Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

KOSMETOLOGI
“FORMULASI SEDIAAN CAT KUKU
(NAIL POLISH/NAIL ENAMEL) .”

SEMESTER : GANJIL 2019/2020


DOSEN : Yahya Siti Juariah, S.Si, M.Si, Apt.

Disusun oleh :
1. Efraim S. Manorek 19330721
2. Yulinar W. Andawari 19330722
3. Ni Ketut Yuriani 19330724
4. Christy I. Talaba 19330725
5. Nikita P. T Najoan 19330729

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Kosmetologi
dengan judul “Formulasi Sediaan Cat Kuku (Nail Polish/Nail Enamel) ” dengan
tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Yahya Siti Juariah,
S.Si, M.Si, Apt. selaku dosen Kosetologi kami yang telah membimbing kami agar
dapat memahami dan mengetahui tentang Kosmetologi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah menbantu dalam penyelesaian maklah ini
baik secra langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat seleasi tepat
pada waktu yang ditentukan.
Bila ada salah kata dalam penulisan kami meminta maaf sebesar-besarnya dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tugas
ini, sehingga tugas ini dapat bermanfaat para pembaca.

Jakarta 09 Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kosmetik sudah dikenal dan digunakan pada zaman dahulu sampai sekarang
yang digunakan oleh semua kalangan masyarakat. Orang Mesir sudah
menggunakan kosmetik yang berasal dari bahan alami tumbuhan, hewan dan
tanah liat. Pada saat ini kosmetik talah banyak mengalami perkembangan yang
ditandai dengan banyaknya produk-produk kosmetik yang telah beredar
dipasaran. Khususnya untuk sebagian besar permpuan produk kosmetik selalu
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, demi mendapatkan dan
mempertahankan kecantikan dari waktu ke waktu dengan begitu, karena dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
Menurut Ka BPOM No.HK.00.05.4.1745 kosmetik adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik. Salah satu jenis kosmetik adalah kosmetik pada kuku.
Kuku merupakan penunjang kecantikan bagi kaum perempuan karena semakin
lentik tampilan kuku dan semakin indah tampilan kuku juga dapat menunjang
rasa percaya diri setiap perempuan. Rasa percaya diri yang tinggi diperoleh dari
tampilan fisik yang sempurna, indah, dan sehat bagi kaum perempuan. Maka dari
itu setiap perempuan berlomba-lomba untuk mempercantik tampilan diri. Salah
satunya adalah tampilan kuku dengan mengunakan sediaan kosmetik. Oleh
karena itu kami akan membuat formulasi sediaan kosmetik untyk kuku yaitu cat
kuku (nail polish/nail enamel).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kosmetik ?
2. Bagaimanakah anatomi kuku ?
3. Apa apa saja bentuk sediaan kosmetik untuk kuku ?
4. Bagaimanakah formulasi, pembuatan dan evaluasi sediaan kuku ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kosmetik
2. Untuk mengetahui anatomi kuku
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk sediaan kosmetik untuk kuku
4. Untuk mengetahui formulasi, pembuatan dan evaluasi sediaan kuku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan
menghias, mengatur (Latifah, 2013). Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 yaitu kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis
rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambahkan daya tarik, mengubah penampakan, melindungi
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

B. Anatomi Kuku (Onyx) (Tresna, 2010)


Keadaan kuku seperti halnya keadaan kulit, dapat menentukan kesehatan
umum dari badan. Kuku yang sehat normal adalah kuat, kenyal, dan
memperlihatkan warna kemerah–merahan, dan permukaan licin, melengkung dan
bersih tanpa terdapat lubang atau ombak di bagian tepinya. Kuku sebagai
tambahan dari kulit, merupakan lempeng tanduk yang bertugas melindungi ujung–
ujung jari tangan dan kaki. Kuku terbentuk dari keratin yang mengandung asam
amino.
1. Unsur Kimia pada Kuku
Unsur-unsur kimia pada kuku terdiri atas.
a. Carbon 51%
b. Hidrogen 6%
c. Nitrogen 17%
d. Oxygen 21%
e. Sulfur 5%
2. Pertumbuhan Kuku
Kuku tumbuh dengan arah ke depan, mulai dari kandungan kuku dan melalui
ujung jari. Kecepatan pertumbuhan rata-rata pada orang dewasa adalah ± 1/8
inchi (5/16cm) perbulan. Pada musim panas pertumbuhan kuku lebih cepat
dibandingkan pada musim dingin. Kuku anak-anak tumbuh lebih cepat
daripada orang dewasa. Kuku jari tengah tumbuh paling cepat, sedangkan
kuku jari jempol tumbuhnya paling lambat, walaupun kuku jari kaki,
tumbuhnya lebih lambat daripada kuku jari tangan, namun lebih tebal dan
lebih keras.
3. Bagian–Bagian Kuku
Kuku terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Kuku


a. Badan kuku atau lempeng kuku (nail plate) : yaitu bagian yang kelihatan
dari kuku yang berada di atas palung kuku mulai dari atas batas akar
sampai tepi ujung lepas.
b. Akar kuku (free edge) : yaitu akar kuku berada pada dasar kuku dan
tersembunyi dibawah kulit, akar kuku berasal dari jaringan yang tumbuh
yaitu matrix atau kandungan kuku.
c. Ujung lepas : merupakan bagian yang berbatasan dengan badan kuku dan
ujung jari.
4. Jaringan–jaringan yang Berbatasan dengan Kuku
a. Palung kuku
Bagian dari kulit tempat kuku berada. Palung kuku banyak terdapat
pembuluh darah yang menyediakan makanan untuk pertumbuhan yang
terus-menerus bagi kuku. Palung kuku juga terdapat urat syaraf.
b. Kandungan kuku
Bagian palung kuku yang berada di bawah akar kuku dan banyak terdapat
urat syaraf, limphe (getah bening), dan pembuluh darah. Bulan sabit
(lanula) Bulan sabit kelihatan keputih-putihan, yang berada di dasar
(bawah) badan kuku. Warna pucat pada lanula disebabkan pemberian
darah berkurang di sekitar perkandungan kuku.
c. Kulit kuku (cuticle) : yaitu bagian epidermis yang menutupi pingir
sekeliling kuku.
d. Eponychium : yaitu sambungan dari cusificle, yaitu badan kuku yang
menutupi lanula.
e. Hyponichium : yaitu bagian dari epidermis yang berada di bawah ujung
lepas.
f. Mantel atau penutup kuku : yaitu lipatan yang berada di kulit dan tempat
akar kuku.
g. Dinding kuku : yaitu lipatan-lipatan kecil kulit yang menutupi pinggir-
pinggir kuku.
h. Alur kuku : yaitu lipatan yang dalam di kedua samping badan kuku.

C. Sediaan Kuku (Anonim, 2013)


Bentuk-bentuk dari sediaan untuk kuku adalah sebagai berikut:
1. Top coat : sediaan kuku yang digunakan setelah pewarnaan kuku agar tidak
mudah retak dan terkelupas
2. Nail dryer : sediaan kosmetika yang mempercepat pengeringan pewarna kuku
dan memberikan kesan kilau pada kuku.
3. Nail extender/Nail elongator : sediaan kosmetika yang digunakan untuk
memberikan kesan kuku yang pendek sehingga tampak lebih panjang.
4. Nail strengthener : sediaan kosmetika yang digunakan untuk membantu
menguatkan kuku yang rapuh.
5. Nail hardener : sediaan kosmetika yang digunakan untuk membuat kuku tidak
mudah rapuh.
6. Pewarna kuku : sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberikan warna
pada kuku.
D. Formulasi Sediaan Cat Kuku (Sharina dkk, 2016)
Pembuatan pewarna kuku yang efisien mungkin didasarkan pada pilihan
bahan tepat dan penting. Bahan-bahan yang termasuk di dalam pembuatan cat
kuku sangat beragam, yaitu sebagai berikut :
1. Bahan pembentuk selaput/film
Nitro Selulosa, Etil Selulosa, Vinil Polimer adalah contoh bahan ini. Bahan
yang paling sering digunakan dalam membentuk zat pelapis adalah
nitroselulosa, karena sifat-sifat berikut :
a. Lapisan yang terbentuk menggunakan pigmen nitroselulosa tetap fleksibel
untuk beberapa waktu.
b. Memiliki sifat yang melekat dan karena nitroselulosa tidak memungkinkan
berbintik dan mengelupas.
c. Kapasitas retensi pelarut sangatrendah.
d. Lapisan-lapisan yang dibentuk nitroselulosa tidak dapat ditembus oleh air
dan udara karena itu jamur infeksi dapat disingkirkan
e. Lapisan ini memberikan transparansi yang relevan dari lapisan kuku.
f. Dibandingkan dengan lapisan lain, zat pembentuk itu cukup keras, kuat,
dan memiliki kemampuan bertahan yang sangat baik dari lecet.
2. Selaput untuk membentuk resin: menigkatkan kilap cat kuku dan juga
memberi daya perekat.
a. Resin alami seperti benzoin, shellac, damar, sandarac dan getah ester
digunakan secara umum tetapi telah digantikan oleh bahan-bahan sintetis
yang menyediakan bahan pewarna yang baik, zat perekat yang lebih baik
dan juga meningkatkan daya tahan air
b. Resin sintetik yang paling sering digunakan adalah resin sulfonamide-
formaldehida, yaitu polimer yang dibuat dengan campuran formalin
equimolar dan para toluene sulfonamide
c. Dua jenis komersial bentuk aril-sulfamid-formaldehid adalah MHP
santolin dan santolin MS 80%.
d. Santolin MHP membentuk sebuah lapisan yang lebih keras dan santolin
MS 80% menyediakan kilap yang baik, kelenturan dan bahan sekarang.
Tetapi kombinasi lesin diketahui menyebabkan rantai reaksi alergi dan
karena itu sekarang telah diganti oleh yang resin yang lain seperti,
polistirene, poli vinvin, poliacnilic ester.
e. Ester akrilik sangat cocok dengan nitroselulosa dan mereka menyediakan
kilau, pelekatan, keterampilan, dan sifat-sifat fleksibel.
3. Pelarut : pelarut yang biasanya digunakan untuk persiapan pewarna kuku
mungkin berupa cairan organic yang dapat melarutkan semua bahan dan
membuat persiapan yang homogen dan seragam, pelarut harus cukup volatile
agar dapat meninggalkan sebuah lapisan yang berkelanjutan, kedap air dan
keras, tetapi evaporator tidak boleh terlalu cepat. Seleksi pelarut memainkan
peran penting untuk memberikan tingkat yang seimbang dari navaton.
Pada umumnya, campuran pelarut yang dihasilkan bukan satu pelarut saja.
Pelaru yang digunakan untuk tiap bentuk polutan kuku adalah dari jenis
berikut :
a. Pelarut dengan pemanasan rendah : termasuk pelarut yang memiliki titik
didih di bawah 100ºC, yang membutuhkan waktu lebih untuk menguap.
Contoh untuk pelarut yang memiliki titik didih rendah adalah sebagai
berikut :
Pelarut Titik Didih
Aseton 55°C
Butyl Format 96°C
Karbon disulfide 46°C
Karbon tetra klorida 77°C
Etil asetat 68°C
Metil asetat 56°C
Isopropyl alcohol 80°C
Isopropyl asetat 92°C
b. Pelarut dengan pemanasan sedang : ini adalah pelarut dengan titik didih
antara 100°C sampai 150°C. Contoh dari pelarut dengan pemanasan
sedang seperti di bawah ini :

Pelarut Titik didih


Amil format 110°C
Butyl alcohol 113°C
Dietil carbonat 126°C
Etilen glikol monoetil eter 135°C
Etil laktat 135°C
Butyl propionate 145°C
c. Pelarut dengan titik didih tinggi : ini adalah beberapa pelarut dengan titik
didih lebih dari 150°C. Contoh pelarut yang memiliki titik didih tinggi
seperti di bawah ini :

Pelarut Titik Didih


Cilohexanon 154°C
Metil Cilohexanon 160°C
Diaseton Alkohol 164°C
Metil Hexalin 165°C
Etil Hexalin 185°C
Butil Laktat 185°C
Cilohexanon Ftalat 190°C
4. Pengencer Pelarut/Co-solvent : bukanlah pelarut yang sebenarnya untuk
pelarutan nitroselulosa tetapi adalah semi pelarut yang meningkatkan kekuatan
dari pelarut normal. Alasan yang lebih cocok untuk menambahkan sejumlah
bahan encer yaitu :
 Mempertahankan viskositas ukiran untuk membentuk lapisan stabil
 Meningkatkan keutuhan dari resin yang tidak tercampur, dengan demikian
bekerja sebagai pelarut gabungan.
 Meredakan efek baru pada saat penerapan cat baru atau pernis baru.
 Mengurangi biaya keseluruhan produk bahan pelarut yang digunakan.
 Bahan yang paling sering dilarutkan yaitu etil alcohol, butyl alcohol, dan
lain-lain.
5. Plasticizing Agent : merupakan bagian penting dalam formulasi pembersih
kuku. Plasticizier digunakan untuk tujuan berikut :
a. Untuk meningkatkan fleksibilitas penggulungan kuku dan meminimalkan
kecenderungan penciutan untuk membentuk sebuah lapisan.
b. Serat nitroselulosa sendiri membuat lapisan menjadi redup dan rapuh,
dengan penambahan dari zat plastic akan menambah kilap dan merekatkan
bahan-bahan. Contoh : Minyak Jarak.
6. Pewarna : substansi pewarna juga membentuk komponen penting dari cat
kuku karena dibutuhkan untuk memberikan warna pada kuku.
a. Harus dapat mengangkat pernis kuku sehingga warna yang diinginkan
dapat menutupi kukunya.
b. Lebih dari 10 warna diperlukan untuk menghasilkan berbagai jenis
bayangan warna yang digunakan dalam pewarna.
c. Semua warna harus sesuai dengan istilah dan kondisi kosmetik yang
bertindak sebagai zat pewarna.
d. Bahan-bahan pewarna seharusnya tersedia sebagai zat pewarna dan sangat
penting dengan pigment.
e. Umumnya tersedia dalam campuran dispersi. Konsentrasinya biasanya
adalah 3% sampai 5%, Contoh : Lithopone atau 5% titanium dioksida
digabungkan bersama untuk menghasilkan nuansa pastel. Besi oksida
digunakan untuk menghasilkan cokelat atau nuansa cokelat
dinittrobenzena yang digunakan untuk menghasilkan warna cokelat
brilliant.
7. Bahan Tambahan Lain
Bahan tambahan lain dapat berupa suspending agent, parfum atau substansi
pearlescent.

E. Evaluasi Sediaan Kosmetik (Soeratri, 2007)


Evaluasi sediaan farmasi dapat dilakukan dengan cara in vitro atau in vivo
(invasive atau non invasive), dengan cara objektif atau subjektif, dengan metoda
sensori atau dengan instrumen. Beberapa instrumen yang digunakan untuk
pengujian non invasive antara lain corneometry yang mengukur kelembaban kulit,
sebumetry (mengukur kadar lipida di epidermis), transpidermal water loss
(mengukur fungsi sawar kulit). Proses tersebut berlaku untuk semua bahan aktif
dari manapun sumbernya, baik sintesa maupun bahan alam.
BAB III
FORMULASI SEDIAAN CAT KUKU
A. Pra Formulasi
1. Acuan Formula (Sharina dkk, 2016)
Formula Untuk 100 g
Nitrocellulose (bahan pembentuk film) 4g
Dibutyl phthalate (plasticizer) 4g
Polypropyl methacrylate (resin) 18.6 g
Ethyl alcohol (pengencer) 25.6 g
Butyl acetate (pelarut) 23.9 g
Toluene (pelarut) 23.4 g
Color 0.5 g
2. Rancangan Formula
Formula Untuk 100 g
Nitrocellulose (bahan pembentuk film) 4g
Dibutyl phthalate (plasticizer) 4g
Polyvinyl Acetate (resin) 18.6 g
Ethyl alcohol (pengencer) 25.6 g
Butyl acetate (pelarut) 23.9 g
Toluene (pelarut) 23.4 g
CI 18965, CI 16185, Black Iron Oxide, CI
0.5 g
77891, CI 77510 (Pewarna)
Glitter (Bahan Tambahan) q.s
3. Uraian Bahan
a. Nitrocellulose (Purnawan, 2010)
BM : 459,28 – 594,28
Pemerian : Berwarna putih dan agak kekuningan, berbau, mudah
terbakar
Kelarutan : Tidak larut dalam air, akan tetapi larutdalam keton, ester,
alkohol, dan pelarut lainnya.
Penggunaan : Film-forming agent
b. Dibutyl phthalate (Rowe dkk, 2009)
BM : 278,34
Pemerian : Cairan kental, tidak berbau, berminyak, tidak berwarna
atu sedikit berwarna kekuningan.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam aseton, benzene, ethanol
(95%), dan eter; larut 1 bagian dalam 2500 bagian air
pada suhu 20oC.
Penggunaan : Film-forming agent; plasticizer; pelarut.
c. Polyvinyl Acetate (Sweetman, 2009)
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih atau granul tak berwarna;
higroskopik.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam alcohol; larut
bebas dalam etil asetat
Penggunaan : Coating agent
d. Ethyl alcohol/Etanol (Rowe dkk, 2009)
BM : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, eter, gliderin
Penggunaan : Pelarut
e. Butyl acetate (Sweetman, 2009)
BM : 116,2
Pemerian : Cairan jernih, tak berwarna, mudah terbakar dengan bau
buah yang kuat
Kelarutan : Sedikit larut dalam air; larut dalam alcohol.
Penggunaan : Pelarut
f. Toluene (Anonim, 1979)
BM : 92,14
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar
dengan bau khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; dapat campur dengan etanol
mutlak P
Penggunaan : Pelarut
g. CI 18965 (Sweetman, 2009)
Yellow 2G; Pewarna pada kosmetik.
h. CI 16185 (Sweetman, 2009)
Amaranth; Pewarna pada obat, makanan dan kosmetik.
i. Black Iron Oxide (Sweetman, 2009)
Pemerian : Serbuk yang menunjukan dua warna dasar (merah dan
kuning) atau warna lain yang dihasilkan dengan
mencampurkan warna-warna dasar
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam pelarut organk; larut
dalm asam hidroklorida dengan pemanasan.
Penggunaan : Pewarna pada obat-obatan, lensa kontak, kosmetik dan
makanan.
j. CI 77891/Titanium Dioksida (Sweetman, 2009)
Pemerian : Serbuk putih atau hamper putih.
Kelarutan : Tidk larut dalam air; tidak larut dalam asam mineral encer
tapi dapat larut dalam asam sulfur panas terkonsentrasi
Penggunaan : Pewarna
k. CI 77510 (Sweetman, 2009)
Prussian Blue; Pewarna.

B. Formula Sediaan Cat Kuku


Perhitungan bahan untuk pembuatan 1000 botol cat kuku (@5ml) = 1000g
Nitrocellulose (bahan pembentuk film) 40 g
Dibutyl phthalate (plasticizer) 40 g
Polyvinyl Acetate (resin) 186 g
Ethyl alcohol (pengencer) 256 g
Butyl acetate (pelarut) 239 g
Toluene (pelarut) 234 g
CI 18965, CI 16185, Black Iron Oxide,
CI 77891, CI 77510 (Pewarna) q.s
Glitter (Bahan Tambahan) q.s
C. Pembuatan Sediaan Cat Kuku
Langkah-langkah pembuatan cat kuku adalah sebagai berikut:
1. Nitroselulosa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
2. Plasticizer dilarutkan dengan sedikit pelarut kemudian ditambahkan kedalam
campuran nitroselulosa
3. Pigmen yang terbagi halus ditambahkan dengan membentuk dispersi pigmen.
4. Dispersi pigmen, nitroselulosa dan plasticizer dicampurkan bersama dalam
pelarut untuk membentuk massa plastic
5. Pencampuran akhir dilakukan dalam tangka stainless steel dengan
menggunakan pengaduk (tangka sebelumnya diisi dengan pengencer dan
kemudian nitroselulosa ditambahkan kedalamnya)
6. Plasticizer dan resin ditambahkan selanjutnya ditambahkan glitter dan proses
pencampuran dilanjutkan sampai terbentuk larutan yang homogen.

D. Evaluasi Sediaan Cat Kuku


Terdapat beberapa metode evaluasi sediaan cat kuku yaitu :
1. Uji bahan tidak mudah menguap
Uji ini dilakukan dengan memeriksa jumlah dari bahan yang tidak mudah
menguap pada tahapan persiapan. Berikut merupakan proses sederhana dari
metode uji bahan tidak mudah menguap:
a. Sampel disebarkan pada wadah rata dengan cara membentuk lingkaran
dengan diameter 8cm.
b. Sampel ditimbang dan disimpan pada oven dengan suhu 105° selama 1
jam.
c. setelah pemanasan sampel yang tersisa pada wadah ditimbang, sampel
yang telah kering inilah yang dimaksud dengan bahan ang tidak mudah
menguap.
2. Laju pengeringan
Uji ini untuk melihat laju evaporasi pada tahap persiapan. Dengan
mengaplikasikan sediaan cat kuku pada permukaan yang tidak berpori. Lalu
diamkan pada suhu 50°C dan 50%RH, waktu yang diperlukan untuk
mongering ditentukan dengan menyentuh cat kuku tersebut dengan jari. Jika
tidak ada sediaan yang menempel di jari maka sediaan cat kuku dinyatakan
telah kering.
3. Warna produk
Warna produk diuji dengan membandingkannya dengn warna standar. Uji ini
dilakukan dengan mengaplikasikan warna standar pada kuku yang satu lalu cat
kuku yang akan diuji diaplikasikan pada jari kuku yang berdekatan.
Perbandingan dilihat dari kontras warna kedua produk.
4. Uji kelembutan dari lapisan cat kuku
Permukaan data dilihat dari analisis mikroskopik. Lapisan harus bebas dari
partikel asing serta harus bebas dari efek kulit jeruk yang dapat dilihat
dibawah mikroskop.
5. Estimasi gloss (kilauan)
Kilauan dari produk dapat ditentukan dengan penggunaan alat yang bekerja
untuk melihat refleksi dari cahaya.
6. Uji kekerasan lapisan
Uji kekerasan dengan mengukur tingkat kekerasan dari bahan, yaitu dengan:
a. sebarkan film di atas piring kaca dan kemudian keringkan selama 48 jam
pada 25 ° C.
b. keringkan pada suhu 70°C selama 2 jam
c. kemudian, didinginkan pada suhu 25°C selama 48 jam.
d. Kekerasan dipeiksa dengan mengaplikasikan kekuatan mekanik secara
eksternal.
7. Uji perekatan
Uji perekatan dengan mengukur daya rekat lapisan dengan bahan pelekat,
berikut cara mengukur daya rekat
a. Lapisan disebar di permukaan logam dan dibiarkan menetap selama
beberapa waktu.
b. Karakter pelekatan ditentukan dengan mengukur kekuatan mekanik yang
dilakukan secara eksternal untuk menghapus film.

8. Ketahanan terhadap pengikisan


Uji Ini dilakukan dengan mengaplikasikan pengikisan mekanis dari luar pada
permukaan lapisan. Lalu dilihat karakteristik permukaan lapisan sebelum dan
sesudah pengikisan.
9. Uji ketahanan terhadap permeabilitas air
Diukur dengan melihat ketahanan lapisan terhadap abrasi yang disebabkan
oleh air.
a. Lapisan disebar dipermukaan wadah logam secara berkelanjutan
b. Piring tersebut kemudian direndam dalam air
c. Berat lapisan sebelum dan sesudah pencelupan ke dalam air dicatat
d. Peningkatan berat dihitung. Semakin sedikit peningkatan berat, maka
semakin tahan terhadap air.
10. Uji pengaplikasian
Diukur dengan pengukuran kemudahan aplikasi produk. Akan lebih mudah
dengan pengaplikasian pada kuku. Tingkat kerataan dan kehalusan penyapuan
dan adanya gelembung udara diperiksa.
11. Uji viskositas
Merupakan paramaeter yang dapat menentukan kehalusan pengaplikasian cat
kuku.
a. Viskositas dapat diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield
b. Ini dapat dengan mudah dilakukan dengan memeriksa aliran produk dari
aplikator dan membandingkannya dengan produk standar.
12. Uji stabilitas
Uji stabilitas diuji dengan mengukur tahan lamanya produk. Uji ini dilakukan
dengan penggunaan uji stabilitas akselerasi.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Bahan


Formula Untuk 100 g
Nitrocellulose (bahan pembentuk film) 4g
Dibutyl phthalate (plasticizer) 4g
Polyvinyl Acetate (resin) 18.6 g
Ethyl alcohol (pengencer) 25.6 g
Butyl acetate (pelarut) 23.9 g
Toluene (pelarut) 23.4 g
CI 18965, CI 16185, Black Iron Oxide, CI
0.5 g
77891, CI 77510 (Pewarna)
Glitter (Bahan Tambahan) q.s
1. Nitroselulosa
Digunakan sebagai bahan pembentuk lapisan film dan terbaik sejak dulu
sampai sekarang dengan berbagai jenis viskositas.
2. Dibutyl phthalate
Digunakan secara luas untuk sediaan kosmetik dan dianggap sebagai
plasticizer yang paling baik dan memberikan daya perekat pada kuku.
3. Polyvinyl Acetate
Memiliki kelarutan yang cocok dengan pelarut yang digunkan serta berkilau.
4. Ethyl alcohol
Pelarut yang cocok untuk pengenceran dan gampang didapat serta membantu
meningkatkan kelarutan pelarut lain.
5. Butyl Acetate dan Toluene
Kombinasi pelarut untuk memudahkan pengaplikasian cat kuku dan
mempengaruhi kecepatan pengeringan.
6. CI 18965, CI 16185, Black Iron Oxide, CI 77891, CI 77510 (Pewarna)
Campuran pewarna yang digunakan untuk mendapatkan warna pastel yang
diinginkan.
7. Glitter
Sebagai bahan tambahan yang sering digunakan untuk memperindah cat kuku.

B. Kelebihan Formulasi
1. Lebih tahan lama karena bahan pembentuk lapisan film yang kedap air
2. Adanya penambahan Glitter unik dan menarik.

C. Karakteristik dari Formulasi Baru


1. Memiliki warna pastel yang lembut dan menarik.
2. Cat kuku menempel kuat pada kuku.
3. Cat kuku lembut dan elastis.
4. Dapat digunakan dengan mudah.
5. Glitter berbentuk daun (unik).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar
badan, gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambahkan daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.
2. Bentuk-bentuk sediaan kosmetik untuk kuku adalah top coat, nail dryer, nail
extender/nail elongator, nail strengthener, nail hardener, dan pewarna kuku.
3. Kuku sebagai tambahan dari kulit, merupakan lempeng tanduk yang bertugas
melindungi ujung–ujung jari tangan dan kaki. Kuku terdiri dari badan kuku,
akar kuku dan ujung lepas.
4. Formulasi sediaan cat kuku terdiri dari bahan pembentuk selaput/film, resin,
pelarut, pengencer, plasticizing agent, pewarna dan bahan tambahan lainnya.

B. Saran
Penambahan variasi bahan tambahan seperti bentuk glitter atau
parfum/aromaterapi dapat mempercantik suatu sediaan cat kuku dan
meningkatkan ketertarikan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1998. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes/1998,


Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada
Kosmetik.
Anonim. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik. Jakarta

Anonim. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 34 Tentang Perubahan Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Latifah F dan R. Iswari. 2013. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


Gramedia Pustaka Utama.

Rowe, R. C., dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition.


London: Pharmaceutical Press.

Sharina, G, K., Gadiya, J., Dhanawat, M. (2016). Textbook of Cosmetic Formulations.


India : Kbuuk publications.

Soeratri W. 2007. Membangun keunggulan akademik farmasetika melalui


pengembangan cosmetic delivery system. Pidato. Surabaya : Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale, The Complete Drug Reverence 36th Edition.


London: Pharmaceutical Press

Tresna P. 2010. Modul Merawat Tangan, Kaki dan Rias kuku. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai