
MEDIA INTERNET

Tindak Lanjut Pelanggaran pada Media Internet /Online

Marketplace Media Sosial Website

Iklan
Iklan Tidak Memenuhi Produk Ilegal /
Produk Ilegal /
Tidak Memenuhi Ketentuan Tanpa Izin Edar
Tanpa Izin Edar
Ketentuan

Peringatan I TL ke Deputi
Surat pemberitahuan Surat pemberitahuan Penindakan
(Surat Peringatan
kepada Marketplace / kepada Marketplace /
ke pelaku usaha)
Pemilik Akun Pemilik Akun Tidak TL
cc: BB/B/Loka POM cc: Deputi Penindakan,
pelapor & setempat, BB/B/Loka POM pelapor TL
• Peringatan II
Penotifikasi, Ketua idEA • Peringatan Keras
Jika pemilik akun adalah • Penghentian Sementara Kegiatan
public figure  SP ke • Pembatalan NIE
Penotifikasi
Permintaan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Perbaikan konten oleh
No.19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Pemblokiran Ke
pelaku usaha (CAPA)
Internet Bermuatan Negatif pasal 14 : Kominfo
Diberikan peringatan melalui email kepada penyedia
situs internet bahwa ada muatan negatif dalam Permintaan
websitenya Normalisasi ke
Kominfo
Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
SK Ka Badan No. HK.04.1.23.08.15.3873 Tahun 2015 tentang Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

TMS Penandaan TMS Iklan


• Peringatan I s.d keras • Peringatan I s.d keras
• Pengamanan kosmetika • Penghentian iklan
• Pembatalan NIE • Pembatalan NIE
• Pemusnahan media iklan

Pengamanan setempat kosmetik TMS di


sarana pemilik nomor notifikasi Penandaan
dilakukan untuk kosmetik TMS karena:
 tidak mencantumkan tanggal
kedaluwarsa
 tidak mencantumkan nomor notifikasi
Kerja sama Lintas Sektor dalam
Pengawasan di Media Online

KEMKOMINFO
Pengawasan MEDIA ONLINE  pemblokiran dan normalisasi
media online

NCB INTERPOL INDONESIA


Operasi bersama penegakkan hukum pelanggaran tindak pidana
di bidang Obat dan Makanan pada media online

ASOSIASI E-COMMERCE INDONESIA


Pengawasan MEDIA E-COMMERCE  take down akun e-
commerce (dalam tahap penyusunan MoU)

Anda mungkin juga menyukai